You are on page 1of 4

Transformasi fitokrom

Pigmen yang menyerap cahaya merah pada tumbuhan disebut fitokrom.

Fitokrom

terdapat dalam dua bentuk yaitu Pr dan Pfr. Pr berperan dalam menyerap cahaya merah
sedangkan Pfr berperan dalam menyerap cahaya merah-jauh. Kedua bentuk pigmen tersebut
hanya berbeda pada dua posisi atom hidrogennya. Sintesis awal fitokrom adalah dalam bentuk Pr
akan tetapi ketika Pr menyerap cahaya merah, Pr terkonversi menjadi bentuk Pfr. Pfr akan
menyerap cahaya merah-jauh untuk untuk kembali membentuk molekul Pr yang stabil. Karena
Pr bersifat lebih stabil dibanding Pfr. Prf akan kembali menjadi Pr dalam gelap dan juga
cenderung terurai secara spontan atau sebagai akibat penghancuran oleh enzim. Pada siang hari
cahaya merah cenderung dominan dibanding malam hari sehingga fitokrom terdapat dalam
bentuk Pfr dalam suasana terang, sementara pada malam hari kadar Pfr rendah. Rasio kedua
bentuk pigmen tersebut menyebabkan tumbuhan dapat membedakan antara siang dan malam
(Fried dan Hademenos, 2005).

Gambar 1. Struktur Pr

Gambar 2. Struktur Pfr

Pengaruh Interupsi Periode Gelap Harian dengan Cahaya red dan Far-Red Pada Inisiasi Bunga
Cahaya sangat berpengaruh pada saat pembungaan tanaman. Kualitas cahaya
memberikan pengaruh berbeda terhadap proses-proses fisiologi tanaman. Spesies atau berbagai
jenis tanaman juga mempunyai tanggapan yang berbeda-beda pada setiap kualitas cahaya.
Distribusi panjang gelombang berbeda dari pagi sampai sore. Panjang gelombang pendek terjadi
pada pagi hari, semakin sore panjang gelombang panjang bertambah. Oleh karena itu proses
fotosintesis paling efektif adalah sesudah siang hari. Sebagian besar kajian fotoperiodisme
menekankan pada proses pembungaan. Proses pembungaan tanaman merupakan keberhasilan
dalam pembentukan biji (Stirling, et al.,2002).
Pembungaan pada tanaman dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu: fotoperiode, fitokrom dan
ritme/jam biologi tumbuhan. Fitokrom bereperan penting dalam tumbuhan pada panjang hari.
Cahaya matahari yang diserap oleh fitokrom ialah spektrum cahaya merah yang menyebabkan
molekulnya berwarna biru atau hijau kebiruan. Fitokrom ditemukan pada pengaruh panjang
gelombang cahaya yang berbeda terhadap pembentukan bunga baik pada tanaman hari pendek
dan hari panjang (Sutoyo, 2011).

Gambar 3. Pengaruh cahaya merah dan merah-jauh pada inisiasi bunga


Gambar 3 menunjukkan efek pembentukan bunga pada tanaman hari pendek dan hari
panjang yang menerima kilatan cahaya selama periode gelap kritisnya. Huruf R merupakan
cahaya merah (red) yang memiliki panjang gelombang () = 660 nm yang diketahui sebagai
panjang gelombang yang paling efektif untuk penginterupsian periode gelap. Sedangkan FR

merupakan cahaya merah jauh (far-red) dengan = 730 nm dalam mempengaruhi pembentukan
bunga. Perlakuan terhadap bunga meliputi penambahan cahaya merah (R), penambahan cahaya
merah (R) kemudian cahaya merah jauh (FR), penambahan cahaya merah (R) kemudian cahaya
merah jauh (FR) dilanjutkan dengan cahaya merah (R). Terakhir, penambahan cahaya merah (R)
kemudian cahaya merah jauh (FR) dilanjutkan dengan cahaya merah (R) lalu cahaya merah jauh
(FR).
Sebenarnya tidaklah berpengaruh banyak kilatan cahaya yang diberikan, tetapi hanya
kilatan cahaya terakhirlah yang akan mempengaruhi respon pembungaan terhadap panjang hari,
urutan pemberian : R-FR-R memberikan hasil yang sama dengan R saja, dan urutan pemberian:
R-FR-R-FR menghasilkan pengaruh yang sama dengan R-FR. Ada 2 macam bentuk fitokrom
yaitu fitokrom yang mengabsorpsi cahaya merah (disingkat dengan Pr) dan yang mengabsorpsi
cahaya merah jauh (disingkat dengan Pfr). Apabila Pr mengabsorpsi cahaya merah maka Pr akan
berubah menjadi Pfr, dan apabila Pfr mengabsorpsi cahaya merah jauh maka akan berubah
kembali menjadi Pr. Diketahui bahwa Pfr berubah menjadi Pr dalam keadaan gelap. Setiap hari
perubahan bentuk dari Pfr menjadi Pr terjadi pada waktu gelap. Pada saat matahari terbit
fitokrom berubah dari bentuk Pr menjadi Pfr. Perubahan bentuk fitokrom ini ialah faktor yang
mengontrol jam biologi tumbuhan untuk dapat mengukur waktu antara permulaan perubahan Pfr
menjadi Pr pada saat matahari tenggelam dan perubahan Pr menjadi Pfr pada saat matahari terbit
(Sutoyo, 2011).
Kedua bentuk photoreseptor (Pr dan Pfr) bisa berkonversi satu sama lain tergantung jenis
sinar yang diterimanya. Bila tanaman menerima lebih banyak sinar merah, maka Pr akan
terkonversi menjadi Pfr dan menyebabkan jumlah Pfr bertambah, begitu pula sebaliknya.
Konversi Pr menjadi Pfr dapat terjadi bila tanaman berada pada fase gelap. Dan bila jumlah Pfr
lebih banyak dari Pr pada selang waktu tertentu, maka pertumbuhan apikal (apical dominace)
akan terhenti dan tanaman terinduksi (evocation) berubah ke fase generatif (De Jong, 1981).

References :
Fried, George H. and George J. Hademenos. 2005. Schaums Outlines of Theory and Problems
of Biology 2nd Edition, diterjemahkan oleh Damaring Tyas. New York: McGraw-Hill
Stirling, K. J., et.al. 2002. Effect of Photoperiod on Flower Bud Initiation and Development in
Myoga (Zingiber MiogaRoscoe). Scientia Horticulturae. Vol. 95. Issue 3. Pages 261-268

De Jong, J. D. 1981. Flower Initiation of Chrysanthemum Seedlings Grown Continuously in


Short Days at Four Levels of Irradiance. Scientia Horticulturae, Vol. 14. Issue 3. Pages
277-284
Sutoyo. 2011. Fotoperiode dan Pembungaan Tanaman. Buana Sains Vol 11. No 2: 137-144

You might also like