Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
Nama
: Encep Farokhi
Heri
240110130069
240110130080
Kelas
: TMIP B 1
Dosen
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................1
KLASIFIKASI TANAH..........................................................................................1
1.
2.
Sistem klasifikasi..........................................................................................1
BAB II......................................................................................................................5
SURVEI PEMETAAN TANAH..............................................................................5
3.
4.
5.
6.
7.
8.
BAB III..................................................................................................................10
KAPABILITI LAHAN...........................................................................................10
BAB IV..................................................................................................................12
SUITIBILITI LAHAN...........................................................................................12
BAB V....................................................................................................................14
KESIMPULAN......................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................15
BAB I
KLASIFIKASI TANAH
1. Klasifikasi pedogenetik dan deskripsi tanah
Ada beberapa sistem klasifikasi pedogenetik yang berkembang dengan
mempertimbangkan faktor, sifat, atau kombinasi faktor dan sifat. Dalam hal ini,
pengelompokan dan pemerian jenis tanah menggunakan sistem morfogenetik.
2. Sistem klasifikasi
Sistem klasifikasi tanah yang dibuat oleh Pusat Penelitian Tanah (PPT)
Bogor tahun 1982 merupakan pengembangan dan modifikasi dari sistem
klasifikasi tanah yang dibuat oleh Dudal Dan Supraptoharjo tahun 1957 dan 1961.
Sistem yang dibuat oleh Dudal dan Supraptoharjo digunakan untuk keperluan
survey tanah di Indonesia. Sistem ini mirip dengan sistem klasifikasi Amerika
Serikat tahun 1937 serta sistem Thorp dan Smith tahun 1949. Modifikasi sistem
klasifikasi tanah Indonesia juga dilakukan setelah dikeluarkannya sistem
klasifikasi tanah FAO/UNESCO pada tahun 1974. Dasar-dasar klasifikasi tanah
yang dibuat oleh Dudal dan Supraptoharjo adalah: (1) Morfologi tanah merupakan
kriteria untuk pengklasifikasian tanah, (2) klasifikasi tanah dilakukan pada
kategori yang berbeda-beda, (3) klasifikasi tanah harus dikaitkan dengan
keperluan survey tanah dan (4) dilakukannya korelasi yang sistematik dan
berkelanjutan antara klasifikasi tanah dan survey tanah. Pada sistem klasifikasi
tanah tahun 1957 terdapat 13 tanah dan 1961 terdapat 19 jenis tanah di Indonesia.
Tanah dibedakan atasada atau tidaknya terjadi perkembangan profil tanah,
susunan horison utama, berdasarkan warna, dan sifat fisik utama tanah (tekstur)
pada kedalam 50 cm. Kategori yang digunakan adalah (1)Golongan, (2)
Kumpulan, (3) Jenis, (4) Macam, (5) Rupa dan (6) Seri.
Jenis tanah menurut Dudal dan Suparaptoharjo (1957) terdiri dari:
1. Latosol: adalah tanah yang telah mengalami pelapukan lanjut dengan
kandungan bahan organik, mineral primer dan unsur hara rendah, bereaksi
11. Litosol: merupakan tanah yang dangkal yang berkembang diatas batuan
keras dan belum mengalami perkembangan profil akibat dari erosi.
Dijumpai pada daerah dengan lereng yang curam.
12. Aluvial: merupakan tanah yang berasal dari endapan alluvial atau koluvial
muda dengan perkembangan profil tanah lemah sampai tidak ada. Sifat
tanah beragam tergantung dari bahan induk yang diendapkannya serta
penyebarannya tidak dipengaruhi oleh ketinggian maupun iklim.
13. Tanah Organik: merupakan tanah dengan kadar bahan organik tinggi dan
lapisan gambut yang tebal. Tanah jenuh air sepanjang tahun dengan reaksi
tanah masam, dranase sangat buruk dan curah hujan yang tinggi.
BAB II
SURVEI PEMETAAN TANAH
Survei tanah adalah usaha mempelajari tanah dalam lingkungannya yang langsung
diselenggarakan di lapangan (on the track of earth field land area).
Suatu kegiatan survey tanah menghasilkan rangkaian data dan peta tanah
menyangkut peta tanah pada lahan-lahan yang dipetakan pada suatu areal tertentu
di suatu wilayah yang bisa berskala persil, bukit, lembah, dataran sempit, dataran
luas, desa, kecamatan, kabupaten, di suatu provinsi suatu Negara.
Peta tanah/lahan akan menunjukkan suatu penyebaran satuan-satuan tanah/lahan.
Melalui survey tanah diperoleh pengetahuan berdasarkan data-data yang diperoleh
mengenai sifat-sifat tanah, dan atas dasar itu tersedia landasan bagi penerapan
data dan informasi atas tanah dan lahan bagi manfaat penggunaannya.
Data, informasi dan pengalaman dalam survey tanah sangat-sangatlah bermanfaat
menajdi dasar membangun daerah/Negara. Peta, data, informasi atas tanah
berpotensi untuk berperanan menjadi jembatan untuk menerapkan pengetahuan
yang diperoleh dari pengalaman pada tanah yang sama.
Oleh karena itu batas-batas tanah dengan sifat yang sama bisa disebut sebagai
satuan tanah yang kemudian menjadi batas-batas atas lahan yang mempunyai sifat
tanah yang sama.
3. 2.1. Peta Tanah
Peta tanah adalah suatu peta yang sengaja dibuat untuk menunjukkan penyebaran
tipe-tipe tanah atau satuan-satuan peta tanah sehingga akan menggambarkan
dengan jelas dalam hubungannya dengan sifat-sifat fisik tanah/lahan dengan social
cultural (bisa juga ekonomi) pada suatu permukaan bumi.
Hal tersebut hanya berlaku untuk lahan tipe penggunaan suatu sector. Apabila
penggunaannya ke arah konservasi (reklamasi, rehabilitasi, restorasi), maka sifat
fisik tanah/lahan akan dihubungkan dengan fungsi garansi lahan dan ekosistem
terhadap kehidupan semua mahkluk yang memerlukannya (manusia, hewan,
tumbuhan, mikroba).
Satuan-satuan tanah/lahan
(ii)
Kehomogenan
Peta Detil
Homogen sangat
Tidak homogeny
homogen
Satuan tanah
Pengamatan langsung
Tingkat ketelitian
penentuan batas
kategori rendah
Intensitas
Rendah
pengamatan/pekerjaan
FAO-UNESCO
IPB
(system taksonomi)
PUSLITANNAK
Order
Ordo
Golongan
Sub order
Rumpun
Kumpulan
Great group
Marga
Jenis
Sub group
Kelompok
Macam
Family
Keluarga
Rupa
Series
Seri
Seri
BAB III
KAPABILITI LAHAN
Kemampuan penggunaan lahan adalah suatu sistematika dari berbagai
penggunaan lahan berdasarkan sifat-sifat yang menentukan potensi lahan untuk
berproduksi secara lestari. Lahan diklasifikasikan atas dasar penghambat fisik.
Sistem klasifikasi ini membagi lahan menurut faktor- faktor penghambat serta
potensi bahaya lain yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Jadi, hasil
klasifikasi ini dapat digunakan untuk menentukan arahan penggunaan lahan secara
umum (misalnya untuk budidaya tanaman semusim, perkebunan, hutan produksi
dsb). Di areal HTI hasil klasifikasi ini terutama akan bermanfaat untuk alokasi
areal sistem tumpangsari. Klasifikasi Kemampuan Penggunaan Lahan (KPL)
menggunakan metoda yang dikembangkan oleh USDA dan telah diadaptasikan di
Indonesia melalui Proyek Pemetaan Sumber Daya Lahan kerjasama antara Land
Care Research New Zealand dengan Dept. Kehutanan tahun 1988- 1990 di
BTPDAS Surakarta (Fletcher dan Gibb, 1990). Ada tiga kategori dalam
klasifikasi KPL, yaitu : Klas, Sub Klas dan Unit. Pengelompokan Klas didasarkan
pada intensitas faktor penghambat, sedangkan Sub Klas menunjukkan jenis faktor
penghambat. Tingkat terendah adalah Unit yang merupakan pengelompokan lahan
yang mempunyai respon sama terhadap sistem pengelolaan tertentu. Secara
umum sistem ini menggunakan delapan Klas. Apabila makin besar faktor
penghambatnya dan makin tinggi Klasnya maka akan semakin terbatas pula
penggunaannya. Pembagian Klas-klas tersebut adalah sebagai berikut :
Klas I IV dapat digunakan untuk sawah, tegalan atau tumpangsari
Klas V untuk tegalan atau tumpangsari dengan tindakan konservasi tanah
Klas VI untuk hutan produksi
Klas VII untuk hutan produksi terbatas
10
11
BAB IV
SUITIBILITI LAHAN
Berbeda dengan klasifikasi Kemampuan Lahan yang merupakan
klasifikasi tentang potensi lahan untuk penggunaan secara umum, Kesesuaian
Lahan lebih menekankan pada kesesuaian lahan untuk jenis tanaman tertentu.
Dengan demikian klasifikasi kemampuan dan kesesuaian lahan akan saling
melengkapi dan memberikan informasi yang menyeluruh tentang potensi lahan.
Ada beberapa metoda yang dapat digunakan untuk pelaksanaan klasifikasi
kesesuaian lahan, misalnya metode FAO (1976) yang dikembangkan di Indonesia
oleh Puslittanak (1993), metode Plantgro yang digunakan dalam penyusunan
Rencana Induk Nasional HTI (Hacket,1991 dan National Masterplan Forest
Plantation/NMFP, 1994) dan metode Webb (1984). Masing-masing mempunyai
penekanan sendiri dan kriteria yang dipakai juga berlainan. Metoda FAO lebih
menekankan pada pemilihan jenis tanaman semusim, sedangkan Plantgro dan
Webb lebih pada tanaman keras.
Pada prinsipnya klasifikasi kesesuaian lahan dilaksanakan dengan cara
memadukan antara kebutuhan tanaman atau persyaratan tumbuh tanaman dengan
karakteristik lahan. Oleh karena itu klasifikasi ini sering juga disebut species
matching. Klas kesesuaian lahan terbagi menjadi empat tingkat, yaitu : sangat
sesuai (S1), sesuai (S2), sesuai marjinal (S3) dan tidak sesuai (N). Sub Klas pada
klasifikasi kesesuaian lahan ini juga mencerminkan jenis penghambat. Ada tujuh
jenis penghambat yang dikenal, yaitu e (erosi), w (drainase), s (tanah), a
(keasaman), g (kelerengan) sd (kedalaman tanah) dan c (iklim). Pada klasifikasi
kesesuaian lahan tidak dikenal prioritas penghambat. Dengan demikian seluruh
hambatan yang ada pada suatu unit lahan akan disebutkan semuanya. Akan tetapi
dapat dimengerti bahwa dari hambatan yang disebutkan ada jenis hambatan yang
mudah (seperti a, w, e, g dan sd) atau sebaliknya hambatan yang sulit untuk
ditangani (c dan s). Dengan demikian maka hasil akhir dari klasifikasi ditetapkan
berdasarkan Klas terjelek dengan memberikan seluruh hambatan yang ada.
12
13
BAB V
KESIMPULAN
Tanah adalah bagian penting dari unsur bumi yang kita pijak setiap
harinya. Secara kasat mata, tanah berwarna coklat dan ada pula yang kemerahmerahan. Namun, sebenarnya klasifikasi tanah sangatlah banyak. Tanah
merupakan penopang kehidupan manusia di muka bumi. Dapat dikatakan bahwa
tanah adalah jantung bumi dan kehidupan. Banyak sekali kegunaan tanah bagi
kelangsungan hidup. Tanah sebagai tempat penyimpanan air dan tumbuhnya
tanaman serta pohon-pohon yang dapat menjaga kita dari bencana alam, seperti
longsor. Di dalam tanah atau perut bumi terkandung unsur-unsur dan kekayaan
alam yang tidak ternilai, contonhya minyak bumi, batu bara, emas, dan lain-lain.
Zaman dahulu, konon tanah juga sering digunakan untuk menyimpan atau
mengubur harta karun. Tanah pun dapat dijadikan barang atau hiasan yang
mengandung nilai komersil. Tanah liat dapat digunakan sebagai bahan dasar
pembuatan batu bata dan kerajinan tangan seperti patung, vas bunga, guci, kendi
atau teko, dan lain-lain. Pada zaman purba, tanah digunakan untuk membangun
tempat tinggal dan tempat pemujaan. Candi-candi dan piramid peninggalan zaman
purba dibuat dari tanah liat yang dibentuk menjadi batu bata, kemudian dibakar
agar awet dan tidak mudah pecah. Selain digunakan untuk membuat bangunan,
masyarakat purba menggunakan tanah untuk membuat peralatan rumah tangga,
seperti gerabah. Sistem klasifikasi tanah terbaru ini memberikan Penamaan Tanah
berdasarkan sifat utama dari tanah tersebut. Menurut Hardjowigeno (1992)
terdapat 10 ordo tanah dalam sistem Taksonomi Tanah USDA 1975, yaitu:
14
DAFTAR PUSTAKA
Adyatma, Sidharta. dkk. 2008. Bahan Ajar Geografi Tanah. Banjarmasin : FKIP
UNLAM.
Darmawijaya, I. 1990. Klasifikasi Tanah. Gajah mada Univ. Press
Sri Adiningsih, J., A. Semali, S. Effendi, S. Hadiwigeno. 1990. reasource and
problem associated with the Development of Upland areas in
indonesia. Technologies for sustainable agric. On Marginal
Uplands in S. Asia. In: aciar proc. 33:45-54
Sudibyakto, H. A. dkk. 2004. Geografi Kelas X. Yogyakarta : Fakultas Geografi
Universitas Gajah Mada.
Susanto, Rachman. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah konsep dan kenyataan.
PENERBIT KANISIUS. Bandung
15