Professional Documents
Culture Documents
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis
1. Pengertian Kelainan Kongenital
Perlu dibedakan antar istilah kongenital dan genetik. Kelainan
kongenital atau bawaan adalah kelainan yang sudah ada sejak lahir dan
yang dapat disebabkan oleh faktor genetik maupun non genetik. Ilmu yang
mempelajari
kelainan
bawaan
disebut
dismorfologi.
Dismorfologi
rubella
kongenital
ditandai
dengan
gangguan
janin
tidak
hanya
dilakukan
dengan
10
terjadi sebelum seorang wanita menyadari bahwa dia hamil, maka setiap
wanita usia subur sebaiknya mengkonsumsi asam folat minimal
sebanyak 400 mikrogram/hari.
c. Faktor Fisik pada Rahim
Di dalam rahim, bayi terendam oleh cairan ketuban yang juga
merupakan pelindung terhadap cedera. Jumlah cairan ketuban yang
abnormal bisa menyebabkan atau menunjukkan adanya kelainan
bawaan. Cairan ketuban yang terlalu sedikit bisa mempengaruhi
pertumbuhan paru-paru dan anggota gerak tubuh atau bisa menunjukkan
adanya kelainan ginjal yang memperlambat proses pembentukan air
kemih. Penimbunan cairan ketuban terjadi jika janin mengalami
gangguan menelan, yang bisa disebabkan oleh kelainan otak yang berat
(misalnya anensefalus atau atresia esophagus).
d. Faktor Genetik dan Kromosom
Genetik memegang peran penting dalam beberapa kelainan
bawaan. Beberapa kelainan bawaan merupakan penyakit keturunan yang
diwariskan melalui gen yang abnormal dari salah satu atau kedua orang
tua. Gen adalah pembawa sifat individu yang terdapat di dalam
kromosom setiap sel di dalam tubuh manusia. Jika 1 gen hilang atau
cacat, bisa terjadi kelainan bawaan.
Pola pewarisan kelainan genetik dapat berupa autosom dominan,
autosom resesifm dan X-linked. Autosom dominan adalah jika suatu
kelainan atau penyakit timbul meskipun hanya terdapat 1 gen yang cacat
11
12
dan
memotong
kulit
penis
agar
ujungnya
terbuka
(Rukiyah,2010:230)
Menurut (Muslihatun,2010:160) Fimosis adalah keadaan kulit
penis (preputium) melekat pada bagian kepala penis dan mengakibatkan
tersumbatnya lubang saluran air kemih, sehingga bayi dan anak jadi
kesulitan dan kesakitan saat kencing. Sebenarnya yang berbahaya bukanlah
fimosis sendiri, tetapi kemungkinan timbulnya infeksi pada uretra kiri dan
kanan, kemudian ke ginjal. Infeksi ini dapat menimbulkan kerusakan pada
ginjal.
13
14
4. Insiden/Kejadian
Hanya sekitar 4% bayi yang seluruh kulit preputiumnya dapat
ditarik ke belakang penis pada saat lahir, namun mencapai 90% pada saat
usia 3 tahun dan hanya 1-1,5% laki-laki berusia 17 tahun yang masih
mengalami fimosis kongenital. Walaupun demikian, penelitian lain
mendapatkan hanya 20% dari 200 anak laki-laki berusia 5-13 tahun yang
seluruh
kulit
preputiumnya
dapat
ditarik
ke
belakang
penis
(Muslihatun,2010:161)
5. Etiologi Fimosis
Fimosis pada bayi laki-laki yang baru lahir terjadi karena ruang di
antara kutup dan penis tidak berkembang dengan baik. Kondisi ini
menyebabkan kulup menjadi melekat pada kepala penis, sehingga sulit
ditarik ke arah pangkal. Penyebabnya, bisa dari bawaan dari lahir atau
didapat, misalnya karena infeksi atau benturan. (Putra,2012:394)
Kelainan ini juga menyebabkan bayi/anak sukar berkemih.
Kadang-kadang begitu sukar sehingga kulit preputium menggelembung
seperti balon. Bayi/anak sering menangis keras sebelum urin keluar.
Keadaan demikian lebih baik segera disunat, tetapi kadang orangtua tidak
tega karena bayi masih kecil. Untuk menolongnya dapat dicoba dengan
melebarkan lubang preputium dengan cara mendorong ke belakang kulit
preputium tersebut dan biasanya akan terjadi luka. Untuk mencegah infeksi
dan agar luka tidak merapat lagi pada luka tersebut dioleskan salep
antibiotik. Tindakan ini mula-mula dilakukan oleh dokter, selanjutnya
15
16
anak
menangis
dan
pada ujung
penis
tampak
17
memancar dengan arah yang tidak dapat diduga. Kalau sampai terjadi
infeksi, anak akan menangis setiap buang air kecil dan dapat pula disertai
demam. Ujung penis yang tampak menggelembung disebabkan oleh adanya
penyempitan pada ujung preputium karena terjadi perlengketan dengan
glans penis yang tidak dapat ditarik ke arah proksimal. Adanya
penyempitan tersebut menyebabkan terjadi gangguan aliran urin pada saat
miksi. Urine terkumpul di ruang antara preputium dan glans penis, sehingga
ujung penis tampak menggelembung.
18
Adhesi alamiah
(Preputium-Glans penis)
Smegma
Terdilatasi
Dapat diretraksi
Mengganggu fungsi
miksi
Infeksi
Demam
Gangguan aliran
urin pada saat miksi
Menangis
saat BAK
19
8. Komplikasi Fimosis
Komplikasi yang dapat terjadi pada anak /bayi yang mengalami
fimosis, antara lain terjadinya infeksi pada uretra kanan dan kiri akibat
terkumpulnya cairan smegma dan urine yang tidak dapat keluar seluruhnya
pada saat berkemih. Infeksi tersebut akan naik mengikuti saluran urinaria
hingga mengenai ginjal dan dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal
(Muslihatun,2010:162)
Pada 90% laki-laki yang dikhitan kulup zakar menjadi dapat ditarik
kembali (diretraksi) pada umur 3 tahun. Ketidakmampuan untuk meretraksi
kulup zakar sebelum umur ini dengan demikian fimosis patologis dan
fimosis
merupakan
indikasi
untuk
dikhitan.
Fimosis
adalah
Fimosis
yang
sebenarnya
biasanya
memerlukan
bedah
20
21
dengan
keluhan
miksi,
menggelembungnya ujung
preputium pada saat miksi, atau infeksi prostitis merupakan indikasi untuk
dilakukan sirkumsisi. Fimosis yang disertai balantis atau prostitis harus
diberikan antibiotika lebih dahulu sebelum dilakukan sirkumsisi. Jika
fimosis menyebabkan hambatan aliran air seni, diperlukan tindakan
sirkumsisi (membuang sebagian atau seluruh bagian kulit preputium) atau
teknik bedah lainnya seperti preputioplasty (memperlebar bukaan kulit
preputium tanpa memotongnya). Indikasi medis utama dilakukannya
tindakan
sirkumsisi
pada
anak-anak
adalah
fimosis
patologik
(Muslihatun,2010:162)
Menurut (Putra,2012:395) penatalaksanaan fimosis yang dapat
dilakukan terbagi menjadi dua, yakni secara medis dan secara konservatif.
Berikut penjelasan masing-masing.
a. Penatalaksanaan secara medis
1) Dilakukan tindakan sirkumsisi (membuang sebagian atau seluruh
bagian kulit preputium).
22
bagian
paha
untuk
ventilasi
dan
seringlah
23
kassa.
Membersihkannya
harus
sampai
24
Fimosis
kongenital
(fimosis fisiologis)
Fimosis didapat
(fimosis
patologik)
misalnya infeksi
atau benturan
Etiologi
Diagnosa
Fimosis
Gejala
sukar berkemih
4. Bayi sering
menangis sebelum
urin keluar
6. Timbul
infeksi
Penatalaksanaan
Secara Medis
1. Salep deksamethasone 0,1% yang
dioleskan 3-4 kali sehari
2. Tindakan sirkumsisi (membuang
sebagian atau seluruh bagian
kulitpreputium)
3. Teknik bedah lainnya seperti
preputioplasty (memperlebar bukaan
kulit preputium tanpa memotongnya)
Secara Konservatif
1. Menjaga kebersihan bokong
(jangan menggunakan diapers
setiap hari)
2. Menjaga kebersihan penis
(sebaiknya setelah BAK, penis
dibersihkan denga air hangat
menggunakan kassa).
25
manajemen kebidanan
26
27
28
3) Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan dengan memakai instrument/alat pengukur.
Tujuannya untuk memastikan batas dimensi angka, irama, dan
kuantitas.
Data secara garis besar, mengklasifikasikan menjadi data subjektif
dan data objektif. Pada waktu mengumpulkan data subjektif bidan
harus mengembangkan hubungan antar personal yang efektif dengan
pasien/klien/yang diwawancarai, lebih memperhatikan hal-hal yang
menjadi keluhan utama pasien dan yang mencemaskan, berupaya
dengan masalah klien.
Menurut (Muslihatun, 2009: 180) Data subjektif bayi baru lahir
yang harus dikumpulkan, antara lain:
Riwayat kesehatan bayi baru lahir yang penting dan harus dikaji,
antara lain:
a) Faktor genetik, meliputi : kelainan/gangguan metabolik pada
keluarga dan sindroma genetik.
b) Faktor maternal (ibu), meliputi: adanya penyakit jantung,
diabetes mellitus, penyakit ginjal, penyakit hati, hipertensi,
penyakit kelamin, riwayat penganiayaan, riwayat abortus
c) Faktor antenatal, meliputi: pernah ANC/tidak, adanya riwayat
perdarahan, preeklamsia, infeksi, perkembangan janin terlalu
besar/terganggu, diabetes gestasional, poli/oligohidramnion
29
Langkah
ini
membutuhkan
antisipasi,
bila
30
(kelima)
Merencanakan
asuhan
yang
komprehensif/menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh
ditentukan oleh langkah sebelumnya. Perencanaan supaya terarah,
dibuat pola pikir dengan langkah sebagai berikut: tentukan tujuan
tindakan yang akan dilakukan yang berisi tentang sasaran/target dan
hasil yang akan dicapai, selanjutnya ditentukan tindakan sesuai dengan
masalah/diagnosa dan tujuan yang akan dicapai.
f. Langkah
VI
(keenam)
Melaksanakan
perencanaan
dan
penatalaksanaan
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti
yang telah diuraikan pada langkah ke-5 dilaksanakan secara efisien
31
dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau
sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau
anggota tim kesehatan lainnya. Manajemen yang efisien akan
menyingkat waktu, biaya dan meningkatkan mutu asuhan.
g. Langkah VII (ketujuh) : Evaluasi
Pada langkah ke-7 ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan
apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
sebagaimana telah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosa.
Manajemen kebidanan ini merupakan suatu kontinum, maka perlu
mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui
proses manajemen untuk mengidentifikasi mengapa proses manajemen
tidak efektif serta melakukan penyesuaian pada rencana asuhan
berikutnya.
1. Catatan Perkembangan
Menurut (Muslihatun, 2009: 123-124) Pendokumentasian atau
catatan manajemen kebidanan dapat deterapkan dengan metode SOAP,
yang merupakan singkatan dari :
S (Subjektif)
32
O (Objektif)
pemeriksaan
fisik
laboratorium)
P (Planning)
33
KESEHATAN
REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR