You are on page 1of 4

1

Seleksi Central
Sel T yang belum matang bermigrasi dari sumsum tulangmenuju ke timus, di mana sel T tersebut
mulai mengekspresikan reseptor untuk antigen.Kebanyakan reseptor yang diekspresikan
memiliki dua rantaiutama, dan , dan disebut reseptor / .Reseptor mengenali peptida
imunogenik yang beradapadamajor-histocompatibility-complex (MHC). Di timus, sel epitel dan
sel antigen-presenting lainmempresentasikan berbagai kompleks variasikomplekpeptida yang
berikatandengan molekul MHC. Sel Tyang mampu berikatan pada reseptor dengan ikatan yang
cukup (yaitu, aviditas)akan bertahan hidup melalui seleksi positif, sedangkan sel T dengan
interaksi yang sangat rendah (bahkan sampai tidak ada ikatan ) dengan kompleks akan mati
melalui seleksi negatif.Seperti yang dijelaskandiatas prosespematangansel T,
untukmenghindariadanyaautoimunsel T
akanmengalamiseleksipositifdannegative,seleksipositifadalahlolosnyasel T
setelahberikatandenganself antigendenganikatan yang lemah,sedangkanseleksi negatif adalah
mekanisme utama dari sistemtoleransi,dimanasel T yang berikatanterlalukuatdenganself
antigenakanmengalami apoptosis.
Hanya 3% darisel T precursor yang masukke thymus
bertahandariseleksipositifdannegatif.daripopulasisel T ini,diantaranya terdiri dari sel-sel T
dengan reseptor dengan aviditas rendah dan menengahterhadap self-antigen, akanmeninggalkan
thymus danmendiami organ-organ limfoid.Anehnya,sel T
denganikatanlemahiniseterusnyaakanmembentukpopulasi yang nantinyaberesponpada antigen
asing. Penjelasannyaadalahbahwareseptorsel T
mampumembentukreaksisilangterhadapberbagaipeptida;
reaksisilanginisangatdibutuhkantubuhuntuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan.Selain itu,
karena antigen asing normalnyatidakterdapatdalam timus, sel-sel T
dengankemampuanikattinggidapatmeloloskandiridariseleksi negative
danberpindahtempatmenuju organ-organ perifer(yaitu, jaringan limfoid dan organ lain).
2
Peraturan Peripheral
Sebagai konsekuensi seleksipada timus, beberapa sel T dengan aviditas
intermedietakanmemasuki organ-organ perifer, yang nantinyaberpotensi untuk menjadi
patogenic efektor cells. Untuk menghindari autoimunitas patogen,
diperlukanmekanismepengaturan repertoire sel T self reaktif. Mekanisme ini berfungsi untuk
menekan populasi sel T yang self-reaktif. Berkat mekanisme ini, penyakit autoimun tidak terjadi
meskipun adasel T dewasa yang self-reaktif.

Pengendalian SistemdanKelasResponImun

3.1 General intrinsik Mekanisme


Mekanisme intrinsik terjadiketika reseptor sel-T berikatandengan MHC-antigen-peptida
kompleks yang merupakanpoin utama dari kontrol system dankelasresponimun. Salah satu
mekanismenya memerlukan ikatan dan durasi reseptor sel-T dengan kompleks MHC-antigen
peptidadimana terdapat sel T yang berikatan cepat maupun lambat dan terdapat sel T yang
berikatan lemah maupun kuat .
Mekanismepengikataninitidakhanyamengakibatkanaktivasidandeferensiasiakantetapijugadapatm
enyebabkan apoptosis.
Adanyainteraksi reseptordenganligan lain jugatakkalah penting. Salah satunya dengan CD40
ligan yang nantinya menyebabkan kenaikan regulasi pada dua protein permukaan yang ada pada
sel B dan sel dendritic,yaitu CD80 dan CD80. Ketika CD86 berinteraksi dengan CD28 pada sel
T, makaakanmengakibatkan aktivasi sel-T; Sebaliknya, interaksi dengan cytotoxic Tlymphocyteassociated antigen 4(CTLA-4) pada sel T menyebabkan anergi (yaitu, keadaan
spesifik yang memicuinaktivasisel T) atau toleransi imun.
3.2 Fungsi regulasi oleh Sel Konvensional T padaMekanismeIntrinsik
Dua populasi utama sel T adalah CD4 + (Helper) dan CD8 + (sitotoksik atau pembunuh).
Aktivasi antigen-diinduksioleh sel helper yang menyebabkan seltersebut berdiferensiasi menjadi
2 subkelompokyaitu T helper tipesatu(Th1) danT helpertipe 2 (Th2). subkelompok ini
menghasilkan sitokin yang khas, dimana sel Th1 mensekresikan interferon-, yang menginduksi
respon imun seluler dan menghambat sel Th2. Sel Th2 mensekresikan interleukin-4 (yang
berpartisipasi dalam mengaktifkan sel B) dan transforming growth factor (TGF-),
terdapatsubkelompok lain darisel CD4 + yaitusel T Regulator tipe 1atau T regulator tipe 3,
dimanafungsinyaadalahmensekresikan sitokin imunosupresif interleukin-10, TGF- yang
nantinyamenjaditoleransiimun.Peran Th1 maupun Th2 sangatlahpentingdalammengaturfungsi
response imundalammenghadapi antigen asing.

4.

Pengaturansel T dalammembedakanself dannonself

Delesisel T yang berikatankuatterhadapself


antigendalamtimustidakhanyamengurangiresikoautoimunakantetapijugamembantupengaturanpop
ulasisel T yang memilikiikatanlemahdanmenengahterhadapself antigen.Fungsiutamadarisel T
suppressor adalahmenurunkanresponimunterhadapself
antigentanpamenggangguresponimunterhadap antigen asing.
Baru-baru iniditemukan bahwa pengaturansel CD8 + T selektif down-mengatur sel T dari
aviditas menengah yang diaktifkan dengan baik diri sendiri atau antigen asing merupakan contoh
bagaimana sel T penekan dapat membedakan diri dari yang bukan dirinya di pinggiran. Sel CD8
+ T ini secara khusus mengakui kompleks QA1-self peptide, struktur pengganti diekspresikan
pada sel T tertentu diaktifkan sebagai konsekuensi dari aviditas menengah interaksi antara
reseptor sel T pada sel T dan kompleks MHC-antigen-peptida yang disajikan oleh antigen
menyajikan cells.Karena sel T diri reaktif berpotensi patogen termasuk dalam kolam renang sel T
yang memiliki aviditas menengah, penindasan oleh sel CD8 + T averts autoimunitas patogen.
Mekanisme ini tidak mempengaruhi sel T tinggi aviditas, yang hampir secara eksklusif antiasing, dan dengan demikian mengoptimalkan respon imun untuk antigen asing.
5.

Subgroup sel suppressor

Ada bukti bahwasubkelompoksel T yaitu CD4 +, CD8 +, dan sel T Natural Killermenjalankan
mekanisme pengaturan. Masing-masing sub-kelompok menggunakan reseptor dan mekanisme
efektor yang khas, dan masing-masing memiliki pengaruh yang berbeda pula,natural killer,dansel
CD4 + T merupakan"sel suppresor alami," yang sudahada dalam kekebalan repertoar sebelum
aktivasi sel T oleh antigen, dan bertindak terutama dalam fase awal respon imun bawaan. Kedua
sub kelompok mengaturpenekanantergantungdari besarnya atau kelas dari respon imun.
Sebaliknya, sel-sel CD8 + T berdiferensiasi menjadi sel efektor selama respon imun primer dan
berfungsi sebagai sel suppressor selama fase sekunder dan memory immunity; mereka
terutama terlibat dalam diskriminasi self dannonself.
6. Sel T Natural Killer

Sel T Natural Killer adalah populasi yang sangat khas dari sel Tkeseluruhab. Mereka memiliki
sifat-sifat sel pembunuh alami dengan mengekspresikan / reseptor sel-T yang terdiri dari
rantai alpha invarian (V24-JQ) danberikatanpada berbagai rantai V. Sel-sel Natural killer ini
secara khusus mengenali glikolipid yang bersangkutan dengan glycolipid -galactosylceramide
yang sering terdapat pada mikroorganisme patogen dan sel-sel tumor. -galactosylceramide
mengikat CD1d yang beradapada molekul MHC sel APC. Kompleks CD1d-glycolipid ini akan
memicu sel T natural killer untuk melisiskan target dan mengeluarkan cytokines.Sel T natural
killer awalnya didugaselain memediasi respon imun bawaan denganmemangsasel-sel tumor dan
melisiskan patogen, tetapi mereka juga terlibat dalam penyakit autoimun. Ketika dirangsang
secara kontak oleh antigen, sel T natural killer akanteraktivasi dan mengeluarkan
sitokindalamjumlah besarantara lain interleukin-4, interferon-, TGF-, dan interleukin-10, yang
kitaketahui terlibat dalam aktivasi sel yang memediasi peradangan,dansystem imun bawaan.
Sel T natural killer diduga telah terlibat dalam penyakit autoimun manusia. Pada kembar
monozigot yang salah satu anaknya terkena diabetes tipe 1, anak kembar dengan diabetes
memiliki sel TNatural killer V24-JQ kurang dari anak kembar tanpa diabetes,hal ini
menunjukkan adanya perlindungan terhadap penyakit oleh sel T natural killer. Hal
inijugadidukungoleh penelitian yang membandingkan pasien yang menderita diabetes dengan
pasien yang normal, menemukan bahwa jumlah sel T natural killer dan produksi interleukin-4
mengalamiperubahanpadapenderita diabetes tipe 1.

You might also like