Professional Documents
Culture Documents
1.2.
terhadap suatu anti mikroba atau antibiotik tertentu. Resisten dapat berupa resisten
alamiah, resisten karena adaya mutasi spontan (resisten kromonal) dan resisten karena
terjadinya pemindahan gen yang resisten (resistensi ekstrakrosomal) atau dapat
dikatakan bahwa suatu mikroorganisme dapat resisten terhadap obat-obat
antimikroba, karena mekanisme genetik atau non-genetik. Penyebab terjadiya resisten
terhadap mikroorganisme adalah penggunaan antibiotik yang tidak tepat, misalnya
penggunaan dengan dosis yang tidak memadai, pemakaian yang tidak teratur,
demikian juga waktu pengobatan yang tidak cukup lama, sehingga untuk mencegah
atau memperlambat terjadinya resisten tersebut, maka cara pemakaian antibiotik perlu
diperhatikan.
Zona Hambat
Zona hambat merupakan tempat dimana bakteri terhambat pertumbuhannya akibat
1.3.
mikroorrganisme
Contohnya: Tetracycline,
pada
media
agar
oleh
antibiotik.
Antibiotik merupakan zat anti bakteri yang diproduksi oleh berbagai spesies
mikroorganisme
(bakteri,
jamur,
dan
actinomycota)
yang
dapat
menekan
Untuk mengetahui obat-obat yang paling cocok (paling poten) untuk kuman
Secara garis besar suatu kuman akan resisten terhadap suatu antibiotika karena beberapa
faktor, antara lain :
o Kuman tersebut memang resisten terhadap antibiotika yang diberikan,
o Akibat pemberian dosis dibawah dosis pengobatan/rasional,
o Akibat penghentian obat sebelum kuman tersebut betul-betul terbunuh oleh
antibiotika.
Penentuan kepekaan kuman terhadap antibiotika ini dapat dilaksanakan dengan 2
cara, yaitu cara difusi dan cara dilusi.
1. Cara difusi
a. Kirby Bauer
Dilakukan pada medium Muller Hinton (MH) agar dalam petri disk dengan
menggunakan cakram antibiotik yang mempunyai konsentrasi tertentu. Teknik
metode kepekaan antibiotika Kirby Bauer sebagai berikut :
1. Pembuatan larutan 0,5 Mc. Farland
o 1% BaCl2 (16 l)
o 1% H2SO4 (3,3 l)
2. Masukkan 4-5 koloni kuman ke dalam medium TSB (Trypticase Soy Broth)
3. Buat kekeruhan biakan kuman sesuai dengan kekeruhan 0,5 Mc. Farland
(dengan latar belakang hitam)
4. Celupkan lidi kapas steril ke dalam biakan cair kuman
5. Peraslah lidi kapas yang telah basah pada dinding dalam tabung
6. Usapkan lidi kapas tersebut pada seluruh permukaan medium MH, ulangi
prosedur ini 2x lagi sambil memutar plate 60, kemudian biarkan plate 3-5
menit pada suhu ruang tapi tidal lebih dari 15 menit, supaya medium benarbenar kering sebelum ditempeli cakram antibiotika
7. Ambillah cakram antibiotika dengan pinset yang telah disediakan
8. Letakkan cakram antibiotika di permukaan medium agar dan sedikit ditekan
9. Inkubasi pada suhu 37C selama 24 jam dan lihat hasilnya pada keesokan
harinya
10. Ukur diameter zona hambat yang terbentuk
b. Sumuran
1. Langkah 1-6 sama dengan cara Kirby Bauer
2. Buat sumuran pada agar dengan garis tengah tertentu menurut kebutuhan 3.
Teteskan larutan antibiotika yang digunakan pada sumuran
3. Inkubasi pada suhu 37C selama 18-24 jam
4. Ukur diameter zona hambat yang terbentuk
c. Pour Plate
1. Langkah 1-3 sama dengan cara Kirby Bauer
2. Dengan menggunakan cara khusus, ambillah satu mata ose dan masukkan
dalam 4ml agar base 1,5% yang mempunyai temperatur 50C (diambil dari
waterbath)
3. Setelah larutan kuman tersebut dibuat homogen, tuanglah pada medium MH
4. Tunggulah sebentar sampai agar tersebut membeku, letakkanlah cakram
antibiotika
5. Inkubasi pada suhu 37C selama 15-20 jam
6. Bacalah dengan disesuaikan standar masing-masing antibiotika
2. Cara dilusi
a. Metode makro broth dilution
1. Buatlah seri pengenceran antibiotika
2. Pertumbuhan kuman dalam media cair yang dipakai mengandung 106 CFU/ml
3. Dari masing-masing pengenceran antibiotik diambil 1ml, dimasukkan dalam
tabung, kemudian tambahkan 1ml suspensi kuman
4. Untuk kontrol bisa dipakai Suspensi antibiotika Suspensi kuman Media
Aquades yang digunakan + media
5. Inkubasi pada suhu 35C selama 15-20 jam
6. Cari MICnya Note : Konsentrasi Hambat Minimal (KHM)/Minimal Inhibitory
Concentration (MIC) dari suatu antibiotika adalah konsentrasi terkecil antibiotika
yang mampu menghambat pertumbuhan kuman.
b. Metode agar dilusi
Dapat untuk mendeteksi mikroba campuran atau yang terkontaminasi Cara
mengerjakan adalah sbb :
1. Lakukan pengenceran antibiotik dalam berbagai konsentrasi (10 konsentrasi)
2. Campur tiap pengenceran antibiotika dengan medium MH dengan perbandingan
1 : 9 pada temperatur 50C. Setelah tercampur homogen dituang pada petri
diameter 10 mm, 25ml tiap petri, setelah agar beku disimpan pada 4C dan
sebaiknya digunakan sebelum 24jam
3. 4-5 koloni kuman yang diperiksa disuspensikan dalam media kaldu yang cocok
(ex : TSB). Kemudian suspensi tersebut diencerkan dengan garam fisiologis atau
MH Broth dengan perbandingan 1 : 20
4. Hasil pengenceran di atas diambil 0,001 0,002 ml dengan ose khusus, ditanam
pada media yang sudah mengandung antibiotik di atas dengan diameter
penanaman 5-8 mm. juga pada media yang sudah mengandung antibiotika
kontrol. Kemudian inkubasi pada suhu 35C selama 16-20 jam
5. Untuk kontrol pada setiap seri pemeriksaan :
Ditanam juga Staphylococcus aureus ATCC 25923, E.coli AT 25922, P.
aerugenosa Agar MH tanpa antibiotika, tanpa penambahan darah Agar MH
tanpa antibiotika dengan penambahan darah
Daftar pustaka
1. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23263/3/Chapter%20II.pdf
2. Alke Rumimpunu. 2012. Pola Bakteri Aerob Dan Uji Kepekaan Terhadap Antibiotika
Pada Penderita Otitis Media Di Poliklinik Tht-Kl Blu Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado Periode Desember 2012 Januari 2013. Universitas Sam Ratulangi. Manado.
(http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ ebiomedik/article/download/3860/3375). Diakses
pada hari Sabtu, tanggal 26 April 2014. Pukul 08:02 WITA.
3. Dewi, dkk,. 2011. Staphylococcus aureus pada Komunitas Lebih Resisten terhadap
Ampisilin
dibandingkan
Isolat
Rumah
Sakit. Universitas
Brawijaya.
Malang. (http:// www.jkb. ub. ac. id/ index. php/ jkb/ article/download/ 385/ 360). Diakse
s pada hari Selasa, tanggal 08 April 2014. Pukul 19:15 WITA.
4. Djide M, Natsir. 2008. Dasar-dasar Mikrobiologi. Universitas Hasanuddin. Makassar.
5. Fadhlan. 2010. Mikrobiologi Farmasi. Salemba medika. Jakarta.
6. Sumadio, H. 2004. Biokimia dan Farmakologi Antibiotika, USU Press, Medan.
7. Suwandi, U. 2003. Perkembangan Antibiotik. Cermin Dunia Kedokteran No. 83. Pusat
Penelitian dan Pengembangan PT. Kalbe Farma, Jakarta.
8. Waluyo, Lud. 2008. Teknik dan Metode Dasar Dalam Mikrobiologi. Malang. UMM
Press.
9. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39872/4/Chapter%20II.pdf