You are on page 1of 21

c 


  

      
   
ë  



Ana Muammar Qaddhafi, cucuc Abah HMNA, mendapat amanah dari Abah mulai
menjelang pertemgahan Ramadhan untuk mengirim e-mail ke WM dan MD, apa yang
menurut ana punya pertimbangan sendiri, dengan syarat ana tidak diizinkan
untuk
ikut diskusi. Dalam Seri 174, Seri 444 dan Seri 513 ada disebutkan dukhan
(debu
interstellair) yang mengisi ruang di alam semesta.
Wassalam
MQ
MQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQQMQQMQMQQMQMQ
MQMQMQMQQMQ

BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM

WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU


[Kolom Tetap Harian Fajar]
174. Istilah yang Sudah Memasyarakat Sukar Diubah,
dan Metode Permutasi

Pada hari Kamis, 27 April 1995 yang lalu berlangsung ujian meja
mempertahankan
skripsi mahasiswa calon sarjana teknik pada Jurusan Mesin Fakultas Teknik
UMI.
Cerita ini bersumber dari Ruang Ujian A Jurusan Mesin dan sidang ujian
dipimpin
oleh Prof.Dr Ir H.Arifuddin Ressang, yang juga adalah Dekan Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin Makassar. Waktu giliran saya untuk menguji saya
bertanya
dari segi bahasa:
- Ini gambar apa?
- Radiator Pak.
- Heat transfer dari mesin ke alat ini dan dari alat ini ke udara luar dengan
cara bagaimana? tanya saya lagi.
- Begini Pak, dari mesin ke radiator dengan aliran fluida air pendingin dan
dari radiator ke udara dengan aliran fluida udara.
- Heat transfer dengan aliran fluida, itukah yang disebut radiasi? tanya saya
lagi.
- Bukan radiasi Pak, melainkan konveksi, sela mahasiswa itu dengan cepat.
- Bagus, tetapi mengapa kau namakan alat ini dengan radiator, mengapa bukan
konvektor?
Mahasiswa itu tertegun sejenak, kemudian dengan sikap yang kurang bersemangat
ia menjawab:
- Anu Pak, dalam buku-buku teks disebutkan radiator, saya cuma ikut saja.
Demikianlah dalam adat-isitiadat berbahasa. Walaupun ternyata istilah yang
dipergunakan untuk suatu benda atau pemahaman sebenarnya salah, akan tetap
dipakai, apabila istilah itu telah memasyarakat. Seperti misalnya Gerakan Non
Blok (GNB) sudah tidak relevan lagi sejak bubarnya Uni Sovyet, karena tidak
ada
lagi dua kutub blok: Blok Amerika vs blok Uni Sovyet. Akan tetapi karena
pemakaian ungkapan Non Blok ini bukan hanya sekadar memasyarakat melainkan
sudah lebih dari itu, sudah menginternasional, maka walaupun sudah tidak
relevan lagi, tetap dipakai terus.

Bukan dalam bahasa Indonesia saja yang demikian. Dalam bahasa Belanda ada
kata-kata: paarde kracht dan levende kracht. Kalau diterjemahkan secara kata
demi kata ke dalam bahasa Indonesia akan berbunyi gaya kuda dan gaya hidup.
Kedua istilah itu tidak benar, tetapi orang Belanda memakainya terus. Gaya
adalah besaran vektor. Pada hal paarde kracht dan levende kracht adalah
besaran-besaran skalar, karena yang dimaksud dengan paarde kracht adalah daya
kuda dan levende kracht adalah energi. Daya dan energi keduanya adalah
besaran
skalar, keduanya dihubungkan dengan faktor waktu: energi = daya x waktu.

Mungkin karena dianggap orang bahwa nama ataupun istilah yang dipakai itu
tidak
lain hanyalah untuk identifikasi suatu benda, atau suatu pengertian. Tidak
perlu ada hubungan logis atau hubungan maknawi antara istilah dengan
bendanya.
Pokoknya hanya untuk sekadar identifikasi, habis perkara. What is in a name?,
menurut William Shakespeare (1564 - 1616) dalam Romeo dan Juliet (1595).

Betulkan demikian? Istilah hanya sekadar untuk identifikasi suatu benda atau
pemahaman? Tidak perlu ada kaitan logis ataupun maknawi di antara keduanya?

Sesungguhnya dalam bahasa Arab tidak demikian halnya. Dalam bahasa Arab ada
kaitan logis yang maknawi antara istilah dengan bendanya. Ambillah misalnya
telur, rumah, dan burung, egg, house dan bird (Inggeris), ei, huis dan vogel
(Belanda), tamango, uci dan tori (Jepang). Dalam bahasa-bahasa itu betul-
betul
kata-kata itu hanya sekadar untuk identifikasi saja, tidak lebih dari itu.
Bagaimana dalam bahasa Arab? Telur dalam bahasa Arabnya adalah baydh. Istilah
itu menyatakan bahwa benda yang dimaksud putih warnanya dan lonjong
bentuknya,
sebab putih dalam bahasa Arab adalah abyadh (mudzakkar, jantan) atau baydha-'
(muannats, betina), sedangkan lonjong dalam bahasa Arabnya ialah baydha'.
Rumah
bahasa Arabnya ialah bayt. Istilah itu menyatakan bahwa benda yang dimaksud
berfungsi untuk tempat bermalam, sebab bermalam dalam bahasa Arabnya ialah
baata. Burung bahasa Arabnya thayr. Kata ini menunjukkan sesuatu yang dapat
terbang, sebab terbang dalam bahasa Arabnya thaara.

Bahkan ada kata-kata yang menyatakan kaitan logis yang maknawi dengan
bendanya
yang sangat teperinci, jika diaplikasikan perlakuan secara matematis yaitu
permutasi. Kata itu seperti misalnya khubz yang berarti roti. Khubz dibentuk
dari akar kata yang terdiri dari tiga huruf: kha, ba dan zay. Dari ketiga
huruf
ini terbentuklah kata khabaza dengan permutasi khazaba dan bazakha. Khabaza
berarti mengubah cepat-cepat sesuatu dengan tangan, khazaba berarti menjadi
gembung dan bazakha berarti memukul-mukul sesuatu. Dan kesemuanya itu
menggambarkan proses pembuatan roti: adonan roti itu diberi bubuk supaya
terjadi gas yang menyebabkan adonan itu menggembung, adonan itu
dibanting-banting dan diubah cepat-cepat dengan tangan.
Dengan metode permutasi ini kita dapat mengerti dengan baik makna ayat yang
berikut:

Kullun fiy Falakin Yasbahuwn (S.Yasin,40), masing-masing (benda-benda langit)


berenang dalam falaknya (36:40). Yasbahuwna berasal dari akar kata yang
dibentuk oleh huruf-huruf sin, ba dan ha.

Sabaha artinya berenang dengan permutasi: sahaba artinya menarik, habasa


artinya mengurung, kata bendanya habs artinya penjara dan hasaba artinya
menghitung. Berenang ialah bergerak dalam air atau fluida. Benda-benda langit
berenang dalam fluida yang halus yang disebut dukhaan menurut Ayat Qauwliyah
(S. Fushshilat 11), atau fluida interstellair menurut Ayat Kawniyah. Fluida
interstellair itu dapat dilihat dan difoto dengan teleskop pada waktu gerhana
matahari penuh. Dalam foto itu dapat dilihat bahwa matahari dibungkus oleh
lapisan yang disebut corona. Pada lapisan terluar dari corona itu terdiri
atas
fluida interstellair yang ditarik dan dibawa serta oleh matahari. Benda-benda
langit itu pada waktu berenang saling tarik-menarik, dan sementara itu
terkurung dalam falak yaitu jalur geodesik dari space-time continuum dan
gerak
benda-benda langit itu dapat dihitung dengan rumus-rumus antara lain rumus
Newton maupun rumus Einstein. WaLlahu a'lamu bishshawab.

*** Makassar, 30 April 1995


[H.Muh.Nur Abdurrahman]

*********************************

BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM

WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU


[Kolom Tetap Harian Fajar]
444. Matahari

Sebenarnya seri ini telah lama dipersiapkan, direncanakan dengan nomor 429,
yaitu sesudah seri Barzanji. Namun pembicaraan melangit (baca: matahari) ini
ditunda terus karena selalu digeser oleh masalah yang membumi (baca:
pergolakan
tanah air). Dipikir-pikir kini tiba saatnya untuk melangit, sebab perkara
membumi seperti kenaikan BBM, kerancuan berlogika Tommy (baca: Bob Nasution)
antara mengaku bersalah (baca: permintaan grasi) vs masih mengaku benar
(baca:
PK), sudah tidak ada lagi sela-sela yang ketinggalan, sehingga sudah basi
untuk
di bahas pada hari Ahad ini.

Pada waktu diskusi tentang Barzanji yang diselenggarakan oleh IMMIM,


sebelum memberikan tanggapan, Husni Jamaluddin beringsut mendekati tempat
duduk saya menanyakan berapa derajat gerangan suhu matahari. Saya jawab
bahwa
tidak hafal betul berapa derajat tepatnya, pokoknya di atas 5000 derajat C,
besipun menjadi gas. Dalam tanggapannya Husni Jamaluddin mengatakan bahwa
Barzanji itu adalah karya seni, jadi harus difahamkan secara metaphoris.
Kepada Nabi Muhammad SAW diekspresikan dengan anta syamsun anta badrun,
kaulah matahari, kaulah bulan. Kalau ini diartikan tidak secara
metaphoris,
maka habislah kita ini semuanya menguap menjadi gas. Saya berjanji dalam
hati untuk menulis tentang matahari setelah seri Barzanji.

Matahari terdiri atas inti yang dibungkus oleh "atmosfer". Permukaan inti
matahari disebut fotosfer dan "atmosfer"-nya disebut khromosfer. Sinar
matahari dipancarkan terutama sekali dari tempat yang disebut fotosfer tadi
itu, yang suhunya sekitar 6000 derajat C. Ini menunjukkan bahwa semua zat di
tempat itu dalam fase gas.

Keadaan fisis dari gas-gas yang ada di khromosfer sama sekali tidaklah dalam
keadaan tenang. Jadi berbeda seperti tatkala matahari menjelang pelukan malam
di ufuk barat di atas muka laut, yaitu tenang-tenang saja, jika ditatap
dengan
mata telanjang. Menurut hasil pengamatan dengan teropong di matahari
terdapat bintik-bintik hitam. Adapun bintik-bintik ini yang tiba-tiba saja
muncul bergerak ke arah barat secara teratur. Ini disebabkan oleh perpusingan
matahari pada sumbunya sekali dalam sekitar 25 hari. Umur bintik-bintik itu
berkisar disekitar beberapa hari hingga bulanan. Setiap saat jika ada bintik
yang diameternya 40 000 km ke atas, dapatlah bintik itu dilihat tanpa
teropong
melalui kaca yang hitam pekat (supaya mata tidak terbakar). Setiap 11
tahun
bintik itu menjadi maksimum besarnya. Pada waktu itu terjadilah di bumi
ini
gejala berupa cahaya kutub menjadi cemerlang, serta di mana-mana di muka
bumi
terjadi badai magnet, secara sederhana dapat dideteksi dengan jarum pedoman
yang menyimpang dan gemetar. Bintik-bintik ini tidak lain dari sejenis
puting beliung (cyclon) yang dahsyat berupa gas panas yang mengalir dengan
gerak spiral berputar dari dasar ke permukaan khromosfer kemudian
mendingin,
sehingga nampak seperti bintik hitam itu. Bintik itu suhunya lebih rendah
dari
gas sekelilingnya dengan suhu 4000 hingga 5000 derajat C.

Pada waktu terjadi gerhana matahari penuh, piring bulan tepat-tepat


menutup piring matahari, sehingga dapatlah dilihat lapisan terluar dari
matahari, yaitu lapisan sebelah luar khromosfer. Lapisan terluar itu yang
disebut corona tidak lain dari hasil karya matahari menyedot dukhan, massa
yang halus, yaitu materi interstellair. Kerapatannya sekitar sepersejuta
dari
seperbilyun kerapatan udara.

Menurut Al Quran, langit itu identik dengan dukhan. Firman Allah SWT
(transliterasi huruf demi huruf):
-- TSM ASTWY ALA ALSMA^ WHY DKHAN (S.HM ALSJDT, 11), TSM ASTWY ALA ALSMA^
FSWYHN SB'A SMWT (S.ALBQRT, 29) dibaca: tsummas tawa- ilas sama-i wahiya
dukha-n (s.hamim assajadah), tsummas tawa- ilas sama-i fasawwa- hunna
sab'a
sama-wa-ti (s.albaqarah), artinya: Maka (Allah) menyengaja ke langit, yang
dia
itu dukhan (41:11). (Allah) menyengaja ke langit, maka disempurnakanNya tujuh
benda langit (2:29).
Menurut ayat yang dikutip di atas itu, langit (dalam bentuk mufrad, singular)
dia itulah dukhan, lalu dari dukhan itu Allah menjadikan benda-benda langit
(dalam bentuk jama', plural), sedangkan 7 benda langit yang dimaksud adalah
benda-benda langit yang mengorbit matahari diluar orbit bumi yang terdiri
dari
6 planet dan 1 planetiod.(*) Ada pula yang berpendapat bahwa angka 7
menunjukkan jumlah yang paling banyak (angka 7 adalah bilangan prima
tertinggi
dari jumlah jari tangan yang dijadikan dasar dalam sistem desimal). Karena
langit identik dengan dukhan, maka menurut Al Quran tidak ada ruang hampa.

Seperti disebutkan di atas dukhan hanya dapat diobservasi tatkala terjadi


gerhana matahari penuh. Hasil observasi (berupa foto) gerhana matahari penuh
tahun 1878, menunjukkan bahwa matahari menyedot dukhan sejauh 8-juta km.
Matahari dan dukhan mengedari pusat Milky Way, namun matahari lebih laju
sekitar 24 km per detik dari dukhan. Jadi matahari "berenang" dalam dukhan
dengan laju sekitar 24 km per detik. Matahari mengedari pusat galaxy Milky
Way
dengan laju 450 km per detik. Dalam sekali edar matahari memerlukan waktu
sekitar 224-juta tahun. Sejak Allah SWT menjadikan matahari dari dukhan, baru
20 kali beredar keliling pusat Milky Way. Laju matahari yang berenang
dalam dukhan itu tampaknya tidak tetap. Ada korelasi antara laju
berenang
dengan banyaknya dukhan yang disedot, yaitu makin lambat makin banyak dukhan
yang disedot.

Tidak jauh dari kutub utara orang mendapatkan di sana batu bara. Itu
berarti
pernah di tempat itu beriklim seperti iklim tropis dewasa ini. Itu
menunjukkan bahwa pada era itu matahari berenang lebih lambat (kurang dari 24
km per detik), sehingga lebih banyak dukhan yang disedotnya, yang
menyebabkan
volume matahari membesar, lalu jarak antara bumi dengan matahari menjadi
lebih pendek, sehingga suhu di permukaan bumi menjadi naik. Itulah
penjelasan mengapa di kutub utara juga didapatkan batubara.

Dari mana matahari memperoleh energi yang tak putus-putusnya memancarkan


sinar
yang panas itu? Ini sudah dijelaskan dalam Seri 014. Karena sudah berjarak
430
Seri, kita ulangi lagi dalam seri ini. Pertanyaan ini dapat dijawab oleh
ilmu
fisika inti. Setiap saat di matahari terjadi reaksi inti panas
(thermonuklir), yaitu dari 4 atom hidrogen (H) berfusi menjadi 1 atom helium
(He). Dalam kenyataan 4 atom H lebih berat dari 1 atom He, artinya
setelah
reaksi inti ada materi yang hilang. Sebenarnya tidak hilang tetapi berubah
wujud menjadi energi yang disebut sinar gamma. Itulah rahasianya dari mana
energi yang dipancarkan matahari itu berasal, yaitu dari perubahan wujud
materi menjadi energi setelah terbentuk atom He. Reaksi thermonuklir
mengambil
tempat dalam inti matahari, karena suhu di tempat itu sekitar 20-juta
derajat
C, yang memungkinkan reaksi thermonuklir itu dapat berlangsung.

Matahari sebagaian besar terdiri atas hidrogen, dan bahan bakar nuklir ini
cukup untuk membangkitkan energi selama sekitar 3,5 - 5 milyar tahun lagi
dari sekarang. Proses reaksi inti itu menyebabkan suhu matahari secara
perlahan meningkat terus, dan diperkirakan dalam satu milyar tahun lagi
suhunya
sudah demikian tingginya sehingga di bumi ini tidak mungkin ada kehidupan
lagi. WaLla-hu a'lamu bishshawa-b.

*** Makassar, 8 Oktober 2000


[H.Muh.Nur Abdurrahman]

----------------------
(*)
Ketujuh benda langit itu adalah: 1.Marikh (Mars), 2.Planeroid, 3.Mustari
(Jupiter), 4.Zohal (Saturnus), 5.Uranus, 6.Neptunus dan paling luar 7.Pluto.
Planetoid itu diperkirakan sebuah planet yang hancur berantakan oleh suatu
sebab yang belum diketahui. Sehingga pada bagian luar bumi kita ini beredar 6
planet + 1 planetiod = 7 benda langit.

**********************************

BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM

WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU


[Kolom Tetap Harian Fajar]
513 Illustrasi Ilmu Menurut Syari'at Islam di Bidang Kosmologi

Kosmologi berasal dari kata-kata cosmos (alam syahadah) dan logos (ilmu).
Artinya secara ma'nawi ialah cabang ilmu falak (astronomy) yang menyangkut
asal-usul alam syahadah (ayat Kawniyah yang nyata) dikaitkan dengan materi,
ruang dan waktu serta kausalitas.

Berdasar atas kenyataan hasil intizhar (observasi), alam syahadah ini sedang
dalam keadan berexpansi, yaitu semua galaxy yang jumlahnya jutaan sedang
bergerak saling menjauhi. Maka timbullah hingga dewasa ini dua madzhab yang
saling bertentangan dalam memberikan tafsiran atas obsevasi tersebut, yaitu
madzhab Alpher-Gamow yang bertitik tolak dari asas penciptaan sekali jadi,
dan
madzhab Bondi-Gold-Hoyle yang bertitik tolak dari asas penciptaan terus-
menerus.

Menurut teori madzhab Alpher-Gamow alam shahadah tercipta dari zarrah-zarrah


(partikel-partikel) sub-atom seperti proton, neutron, elektron dan zarah-
zarrah
sub-atom yang lain (jadi atom belum terbentuk), dalam keadaan kerapatan dan
suhu yang tinggi. Kemudian terjadi peledakan dahsyat (big bang) sehingga
secara
bergumpal-gumpal zarrah-zarrah sub-atom itu terlempar saling menjauhi.
Sementara itu gumpalan-gumpalan tersebut terpecah-pecah pula menjadi jutaan
gumpalan kecil-kecil. Kemudian setiap gumpalan kecil itu "mengembun" menjadi
plasma. Dari setiap gumpalan kecil plasma itu terbentuklah gugusan
bintang-bintang yang disebut galaxy. (Plasma adalah phase keempat dari
materi,
phase pertama padat, kedua cair dan ketiga gas). Hasil intizhar bahwa alam
syahadah ini sedang dalam keadaan berexpansi, disebabkan oleh peledakan
dahsyat
itu.
Teori Bondi-Gold-Hoyle berasumsikan bahwa alam syahadah ini homogen dalam
ruang
dan waktu, tetapi tidak statis. Setiap saat muncul materi berasal dari
ketiadaan, kemudian materi yang baru muncul itu membentuk galaxy baru, yang
menggeser tempat galaxy yang sudah ada. Jadi gerak galaxy yang saling
menjauhi
menurut teori ini disebabkan oleh terciptanya materi secara sinambung.

Menurut pendekatan ilmiyah yang bertumpu di atas paradigma filsafat


positivisme
tidaklah mungkin menyatakan yang manakah dari kedua madzhab itu yang benar,
oleh karena menurut prosedur ilmiyah, ialah observasi, kemudian penafsiran
dan
terakhir uji-coba penafsiran secara experimen. Alam syahadah hanya dapat
diobservasi, ditafsirkan, tetapi tidak dapat diuji-coba, oleh karena manusia
yang umurnya pendek walaupun dengan bantuan instrumennya tidak dapat
menjangkau
alam syahadah yang sangat luas ini. Maka pendekatan ilmiyah yang bertumpu
pada
paradigma filsafat positivisme tidaklah mungkin dapat menghakimi kedua
madzhab
itu, mana yang benar mana yang salah.

Maka untuk mengetahui yang mana di antara kedua madzhab itu yang benar,
haruslah teori yang bertentangan dari kedua madzhab itu diuji-coba menurut
ilmu
yang Islami yang pertumpu pada Tawhid, dengan merujukkannya pada ayat
Qawliyah.
Allah berfirman:
AN RBKM ALLH ALDZY KHLQ ALSMWT WALARDH FY STT AYAMN TSM ASTWY ALY AL'ARSY
YDBR
ALAMR (S. YWNS, 3), dibaca: Inna rabbkumuLla-hu aldzy khalaqas sama-wa-ti wal
ardha fi- sittati ayya-min tsummas tawa- 'alal 'arsyi yudabbirul amra (s.
yu-nus), artinya: Sesungguhnya Maha Pemeliharamu Allah yang telah menciptakan
(benda-benda) langit dan bumi dalam enam masa, kemudian ia menyengaja atas
'Arasy mengatur urusan (10:3). IStaway 'alay l'Arsyi terdapat dalam 7 ayat,
yaitu: (7:53), (10:3), (13:2), (20:5), (25:59), (32:4) dan (57:4). Dalam ke-7
ayat tersebut dijelaskan setelah Allah SWT mencipta benda-benda langit dan
bumi, Allah SWT menyengaja atas 'Arasy, Ia merajai atas daerah kekuasaanNya.
Termasuk dalam daerah kekuasaanNya adalah 'Arasy itu sendiri,
WHW RB AL'ARSY AL'AZHYM (S. AL TWBT, 129), dibaca: wahuwa rabbul 'arsyil
'azhi-m (s. at tawbah, 129), artinya: dan Dia Maha Pemelihara 'Arasy Yang
Maha
Agung (9:129). Salah satu urusan Allah SWT di atas 'Arasy adalah mengurus
langit yang dipenuhinya dengan dukhan.
TSM ASTWY ALY ALSMAa WHY DKHAN (S. FSHLT, 11), dibaca: Tsummas tawa- ilas
Sama-i wahiya dukha-n (s. fushshilat), artinya: Kemudian Ia menyengaja kepada
langit dan dia dukhan (41-11).
Dalam ayat ini langit dinyatakan dalam bentuk mufrad (tunggal, singular)
asSama-u, ini bermakna bukan benda-benda langit asSamawat yang jama',
melainkan
bermakna ruang antar bintang-bintang (nujuwmun). Ruang inilah yang dipenuhi
oleh Allah SWT dengan dukhan(*) dengan proses yang dinyatakan oleh ayat:
ANMA AMRH ADZA ARAD SyaA AN YKWLH KN FYKWN (S. YS, 82), dibaca: Innama-
amruhu- idza- ara-da syay.an ay yaqu-la lahu- kun fayaku-n (s. ya-sin, 82),
artinya Sesungguhnya urusanNya apabila Ia menghendaki sesuatu Ia berkata
baginya: jadi, maka jadilah (36:82).
Ada perbedaan antara penciptaan benda-benda langit dengan pengurusan dukhan.
Dalam penciptaan benda-benda langit dipakai kata Khalaqa, yaitu dalam bentuk
alFi'il alMa-dhiy (past tense), sedangkan dalam pengurusan dari atas 'Arasy,
termasuk mengurus dukhan, dipakai kata Yakuwna, yaitu al Fi'il alMudha-ri'
(present and future tenses). Jadi Allah telah mencipta benda-benda langit
dari
tidak ada menjadi ada pada titik waktu permulaan, sekali jadi, sedangkan
setelah mencipta benda-benda langit, Allah SWT mengurus dukhan menjadikan
dukhan secara terus-menerus (becoming), artinya setiap saat Allah SWT
menjadikan dukhan dari tidak ada menjadi ada.

Dengan merujukkan teori kedua madzhab itu kepada ayat Qawliyah, alhasil kedua
madzhab itu masing-masing mengandung separuh dari kebenaran. Menurut Al Quran
benda-benda langit diciptakan Allah SWT pada titik waktu permulaan
(beginning),
sedangkan dukhan diurus Allah SWT dari tidak ada menjadi ada secara
terus-menerus, setelah Dia menciptakan benda-benda langit dan bumi. WaLlahu
A'lamu bi shShawab.

*** Makassar, 14 Februari 2002


[H.Muh.Abdurrahman]
-----------------
(*)
Dukhan sudah dapat difoto. Allah menetapkan kecepatan tangensial bulan pada
orbitnya dan kecepatan tangensial bumi pada orbitnya. Kecepatan tangensial
bulan menentukan jarak antara bulan dengan bumi dan kecepatan tangensial bumi
menentukan jarak antara bumi dengan matahari. Dengan kedua jarak yang
tertentu
itu, terjadilah hal yang unik, yaitu jika terjadi gerhana matahari penuh,
maka
bulan tepat-tepat menutup matahari. Keadaan bulan yang tepat-tepat dapat
menutup matahari memungkinkan orang dapat menfoto bagian luar matahari. Dari
hasil foto itu dapat dilihat bahwa matahari dibungkus oleh lapisan yang
disebut
corona. Pada lapisan terluar dari corona itu terdiri atas dukhan (debu
interstellair) yang disedot oleh matahari.

----- Original Message -----


From: Amare Verita
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Sent: Monday, October 24, 2005 9:17 PM
Subject: [wanita-muslimah] Fakta Sains di Dalam al-Quran (teori Big Bang)

Fakta Sains di Dalam al-Quran


17 June 2005
Oleh SYED MAHADZIR SYED IBRAHIM

ASAL-USUL ALAM DARIPADA ASAP?

Di dalam surah Fussilat 41: 11, Allah s.w.t berfirman yang bermaksud:
"Kemudian Dia menuju ke langit dan langit ketika itu berbentuk asap lalu Dia
berkata kepadanya dan bumi: ´Datanglah kamu berdua dengan tunduk atau
terpaksa.´ Keduanya menjawab: ´Kami datang dengan tunduk.´"
Di dalam kitab Al-Asas fit Tafsir, jilid 9, halaman 5010, Said Hawa
menyatakan: "Sesungguhnya di sana memang sudah ada suatu keyakinan bahawa
sebelum terjadinya bintang-bintang, keadaan adalah di dalam bentuk gas
nebula seperti asap. Dan pandangan yang seperti ini boleh dianggap sahih
kerana ia begitu hampir dengan hakikat kalimat ´dukhan´ di dalam al-Quran.´

PENCIPTAAN ALAM SEMESTA

Penciptaan alam semesta diterangkan oleh ahli astro-fizik (fizik angkasa)


sebagai satu fenomena yang diterima ramai dan dikenali sebagai ´Big Bang.´
Ia disokong oleh data yang diperoleh daripada pemerhatian dan eksperimen
oleh ahli astronomi dan ahli astro-fizik sejak berdekad-dekad lamanya.
Menurut ´Big Bang´, seluruh alam semesta pada asalnya ialah satu jisim yang
besar (Nebula Asas).

Kemudian terjadi ´Big Bang´ (Pemisahan Kedua) yang menghasilkan


galaksi-galaksi. Ia kemudiannya berpecah-pecah lagi untuk menjadi bintang,
planet, matahari, bulan, dan lain-lain. Asal penciptaan alam semesta ini
memang unik dan kemungkinan untuk ia terjadi secara tidak sengaja adalah
sifar.

Al-Quran mengandungi ayat berikut, berkenaan asal kejadian alam semesta:


"Dan tidakkah orang-orang kafir itu memikirkan dan mempercayai bahawa
sesungguhnya langit dan bumi itu pada asal mulanya bercantum (sebagai benda
yang satu), lalu Kami pisahkan antara keduanya?" (surah Al-Anbiyaa´: 30)

Persamaan di antara ayat Al-Quran dengan teori Big Bang tidak dapat
dinafikan lagi. Bagaimana sebuah kitab yang muncul di padang pasir Arab 1400
tahun lalu, mengandungi fakta sains begini?

WUJUD JISIM GAS SEBELUM PENCIPTAAN GALAKSI


Ahli sains berkata, sebelum galaksi-galaksi di alam semesta ini dibentuk,
yang ada pada mulanya ialah bahan-bahan gas. Dengan kata lain, bahan-bahan
atau awan gas yang besar wujud sebelum pembentukan galaksi-galaksi. Untuk
menerangkan perkara ini, perkataan ´asap´ adalah lebih sesuai berbanding
gas.

Ayat Al-Quran berikut merujuk kepada keadaan alam semesta oleh perkataan
´dhukhan´ yang bermaksud asap: "Kemudian Dia menujukan kehendak-Nya ke arah
(bahan-bahan langit sedang langit itu masih berupa asap; lalu Dia berfirman
kepadanya dan kepada bumi: ´Turutlah kamu berdua akan perintah-Ku, sama ada
dengan sukarela atau paksa!´ Keduanya menjawab: ´Kami berdua sedia menurut -
patuh dengan sukarela.´" (Surah Fussilat: 11)

Lagi sekali, fakta ini juga tidak diketahui oleh orang Arab pada zaman Nabi
Muhammad s.wa.w. Justeru, dari mana pula sumber ilmu ini?

BENTUK BUMI BULAT

Pada zaman lampau, manusia percaya bumi ini rata. Sejak berkurun-kurun
lamanya, manusia takut untuk belayar terlalu jauh kerana risau mereka akan
jatuh di tebing bumi. Sir Francis Drake ialah orang pertama yang membuktikan
bumi ini bulat apabila beliau belayar mengelilingi bumi pada tahun 1907.

Lihat maksud petikan ayat al-Quran ini yang membincangkan mengenai


pertukaran siang dan malam: "Tidakkah engkau memerhatikan bahawa Allah SWT
memasukkan malam pada siang dan memasukkan siang pada malam (silih
berganti)." (Surah Luqman: 29)

Memasukkan di sini bermakna malam bertukar menjadi siang secara


perlahan-lahan dan bertahap-tahap dan begitulah sebaliknya. Kejadian begini
hanya boleh berlaku jika bumi ini bulat. Jika ia rata, sudah tentu perubahan
malam dan siang berlaku secara mendadak dan bukan perlahan-lahan.

Berikut ialah maksud petikan ayat al-Quran yang juga membayangkan bumi ini
bulat: "Dia menciptakan langit dan bumi dengan ada faedah dan guna yang
sebenar; Dia juga menjadikan malam melingkari siang (dengan gelapnya), dan
menjadikan siang melingkari malam (dengan cahayanya)." (Surah Az-Zumar: 5)

Perkataan Arab yang digunakan di sini ialah ´kawwara´ bermakna ´untuk


menindihkan´ atau ´melingkari´ - seperti serban yang dilingkarkan
mengelilingi kepala. Penindihan dan pelingkaran malam dan siang hanya boleh
berlaku jika bumi ini bulat. Bumi ini bukanlah bulat seperti bola, tetapi
berbentuk geo-spherical (geo-bulat), iaitu leper di hujung.

Ayat berikut mengandungi keterangan mengenai bentuk bumi: "Dan bumi


sesudahkan itu dijadikan berbentuk telur." (surah An-Naazi´aat: 30)*

(*Perkataan Arab dahaha diterjemahkan oleh Mufti Haji Muhammad Noor Haji
Ibrahim sebagai ´dihamparkannya´, yang juga betul. Perkataan dahaha juga
bermakna telur burung unta. Lihat ayat ini yang berkaitan dengan sifat
cahaya matahari dan bulan: "Dialah yang menjadikan matahari bersinar-sinar
(terang-benderang) dan bulan bercahaya....´ (Surah Yunus: 5))

Perkataan Arab untuk telur di sini ialah ´dahaha´ yang bermaksud telur
burung unta. Bentuk telur buurng unta menyerupai bentuk bumi yang geo-bulat
(geo-spherical). Justeru, Al-Quran menerangkan bentuk bumi dengan tepat,
walaupun anggapan umum pada masa Al-Quran diturunkan ialah bumi ini rata.

CAHAYA BULAN ADALAH CAHAYA PANTULAN

Peradaban-peradaban awal manusia percaya bulan menghasilkan cahayanya


sendiri. Sains kini memberitahu kita bahawa cahaya bulan ialah cahaya yang
dipantulkan. Walau bagaimanapun, fakta ini telah disebut di dalam al-Quran
1400 tahun dahulu di dalam firman-Nya yang bermaksud: "Maha Berkat Tuhan
yang telah menjadikan di langit, tempat-tempat peredaran bintang, dan
menjadikan padanya lampu dan bulan yang menerangi." (Surah Al-Furqan: 61)

Perkataan Arab untuk matahari di dalam Al-Quran ialah ´syams´. Ia merujuk


kepada ´siraaj´, yang bermaksud api pelita (torch) atau ´wanhaaj ´yang
bermakud ´lampu yang menyala´ atau ´diya´ yang bermaksud ´kemegahan yang
menyinari.´ Ketiga-tiga keterangan itu memang sesuai untuk matahari
memandangkan ia mengeluarkan haba dan cahaya oleh sebab kebakaran
dalamannya.

Perkataan Arab untuk bulan pula ialah ´qamar´ dan ia diterangkan di dalam
al-Quran sebagai ´muneer´, iaitu sesuatu yang mengeluarkan nur, iaitu
cahaya. Sekali lagi, keterangan al-Quran menyamai sifat semula jadi bulan
yang tidak menghasilkan cahayanya sendiri dan merupakan benda yang tidak
aktif yang hanya memantulkan cahaya matahari. Tidak pernah sekalipun di
dalam al-Quran, bulan disebut sebagai ´siraaj´, ´wanhaaj´, atau ´diya´ atau
matahari sebagai nur atau ´muneer´.
Ini menunjukkan Al-Quran menyedari perbezaan di antara cahaya matahari dan
cahaya bulan.

Lihatlah maksud ayat-ayat firman-Nya ini yang berkaitan dengan cahaya


matahari dan bulan:

1. "Dialah yang menjadikan matahari bersinar-sinar (terang benderang) dan


bulan bercahaya." (Surah Yunus: 5)

2. "Tidakkah kamu mengetahui dan memikirkan bagaimana Allah telah


menciptakan tujuh petala langit bertingkat-tingkat. Dan Dia menjadikan
padanya bulan sebagai cahaya serta menjadikan matahari sebagai lampu (yang
terang benderang)." (Surah Nuh: 15-16)

MATAHARI TIDAK BERPUTAR

Sejak sedemikian lama ahli falsafah dan ahli sains Eropah percaya bumi ini
berkedudukan tetap di tengah-tengah pusat alam semesta dan semua benda lain
beredar mengelilinginya. Di Barat, konsep alam semesta berpusatkan bumi
(geocentric) ini berleluasa dari zaman Ptolemy pada kurun kedua Sebelum
Masihi lagi.

Pada tahun 1512, Nicholas Copernicus membentangkan teorinya yang dipanggil


Heliocentric Theory of Planetary Motion (Teori Heliocentric Mengenai
Pergerakan Planet), yang mendakwa matahari itu yang berkedudukan tetap di
pusat sistem matahari dengan planet-planet lain beredar mengelilinginya.

Pada tahun 1609, ahli sains Jerman Yohannus Keppler menerbitkan Astronomia
Nova. Di dalamnya dia menyimpulkan bahawa planet-planet bukan hanya beredar
dalam orbit bujur (elliptical) mengelilingi matahari, mereka juga berputar
di paksinya pada kelajuan yang tidak menentu. Dengan pengetahuan ini,
ahli-ahli sains Eropah mampu menerangkan secara tepat beberapa corak
perjalanan sistem matahari termasuklah kejadian malam dan siang.

Selepas penemuan-penemuan ini, matahari dianggap sebagai berkedudukan tetap


dan tidak berputar di paksinya seperti bumi. Penulis masih ingat ketika
belajar kesilapan ini dari buku Geografi pada zaman persekolahan penulis.
Lihatlah maksud ayat-ayat al-Quran ini:

"Dan Dialah (Tuhan) yang telah menjadikan malam dan siang, serta matahari
dan bulan; tiap-tiap satunya beredar *terapung-apung di tempat edaran
masing-masing (di angkasa lepas)." (Surah Al-Anbiyaa: 33)
(*Mufti Haji Muhaamd Noor Haji Ibrahim menterjemahkan beredar
terapung-apung). Sila lihat keterangan ini:

Perkataan Arab yang digunakan di atas ialah ´yasbahun´. Perkataan ´yasbahun´


diambil dari perkataan ´sabaha´. Ia membawa makna pergerakan dari
benda-benda yang bergerak. Jika anda menggunakan perkataan itu untuk
manusia, ia tidak bermakna orang itu bergolek tetapi ia bermakna orang itu
berjalan atau berlari. Jika anda menggunakan perkataan itu untuk manusia di
dalam air, ia tidak bermakna orang itu sedang terapung-apung, tetapi
bermakna dia sedang berenang.

Begitu juga, jika anda gunakan perkataan ´yasbah´ untuk benda-benda di


angkasa raya seperti matahari ia tidak bermakna ia terbang melalui angkasa
tetapi ia bermakna berputar sambil bergerak melalui angkasa. Kebanyakan buku
teks telah memasukkan hakikat matahari berputar di atas paksinya.
Putaran matahari di paksinya boleh dibuktikan dengan bantuan peralatan yang
boleh mengimbas imej matahari ke atas meja supaya seseorang itu boleh
mengkaji imej matahari tanpa menjadi buta. Kita boleh perhatikan matahari
menyempurnakan putarannya setiap 25 hari, yakni matahari mengambil masa 25
hari untuk berputar di paksinya.

Sebenarnya, matahari bergerak melalui angkasa pada kelajuan lebih kurang 150
batu sesaat, dan mengambil masa 200 juta tahun untuk menyempurnakan satu
pusingan mengelilingi pusat galaksi kita iaitu Galaksi Bima Sakti.

"Dengan ketentuan yang demikian, matahari tidak mudah baginya mengejar


bulan, dan malam pula tidak dapat mendahului siang; kerana tiap-tiap satunya
beredar terapung-apung di tempat edarannya masing-masing." (Surah Yaa Siin:
40)

Ayat ini memberitahu fakta penting yang ditemui oleh astronomi moden, iaitu
wujudnya orbit tersendiri untuk matahari dan bulan, dan mereka beredar
melalui angkasa dengan pergerakannya sendiri. ´Tempat tetap´, di mana
matahari bergerak menuju ke arahnya dan membawa bersamanya sistem matahari
telah dikenal pasti tempatnya oleh astronomi moden. Ia digelar Solar Apex.
Sistem matahari sesungguhnya bergerak di angkasa ke arah satu tempat di
´constellation of Hercules ´(alpha layer) yang telah dikenalpasti dengan
sahih di mana letaknya.

Bulan berputar di paksinya dalam tempoh yang sama diambilnya untuk


mengelilingi bumi. Ia mengambil masa 29 1/2 hari untuk menyempurnakan satu
pusingan. Seseorang itu tentunya terkejut dengan ketepatan saintifik yang
ditunjukkan dalam ayat-ayat al-Quran. Justeru, tidak perlukah kita fikirkan:
Apakah sumber ilmu-ilmu yang terkandung di dalam al-Quran ini?´

MATAHARI AKAN PADAM SELEPAS TEMPOH TERTENTU

Cahaya matahari dihasilkan oleh proses kimia di permukaannya yang telah


berlaku sejak lima billion tahun dahulu. Ia akan padam pada suatu masa nanti
apabila matahari kelenyapan bahan api yang akan membawa kepupusan kehidupan
di bumi ini. Ayat al-Quran menyebut mengenai perkara ini: ´Dan (sebahagian
dari dalil yang tersebut ialah) matahari; ia kelihatan beredar ke tempat
yang ditetapkan baginya; itu adalah takdir Tuhan yang Maha Kuasa, lagi Maha
Mengetahui." (Surah Yaa Siin: 38)

(Mesej yang sama difirmankan oleh Allah s.w.t sebagaimana terkandung di


dalam al-Quran menerusi ayat-ayat 13: 2, 35: 13, 39: 5 and 39: 21)

Perkataan Arab yang digunakan di sini ialah ´mustaqarr´, yang bermakna


tempat atau masa yang telah ditentukan. Justeru, al-Quran menyatakan
matahari bergerak menuju ke satu tempat yang ditetapkan dan perkara itu akan
berterusan sehingga ke satu tempoh yang telah ditetapkan - bermakna ia akan
padam atau tamat.

KEWUJUDAN BAHAN DI RUANG ANGKASA

Ruang di luar sistem astronomi yang tersusun dikatakan tidak mempunyai


apa-apa bahan dan vakum sahaja. Ahli astro-fizik kemudiannya menemui
kewujudan bahan-bahan yang dipanggil plasma dan ianya terdiri daripada gas
yang diionkan sepenuhnya dan mengandungi jumlah elektron bebas dan ion
positif yang sama. Ia juga kadang-kadang dipanggil keadaan bahan yang
keempat (selain daripada tiga keadaan yang diketahui- pepejal, cecair, dan
gas).

Al-Quran menyebut kewujudan bahan ini dalam ayat: "Tuhan yang menciptakan
langit dan bumi serta segala yang ada di antara keduanya." (Surah
Al-Furqaan: 59)

Amat tidak logik sekali untuk sesiapa pun membayangkan kewujudan bahan di
antara galaksi telah diketahui 1400 tahun dahulu.

ALAM SEMESTA YANG SENTIASA MENGEMBANG

Pada tahun 1925, ahli astronomi Amerika yang bernama Edwin Hubble,
membentangkan bukti hasil kajiannya bahawa semua galaksi semakin menjauhi
antara satu sama lain, yang membayangkan alam semesta ini sedang mengembang.
Pengembangan alam semesta kini diiktiraf sebagai fakta sains.

Inilah yang al-Quran katakan mengenai sifat alam semesta ini: "Dan langit
itu Kami dirikan dengan kekuasaan Kami (dalam bentuk binaan yang kukuh rapi)
Dan sesungguhnya Kami adalah mempunyai kekuasaan yang luas tidak terhingga."
(Surah Dzaariyaat: 47)

Perkataan Arab ´musi´u´n diterjemahkan dengan betul kepada


´mengembangkannya´, dan ia merujuk kepada penciptaan alam semesta yang amat
besar dan sedang mengembang.

Stephen Hawking, dalam bukunya, A Brief History of Time, berkata, ´Penemuan


bahawa alam semesta ini sedang mengembang merupakan salah satu dari revolusi
intelek yang amat hebat di kurun ke 21.´

Al-Quran menyebut mengenai pengembangan alam semesta, sebelum manusia


belajar membuat teleskop. Ada yang berkata fakta-fakta astronomi di dalam
al-Quran tidaklah mengejutkan kerana orang Arab memang mahir di bidang
astronomi. Mereka memang betul bila berkata orang Arab mahir di bidang
astronomi.

Bagaimanapun mereka gagal menyedari bahawa al-Quran diturunkan sebelum orang


Arab menjuarai bidang astronomi. Selain daripada itu, kebanyakan fakta-fakta
saintifik yang disebut di atas mengenai astronomi, seperti asal usul alam
semesta dari Big Bang, tidak diketahui oleh orang Arab walaupun sehingga
zaman kegemilangan sains mereka.

Oleh hal yang demikian itu, fakta saintifik di dalam Al-Quran bukan
disebabkan oleh keunggulan orang Arab di bidang astronomi. Malahan, yang
sebaliknya betul. Orang Arab menjuarai astronomi kerana astronomi disebut di
dalam al-Quran.

GAS HIDROGEN DAN HELIUM DAN PERMULAAN LANGIT DAN BUMI

Salah satu kajian dalam bidang ilmu astrofizik ialah tentang keadaan alam
selepas berlakunya Big Bang. Kajian menunjukkan bahawa pengembangan berlaku
di dalam keadaan suhu yang tinggi diikuti dengan penyejukan. Di peringkat
awal itu, proton telah bercantum dengan neutron dan melahirkan gas deuterium
(hidrogen berat atau heavy hydrogen) di samping gas-gas ringan yang lain,
terutamanya helium, dan sedikit daripada lithium, berylium dan boron. Ini
disebutkan juga sebagai ´primary nebula´.

Akhirnya, dalam jangka masa yang singkat, angkasa raya ketika itu didominasi
oleh gas hidrogen dan helium. Selepas lebih kurang sejuta tahun, gas di
angkasa membeku dan kemudiannya bercantum mengikut proses-proses tertentu
untuk menjadi galaksi, bintang-bintang dan bumi. Penemuan ini adalah selari
dengan pernyataan al-Quran.

PERMULAAN ALAM MENURUT AL-QURAN DAN SAINS

Dalam surah Al-Anbiya ayat 21: 30, Allah s.w.t berfirman yang bermaksud:
"Apakah orang-orang kafir tidak melihat bahawa sesungguhnya langit dan bumi
pada asalnya adalah bercantum sebagai satu, kemudian Kami pisahkan
keduanya."

Di dalam Al Jamik li Ahkamil Quran Jilid 5 halaman 4323, Imam Qartubi telah
meriwayatkan perkataan-perkataan Ibn Abbas, Al-Hasan, ´Atha, Ad-Dahhak dan
Qatadah: "Ia bermaksud bahawa kedua langit dan bumi pada asalnya adalah satu
yang melekat lagi bercantum, kemudian Allah s.w.t pisahkan di antara
kedua-duanya dan dijadikan di antara kedua-duanya udara."

Di dalam Al-Asas fit Tafsir Jilid 7 halaman 3454, Said Hawa telah
mendatangkan riwayat dari Ibn Kathir tentang pandangan Said bin Jubair
berhubung dengan ayat ini: "Bahkan. sebelum ini langit dan bumi melekat dan
bercantum di antara satu dengan yang lainnya. Ketika Allah s.w.t meninggikan
langit maka menonjollah bumi. Demikianlah maksud Allah s.w.t memisahkan di
antara kedua-duanya."

Syeikh Tantawi Jauhari dalam kitabnya yang terkenal Al-Jawahi´ yang


ditulisnya sekitar tahun 1920-1930, telah menyebutkan: "Apa yang telah
dijelaskan oleh al-Quran dahulu ialah bahawa langit alam yang ada di
dalamnya, adalah semua bercantum lalu Allah s.w.t pisahkan semuanya. Di sini
kita tegaskan bahawa ini adalah mukjizat, kerana ilmu ini belum diketahui
kecuali pada zaman sekarang."

Berpandukan ayat ini, tafsiran yang muktabar menerima hakikat bahawa alam
ini pada suatu ketika dahulu adalah bercantum sebelum dipisahkan mengikut
yang dikehendaki oleh Allah s.w.t.

TEORI ´BIG BANG´

Satu teori yang telah diterima umum tentang asal kejadian alam ialah teori
Big Bang. Ia mengatakan bahawa alam ini pada asalnya adalah bercantum,
kemudiannya berlakulah satu letupan yang kuat (cosmic explosion) 10 ke 20
billion tahun dahulu, yang dinamakan sebagai Big Bang. Bermula dari situ
berlakulah pengembangan dan penyejukan (expanding and cooling) yang
melahirkan bintang-bintang, galaksi dan yang seumpamanya

Teori ini pada asalnya diasaskan dari formula General Theory of Relativity
yang diutarakan oleh Albert Einstein pada tahun 1915. Kemudian pada tahun
1922 seorang pakar fizik Rusia, Alexander Friedmann, telah mengembangkan
lagi formula ini dan mengukuhkan lagi teori Big Bang ini.

Pada tahun 1929, tokoh astronomi dari Amerika, Edwin Hubble, telah menemui
bukti-bukti kukuh yang menyokong teori Big Bang. Dengan menggunakan alat
yang canggih, beliau telah mendapati bahawa alam ini sedang berkembang
sekali gus mengukuhkan pendapat bahawa alam ini bercantum padu pada asalnya
dan letupan besar telah berlaku yang menyebabkan pengembangan itu.

Penyelidikan berhubung dengan tahap radiasi dan tentang gas helium yang
tersebar secara seimbang di angkasa, adalah selari dengan teori Big Bang.
Kajian tentang tahap radiasi di angkasa raya telah dilakukan oleh pakar
astrofizik dari Amerika, Arno Penzias and Robert Wilson, pada tahun 1965.

Kajian tambahan yang dilakukan di antara tahun 1989 hingga 1993, dengan
menggunakan alat pengesan khas NASA yang dikenali sebagai ´COBE Spacecraft,´
juga telah mengesahkan tentang perkara ini.

Pada hari ini dengan alat dan prasarana yang lebih canggih, seperti makmal
CERN yang terletak berhampiran dengan Geneva, banyak kajian baru yang dapat
dilakukan. Kajian-kajian terkini dari makmal ini telah mengukuhkan lagi
teori Big Bang.

Pada tahun 1928, Thomas Gold dan Hermann Bondi telah mengutarakan satu teori
yang berlawanan dengan Big Bang, iaitu, Teori ´Steady State´ yang mengatakan
bahawa alam ini tidak ada permulaan, malah berkeadaan sama sejak dahulu
hinggalah sekarang. Pada tahun 1964, dengan penemuan gelombang-gelombang
tertentu di udara yang mengesahkan tentang kewujudan Big Bang, teori ini
terus ditolak.

Semua ini mengesahkan bahawa langit dan bumi pada suatu ketika dahulu adalah
bercantum padu, kemudiannya dipisahkan. Kesemuanya telah disebutkan oleh
al-Quran.
Ê

u
 
 

  
    ! !  " !  "! " 
 "    "   

# $ 
  
$% &    
  
    

 !    

 Ê   ! ! "      $      !' 



   
! "  
 
$  %" 
$% 
 Ê u $  (  )**+
     !   
$% &   ",
 - .
 /       
   ! 
    " 0  
 !    
 "   (  u
 "   $  (  " 
% 1 1 222 ë !      
 - ,     
! "    "
    1   
      !  
  " "1 3  " !  
#4 5 
(   6     

#   !"  # # $


 

!  # # $%   
  u ""

 "  ! " 
#  !  " "" 
# $%     " 
   !  !        
   
* Ê $ $ )77+! "     "
  
(        
# 
   
  " 
  "   ! "    
     #    
 "   $   
# ! "   ! 
 
  ë  
! "  %     "  " $% &    
 0 
      " "   "   &  $ 
 "
   4" 8    !   
# 
 
     "      # 
 "" 
 !    
%" 
    $ 
     !  ! 
 $ % %     " %    " 
 Ê 0 
   
$% & ! "         " 
    $      "   
#  %  
 " %     "      " .
   .   
! "   !   " 
   #   "   ,u !    
# % 

! "   
#  
     
 " "     " " 
    %  "    "
  

 
  !    %" #%
     
   "   
#  
 

 "            "   
# 
  
 

 ! "
 - ë   
#   !" 

 % 
          
 
# #   $   $
  ! &


   ' $      
    0 
$  
#   
   
 " %   "    " 
 Ê    $ 
% %       " %    
$   " "  !  "    
 7* 0   $ 

      4"    $   %  

 
         ""
 "  
     

$ 
       #      4"  


$     '  ! " "   1  
 7    "" 
 
     ""    "   1 3 /222   
 
 $  % 
!    $% u  (
9  ë     #4 5$ $  
7 Ê 0 
 % 
   
#   !" 

      
 
   
! " 
$% & :;    
 
 4"   # ! "  "  "%    !    0
! "  $          !   " 
     #        ! " 
 "    0  
(  8 < "  " 1 9!  
 "''  ! "  "   -(!
   $  !  
        , 1 ;
1 22
 "   
# ,1   
      
  "   
     "     " "  &
   #   
 "   
  ! " 2 %- 0   "$% ! " 

 "   
      #    $% &)  
&   $% &  
+     !  "" ! " 
)&$&=+ 

0  !  "   ""  #



#   # 1      ! " 
 "  

   
  " )>  $  ?('(  
> #= ++0        !  (   "   +
1 " %  ! "    
      
!   
 *+%    
    

 5%    0 
   % % 
;  77@ 

u "        % #   ! 


  

u   
  & 

'5###    "

1   .     "   


(  )*5*+ " 

 
    u! 
u%  #        '  
     (  ! "
%,084 -  
  " 
! " 

 
  ! 
 # 
  2 u
)**+ 




& ! "  % % (  


 %,& 
! u9 

 
3- 2     u


  " 
(   u 
u

  ! :2 #    
0 Aë   2
  
u
 


2     "     


   
        
2 u
   
 $ ! " ( 1   
1 !)@u57=u+ u    u
      !  !! "
 )  "     "  + u
     %   "  " 
%    %       !   "   "   



 2  u


   %   ""    !  ""  
 
 ""   "
 "   B 1   $"
u     ! ! ë!'   !1  !
0 "
$ 
"'2 & 
!  u' 

 3    
   2 
u
! "  "   " 



C0        '   


    1  
0 "         1 ! "  "
  !   

! "  "
   B  0 "      ! 
          ! "  "
 "   
 D  ! B   C% u  



u !     "



!      ! "  "  1  
" 2  u
    !   ! "   ""   
1     !  
   "   "    



2 u
%" 
     
' '    
        1   "' '    
      ! 2  u
   " 
 
     "  ' '   )  ' 
+       
 ! "

   "   "    



 !   % 
   "   "   
      ! ! "   u   

 
  ! !   %  !    "  
  ! "  ""  " 
C84 

 8  C 0        ! 2 
u
     "%  "      "    
      ! 2  u
  !  
  
 '  '
   1    "   "%
 % 
1 ! "   "    ! 



0   "% 1  %   ! "  "   "  !    


        1    " ! "  " 
 "  ! 1 "  ! ! "      ! !     "
 !
    
1  


2 u
%"        ! "        
    "%    1  u   "%  
1 
2 u
   AA  "%   1      

 "   ""    "  "
 C



C& ! !   "     "  !   "


 
  
9 
E(   "
8'  '1    
 u
AA u  



(  "%) '  



C   !    " ! "  



 "
 B    1     
  ! 
  "  ! (  A0
4 C% /8 F u & !   ! ! 
C
1  !
!'2 u
C 



 u    (  %"    " 


2  u
 0 "      ! 
#  
2  u

   
(      

  



C     
 %  "    % 


#   .!<  ; ! "   
2 u
% 
   2      C
%2u     ! ! C( '" "
3 4
 1 u4 " &   " 
 '
   !C 



u    
  "  
 ! "  " (   
       
  "  "      ! ""  2  
u
   "  ! Cu
 ""  "   " 
# (    " 

 ! 2  u
C%  ! 


;9 B   ! ! C(  '2 
 
 '  C
 " "  C  "   2  u
 "    " ! " 
(   
   C ."
2 #   u
   
 " 
 "  .   



" '  


* 



+
'  

0 4& "   !  %


  !'
   %  
# 2 
u
    %      #    



+
,

    % 
    %  
   %        
 6  
 % 
 *u 1   %  
  2 
  
2  u
 "
   )**+ C2  u

 %  
! " "      %3 !!
0 C% 
0 4& "   ! !  %
  !'
  



.     !      "  # BB)  " #  
+  
 %3 !!
0 u
6 ! " 2 u
 
" "% 

 ! "     " %  2 u
   "#   

 " %      " #    "      # 

 % " 6  
 !       G    " ! " 
 

 ""   



C6  
 !    %     G  ! " 
  &    
 .  %  
  7C " 6 > #    ! ! C

u   $ !C 



"
 


0 4 & "  "   2 u
%"      
  "   " 
# ! "  ""  " %  
   "    #    



) 
-.   



2 u
  %          ! ! "  " C   
 4 AA 1   u
     "  "    
 ! #  "   
'
 3  B0 2   
"  4  0 2 = 

V   V 


  
 (  )**+    "  ! "   " " 
 !   
#  
        u!  . " 
 " " !    "  3   
  ! " (  
 
   !     ! "           
 
   "   "   !   
#  !    

   (       ! ! "%2   
 

    1 1 222  
"% 

  

  (    " "% 
    

 7''2 !$ .   !       "   "  
 
 "  "      ! ! "
 
%   ! " 
1  "  
! "  !      ë  "" 
! 
    "  "   " "% ! "  " ""   
! "  % 
      

You might also like