You are on page 1of 14

1

UJI PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS


JAGUNG (Zea mays L.) DI LAHAN GAMBUT
Oleh
SAPTEM MASWITA*)
Dibawah bimbingan :M. Zulman Harja Utama dan Milda Ernita
*)
Program Studi Agroteknologi Fak. Pertanian Universitas Tamansiswa Padang
ABSTRAK
Penelitian uji pertumbuhan dan hasil beberapa varietas jagung terbaik terhadap
pertumbuhan dan hasilnya di lahan gambut. Penelitian dilakukan di lahan Balai
Penyuluhan Kecamatan, Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan dari
bulan Oktober 2012 sampai Januari 2013. Percobaan ini bertujuan untuk
mendapatkan varietas jagung terbaik terhadap pertumbuhan dan hasilnya di lahan
gambut.Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan perlakuan 5
varietas jagung yaitu Pioner 27, Nusantara 1, Dua Kuda, Pertiwi dan NK 99.
Variabel yang diamati tinggi tanaman, jumlah daun, lebar daun, panjang daun,
umur berbunga, umur muncul bunga jantan, umur panen, panjang tongkol tanpa
klobot, lingkar tongkol, jumlah baris per tongkol, bobot tongkol tanpa klobot,
bobot 100 biji dan bobot pipilan kering per/plot dan per/ha. Hasil penelitian
memberikan pertumbuhan dan hasil terbaik pada varietas Dua Kuda, dengan
produksi yaitu 13,82 ton/ha di lahan gambut.
Kata Kunci : Gambut dan Jagung

PENDAHULUAN
Tanaman jagung merupakan salah satu sumber karbohidrat setelah padi
dan gandum, banyak dikembangkan di Indonesia sebagai bahan makanan, pakan
dan bahan baku industri. Permintaan akan jagung terus meningkat seiring dengan
meningktnya jumlah penduduk dan perkembangan industry pangan dan pakan
ternak (Budiman, 2010). Jagung sebagai pakan ternak dan pangan menempati
urutan ketiga di dunia (7%) setelah padi (26%) dan gandum (23%)
(Anonima2004). Produksi jagung di Indonesia dari tahun ketahun terus meningkat,
seiring dengan permintaan yang tinggi.Produktivitas jagung di Sumatera Barat

tahun 2006 rata-rata 4,7 ton/ha dengan laju pertumbuhan 7,45% per tahun
(Anonimb, 2009).
Produksi jagung di Sumatera Barat dengan luas lahan 70 ribu ha adalah
sekitar 400 ribu ton setahun.Produksi rata-rata masing-masing daerah masih
beragam sesuai dengan potensi dan dukungan teknologi yang digunakan. Pesisir
Selatan merupakan salah satu sentra produksi jagung dengan luas areal tanam
rata-rata pertahun mencapai 10 ribu ha, dengan produksi rata-rata 6,5 ton/ha
(Anonimc, 2010).
Berbagai usaha telah dilakukan dalam memacu peningkatan produksi
jagung, tetapi dalam perjalanannya menghadapi sejumlah permasalahan yang
tidak hanya berhubungan dengan iklim, hama, penyakit dan keseimbangan hara,
tetapi juga berkaitan dengan semakin meluasnya alih fungsi lahan termasuk lahan
pertanian menjadi kawasan industri, perumahan, dan perhubungan. Berkaitan
dengan alih fungsi lahan tersebut maka perlu memanfaatkan lahan-lahan yang
telah direklamasi, diantaranya adalah lahan gambut.Adapun masalah dari pada
lahan gambut yang ada di kecamatan Lengayang yaitu tata air yang jelek,
kemasaman tanah, status hara makro dan mikro yang rendah.
Lahan gambut berpotensi besar untuk budidaya tanaman pangan (Setiadi,
1990).Lahan gambut cukup luas sekitar 19 juta ha yang tersebar di Kalimantan,
Sumatera dan Papua.Reklamasi lahan gambut yang telah dilakukan sampai
sekarang belum menjadi lahan gambut sebagai lahan usaha tani, karena banyak
faktor yang mencekam pertumbuhan tanaman seperti ketebalan dan taraf
dekomposisi, status hara makro dan mikro yang rendah, adanya lapisan pirit, tata
air yang jelek, kemasaman tanah dan adanya asam-asam organik meracun yang
tinggi hasil dekomposisi bahan organik secara anaerobik (Alihamsyah et al.,
2003).
Salah satu caramudah dan tepat untuk mengatasi masalah kemasaman
tanah dan keberadaan asam-asam organik yang meracun ini adalah dengan
menanam varietas jagung yang toleran terhadap cekaman asam-asam organik
tanah gambut.Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan varietas jagung terbaik
pertumbuhan dan hasilnya di Lahan Gambut.

BAHAN DAN METODE


Penelitian dilaksanakan dilahan Balai Penyuluhan Kecamatan, Kecamatan
Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan dari bulan Oktober 2012 sampai Januari
2013.

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah benih jagung varietas

Pioneer 27, Nusantara 1, NK 99, Pertiwi, Dua kuda, pupuk N P K dan pupuk
organik.
Percobaan disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
perlakuanyaitu varietas Pioneer 27 (V1), varietas Nusantara 1(V2), varietas Dua
kuda(V3), varietas Pertiwi(V4), varietas NK 99(V5). Diulang sebanyak 4 kali
sehingga terdapat 20 plot percobaan. Data yang diperoleh dianalisi secara statistik
dan diuji lanjut dengan menggunakan DMRT pada taraf 5%.
Variabel yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, lebar daun,
panjang daun, umur berbunga, umur muncul bunga jantan, umur panen, panjang
tongkol tanpa klobot, lingkar tongkol, jumlah baris per tongkol, bobot tongkol
tanpa klobot, bobot 100 biji dan bobot pipilan kering per/plot dan per/ha.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tinggi Tanaman
Pada Tabel 1 memperlihatkan pertumbuhan tinggi tanaman beberapa
varietas jagung dilahan gambut berpengarh sangat nyata. Pada varietas Nusantara
1 menghasilkan pertumbuhan tinggi tanaman tertinggi yaitu 170,53 cm berbeda
tidak nyata dengan varietas Pionner dan varietas NK 99 yang masing-masing
yaitu 161,93 cm dan 161,28 cm berbeda nyata dengan varitas Dua Kuda dan
varitas Pertiwi masing masing 140,85 cm dan 132,20 cm, dan pertumbuhan tinggi
terendah terlihat pada varitas Pertiwi yaitu 132,20 cm.
Tabel 1. Tinggi tanaman pada beberapa varietas tanaman jagung dilahan gambut
Varitas Jagung Tinggi tanaman (cm)
Nusantara 1
Pioner
NK 99
Dua Kuda
Pertiwi
KK (%) =9,92
Angka pada kolom yang diikuti huruf kecil
menurut DMRT 1%.

170,53
161,93
161,28
140,00
132,20

a
a
a
b
b

yang sama berpengaruh sangat nyata

Hal ini dikarenakan faktor genetik dari tanaman dan dipengaruhi oleh
lingkungan tempat tumbuh tanaman jagung (mampu beradaptasi).Faktor genetik
merupakan penyebab keragaman penampilan tanaman. Menurut Masdar et al.,
(2006) sifat genetik yang akan diekspresikan pada berbagai sifat tanaman
mencangkup bentuk dan fungsi yang menghasilkan keragaman tanaman. Laju

Tinggi tanaman (cm)

pertumbuhan tanaman beberapa varietas jagung disajikan pada Gambar 1.


200
150

Pioner

100

Nusantara 1

50

Dua Kuda
Pertiwi

0
2

NK 99

Minggu Ke

Gambar 1.Laju pertumbuhan tinggi tanaman uji pertumbuhan dan hasil beberapa
varietas jagung dilahan gambut.
Gambar 1 memperlihatkan laju pertumbuhan tinggi tanaman jagung mulai
dari minggu ke dua sampai dengan minggu ke 5 selalu mengalami kenaikan ratarata yaitu pada varietas NK 99 29,75 cm, Pertiwi 26,75 cm, Dua Kuda 29 cm,
Nusantara 30,25 cm, Pioneer 27 30 cm. Pada Gambar 1 laju pertumbuhan
tertinggi diperoleh pada varietas Nusantara 1 dan laju pertumbuhan terendah
terjadi pada Varietas Pertiwi.
Jumlah Daun
Pada Tabel 2 memperlihatkan jumlah daun beberapa varietas jagung
dilahan gambut berbeda tidak nyata. Pada varietas Pioner menghasilkan jumlah
daun 12,75 helai, pada varietas NK 99, Nusantara 1 dan Dua Kuda menghasilkan
jumlah daun yang masing-masingnya 12,75 helai, 12.5 helai dan 12.5 helai.
Tabel 2.Jumlah daunpada beberapa varietas jagung dilahan gambut
Varietas Jagung
Pioner
NK 99

Jumlah Daun (cm)


12,75
12,75

Nusantara 1
12,50
Dua Kuda
12,50
Pertiwi
11,50
KK (%) = 8,72
Angka pada kolom jumlah daun berpengaruh tidak nyata menurut F tabel 5%.

Pada varietas Pertiwi menghasilkan jumlah daun yaitu 11,5 helai. Tidak
berbedanya jumlah daun pada setiap Varietas dipengaruhi oleh faktor lingkungan
tumbuh tanaman, hal ini dikarenakan banyaknya kendala-kendala yang terdapat
pada tanah gambut, salah satunya adalah terdpatnya senyawa organik hasil
dekomposisi anaerobik yang menghasilkan asma-asam organik yang dapat
meracun tanaman, sehingga jumlah daun yang dihasilkan pada varietas Pertiwi
menunjukan karakteristik kemampuan adaptasi terhadap lingkungan tumbuh.
Menurut Soemarsono et al,.(2011) suatu varietas yang memiliki adaptasi lebih
baik apabila dapat tumbuh baik pada wilayah penyebaran, dengan pertumbuhan
dan produksi yang lebih stabil.
Total Luas Daun
Dari Tabel 3 memperlihatkan total luas daun jagung beberapa varietas
jagung dilahan gambut berbeda tidak nyata. Pada varietas Pioner menghasilkan
total luas daun yaitu 8312,33 cm2, berbeda tidak nyata dengan varietas Nusantara
1 yaitu 7937,27 cm2, kemudian disusul varietas NK 99, varietas Pertiwi dan
varietas Dua Kuda

masing-masingnya menghasilkan total luas daun yaitu

7605,58cm , 6369,50 cm2 dan 6059,66 cm2.


Tabel 3.Total luas daunpada beberapa varietas jagung dilahan gambut.
Varietas Jagung
Total Luas Daun (cm2)
Pioner
8312,33
Nusantara 1
7937,27
NK 99
7605,58
Pertiwi
6369,50
Dua Kuda
6059,66
KK (%) = 12,43
Angka pada kolom total luas daun berpengaruh tidak nyata menurut ujiF 5%.
Tidak berbedanya total luas daun dipengaruhi oleh faktor lingkungan,
terutama dalam penyerapan unsur hara oleh tanaman. Keadaan ini diduga
merupakan salah satu sifat dari setiap varietas jagung dalam merespon kondisi
lingkungan dengan kesuburan tanah gambut yang mengandung senyawa Fenol
yang bereaksi sangat masam dan dengan kadar hara rendah.
Dengan ketersediaan unsur hara yang cukup untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman maka akan mendukung laju fotosintesis yang cepat,
dengan fotosintesis yang sempurna, maka pada proses pembentukan karbohidrat,
lemak dan protein dapat berjalan dengan sempurna pula, sehingga akan diperoleh

hasil yang maksimal. Lakitan (2012) menambahkan jika kandungan hara dalam
tanah cukup tersedia (subur) maka ILD (indeks Luas Daun) suatu tanaman akan
semakin tinggi, dimana sebagian besar asimilat dialokasikan untuk pembentukan
daun yang mengakibatkan luas daun bertambah.
Umur muncul bunga jantan
Tabel 4 memperlihatkan umur muncul bunga jantan beberapa varietas
jagung dilahan gambut berpengaruh tidak nyata. Pada varietas Dua Kuda umur
muncul bunga jantan yaitu 53,00 hari, pada varietas Pertiwi dan varietas NK 99
umur muncul bunga jantan masing-masingnya yaitu 53,00 hari dan 52.75 hari,
kemudian pada varietas Pioner dan varietas Nusantara 1 umur muncul bunga
jantan yaitu masing-masingnya 52,25 hari dan 50,50 hari.
Tabel 4.Umur muncul bunga jantanpada beberapa varietas jagung dilahan gambut
Varietas Jagung
Umur muncul bunga jantan (hari)
Dua Kuda
53,00
Pertiwi
53,00
NK 99
52,75
Pioner
52,25
Nusantara 1
50,50
KK (%) = 6,45
Angka pada kolom umur muncul bunga jantan berpengaruh tidak nyata menurut F
tabel 5%.
Hal ini dikarenakan kecepatan muncul bunga jantan sangat ditentukan oleh
berbagai faktor, diantaranya adalah faktor lingkungan dan genetik.Faktor genetik
merupakan sifat yang diturunkan induknya, sifat ini dipengaruhi oleh
lingkungan.Sedangkan faktor lingkungan adalah tempat tumbuh, ketinggian
tempat, iklim, suhu, dan perlakuan. Salah satu faktor lingkungan yang sangat
mempengaruhi tanaman adalah tempat tumbuh, yang mana tanah gambut
merupakan media tumbuh yang kaya bahan organik serta mempunyai sifat fisik
yang baik antara lain strukturnya remah, daya serap dan daya simpan air cukup
baik, juga mempunyai kapasitas udara yang cukup tinggi (Setiadi,1990).
Umur Muncul Bunga Betina
Tabel 5 memperlihatkan umur muncul bunga betina ujibeberapa varietas
jagung dilahan gambutberbeda tidak nyata. Pada varietas Pertiwi umur berbunga
tanaman yaitu 60,00 hari, pada varietas NK 99 dan Pioner umur berbunga
tanaman masing-masingnya 59,75 hari dan 59,25 hari, kemudian pada varietas

Dua Kuda dan Nusantara 1 umur muncul bunga betina tanaman masingmasingnya yaitu 59,25 hari dan 58,50 hari.
Tabel 5.Umur muncul bunga betina berbungapada beberapa varietas jagung
dilahan gambut
Varietas Jagung
Pertiwi
NK 99
Pioner
Dua Kuda
Nusantara 1
KK (%) = 6,07

Umur berbunga (hari)


60,00
59,75
59,25
59,25
58,50

Angka pada kolom umur berbunga berpengaruh tidak nyata menurut F tabel 5%.
Umur muncul bunga betina pada setiap varietas dipengaruhi oleh faktor
genetik dari setiap tanaman. Cepat dan lambatnya muncul bunga pada setiap
tanaman pada kondisi lingkungan yang sama tidak akan memberikan perbedaan,
namun dengan perbedaan faktor genetik dari setiap varietas akan memberikan
respon yang berbeda tergantung pada masing-masing sifat genetik dari setiap
varietas.
Umur muncul bungapada setiap varietas jagung

menunjukkan bahwa

interaksi antara faktor genetik dan lingkungan sangat mempengaruhi umur


berbunga. Menurut Mangoendidjo (2000), penampilan suatu tanaman pada
lingkungan tertentu merupakan hasil interaksi faktor lingkungan dan genetik.
Dalam hal ini faktor genetik lebih dominan mempengaruhi munculnya bunga
dibandingkan dengan faktor lingkungan.
Umur Panen
Tabel 6 memperlihatkan umur panenbeberapa varietas jagung dilahan
gambut berbeda nyata. Pada varietas Pertiwi menghasilkan umur panen terlama
yaitu 100,50 hari, berbeda tidak nyata dengan varietas NK 99 yaitu 100,00 hari,
pada varietas Pioner umur panen tanaman yaitu 98,50 hari, kemudian pada
varietas Dua Kuda dan varietas Nusantara 1 umur panen tanaman masingmasingnya yaitu 98,50 hari dan 98,00 hari. Varietas Nusantara 1 merupakan
varietas yang menghasilkan umur panen ter cepat yaitu 98,00 hari. Hal ini
dikarenakan umur panen tanaman dipengaruhi oleh umur munculnya bunga
(Tabel 5) dan umur munculnya bunga jantan (Tabel 6).

Tabel 6.Umur panenpada beberapa varietas jagung dilahan gambut


Varietas Jagung
Umur panen (hari)
Pertiwi
100,50 a
NK 99
100,00 a
Pioner
98,50 b
Dua Kuda
98,50 b
Nusantara 1
98,00 b
KK (%) = 14,65
Angka pada kolom di ikuti huruf kecil yang sama berpengaruh nyata menurut
DMRT 5%.
Selain itu umur panen juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan, terutama
tempat tumbuh tanaman yaitu tanah gambut. Aplikasi tanah gambut dilahan
marginal dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman, namun tanah gambut
memiliki kadar N/C yang tinggi sehingga sulit terdekomposisi dan proses
mineralisasi unsure hara berlangsung sangat lambat, sehinga mempengaruhi
tanaman, terutama dalam perkembangan tanaman dalam fase vegetatif. Keadaan
ini diduga menjadikan distribusi asimilat pada setiap varietas terbatas sehingga
pada akhirnya dapat menghambat pemasakan biji.Faktor lingkungan yang
mempengaruhi tanaman adalah lingkungan yang berada disekitar tanaman yang
dikenal dengan iklim mikro (Sugeng, 2001).
Panjang Tongkol Tanpa Klobot
Tabel 7 memperlihatkan Panjang tongkol tanpa klobot tanaman
jagungbeberapa varietas jagung dilahan gambut berbeda sangat nyata. Pada
varietas varietas Pertiwi menghasilkan panjang tongkol tanpa klobot yaitu 21.35
cm, padal varietas Dua Kuda dan NK 99 menghasilkan panjang tongkol tanpa
klobot yaitu 20.93 dan 19.78 cm, kemudin pada varietas Nusantara 1dan Pioner
menghasilkan panjang tongkol tanpa klobot masing-masingnya yaitu 17,80 cm
dan 17,20 cm. Hal ini dikarenakan kemampuan tanaman yang berbeda terutama
dalam memanfaatkan faktor lingkungan. Lingkungan tanaman yang kaya akan
asam-asam organic yang tinggi sangat mempengaruhi tanaman, untuk itu
dibutuhkan varietas-varietas yang toleran terhadap asam-asam organik tersebut.

Tabel 7.Panjang tongkol tanpa klobot pada beberapa varietas jagung dilahan
gambut
Varietas Jagung
Panjang tongkol tanpa klobot (cm)
Pertiwi
21,35 a
Dua Kuda
20,93 a
19,78a
NK 99
17,80b
Nusantara 1
17,20 b
Pioner
KK (%) =
9,99
Angka pada kolom yang diikuti huruf kecil yang sama berpengaruh sangat nyata
menurut DMRT 1%.
Perbedaan panjang tongkol tanpa klobot antara tiap varietas dipengaruhi
oleh kemampuan sifat genetik dari tanaman dalam memanfaatkan factor
lingkugan.Sifat genetik merupakan sifat yang sangat mempengaruhi sehingga
terjadinya keragaman tanaman. . Menurut Masdar et al., (2006) program genetik
yang akan diekspresikan pada berbagai sifat tanaman mencangkup bentuk dan
fungsi yang menghasilkan keragaman tanaman
Lingkar Tongkol
Tabel 8 memperlihatkan lingkar tongkol beberapa varietas jagung dilahan
gambutberbeda tidak nyata. Pada varietas Dua Kuda menghasilkan linkar tongkol
yaitu 11,60 cm, pada varietas NK 99 dan Pertiwi menghasilkan linkar tongkol
yang masing-masingnya 11,10 dan 11,05 cm, kemudian lingkar tongkol pada
varietas Nusantara 1 dan Pioner menghasilkan linkar tongkol yang masingmasingnya yaitu 10,70 cm dan10,35 cm.
Tabel 8. Lingkar tongkol pada beberapa varietas jagung dilahan gambut
Varietas Jagung
Lingkar tongkol (cm)
11,60
Dua Kuda
11,10
NK 99
11,05
Pertiwi
10,70
Nusantara 1
10,35
Pioner
KK (%) =8,45
Angka pada kolom lingkar tongkol berpengaruh tidak nyata menurut uji F 5%.
Tidak berbedanya lingkar tongkol setiap varietas diduga dipengaruhi oleh
faktor lingkungan, seperti unsur hara, suhu dan sinar matahari, terutama
lingkungan tumbuh tanman (iklim mikro) yang mana senyawa fenol dapat
mempengaruhi

metabolism

tanaman,

yakni

mempengaruhi

permeabilitas

membrandan karier protein dari ion-ion yang mengakibatkan lebih cepat dan

10

selektif masuknya unsure esensial ke akar, mengaktivasi respirasi, meningkatkan


kandungan klorofil, fotosintesis sehingga mempengaruhi relative enzim. Menurut
Lakitan (2001), bahwa hasil dari fotosintesis dipergunakan untuk pertumbuhan
dan perkembangan tanaman. Hal ini dikarenakan pertumbuhan tanaman
terkonsentrasi pada jaringan meristem yang terdiri dari sel-sel baru yang
dihasilkan dari proses pembelahan sel yang menyebabkan bertambahnya ukuran
tanaman, kaitannya dengan lingkar tongkol diduga akibat banyak sel baru yang
terbentuk akibat pemanfaatan energi dari hasil fotosintesis.
Jumlah Baris Pertongkol
Tabel 9 memperlihatkan jumlah baris per tongkol uji pertumbuhan dan
hasil beberapa varietas jagung dilahan gambut berbeda nyata. Pada varietas Dua
Kuda menghasilkan jumlah baris per tongkol yaitu 41,75 baris, pada varietas NK
99 dan Pertiwi menghasilkan jumlah baris per tongkol yang masing-masingnya
yaitu 40,75 baris dan 39,50 baris, kemudian pada varietas Nusantara 1 dan
varietas Pioner menghasilkan jumlah baris per tongkol yang masing-masingnya
36,50 baris dan 36,25 baris.
Tabel 9.Jumlah baris pertongkol pada beberapa varietas jagungdilahan gambut
Varietas Jagung
Jumlah baris per tongkol (baris)
Dua Kuda
41,75
a
NK 99
40,75
a
39,50
a
Pertiwi
36,50 b
Nusantara 1
36,25
b
Pioner
KK (%) = 3,61
Angka pada kolom di ikuti huruf kecil yang sama berpengaruh nyata menurut
DMRT 5%.
Hal ini dikarenakan faktor genetik dipengaruhi oleh faktor lingkungan,
terutama tempat tumbuh tanaman yang mana diantara kendala-kendala dalam
pertanaman di lahan gambut selain pemilihan varietas yang cocok, juga terdapat
senyawa-senyawa organic hasil dekomposisi anerobik yang menghasilkan asamasam organic yang dapat merancun tanaman. Selain itu kendala lainnya adalah
reaksi tanah yang sangat masam serta rendahnya kadar hara baik makro maupun
mikro. Untuk itu diperlukan pemilihan varietas yang cocok yang toleran pada
kondisi lingkunan tersebut.

11

Berbeda nya jumlah baris pertongkal juga dipengaruhi oleh curah hujan,
yang mana curah hujan tinggi dapat menyebabkan pembentukan bunga dan buah
terhambat dan tidak maksimal, sehingga jumlah baris per tongkol yang dihasilkan
sedikit (Warsino, 2001).Selain itu juga dipengaruhi oleh panjang tongkol (Tabel
8) dan lingkar tongkol (Tabel 9).
Bobot Tongkol Tanpa Klobot
Tabel 10 diatas memperlihatkan bobot tongkol tanpa klobot beberapa
varietas jagung di lahan gambut berbeda tidak nyata. Pada varietas Dua Kuda
menghasilkan bobot tongkol tanpa klobot yaitu 280,75 g, pada varietas Pertiwi
dan varietas Nusantara 1 menghasilkan bobot tongkol tanpa klobot yang masingmasingnya 280,50 g dan 271,75 g, kemudian pada varietas NK 99 dan varietas
Pioner menghasilkan bobot tongkol tanpa klobot yang masing-masingnya yaitu
278,50 g dan 279,25 g.
Tabel 10. Bobot tongkol tanpa klobot pada beberapa varietas jagung dilahan
gambut
Varietas Jagung
Bobot tongkol tanpa klobot(g)
Dua Kuda
280,75
Pertiwi
280,50
Nusantara 1
271,75
NK 99
278,50
Pioner
279,25
KK (%) = 5,91
Angka pada kolom bobot tongkol tanpa klobot berpengaruh tidak nyata menurut F
tabel 5%.
Tidak berbedanya bobot tongkol tanpa klobot diduga dipengaruhi oleh
lingkungan tumbuh tanaman yang mengakibatkan bobot tongkol tanpa klobot
mengalami gangguan karna adanya senyawa fenolat sehingga mempengaruhi sifat
genetic tanaman yang mengakibatkan tidak berbedanya bobot tongkol tanpa
klobot.Selain itu panjang tongkol (Tabel 7), Lingkar tongkol (Tabel 8), Jumlah
baris pertongkol (Tabel 9) juga sangat mempengaruhi bobot tongkol tanpa klobot.
Bobot 100 Biji
Tabel 11 diatas memperlihatkan bobot 100 biji beberapa varietas jagung
dilahan gambut berbeda tidak nyata. Pada varietas NK 99 menghasilkan bobot
100 biji yaitu 49,50 g, pada varietas Dua Kuda dan varietas Pertiwi menghasilkan
bobot 100 biji yang masing-masingnya yaitu 49,50 g dan 48,75 g, kemudian pada

12

varietas Pioner dan varietas Nusantara 1 menghasilkan bobot 100 biji yang
masing-masingnya yaitu 48,75 g dan 48,25 g. Tidak berbedanya bobot 100 biji
tanaman jagung dikarenakan bobot 100 biji dipengaruhi oleh faktor lingkungan
tumbuh tanaman, terutama kesuburan tanah yang mengandung senyawa fenol,
bereaksi sangat masam dengan kadar hara sangat rendah yang secara tidak
langsung akan mempengaruhi bobot biji tanaman jagung.
Tabel 11.Bobot 100 biji pada beberapa varietas jagung dilahan gambut
Varietas Jagung
Bobot 100 biji (g)
NK 99
49,50
Dua Kuda
49,50
Pertiwi
48,75
Pioner
48,75
Nusantara 1
48,25
KK (%) = 3,00
Angka pada kolom bobot 100 biji berpengaruh tidak nyata menurut F tabel 5%.
Dengan ketersediaan unsur hara yang cukup untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman maka akan mendukung laju fotosintesis yang cepat,
dengan fotosintesis yang sempurna, maka pada proses pembentukan karbohidrat,
lemak dan protein dapat berjalan dengan sempurna pula, sehingga akan diperoleh
hasil yang maksimal. Lebih lanjut ditambahkan oleh Warsino (2001), bahwa
pembentukan biji 7-10 hari setelah pembuahan dimana biji pertama kali berjalan
lambat kemudian cepat dan lancar sampai bertahan dan maksimal.Diduga hal ini
lah yang mempengaruhi bobot 100 biji tanaman jagung.
Bobot Pipilan Kering Perplot dan Perha
Tabel 12 memperlihatkan bobot pipilan kering per plot dan perha
beberapa varietas jagung dilahan gambut berbeda tidak nyata. pada varietas Dua
Kuda menghasilkan bobot pipilan kering per plot yaitu 7.97 kg dan perha yaitu
13,82ton, pada varietas Pioner dan Nusantara 1 menghasilkan bobot pipilan kering
yang masing-masingnya yaitu per plot 7,75 kg dan perha 13,45ton dan 7,53 kg per
plot dan 13,07ton perha, kemudian hasil bobot pipilan kering pada varietas NK
99 dan Pertiwi masing-masingnya yaitu per plot 7,50 kg dan perha 13,02ton, dan
7,00 kg per plot,dan 12,15ton perha.
Tabel12.Bobot pipilan kering perplot dan perhapada beberapa varietas jagung
dilahan gambut

13

Varietas Jagung

Hasil pipilan kering


Perplot (kg)
Ha (ton)
7,97
13,82
7,75
13,45
7,53
13,07
7,50
13,02
7,00
12,15

Dua Kuda
Pioner
Nusantara 1
NK 99
Pertiwi
KK (%) = 9,4
Angka pada kolom bobot pipilan kering per plot dan per ha berpengaruh tidak
nyata menurut F tabel 5%.
Bobot pipilan kering yang dihasilkan tidak terlepas dari hasil yang ada
secara langsung, komponen hasil tersebut berhubungan langsung dengan bobot
pipilan kering. Menurut Azwar (2000), bahwa dari hasil penelitiannya ternyata
tingginya hasil pipilan kering jagung tidak terlepas dari komponen hasil bobot
1000 biji, jumlah biji per baris maupun jumlah baris pertongkol. Bobot pipilan
kering per plot perha sangat erat hubungannya dengan panjang tongkol tanpa
klobot (Tabel 7), lingkar tongkol (Tabel 8) dan bobot 100 biji (Tabel 11)
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan di Balai Penyuluhan Kecamatan Lengayang
disimpulkan bahwa varietas Dua Kuda dapat tumbuh dan berproduksi denganbaik
yaitu 13,82 ton/ha pada lahan gambut.
DAFTAR PUSTAKA
Alihamsyah, T.M., Syarwani, A. Jumber. Ar. Riza. Noor dan H. Sutikno. 2003.
Lahan rawa pasang surut. Balai Penelitian Pertanian Lahan dan Rawa.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 54 hal.
Anonima.1996. Budidaya Tanaman Palawija Pendukung Program Makanan
Tambahan Anak Sekolah. Departemen Pertanian, Dirjentan hort. Jakarta
35 hal.
Anonimb. 2009. Laporan tahunan. BPS Sumatera Barat. Padang. 65 hal.
Anonimc. 2010. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi
Sumatera Barat. Petunjuk Lapang Tanaman Palawija.
Azwar. 2000. Pengaruh Pupuk Kandang dan Fosfor terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Jagung Zea Mays.L ).

14

Lakitan. B. 2012. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Rajawali Pers. Jakarta.


Masdar, Kasim. M. Rusman. B. Hakaim dan Helmi. 2006. Tingkat Hasil dan
Komponen Hasil Sistim Intensifiksi Padi (SRI) Tanpa Pupuk Organik Di
Daerah Curah Hujan Tinggi.Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia.127 hal.
Mangoendidjo, W. 2003. Dasar-dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius. Yogyakarta
Setiadi, B. 1990. Masalah Gambut Indonesia. Editor Himpunan gambut. 61 hal.
Soemarsono, Teguh Budi Prasetyo, Irfan Suliansyah. 2011. Pengaruh
Penambahan Kompos Jerami Terhadap Pertumbuhan Beberapa Kultivar
Padi Lokal Sumatera Barat Pada Ultisol Dengan Metoda Penanaman SRI.
Hal 30-39. Jerami, Jurnal Agronomi Indonesia. Vol. IV.No. 1.JanuariApril 2011.
Sugeng, H. H. 2001. Bercocok Tanam Padi. Aneka Ilmu. Semarang. 62 Hal.
Warsino. 1988. Budidaya Jagung Hibrida Kanisius Yogyakarta.81 hal.

You might also like