You are on page 1of 19

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP

PELAKSANAAN IBADAH SHALAT FARDHU ANAK USIA


SMA DI DESA GEGER KECAMATAN GEGER KABUPATEN
BANGKALAN TAHUN 2015

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh :
NURUL KHOMARIYAH
NIM 2011122010442

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AL-IBROHIMY


GALIS BANGKALAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2015

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP


PELAKSANAAN IBADAH SHALAT FARDHU ANAK USIA
SMA DI DESA GEGER KECAMATAN GEGER KABUPATEN
BANGKALAN TAHUN 2015
A. Latar Belakang Masalah
Anak merupakan titipan (amanah) dari Allah SWT dan setiap anak yang
lahir ke muka bumi dalam keadaan suci (fitrah) sebagaimana dari Abu
Hurairah Ra, Rasulullah SAW bersabda1,



:
Artinya :
"Tidaklah seorang anak terlahir melainkan dalam keadaan fitrah, kedua
orangtuanyalah yeng merubahnya menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi;
seperti hewan yang sehat dan tidak cacat melahirkan yang sehat, apakah
kalian mendapatkannya (melahirkan turunan) yang cacat." Dalam suatu
riwayat,"Hingga kamulah yang menjadikannya cacat."
Hadist ini menyatakan bahwa orangtua merupakan pemeran utama dalam
mendidik anak-anaknya. Perilaku anak sangat bergantung kepada pendidikan,
pengarahan, dan bimbingan orangtua. Seorang anak kecil yang belum mengerti
apa-apa ibarat sebuah kertas putih yang diatasnya bisa kita bubuhkan coretan
apapun yang kita mau. Para orangtua mempunyai tanggung jawab penuh atas
pendidikan anak-anaknya. Orangtua menjadi suri tauladan bagi anak-anaknya
dilingkungan keluarga dalam berbagai hal dari mulai ibadah, ucapan, sikap,
prilaku hingga etika sehari-hari. Keluarga merupakan lingkungan pendidikan
yang pertama bagi anak-anak, karena dalam keluarga anak-anak pertama kali
akan mendapatkan bimbingan ibadah terutama ibadah shalat. Keluarga juga
1Al-Maghribi bin as-Said al-Maghribi, Begini Seharusnya Mendidik Anak (Jakarta: Darul Haq,
2004), 137.

merupakan lingkungan pertama dan utama yang dikenal si anak, sehingga


pendidikan paling banyak diterima si anak dalam keluarga, yakni di kedua
orangtuanya sebagai guru pertama dan utama, karena pendidikan dimulai dari
pangkuan ibunya.
Maimunah Hasan pernah mengatakan bahwa "Pola pengasuhan yang tepat
bagi anak akan mempengaruhi kehidupannya kelak. Pemberian asah, asih, dan
asuh yang tepat dapat mempengaruhi karakter anak. Asah adalah stimulasi
yang diberikan. Asih adalah kasih sayang yang diberikan oleh orangtua. Asuh
adalah kecukupan sandang, pangan, papan, dan kesehatan, termasuk
pendidikan yang diperoleh oleh anak2.
Oleh karena itu, dalam pola asuh orangtua harus bisa memberikan
pendidikan yang sesuai dengan kepribadian sang anak supaya sang anak mudah
mengerti dan memahami apa yang diberikan orangtua untuk menjalankan apa
yang dibuat peraturan dalam keluarga. Untuk itu tingkah laku orangtua sering
ditiru anak karena dalam perilaku orangtua terdapat pendidikan yang sangat
efektif untuk anak. Tujuannya untuk mencapai kehidupan yang lebih sukses
dalam pembentukan pribadi yang baik untuk anak. Dengan demikian, setiap
kata dan ucapan yang didengar oleh anak dari ibunya cenderung membentuk
wataknya. Pendidikan ibadah shalat dalam keluarga merupakan awal
pendidikan ibadah shalat anak sehingga pada usia baligh ia tidak mendapat
kesulitan dalam mengerjakan ibadah shalat fardhu.
Pada usia balita, hampir semua waktu seorang anak dihabiskan di rumah
atau di lingkungan keluarga. Pada masa inilah anak gemar melihat dan meniru
ketika anak melihat orangtuanya shalat maka dengan cepat menirunya, bila
orangtuanya melatih dan membiasakan hal ini maka kebiasaan shalat akan
melekat dengan kuat hingga dewasa. Sifat meniru ini merupakan metode yang
positif dalam pendidikan keagamaan pada anak3. Orangtua yang rajin shalat
2Maimunah Hasan, Pendidikan Anak Usia Dini (Jogjakarta: DIVA Press, 2011),
18.
3Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2012), 353.

akan sangat efektif bagi pembentukan pribadi anak. Anak lebih senang pada
contoh gerakan-gerakan dibandingkan dengan contoh-contoh verbal. Pada
masa ini kebiasaan dan pembiasaan pada anak sangat penting bagi keberhasilan
pendidikan bukan hanya terbatas pada massalah shalat saja, tapi juga masalahmasalah yang lain.
Rasulullah SAW memerintahkan agar para orangtua menyuruh anakanaknya

mengerjakan

shalat

tatkala

berumur

tujuh

tahun.

Sabda

RasulullahSAW4:









() .)

Artinya : "Perintahkan anak-anakmu mengerjakan shalat di waktu usia mereka


meningkat tujuh tahun, dan pukullah (kalau enggan melakukan shalat) di
waktu mereka meningkat usia sepuluh tahun". (HR. Abu Dawud)
Hadits tersebut memerintahkan kepada orangtua untuk membina dan
mendidik

ibadah

shalat

kepada

anak-anaknya

sedini

mungkin

agar

setelahmereka dewasa nanti, benar-benar terampil dalam hal shalat itu dalam
segala seluk beluknya.
Ketika usianya mulai masuk sekolah atau bersekolah sampai usia dua belas
tahun, lebih dari delapan puluh persen (80%) waktunya dihabiskan juga dalam
komunitas keluarga. Oleh karena itu orangtua memiliki kewajiban untuk terus
mengarahkan dan membimbing anak-anaknya tentang tata cara shalat mulai
dari rukunnya, syaratnya, waktunya dan hal-hal yang merusak shalat, serta
membiasakan diri untuk mengerjakan shalat fardhu. Ajaklah anak pergi
kemasjid untuk shalat fardhu berjamaah dan mendengarkan ceramah-ceramah
agama. Pendidikan ibadah shalat pada masa ini dilakukan dengan penuh

4Moh. Rifai, Risalah Tuntunan Shalat Lengkap (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 2010), 33.

kesabaran, dan jangan sekali-kali memaksakan kehendak kepada anak. Cara


yang paling tepat adalah pembinaan latihan dan suri tauladan dari orangtua5.
Mengenai penanaman dan pembinaan ibadah shalat, di masa anak-anak
inilah yang paling tepat, karena masa anak-anak adalah saat yang paling baik
untuk meresapkan dasar-dasar hidup beragama, pengenalan tauhid dan
keimanan serta pembinaan ketaatan kepada aturan Allah dan Rasulnya
terutama ibadah shalat fardhu. Apakah anak terbiasa melakukan shalat sejak
usia kanak-kanak maka ia akan mencintai shalat dan tidak malas atau tidak
mau meninggalkannya. Ibadah shalat memberi pengaruh yang besar dalam diri
anak karena mereka ada ikatan kuat dengan Allah, perasaan emosional
terkendali, dan hawa nafsu terpelihara sehingga anak berprilaku lurus dan
bersikap istiqomah.
Shalat adalah rukun Islam yang kedua, tiang agama, cahaya keyakinan,
peristirahatan ahli ibadah, wahana komunikasi Antara hamba dengan RabbNya dan tempat mencari ketentraman hati bagi kau mukminin. Shalat yang
khusuk mampu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar, memacu orang
untuk berzakat, berbuat yang terbaik untuk dirinya, keluarganya dan
masyarakat, dan orang tersebut akan santun serta berakhlak mulia sebagaimana
firman Allah SWT6



...














Artinya : " dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah
dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar".(QS. Al-Ankabut (29) : 45).

5Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2012), 455.


6 Al-Quran, 29 (al-ankabut): 45.

Amalan yang pertama kali dihisab Allah pada hari kiamat adalah ibadah
shalat, dan shalat merupakan cermin sikap dan penentu nasib kehidupan
seseorang di dunia dan di akhirat. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW
yang dikutip dari HM. Masykuri Abdurrahman7:








,













,




Artinya: "Perkara yang pertama kali dihisab dari seorang hamba padahari
kiamat adalah shalat, jika shalatnya baik maka akan baik seluruh
amalnya,jika shalatnya rusak maka akan rusak seluruh amalnya". (HR.
Bukhori Muslim)
Shalat sebagai sarana untuk membentengi anak dari kehancuran moral dan
akhlak dan shalat juga sebagai bentuk syiar agama yang harus ditegaskan oleh
setiap orang muslim.
Setiap orang islam yang akil baligh berkewajiban melaksanakan shalat
fardhu tepat pada waktunya dengan waktu yang telah ditentukan, sebagaimana
firman Allah SWT8












Artinya: "Maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa, sesungguhnya
shalat itu adalah suatu kewajiban yang ditentukan waktunya atas orangorangyang beriman". (QS. An Nisa (11) : 103).
Oleh karena itu, dari ayat diatas kita mengambil kesimpulan dalam konteks
mendidik anak bahwa Seorang anak yang di didik shalat oleh orangtuanya jelas
7 Masykuri Abdurrahman, Shalat Versi Kitab Salaf (Sidogiri: Pustaka Sidogiri,
2006), 3.
8 Al-Quran, 11(An Nisa), 103.

akan berbeda dengan seorang anak yang biasa diajarkan menonton film, music
atau sepak bola. Kenyataan membuktikan, bahwa anak-anak yang masa
kecilnya tidak dilatih dan tidak dibiasakan untuk mengerjakan shalat fardhu
dalam kehidupan keluarga, maka tatkala dewasa mereka itupun akan malas
mengerjakan shalat. Adalah suatu kesia-siaan apabila orangtua mengabaikan
waktu anak-anaknya hanya dengan membiarkan anak-anak bermain-main,
menonton televisi tanpa terus mendidik dan memotivasi anak untuk rajin
mengerjakan ibadah shalat fardhu dan segala aktifitas keagamaan. Orangtua
harus mengontrol anaknya agar selalu mengerjakan ibadah shalat fardhu baik
di rumah maupun di luar rumah. Serta orangtua juga harus sering berinteraksi
dengan anaknya, karena dengan interaksi anak tidak sukar atau merasa tidak
diabaikan / tidak dipedulikan sama orangtua sehingga anak dengan mudah
menjalankan peraturan yang dibuat oleh keluarga. Dan satu hal lagi, ketika
orangtua membuat peraturan sang anak harus diajak untuk berdiskusi
menentukan

peraturan

tersebut

supaya

anak

juga

mudah

untuk

menjalankannya. Berdasarkan pengamatan sepintas di lingkungan Desa Geger


Kecamatan Geger Kabupaten Bangkalan penulis menemukan tidak sedikit anak
yang sudah akil baligh sering lali dan malas untuk melaksanakan shalat fardhu,
bahkan ada yang belum bisa shalat apalagi menghafal bacaan-bacaan shalat.
Mereka lebih suka pergi ke warnet, cafe, mall, jalan-jalan dengan teman hingga
melupakan waktu shalat dari pada pergi kemasjid untuk shalat berjamaah dan
melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan.
Inilah yang menjadi tantangan bagi orangtua, ketika anak lalai dan malas
untuk shalat, orangtua harus memberi peringatan yang keras, sebab anak sudah
dipengaruhi oleh setan dan anak butuh dikembalikan kepada jalan yang benar
dan lurus. Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis mengajukan
judul penelitian "Pengaruh Pola Asuh Orangtua Terhadap Pelaksanaan Ibadah
Shalat Fardhu Anak Usia SMA di Desa Geger Kecamatan Geger Kabupaten
Bangkalan tahun 2015.

B. Identifikasi Masalah
1. Pola asuh orangtua belum bisa mempengaruhi anak untuk melaksanakan
ibadah shalat fardhu
2. Kurangnya interaksi orangtua dengan anak dalam membimbing dan
mendidik untuk shalat fardhu
3. Usaha orangtua belum bisa membawa hasil dalam memotivasi anak untuk
melaksanakan shalat fardhu
4. Sering kali tidak ada kerjasama yang baik antara orangtua dengan anak
untuk memotivasi agar anak rajin shalat
5. Kurangnya motivasi anak untuk melaksanakan ibadah shalat fardhu
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pola asuh orangtua terhadap pengaruh pelaksanaan ibadah shalat
fardhu anak usia SMA di Desa Geger Kecamatan Geger Kabupaten
Bangkalan tahun 2015?
2. Adakah pengaruh pola asuh orangtua terhadap pelaksanaan ibadah shalat
fardhu anak usia SMA di Desa Geger Kecamatan Geger Kabupaten
Bangkalan tahun 2015?
3. Seberapa besar pengaruh pola asuh orangtua terhadap pelaksanaan ibadah
shalat fardhu anak usia SMA di Desa Geger kecamata Geger Kabupaten
bangkalan tahun 2015?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pola asuh orangtua terhadap pengaruh pelaksanaan
ibadah shalat fardhu anak usia SMA di Desa Geger Kecamatan Geger
Kabupaten Bangkalan tahun 2015.
2. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pola asuh orangtua terhadap
pelaksanaan ibadah shalat fardhu anak usia SMA di Desa Geger Kecamatan
Geger Kabupaten Bangkalan tahun 2015.
3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pola asuh orangtua terhadap
pelaksanaan ibadah shalat fardhu anak usia SMA di Desa Geger Kecamatan
Geger Kabupaten Bangkalan tahun 2015.

E. Kegunaan Penelitian
1. Secara Teoritis
a. Penelitian

ini

diharapkan

dapat

memberikan

sumbangan

ilmu

pengetahuan khususnya tentang pola asuh orangtua terhadap pelaksanaan


ibadah shalat fardhu anak-anaknya.
b. Dapat dijadikan sebagai referensi bagi penelitian lebih lanjut dan sejenis.
2. Secara praktis
a. Bagi penulis ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi
strata satu (S1).
b. Memberikan masukan kepada orangtua untuk terus membimbing anakanaknya agar taat dalam melaksanakan ibadah shalat fardhu.
c. Untuk dapat memperkaya khasanah dan bacaan bagi mahasiswa
khususnya Jurusan Ilmu Pendidikan Agama Islam dan semua mahasiswa
pada umumnya.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dibatasi pada masalah:
1. Pola asuh orangtua untuk membimbing dan mendidik anak dilingkungan
rumah.
2. Pelaksanaan ibadah shalat fardhu anak usia SMA di Desa Geger Kecamatan
Geger Kabupaten Bangkalan tahun 2015.
G. Hipotesis
Berdasarkan identifikasi dan rumusan masalah maka diajukan hipotesis
penelitian sebagai berikut :
H0 : Tidak ada pengaruh Antara pola asuh orangtua terhadap motivasi
melaksanakan ibadah shalat fardhu anak usia SMA di Desa Geger
Kecamatan Geger Kabupaten Bangkalan tahun 2015
H1 : Ada pengaruh yang signifikan antara pola asuh orangtua terhadap
motivasi melaksanakan ibadah shalat fardhu anak usia SMA di Desa
Geger Kecamatan Geger Kabupaten Bangkalan tahun 2015

H. Definisi Oprasional
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu : Pola Asuh Orangtua (X) dan
Pelaksanaan Ibadah Shalat fardhu (Y).
1. Pola Asuh Orangtua
Pola asuh orangtua adalah kepemimpinan, cara pengasuhan anak dan
keseluruhan interaksi orangtua dengan anak merupakan kegiatan dalam usaha
memelihara, membimbing, dan membina anak baik berupa perintah maupun
larangan atau dalam bentuk motivasi maupun sanksi untuk kelangsungan
hidup, perkembangan dan pertumbuhan yang serasi, selaras dan seimbang baik
fisik maupun mentalnya. Peranan orangtua sangat penting bagi perkembangan
anak, meliputi: tingkat control orangtua terhadap anak, tuntutan orangtua
kepada anak untuk menjadi matang dan kejelasan komunikasi orangtua dan
anak.
Dari definisi operasional diatas peneliti memperoleh sejumlah indicator
dari variabel pola asuh orangtua: a) Penerapan peraturan b) Bimbingan c)
Pemberian/belajar bertanggung jawab d) Memberikan kesempatan untuk
mandiri e) Keterbukaan dalam hubungan dengan anak f) Bersedia menjelaskan
larangan dan perintah g) Pemenuhan kebutuhan, dan h) Cara memberikan
dorongan.
2. Melaksanakan Ibadah Shalat Fardhu
Melaksanakan ibadah shalat fardhu adalah suatu hasrat, keinginan, dan
minat sehingga timbul semangat dalam mendekatkan diri kepada Allah,
memohon kebijakan dan pujian, serta mengingat dan mengagungkan
kebesaran-Nya dengan beberaapa ucapan dan perbuatan ibadah yang tersusun
sedemikian rupa dengan syarat-syarat dan rukun tertentu serta merupakan suatu
kewajiaban. Dari definisi operasional diatas ditentukan indikator variabel
melaksanakan ibadah shalat fardhu: a) senang menjalankan shalat fardhu b)
ketekunan dalam menjalankan shalat c) kerelaan meninggalkan tugas lain d)
kesadaran melakukan e) merasakan pentingnya shalat f) taat dan patuh g)
bersemangat dan bergairah dalam shalat, dan h) lebih senang shalat berjamaah.

I. Metodologi Penelitian
1. Tempat dan waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Geger Kecamatan Geger
kabupaten Bangkalan tahun 2015. Adapun waktu yang digunakan peneliti
untuk mengumpulkan dan mengelola data. Terhitung dilaksanakan pada
bulan Februari 2015.
2. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Hal ini sejalan
dengan tujuan penelitian yang penulis lakukan, yang memfokuskan
permasalahan pada pembuktian tentang pengaruh antara pola asuh orangtua
terhadap motivasi melaksanakan ibadah shalat. Untuk memperoleh data-data
yang dibutuhkan, maka peneliti menggunakan deskriptif analisis, untuk
mendapatkan data nyata atas hal-hal yang dialami dan dirasakan responden
untuk membahas hubungan Antara variabel bebas yaitu pola asuh orangtua
dengan variabel terikat yaitu motivasi melaksanakan ibadah shalat fardhu.
Berdasarkan konsep, teori dan pandangan dari berbagai ahli, dalam
setiap variabel penelitian telah dibangun konstruk dan indikator yang juga
berfungsi sebagai dasar penyusunan instrument penelitian dalam bentuk
kuesioner. Sedangkan jenis pendekatan yang digunakan adalah metode
korelasional. Metode ini digunakan karena untuk mencapai tujuan yang
ingin dicapai yaitu untuk mengetahui signifikan pengaruh Antara pola asuh
orangtua terhadap motivasi melaksanakan ibadah shalat fardhu.
3. Populasi dan Sampel
Menurut sugiyono, populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian di tarik kesimpulan9.
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi obyek dalam penelitian adalah
seluruh anak usia SMA di Desa Geger Kecamatan Geger kabupaten
9 Sugiyono, Metode Pemelitian Kombinasi (Bandung: Alfabet, 2011), 119.

Bangkalan tahun 2015 yang berjumlah 96 anak. Dan sampel kelak yang
akan menjadi reponden adalah semua anggota populasi karna jumlah
populasi kurang 100.

Tabel
Daftar anggota di setiap dusun
No

Dusun

1
2
3
4
5
6

Jumlah
anak
9
9
19
28
11
20
96

Sumber pocok
Laok gunung
Raas
Langiyur
Tenjui
Kembang sempal
Jumlah

Sampel adalah bagian dari populasi atau wakil populasi yang diteliti.
Dinamakan

penelitian

sampel

apabila

kita

bermaksud

untuk

menggeneralisasikan hasil penelitian sampel10


4. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara (interview)
Wawancara (interview) adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh
pewawancara

untuk

memperoleh

informasi

dari

nara

sumber

(terwawancara)11.
b. Observasi
10 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 2010), 173.
11 Ibid., 198

Observasi adalah suatu aktifitas yang memperhatikan suatu dengan


menggunakan mata, observasi juga disebut pula pengamatan, meliputi
kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan
seluruh alat indra.12

c. Metode deskriptif
metode deskriptif ini menggunakan teknik pengumpulan data seperti
Angket, yaitu teknik pengumpul data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya13. Peneliti memberikan pertanyaan dan
pernyataan secara tertulis kepada responden (anak didik) untuk dijawab
dengan menggunakan skala likert.
Pengumpulan data untuk penelitian ini mencakup 2 variabel penelitian
yaitu: variabel pola asuh orangtua (X) dan variabel motivasi melaksanakan
ibadah shalat fardhu (Y). pegukuran kedua variabel dilakukan dengan
menggunakan instrument berbentuk kuesioner yang dikembangkan oleh
peneliti. Kuesioner yang telah disiapkan disebarkan kepada responden yang
di sertai dengan sejumlah alternative jawaban. Setiap jawaban yang
dikembangkan akan disusun kedalam 5 optimal (paling tinggi). Jika item
angket berorientasi positif maka penyekorannya a=5, b=4, c=3, d=2, e=1
dan jika item angket berorientasi negatif maka penyekorannya a=1, b=2,
c=3, d=4, e=5.
5. Definisi Operasional dari Variabel dan Kisi-Kisi Instrumen
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu: Pola Asuh Orangtua (X)
dan Pelaksanaan Ibadah Shalat fardhu (Y).
a) Pola Asuh Orangtua
12 Ibid., 199
13 Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Bandung: Alfabet, 2011),192.

Pola asuh orangtua adalah kepemimpinan, cara pengasuhan anak


dan keseluruhan interaksi orangtua dengan anak merupakan kegiatan
dalam usaha memelihara, membimbing, dan membina anak baik berupa
perintah maupun larangan atau dalam bentuk motivasi maupun sanksi
untuk kelangsungan hidup, perkembangan dan pertumbuhan yang
serasi, selaras dan seimbang baik fisik maupun mentalnya. Peranan
orangtua sangat penting bagi perkembangan anak, meliputi: tingkat
control orangtua terhadap anak, tuntutan orangtua kepada anak untuk
menjadi matang dan kejelasan komunikasi orangtua dan anak.
Dari definisi operasional diatas peneliti memperoleh sejumlah
indicator dari variabel pola asuh orangtua : a) Penerapan peraturan b)
Bimbingan c) Pemberian/belajar bertanggung jawab d) Memberikan
kesempatan untuk mandiri e) Keterbukaan dalam hubungan dengan
anak f) Bersedia menjelaskan larangan dan perintah g) Pemenuhan
kebutuhan, dan h) Cara memberikan dorongan.
Tabel
Kisi-kisi Instrumen Penelitian Variabel Pola Asuh Orangtua

b) Melaksanakan Ibadah shalat fardhu


Melaksanakan ibadah shalat fardhu adalah suatu hasrat, keinginan,
dan minat sehingga timbul semangat dalam mendekatkan diri kepada
Allah, memohon kebijakan dan pujian, serta mengingat dan
mengagungkan kebesaran-Nya dengan beberapa ucapan dan perbuatan
ibadah yang tersusun sedemikian rupa dengan syarat-syarat dan rukun
tertentu serta merupakan suatu kewajiaban. Dari definisi operasional
diatas ditentukan indikator variabel melaksanakan ibadah shalat fardhu:
a) senang menjalankan shalat fardhu b) ketekunan dalam menjalankan
shalat c) kerelaan meninggalkan tugas lain d) kesadaran melakukan e)

merasakan pentingnya shalat f) taat dan patuh g) bersemangat dan


bergairah dalam shalat, dan h) lebih senang shalat berjamaah.
Tabel
Kisi-kisi Instrumen Penelitian Variabel Motivasi Melaksanakan Ibadah
Shalat Fardhu
Variabel

Dimensi
1. Hasrat

Indikator

Nomor Butir

Jumla

Pertanyaan
1,4,10,18

h
4

6,7,17

2,5,21

a.Senang mengerjakan shalat


fardhu
b. Ketekunan dalam
menjalankan shalat

Motivasi

2.Keingina

fardhu
a.Kerelaan meninggalkan tugas

lain

melaksanaka

b.Kesadaran melakukan shalat

15,16,22

n ibadah

fardhu
a. Merasakan pentingnya shalat

19,20,23

8,9,24
3,14

3
2

11,12,13,25

shalat fardhu 3.Minat

fardhu
4.Semanga

b.Taat dan patuh


a.Bersemangat dan bergairah

dalam shalat fardhu


b.Lebih senang shalat berjemaah

6. Teknik Analisis Data


Dari data-data yang terkumpul berupa data-data kuantitatif dianalisis
dengan menggunakan analisis ststistik.
a) Menghitung Koefisien
a.)

Jika kedua variabel berdistribusi normal dan beregresi linier,


makadigunakan rumus kolerasi product moment, yaitu :14

14 Anas sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan (Jakarta: Rajawali Pers, 2010),


206.

N XY ( X )( Y )

rxy =

[ N X ( X ) ][ N Y ( Y ) ]
2

3. Sistematika Pembahasan
Sistematika Pembahasan penelitian ini dijelaskan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab pertama ini memuat latar belakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan

masalah,

perumusan

masalah,tujuan

penelitian,

manfaat

penelitian, dandefinisi operasional serta sistematika pembahasan yang


berfungsi untuk menentukan secara spesifik area pembahasan yang akan
dilakukan di masing-masing bab dalam laporan penelitian.
BAB II KAJIAN TEORI
Bab ini menjelaskan secara umum kajian-kajian secara teoritik tentang cara
pola asuh anak secara umum, janis-jenis pola asuh, beberapa tipe pola asuh
bagi anak, faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh, aspek-aspek
pengukuran pola asuh orang tua serta hasil penelitian yang relevan dengan
tulisan ini.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


Berisi langkah-langkah penyelesaian seperti : tempat dan waktu penelitian,
metode penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, definisi
operasional dari variabel dan kisi kisi intrumen dan teknik analisis data.
BAB IV PEMBAHASAN

Pada bab ini membahas tentang deskripsi data, pengujian persyaratan analisis,
pengujian hipotesis, dan pembahasan hasil penelitian.
BAB V PENUTUP
Bab ini hanya memaparkan kesimpulan dan saran

DAFTAR PUSTAKA
Al-Maghribi bin as-Said al-Maghribi, 2004. Begini Seharusnya Mendidik Anak ,
Jakarta: Darul Haq
Arikunto, Suharsimi, prof, Dr., 2010.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek . Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Departement Agama Republik Indonesi, Alquran dan terjemah.
Hasan, Maimunah, 2011. Pendidikan Anak Usia Dini, Jogjakarta : DIVA Press
H. Ramayulis, Prof. Dr., 2012. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia
Masykuri Abdurrahman, HM., 2006. Shalat Versi Kitab Salaf, Sidogiri: Pustaka
Sidogiri
Rifai, Moh.Drs, 2010. Risalah Tuntunan Shalat Lengkap, Semarang: PT. Karya
Toha Putra
Sugiyono, Prof. Dr, 2011. Metode Penelitian Kombinasi, Bandung: Alfabeta
Sudijono,Anas. 2010. Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers

You might also like