You are on page 1of 22

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN


KOMODITAS UBI JALAR (Ipomea batatas L.)

Disusun Oleh :
Maria Ulfah
145040201111200
Fajar Bagus S
145040201111282
Maulana Aditya
145040209111001
Kelompok

Kelas: Q
: Ubi Jalar (Q3)

Asisten Kelas : Risky A. Puspitasari


Asisten Lapang : Wahyu Setyaningsih

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM


TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN
KOMODITAS UBI JALAR (Ipomea batatas L.)

Disetujui Oleh :

Asisten Kelas,

Asisten Lapang,

Risky A. Puspitasari

Wahyu Setyaningsih

NIM. 15604020011007

NIM. 125040201111254

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas karunia yang diberikan oleh Allah SWT yang selalu
memberikan kenikmatan iman dan islam serta nikmat dalam menikmati kehidupan
di dunia ini. Shalawat dan salam tercurahkan selalu kepada baginda Besar
Muhammad SAW,yang membawa umatnya dari zaman kebodohan ke zaman ilmu
pengetahuan ini.
Pada kesempatan ini, penyusun mengucapkan terima kasih kepada asisten
yang selama ini membimbing kami selama ini. Penyusun menyadari berbagai
kelemahan, kekurangan, dan keterbatasan yang ada, sehingga tetap terbuka
kemungkinan terjadinya kekeliruan dan kekurangan dalam penulisan. Oleh karena
itu, jika benar terjadi kesalahan, penyusun meminta untuk kritik dan saran dari
kakak asisten. Agar kami bisa mengetahui bagaimana cara menulis sebuah laporan
yang baik dan benar.
Akhirnya ucapan terima kasih kami ucapkan kepada kakak asisten yang
sudah membagikan ilmu dan membimbing penyusun dalam suksesnya
penyusunan laporan ini. Terima kasih juga kepada rekan-rekan yang sudah bekerja
sama pada saat praktikum berlangsung. Semoga laporan ini dapat bermanfaat
terutama untuk penyusun.

Malang,13 November 2015


Penyusun

DAFTAR ISI

No

Teks

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR iii
DAFTAR TABEL

iv

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 2
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Produksi Tanaman Ubi Jalar di Indonesia
2.2 Botani Tanaman Ubi Jalar

2.3 Teknik Budidaya Tanaman Ubi Jalar 6


2.4 Perlakuan Varietas Beta 1 pada Tanaman Ubi Jalar
3. BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat

11

3.2 Alat dan Bahan 11


3.3 Cara Kerja

12

3.4 Parameter Pengamatan 13


3.5 Denah Petak Praktikum

14

DAFTAR PUSTAKA 14

DAFTAR GAMBAR

No

Teks

Halaman

Gambar 1. Ubijalar Varietas Beta 1........................................................................9


Gambar 2. Denah Petak Lahan Kelas Q3.............................................................14

DAFTAR TABEL

No

Teks

Halaman

Tabel 1. Produksi Ubi Jalar di Indonesia (ton), th 2010-2015................................3


Tabel 2. Timeline Kegiatan Praktikum..................................................................11

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Di Indonesia, ubi jalar umumnya sebagai bahan pangan sampingan.


Sedangkan di Irian Jaya, ubi jalar digunakan sebagai makanan pokok. Komoditas
ini ditanam baik pada lahan sawah maupun lahan tegalan. Luas panen ubi jalar di
Indonesia sekitar 230.000 ha dengan produktivitas sekitar 10 ton/ha. Padahal
dengan teknologi maju beberapa varietas unggul ubi jalar dapat menghasilkan
lebih dari 30 ton umbi basah/ha.
Tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas) di Indonesia merupakan salah satu
tanaman yang cukup penting, baik sebagai makanan pokok alternatif di musim
paceklik maupun makanan tambahan dalam rangka diversifikasi makanan. Ubi
jalar Merupakan sumber karbohidrat yang dapat dipanen pada umur 3 8 bulan.
Selain karbohidrat, ubijalar juga mengandung vitamin A,C dan mineral serta
antosianin yang sangat bermanfaat bagi kesehatan. Disamping itu, ubi jalar tidak
hanya digunakan sebagai bahan pangan tetapi juga sebagai bahan baku industri
dan pakan ternak.
Ubi jalar permitaan dalam negeri pun tidak kalah besarnya dan semakin
meningkat. Di dalam negeri ubi jalar sudah sangat dikenal oleh masyarakat
bahkan dibeberapa tempat ubi jalar masih dipergunakan sebagai makanan pokok.
Dalam kapasitas sebagai bahan pangan, ubi jalar merupakan sumber energi yang
cukup besar dibandingkan dengan padi dan jagung.
Bedasarkan penjelasan diatas, pelaksanaan praktikum ini yang bertujuan
untuk mengetahui apa saja teknologi produksi yang seharusnya diterapkan untuk
penanaman komoditas ubi jalar, dengan harapan untuk memenuhi kebutuhan
pangan maupun industri yang terus menerus meningkat. Oleh karena itu perlu
diusahakan penaman ubi jalar dengan baik dan benar.
Dalam Kegiatan praktikum teknologi produksi tanaman ini, kelompok
kami menanam komoditas ubi jalar dengan memberi perlakuan penggunaan
varietas Beta-1 pada tanaman ubi jalar, dengan membandingkan perlakuan dari
kelompok lain yang menggunakan varietas Beta-2 pada komoditas ubi jalar.
Yang di harapkan dapat mengetahui perbedaan hasil produksi pada tiap varietas.
1.2 Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui teknologi produksi tanaman ubi jalar varietas Beta I
dari segi budidaya pertanian.
2

2. Untuk mengetahui tingkat produksi dari tanaman ubi jalar varietas Beta I
dengan varietas Beta 2.

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Produksi Tanaman Ubi Jalar di Indonesia
2.1.1 Potensi Produksi di Indonesia

Indonesia merupakan negara penghasil ubi jalar nomor empat di dunia sejak
tahun 1968. Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur, Irian Jaya dan Sumatera Utara. Komoditas ubi jalar ditempatkan
sebagai salah satu dari 7 (tujuh) komoditas utama tanaman pangan (padi, jagung,
kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar) yang perlu terus
dikembangkan (Departemen Pertanian, 2009).
Berikut merupakan tabel produksi tanaman ubi jalar yang di produksi oleh
Indonesia, yang didata oleh Badan Pusat Statistika:
Tabel 1. Produksi Ubi Jalar di Indonesia (ton), th 2010-2015 (Badan Pusat
Statistika, 2015)
Provinsi
INDONE

2010
2051046

2011
2196033

2012
2483460

2013
2386729

2014
2382658

2015
2218992

SIA

.12

.00

.00

.00

.00

.00

Sampai saat ini jumlah produksi tanaman ubi jalar cukup tinggi dan belum
termanfaatkan secara optimal. Pada tahun 2007 produksi ubi jalar Indonesia
mencapai 1.875.416 ton dengan luas panen sebesar 176.066 hektar (Angka
Sementara BPS) yang menempatkan Indonesia di urutan ke-4 dari negara-negara
penghasil ubi jalar dunia. Dari segi budidaya, tanaman Ubi jalar sangat potensial
untuk lebih dikembangkan secara nasional mengingat iklim dan kondisi Indonesia
sangat mendukung. Ubi jalar tumbuh dengan baik di iklim tropis. Ubi jalar dapat
diusahakan pada berbagai jenis tanah dengan hasil terbaik bila dibudidayakan
pada lahan persawahan. Beberapa varietas unggul seperti Cilembu, Sari,
Cangkuang dan lain-lain yang memiliki produktivitas antara 15-30 ton/hektar
sudah banyak dikenal petani Indonesia.
Ubi jalar juga sangat cocok digunakan sebagai bahan baku agroindustri
tepung, mengingat: (1) Tanaman ubi jalar berumur pendek, jangka waktu
penanaman sampai panen kurang lebih hanya memakan waktu 4-5 bulan; (2)
Jumlah produksi per hektar relatif tinggi (15 30 ton/hektar); (3) Belum terlalu
banyak dimanfaatkan untuk industri (Destialisma.2010).
2.1.2 Teknologi Budaya Terbaru
Ubi jalar menyukai cahaya, tetapi ada beberapa varietas toleran terhadap
naungan hingga 30-50%, terutama yang berdaun lebar. Ubi jalar menghendaki
tanah gembur dengan aerasi cukup untuk pertumbuhan umbi. Ubi jalar tidak tahan
genangan. Adanya genangan mengakibatkan akar pensil kembali menyerabut,
4

mendorong pemanjangan batang, atau membuat umbi membusuk bila genangan


terjadi saat menjelang panen. Tanaman ini masih dapat tumbuh baik pada tanah
masam (pH 4,5) (Purwono dan Purnamawati, 2007). Di Jawa dan beberapa sentra
produksi, ubi jalar umumnya ditanam di lahan sawah irigasi dan nonirigasi pada
musim kemarau setelah panen padi dan lahan tegalan. Penanaman ubi jalar di
lahan tegalan umumnya dilakukan pada awal atau pertengahan musim hujan. Ubi
jalar dipanen pada umur 4 xxi bulan di dataran rendah dan 6 bulan di dataran
tinggi (Zuraida dan Supriyati, 2001).
Beberapa peneliti melaporkan bahwa paclobutrazol efektif mengatur
pertumbuhan tanaman yang menghambat pertumbuhan atas berlebihan dan
meningkatkan hasil umbi serta kualitas kentang (Esmaielpour, et al 2011)
Berdasarkan hasil penelitian Khaterine (2011), pada ubi jalar menunjukkan bahwa
kombinasi perlakuan terbaik adalah taraf kombinasi pupuk kalium 3.75 g
KCl/tanaman dan paklobutrazol 0.125 g/ l air. Penelitian Esmaielpour,et al (2011),
pada

kentang

menunjukkan

adanya

penurunan

tinggi

tanaman,

waktu

pembentukan umbi (tuberization), bobot kering akar dan batang, dan jumlah
batang per luas areal dan adanya peningkatan bobot kering daun, bobot kering
umbi-umbian dan hasil umbi pada dosis paclobutrazol 0,045 dan 0,09 g /l liter air.
Sementara itu hasil penelitian Kusumawati (2010) pada kacang tanah,
konsentrasi paclobutrazol 0,2 g yang diaplikasikan 2 kali memberikan hasil
terbaik pada bobot polong, produktivitas dan indeks panen. Selain itu yang tak
kalah pentingnya untuk peningkatan produksi adalah dengan menggunakan pupuk
organik dan anorganik secara berimbang. Pemupukan yang efektif adalah
menambahkan unsur hara yang tersedia ke dalam tanah sesuai dengan kebutuhan
tanaman sehingga dapat dimanfaatkan tanaman secara optimal. Selain pemupukan
lewat tanah, pemupukan juga dapat dilakukan lewat daun.
2.2 Botani Tanaman Ubi Jalar
2.2.1 Klasifikasi Ubi Jalar
Ubi Jalar merupakan jenis tanaman dari kindom plantae, yang masih
merupakan bagian dari Magnoliopsida termasuk ordo Solaneseae dan masih
famili dengan Convulvulaceae jenis Ipomea L. atau Ipomea batatas L.
2.2.2 Morfologi Ubi Jalar

Pada bagian batang tanaman ubi jalar berbentuk bulat, tidak berkayu,
berbuku-buku dan tumbuh dengan merambat. Panjang batang tanaman ubi jalar 23 m. Sedangan ukuran pada batang yaitu tergantung varietes misalya besar, sedang
dan kecil, serta memiliki warna batang hijau tua dan ada juga yang berwarna
keunguan. Tanaman ubi jalar sendiri memiliki bentuk umbi yang bulat tidak rata
dan kadang juga berbentuk lonjong. Berat ubi yang ideal yaitu 200-300 gram/ubi.
Dan memiliki warna putih, kuning dan juga warna keunguan, dan memiliki kulit
yang sangat lah tipis.
Sedangkan pada bagian daun tanaman ubi jalar sendiri berbentuk bulat dan
juga lonjong dengan tepi yang rata dan memiliki lekukan yang sangat dalam. Pada
bagian ujung daunnya umbi jalar memiliki bagian yang sangat tajam. Daun
biasanya memiliki warna hijau tua dan juga kekuning-kuningan.Bunga ubi jalar
memiliki bentuk terompet tersusun dengan lima helai daun mahkota, lima helai
daun bunga dan satu helai putik. Mahkota bunga berwarna putih, bunga ubi jalar
mekar pada pagi jika terjadi penyerbukaan maka akan terjadi buah.Buah ubi jalar
sendiri berbentu bulat berumbi, dan berkulit (Hardoko dkk, 2010).
2.2.3 Stadia Tanaman Ubi Jalar
Siklus perkembangan dari bibit ditanam sampai umbi siap dipanen
berlangsung 100-150 hari, tergantung varietas dan lingkungan tumbuh. Kurun
waktu pembentukan umbi dapat dibedakan atas tiga fase tumbuh, yaitu fase awal
pertumbuhan, fase pembentukan umbi, dan fase pengisian umbi. 1. Fase awal
pertumbuhan Fase ini berlangsung sejak bibit setek ditanam sampai dengan umur
4 minggu. Ciri-cirinya, setelah bibit ditanam, pertumbuhan akar muda
berlangsung cepat, sedangkan pembentukan batang dan daun masih lambat. 2.
Fase pembentukan umbi Fase pembentukan umbi berlangsung sejak tanaman
berumur 4-8 minggu.
Rata-rata fase ini berlangsung antara 4-6 minggu setelah tanam, tergantung
varietas ubi jalar dan keadaan lingkungan tumbuh. Pada saat umur 7 minggu
paling tidak 80% umbi telah terbentuk. Ciri pembentukan umbi mulai berlangsung
yaitu pertumbuhan batang dan daun berlangsung cepat. Pada saat ini batang
tanaman tampak paling lebat. 3. Fase pengisian umbi Fase ini berlangsung sejak
tanaman berumur 8-17 minggu. Diantara 8-12 minggu, tanaman berhenti

membentuk umbi baru karena mulai membesarkan umbi yang sudah ada. Ciri
pembentukan dan pengisian umbi berlangsung cepat yaitu pertumbuhan batang
dan daun berkurang. Pengisian zat makanan dari daun ke umbi berhenti saat
tanaman berumur 13 minggu. Sementara mulai umur 14 minggu daun tanaman
mulai menguning dan rontok. Tanaman dapat dipanen umbinya saat berumur 17
minggu (Sarwono, 2005).
2.3.1

2.3 Teknik Budidaya Tanaman Ubi Jalar


Pembibitan
Tanaman ubi jalar dapat diperbanyak secara generatif dengan biji dan secara

vegetatif berupa stek batang atau stek pucuk. Perbanyakan tanaman secara
generatif hanya dilakukan pada skala penelitian untuk menghasilkan varietas baru.
Penyiapan bibit memilih tanaman ubi jalar yang sudah berumur 2 bulan atau
lebih, pertumbuhannya sehat dan normal tidak terlalu subur. Stek dipotong
sepanjang 25-30 cm atau 3-4 ruas, diambil dari ujung batang atau cabang dan
maksimal 3 stek untuk setiap cabang atau batang bagian tanaman bibit,
pemotongan menggunakan pisau yang tajam, dan dilakukan pada pagi. Setelah
dipotong, bibit direndam dalam larutan fungisida dengan konsentrasi 2 g/L larutan
selama 5 menit.
2.2.2 Pengolahan Lahan
Ubi jalar dapat ditanam ditegalan atau sawah. Penyiapan lahan ditujukan
untuk menciptakan media tumbuh yang gembur dan subur. Tanah dan diolah dan
dibuat guludan dengan lebar 40 60 cm dan tinggi 25- 30 cm. Jarak antar guludan
80-100 cm. Pada tanah berat(berlempung) untuk membuat guludan yang gembur
perlu ditambah 10 ton bahan organic/ha. International Institute of tropical
Agriculture (IITA), bekerjasama dengan para petani Nigeria, telah memulai
percobaan lapangan dari suatu teknik baru dalam perbanyakan ubi jalar. Tenik
baru yang dikembangkan ini menggunakan potongan kayu tipis yang ditanam
dalam carbozed vice husk (CRH). CRH adalah sutau media pertumbuhan yang
dapat diperoleh petani dengan murah, jika tidak gratis. Teknologi itu
menghilangkan penggunaan ubi sebagai benih, sehingga akan lebih banyak ubi
jalar yang tersedia untuk makanan dan dijual. Hal ini juga meminimalisir infestasi
nematode penyebab utama rendahnya hasil pada ubi jalar, serta mendorong
multiplikasi lebih cepat dan lebih baik serta kualitas tanaman lebih seragam
(ITTA, 2005).

2.2.3

Penanaman
Penanaman ubi jalar di lahan kering dilakukan pada awal musim hujan

(Oktober), atau awal musim kemarau (Maret) bila keadaan cuaca normal. Dilahan
sawah, waktu tanam yang paling tepat adalah segera setelah padi rendengan atau
padi gadu, yakni pada awal musim kemarau. Penanaman stek dilakukan pagi hari,
setelah direndam dalam larutan fungisida, stek sebaiknya searah ( menghadap ke
timur ) agar pertumbuhan tanaman menjadi searah. Stek ditanam miring pada
guludan, dengan 1/2-2/3 bagian masuk ke dalam tanah. Jarak tanam 30-40 cm.
Pada tiap bedengan ditanam 2 deretan dengan jarak kira-kira 30-40 cm.Petani
papua umumnya menerapkan pola tanam wen mina hipere atauwen tinak yang
artinya pola tanam ubi dengan ikan. Pola ini terdiri atas bedengan dengan lebar 3
m, panjang 5-20 m dan tinggi 1-1,5 m dari dasar parit. Lebar parit 0,6-2 m,
ketinggian air dalam parit 0,4-0,7 m dari permukaan bedengan. Air dalam parit
berfungsi mempertahankan kelembaban tanah diatas bedengan (Jermia dan
Alberth, 2007).
2.2.4 Pemeliharaan Tanaman
1. Penyulaman
Selama 3 (tiga) minggu setelah ditanam, penanaman ubi jalar harus
diamati kontinu, terutama bibit yang mati atau tumbuh secara abnormal. Bibit
yang mati harus segera disulam. Cara menyulam adalah dengan mencabut
bibit yang mati, kemudian diganti dengan bibit yang baru. Penyulaman
sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari, pada saat sinar matahari tidak
terlalu terik dan suhu tidak terlalu panas. Bibit (setek) untuk penyulaman
sebelumnya dipersiapkan atau ditanam ditempat yang teduh.
2. Penyiangan
Pada sistem tanam tanpa mulsa jerami, lahan biasanya mudah ditumbuhi
rumput liar (gulma) yang merupakan pesaing dalam pemenuhan kebutuhan
akan air, unsur hara, dan sinar matahari. Oleh karena itu, gulma harus segera
disiangi. Bersamaan dengan penyiangan dilakukan pembumbunan, yaitu
menggemburkan tanah guludan, kemudian ditimbunkan pada guludan
tersebut.Pengendalian gulma dilakukan secara manual menggunakan kored
dan cangkul pada umur 2 minggu setelah tanam (MST), 5 MST, dan 8 MST
atau dilakukan tergantung dari keadaan rumput
3. Pemupukan

Pemupukan bertujuan menggantikan unsur hara yang terangkut saat


panen, menambah kesuburan tanah, dan menyediakan unsur hara bagi
tanaman. Sebaiknya lahan dipupuk dengan pupuk organik baik pupuk
kandang maupun kompos dengan dosis 10.000 - 20.000 ton/ha. Dosis pupuk
yang tepat harus berdasarkan hasil analisis tanah atau tanaman di daerah
setempat. Sebagai acuan dosis pupuk/ha yang dianjurkan adalah :
- 100 kg N ( 200-250 kg Urea)
- 50 Kg P2O5 ( 100-150 kg TSP/SP-36)
- 200 kg K2O ( 300-350 kg KCL)
Pemberian pupuk dilakukan dalam larikan dengan jarak garitan 10 cm dari
lubang setek sedalam 5 cm. Waktu pemupukan sebagai berikut:
- Saat tanam : Urea diberikan 1/3 takaran, SP-36, KCL diberikan
seluruhnyapada saat tanam.
- Umur 6 minggu setelah tanam ; Urea 1/3 dari takaran
- Umur 12 minggu setelah tanam ; Urea 1/3 dari takaran
4. Pembalikan batang dan pucuk
Pembalikan batang dan pucuk bertujuan untuk meningkatkan hasil umbi,
pembalikan dan pengangkatan batang dilakukan tiap 3 minggu sekali, sebab
pada tanaman yang pertumbuhannya subur dalam waktu satu bulan akan
menjalar sepanjang 1-1,5 m. Bila batang terus dibiarkan menjalar di atas
tanah dengan segera akan tumbuh akar di ketiak-ketiak daun. Akar akan
membentuk umbi-umbi kecil yang mengurangi cadangan makanan bagi umbi
di batang utama. Pembalikan batang dimaksudkan untuk mematikan akar
yang tumbuh pada ketiak daun.
5. Pemangkasan
Tanaman yang terlalu subur perlu dipangkasan sebab tanaman yang
daunya terlalu rimbun akan mengurangi hasil umbi. Pemangkasan dilakukan
dengan menggunakan pisau tajam. Mengenai berapa daun yang harus dibuang
tidak bisa ditentukan kapasitasnya karena sangat tergantung pada keadaan
tanaman. Pemangkasan dilakukan pada sulur-sulur yang merayap dalam
saluran di sela-sela bedengan. Hasil pemangkasan dapat dimanfaatkan untuk
pakan ternak.
6. Pengairan dan Penyiraman
Meskipun ubi jalar tahan kekeringan, fase awal pertumbuhan
memerlukan air tanah yang memadai. Seusai tanam, guludan diairi selama
15-30 menit hingga tanah cukup basah, kemudian airnya dibuang. Pengairan
berikutnya masih diperlukan secara kontinu hingga tanaman berumur 1-2
9

bulan. Pada periode pembentukan dan perkembangan ubi, yaitu umur 2-3
minggu sebelum panen, pengairan dikurangi atau dihentikan.
2.4 Perlakuan Varietas Pada Tanaman Ubi Jalar

Gambar 1. Ubijalar Varietas Beta 1 (Litbang, 2012)


Inventor : M. Jusuf, St. A. Rahayuningsih, Tinuk S.W, Joko Restuono, Gatot
Santoso dan Erliana Ginting
Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian
Status Perlindungan HKI : Beta 1 adalah varietas ubi jalar yang memiliki kandungan betakaroten
cukup tinggi, melebihi kandungan betakaroten sebesar 12.032 g/100 g umbi
bahkan lebih tinggi dari kadar beta karoten pada wortel. Tingginya kandungan
betakaroten dapat diduga dari warna daging umbinya yang berwarna orange.
Potensi hasil varietas ini mencapai 35,7 ton/ha dengan umur panen 4,0-4,5 bulan.
Keunggulan varietas ubi jalar Beta 1 memiliki potensi produksi tinggi.
Kandungan beta karoten tinggi. Varietas ubi jalar yang kaya beta karotin ini
potensial dikembangkan secara komersial oleh agroindustri pangan dalam
meningkatkan asupan pro-vitamin A bagi masyarakat
Selain varietas Beta 1 dalam kegiatan praktikum ini juga menggunakan
jenis varietas lain yaitu varietas Beta 2. Beta 2 merupakan jenis varietas ubi
jalar yang memiliki kandungan betakaroten tinggi, tetapi kandungannya lebih
rendah dibandingkan Beta 1. Potensi produksi Beta 2 lebih tinggi dibandingkan
Beta 1. Varietas ini banyak dikembangkan di sekitar Malang dan Lumajang.
Keunggulan varietas ubi jalar ini terbilang tinggi dan kandungan beta
karoten juga tinggi. Varietas ubi jalar yang kaya beta karotin ini potensial
dikembangkan secara komersial oleh agroindustri pangan dalam meningkatkan
asupan pro-vitamin A bagi masyarakat (Litbang, 2012).
10

3. BAHAN DAN METODE


3.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan praktikum Teknologi Produksi Tanaman (TPT) ini di lakukan di
kebun percobaan Fakultas Pertanian di Desa Kepuharjo, Kecamatan Karangploso,
Kabupaten Malang dengan ketinggian tempat 540 m dpl. Kegiatan praktikum
pengamatan ini dilaksanakan mulai dari bulan September hingga bulan Desember
yang dilakukan setiap satu kali dalam setiap minggunya yaitu pada tiap hari
Senin. Untuk rincian kegiatan yang dilakukan pada tiap minggunya adalah sebagai
berikut :
Tabel 2. Timeline Kegiatan Praktikum
Tanggal Kegiatan
28 September 2015
05 Oktober 2015
12 Oktober 2015
19 Oktober 2015

Kegiatan
Pengolahan lahan dan Pembuatan
guludan
Penanaman dan Pemupukan 1(Urea,
SP-36)
Perawatan(Penyiangan gulma dan
Penyiraman)
Pemupukan 2 dan Perawatan(Urea,
SP-36, KCl)

11

26 Oktober 2015

Perawatan dan Pengamatan

02 November 2015

Perawatan dan Pengamatan

09 November 2015

Perawatan dan Pengamatan


3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada saat praktikum adalah cangkul yang digunakan
untuk pengolahan tanah, penggaris digunakan sebagai alat ukur tinggi dan
panjang tanaman, meteran digunakan untuk mengukur panjang lahan/bedengan,
plastik mika di gunakan sebagai takaran pupuk, timbangan analitik digunakan
untuk menimbang berat pupuk, gembor digunakan untuk menyiram tanaman,
tugal digunakan untuk menugal saat penanaman dan pemberian pupuk.
Sedangkan bahan yang dibutuhkan pada saat praktikum adalah Ubi jalar
varietas beta 1 sebagai objek pengamatan, pupuk urea digunakan untuk
mememnuhi kebutuhan unsur hara nitogen yang berguna untuk mempercepat
pertumbuhan tanaman, pupuk SP36 berguna untuk memenuhi kebutuhan unsur
hara fosfat, pupuk NPK untuk memenuhi Kebutuhan unsur hara (N, P, K), yang
terakhir adalah pupuk kandang digunakan untuk memperbaiki tanah sebelum
lahan digunakan untuk kegiatan menanam. Agen hayati berguna untuk
pengendalian hama dan penyakit serta menambah organisme organisme dalama
tanah guna menyuburkan tanah. Air berfungsi sebagai pelarut untuk melarutkan
agen hayati dan digunakan pada waktu penyiraman yang berguna untuk
melembabkan suhu tanah.
3.3 Cara Kerja
3.3.1

Persiapan Lahan
Hal pertama yang di lakukan saat akan menyiapkan lahan, yaitu

membersihkan gulma disekitar lahan yang akan ditanami kemudian membatasi


area yang akan ditanami dengan memberikan rafia dan ajir untuk mengikat rafia.
Kemudian menyangkul tanah agar gembur lalu memberikan agen hayati dan
pupuk kandang. Setelah itu, membagi bedengan menjadi dua guludan.
3.3.2 Penanaman
Menyiapkan alat dan bahan kemudian mengukur jarak tanam 50cm x
50cm dan membuat lubang tanam dengan cara ditugal. Setelah itu mengambil
bibit dan akan ditanam. Sebelum ditanam, bibit ubi jalar agak dilengkungkan dan
ditanam dengan daun menghadap ke utara, hal ini bertujuan untuk atau supaya
12

proses pembentukan akar menjadi lebih banyak. Kemudian tutup lagi lubang
tanamnya.
3.3.3 Perawatan
Perawatan pertama yaitu penyiraman. Tanaman yang sudah ditanam
sebaiknya disiram agar tidak layu. Penyiraman dilakukan pada pagi atau sore hari
untuk menghindari laju penguapan yang tinggi. Penyiraman dilakukan tiap
hari.Perawatan yang kedua adalah pemupukan. Pemupukan dilakukan dengan cara
ditugal.
Sebelum melakukan pemupukan, hal pertama yang dilakukan adalah
menimbang pupuk sesuai takaran. Kemudian membuat lubang pupuk dengan cara
ditugal. Jarak tanaman dengan lubang pupuk yaitu sekitar 5cm. Pupuk yang
diberikan yaitu KCl, SP36 dan Urea dengan takaran 2,3gr/tanaman ini di lakukan
sebagai nutrisi awal bagi tanaman.
Perawatan yang ketiga yiatu pembumbunan. Pembumbunan dilakukan
dengan cara mengambil tanah disekitar buludan lalu tanah tersebut diletakkan di
buludan agar buludan mrnjadi lebih tinggi dan menutupi akar ubi jalar.Perawatan
yang keempat adalah penyiangan gulma. Penyiangan gulma dilakukan dengan
cara mecabuti gulma yang ada hingga bersih agar tidak ada persaingan unsur hara.
3.4 Parameter Pengamatan
Pengamatan pada komoditas ubi jalar dilakukan untuk mengetahui
prtumbuhan dan perkembangan komoditi tersebut. Pada praktikum ini, parameter
yang diamati antara lain yaitu panjang tanaman, jumlah daun, serta intensitas
serangan penyakit.
3.4.1

Tinggi Tanaman
Pengamatan tinggi tanaman ini dilakukan agar mengetahui pertumbuhan

pada tanaman ubi jalar. Pengamatan ini dilakukan pada minggu ke 3 setelah tanam
dengan cara diukur dengan bantuan penggaris atau meteran dari permukaan tanah
sampai bagian tanaman yang paling tinggi.
3.4.2 Panjang Sulur
Pengamatan panjang sulur dilakukan dengan cara mengukur dari pangkal
sulur sampai ujung pucuk sulur ubi jalar dengan bantuan penggaris atau meteran.
Pengamatan panjang sulur ini dilakukan pada minggu ke 5 setelah tanam.
3.4.3

Jumlah Daun

13

Perhitungan jumlah daun dilakukan dengan cara manual yaitu dihitung


satu persatu daun yang sudah mulai melakukan fotosintes. Pengamatan ini
dilakukan pada minggu ke 3 setelah tanam. Jumlah daun ini dilakukan untuk
mengetahui hasil fotosintesis. Didalam daun terjadi proses penting bagi tanaman
yaitu proses fotosintesis. Seiring dengan pertumbuhan tanaman maka jumlah daun
pada setiap tanaman juga akan bertambah. Bila terjadi peningkatan total luas
daun, maka penerimaan cahaya matahari sebagai sumber utama dalam proses
fotosintesis akan meningkat. Dengan meningkatnya proses fotosintesis yang
diikuti dengan peningkatan respirasi, menyebabkan proses metabolisme
berlangsung lebih baik dan akan mendukung pertumbuhan dan perkembangan
tanaman tersebut.
3.4.4

Intensitas Serangan Hama dan Penyakit


Pengamatan intensitas serangan dilakukan bertujuan untuk mengetahui

tingkat serangan atau tingkat kerusakan tanaman yang disebabkan oleh organisme
pengganggu tanaman. Pengamatan ini dilakukan pada minggu ke 3 setelah tanam
dengan mengunakan metode skoring. Dengan nilai skoring yang digunakan
adalah:
0 = sehat
1 = 0 25 % kerusakan pada daun
2 = 25, 1 50 % kerusakan pada daun
3 = 50,1 75 % kerusakan pada daun
4 = 75,1 100 % kerusakan pada daun
Skoring dilakukan dengan cara mengamati satu persatu daun pada setiap
tanaman, kemudian

mengidentifikasi tingkat kerusakan yang disebakan oleh

hama dan penyakit.


3.5 Denah Petak Praktikum
25cm
50 cm
Legenda
: Papan Nama
: Ubi jalar yang di amati
: Ubijalar
: Bedengan

500cm
14

100cm
Gambar 2. Denah Petak Lahan Kelas Q3
Gambar di atas adalah gambar denah petak praktikum kelas Q komoditas
ubi jalar dengan perlakuan varietas beta-1. Luas bedengan yang digunakan adalah
100cm x 500cm kemudian bedengan dibagai menjadi 2 guludan dengan masingmasing luasnya adalah 50cm x 500cm dan tinggi bedengan adalah 30cm.
Kemudian terdapat delapan tanaman dalam satu guludan. Jadi dalam dua guludan
terdapat 16 tanaman ubi jalar varietas beta-1 dengan jarak tanam 50x50 cm.
Tanaman yang diberi warna merah adalah sempel tanaman yang akan diamati
yang berjumlah 5 tanaman ubi jalar.

15

DAFTAR PUSTAKA
BPS. 2015. Produksi Ubi Jalar Menurut Provinsi (ton), 1993-2015.
http://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/883.

Diakses

tanggal 11 November 2015.


Destialisma.

2010.

Pemanfaatan

Ubi

Jalar.

Departemen

Pertanian.
Esmaielpour S., Saeid H., Parisa J., and Ghobad S. 2011. The
investigation of paclobutrazol effects on growth and yield of two
potato(Solanum

tuberosum)

cultivars

under

different

plant

density, (online) Journal of Food, Agriculture & Environment 9


(3&4): 289-294. 2011
Hardoko., L. Hendarto, dan Tagor. 2010. Pemanfaatan Ubi Jalar Ungu Ipomoea
batatas L.) sebagai Pengganti Tepung Terigu dan Sumber Antioksidan pada Roti
Tawar. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan.
ITTA. Nigeria: Percobaan Lapangan Untuk Teknik Penanaman Ubi Jalar Baru
Dimulai. http://www.itta.org. Diakes tanggal 12 November 2015.
Jermia L dan Alberth S. 2007. Ketersediaan Teknologi dan Potensi Pengembangan
Ubi Jalar di Papua. Balai Pengkajian Teknologi dan Pertanian Papua. Jurnal
Litbang Pertanian 26 (4)

16

Khaterin E. 2010. Pertumbuhan dan hasil ubi jalar (Ipomoea batatas. L) dengan
pemberian pupuk kalium dan paklobutrazol (Tesis). Medan: Universitas Sumatera
Utara.
Kusumawati

A.

2010.

Efektivitas

pemberian

paclobutrazol

terhadap

keseimbangan pertumbuhan dua varieas kacang tanah (Tesis). Bogor: Sekolah


Pascasarjana IPB.
Litbang. 2012. Ubi Jalar Varietas Beta 1. http://bpatp.litbang.pertanian.
go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=229:ubi-jalarvarietas-beta-1&catid=55:teknologi-inovatif-badan-litbangpertanian&Itemid=613. Diakses tanggal 12 November 2015.
Purwono dan Heni Purnamawati. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan
Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sarwono, B. 2005. Ubi Jalar. Penebar Swadaya. Jakarta.
Zuraida, N. dan Y. Supriyati. 2001. Usaha tani Ubi Jalar Sebagai Bahan Pangan
Alternatif dan diversifikasi Sumber Karbohidrat. Buletin AgroBio. 4(1): 13-23.

17

You might also like