Professional Documents
Culture Documents
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Definisi
Istilah dermatitis seboroik dipakai untuk segolongan kelainan kulit
yang didasari oleh factor konstitusi dan bertempat predileksi di tempattempat seboroik. Dermatitis seboroik adalah penyakit kulit dengan
keradangan superfisial kronis yang mengalami remisi dan eksaserbasi
dengan area seboroik sebagai tempat predileksi (Djuanda, 2010).
Dermatitis seboroik adalah dermatosis papuloskuamosa
kronik
yang
mudah
dikenali.
Dermatitis
seborik
ini
85%. Pria lebih sering terkena dari pada wanita pada semua kelompok
umur (Plewig & Jansen, 2007).
Dermatitis seboroik memiliki dua puncak kejadian
yakni pada bayi usia 3 bulan awal dan juga pada usia 40-70
tahun.
Umumnya
laki-laki
lebih
banyak
terkena
masuk ke dalam epidermis, maupun karena sel jamur itu sendiri, melalui
aktivasi sel limfosit T dan sel Langerhans (Djuanda, 2010).
Dermatitis seboroik berhubungan erat dengan keaktivan glandula
sebasea. Glandula tersebut aktif pada bayi yang baru lahir, kemudian
menjadi tidak aktif selama 8-12 tahun akibat stimulasi hormon androgen
dari ibu berhenti. Dermatitis seboroik pada bayi terjadi pada umur bulanbulan pertama, kemudian jarang pada usia sebelum akil balik dan
insidennya mencapai puncaknya pada umur 18-40 tahun, kadang-kadang
pada umur tua. Dermatitis seboroik lebih sering terjadi pada pria daripada
wanita (Djuanda, 2010).
Meskipun kematangan kelenjar sebasea rupanya merupakan faktor
timbulnya dermatitis seboroik, tetapi tidak ada hubungan langsung secara
kuantitatif antara keaktifan kelenjar tersebut dengan suseptibilitas untuk
memperoleh dermatitis seboroik. Dermatitis seboroik dapat diakibatkan
oleh proliferasi epidermis yang meningkat seperti pada psoriasis. Pada
orang yang telah mempunyai faktor predisposisi, timbulnya dermatitis
seboroik dapat disebabkan oleh faktor kelelahan, stres emosional, infeksi,
atau defisiensi imun (Djuanda, 2010).
Etiologi yang lain antara lain sebum meningkat penumpukannya pada
kulit yang tidak bargerak, misalnya pada kelainan neurologis; hygiene yang
buruk; variasi suhu dan kelembaban yang rendah; dermatitis seboroik yang
luas dan sukar diobati dipikirkan karena infeksi HIV, terutama pada
Seborrrhea
o Kelainan
ini
berminyak,
berasosiasi
meskipun
dengan
kulit
peningkatan
yang
produksi
Efek mikrobial
Obat
o Beberapa
obat
dilaporkan
memproduksi
Abnormalitas neurotransmitter
o Dermatitis seboroik biasanya berasosiasi dengan
berbagai
abnormalitas
postensefalik
neurologik,
parkinsonism,
seperti
epilepsi,
Faktor fisik
o Aliran
darah
kutaneus
dan
suhu
kulit
Pada bayi, skuama-skuama yang kekuningan dan kumpulan debrisdebris epitel atau krusta tebal, pecah-pecah dan berminyak yang lekat pada
kulit kepala daerah frontal dan parietal tanpa ada dasar kemerahan dan
kurang atau tidak gatal disebut cradle-cap. Dapat pula ditemukan lesi
tampak kemerahan atau merah kekuningan yang tertutup dengan skuama
berminyak, kurang atau tidak gatal. Pada daerah supraorbiatal, skuamaskuama halus dapat terlihat di alis mata, kulit di bawahnya eritematosa dan
gatal, disertai bercak-bercak skuama kekuningan, dapat terjadi pula
blefaritis, yakni pinggir kelopak mata merah disertai skuama-skuama halus.
Pada bayi, penyakit timbul dalam bulan-bulan pertama kehidupan,
berupa penyakit inflamasi yang terutama mengenai kepala berambut dan
lipatan dengan skuama greasy-looking dan krusta. Bagian sentral wajah,
dada, dan leher dapat pula terkena. Bagian scalp yang terkena,cukup khas.
Region frontal dan parietal tertutup oleh krusta tebal, tampak berminyak
(oily-looking), sering disertai fisur (crusta lactea, milk crusts, atau cradle
cap). Kehilangan rambut tidak terjadi dan radang sedikit. Kelainan dapat
pula mengenai lipatan belakang telinga, daun telinga,dan leher, aksila. Pada
lipat paha dan anogenital dapat terjadi infeksi oportunistik oleh C. albicans,
S. aureus, dan bakteri lain, yang klinisnya mengingatkan suatu psoriasis,
sehingga dinamai psoriasoid atau napkin psoriasis.
10
11
1.5 Diagnosis
a. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
12
Penegakan
diagnosis
dermatitis
seboroik
biasanya
hanya
2. Pada dewasa
a. Umumnya gatal
b. Pada area seboroik, berupa makula atau plak, folikular, perifolikular,
atau papula, kemerahan atau kekuningan dengan derajat ringan sampai
berat, inflamasi, skuama dan krusta tipis sampai tebal yang kering,
basah atau berminyak
c. Bersifat kronis dan mudah kambuh, sering berkaitan dengan
kelelahan, stes atau paparan sinar matahari
13
b. Pemeriksaan Penunjang
Bila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang untuk diagnosis
banding, yaitu :
1. Pemeriksaan histopatologis kulit. Pada dermatitis seboroik didapatkan
gambaran dermatitis kronis dan spongiosis yang lebih jelas.
14
2. Pemeriksaan
KOH,
pada
dermatitis
seboroik
dapat
tampak
15
Prinsip
skuama
pengobatannya
dan
krusta,
bertujuan
menghambat
untuk
kolonisasi
melepas
jamur,
non-medikamentosa
maupun
pada
stres
emosional dan
b. Medikametosa
1. Pengobatan Sistemik
Kortikosteroid digunakan pada kasus berat, misalnya prednison
dengan dosis 20-30 mg sehari. Jika telah terjadi perbaikan, dosis
diturunkan perlahan dan bila terjadi sekunder infeksi dapat diberikan
antibiotik (Djuanda, 2010).
16
17
dan krusta diberikan emolien, misal krim urea 10%. Obat topikal lain
yang biasa dipakai untuk dermatitis seboroik adalah ter, resosin 1-3%,
sulfur praesipitatum 4-20%, kortikosteroid (hidrokortison 2,5%), dan
krim ketokonazole 2% bila ada infeksi jamurn (Djuanda, 2010).
1.8 Prognosis
Prognosis umumnya baik. Biasanya, penyakit ini berlangsung selama
bertahun-tahun untuk beberapa dekade dengan periode peningkatan pada
musim panas dan periode eksaserbasi di musim dingin. Dermatitis seboroik
pada bayi biasanya berkepanjangan dari minggu ke bulan. Bayi dengan
dermatitis seboroik memiliki resiko lebih besar untuk terkena penyakit yang
sama pada saat dewasa (Plewig & Jansen, 2007).