You are on page 1of 23

MODUL DASAR 3

Desentralisasi Kesehatan

Program Pengembangan Kapasitas Manajemen


dan Kepemimpinan Berbasis Kinerja di Papua

Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK)


Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada

Ringkasan Modul Dasar


A. Deskripsi singkat
Di tahun 2011 ini Indonesia sudah melaksanakan kebijakan
desentralisasi dalam sektor kesehatan selama 11 tahun. Harapannya
desentralisasi kesehatan sudah dapat dilaksanakan dengan baik.
Namun kenyataannya desentralisasi dalam sektor kesehatan belum
dijalankan dengan baik dan benar. Modul ini berusaha membahas
pelaksanaan desentralisasi dalam konteks 10 tahun perjalanannya di
Indonesia. Pelaksanaan kebijakan ini akan dibahas melalui berbagai
pendekatan misalnya: pendekatan analisis hukum dan peraturan
mengenai kewenangan, pendekatan analisis kesiapan sumber daya
manusia dan aspek politiknya, serta aspek pembiayaan dalam
desentralisasi. Dalam pendekatan ini, berbagai sudut pandang akan
bertemu dalam kajian mengenai PP No. 38 tahun 2007 yang sampai
sekarang masih belum dipahami dengan benar oleh seluruh pelaku
kesehatan di Indonesia. Modul ini memberikan masukan kepada
kompetensi bidang yang meliputi berpikir analisis dan berpikir
konseptual sesuai Permenkes No. 971 Tahun 2009 Pasal 6c dan 6d.
B. Tujuan pembelajaran
a.

Tujuan pembelajaran umum

Setelah mempelajari modul ini, peserta mampu memahami dan


melakukan analisis kritis terhadap kebijkan desentralisasi dan
pelaksanaannya di sektor kesehatan.
b. Tujuan pembelajaran khusus

Setelah Peserta mengikuti pembelajaran ini, Peserta


mampu:
Menjelaskan desentralisasi dan desentralisasi sektor
kesehatan
Menjelaskandesentralisasi
kesehatan:
dinamika
dan
dampaknya
43 | PML Papua

Ringkasan Modul Dasar

Menjelaskan perubahan wewenang di berbagai tingkat


pemerintah dalam kesehatan
Menjelaskan desentralisasi dan mekanisme penganggaran
dan penyaluran dana pusat ke daerah
Menjelaskan standar pelayanan minimal
Menjelaskan rencana strategis lembaga pada era
desentralisasi

C. Pokok bahasan dan Sub-pokok bahasan


a) Pokok bahasan 1: Desentralisasi dan desentralisasi sector
kesehatan
b) Pokok bahasan 2: Desentralisasi kesehatan: dinamika dan
dampaknya
c) Pokok Bahasan 3: Perubahan wewenang, diberbagai
tingkat pemerintah dalam Kesehatan
d) Pokok Bahasan 4: Desentralisasi dan mekanisme
penganggaran dan penyaluran dana pusat ke daerah
e) Pokok Bahasan 5: Standar pelayanan minimal
f) Pokok Bahasan 6: Penyusunan rencana strategis lembaga
pada era desentralisasi
D. Uraian Materi
a.

Pokok Bahasan
Kesehatan

1:

Desentralisasi

dan

Desentralisasi

Sektor

Desentralisasi kesehatan di Indonesia dilaksanakan sejak awal


tahun 2001 dan merupakan konsekuensi dari desentralisasi secara
politik yang menjadi inti Undang-undang No. 22 tahun 1999.
Desentralisasi di sektor kesehatan dipicu oleh tekanan politik untuk
desentralisasi dalam era reformasi. Tekanan politik ini tidak diimbangi
dengan kemampuan teknis untuk melakukan desentralisasi kesehatan.
Secara teknis sebenarnya sektor kesehatan belum siap untuk melakukan
desentralisasi.
PML Papua | 44

Ringkasan Modul Dasar


a) Definisi Desentralisasi
Pemindahan tanggung jawab dalam perencanaan,
pengambilan keputusan, pembangkitan serta pemanfaatan
sumber daya dan kewenangan administratif dari pemerintah
pusat ke:

Unit-unit teritorial dari pemerintah pusat atau


kementerian,
Tingkat pemerintahan yang lebih rendah,
Organisasi semi otonom,
Badan otoritas regional,
Organisasi non pemerintah atau organisasi yang
bersifat sukarela (Rondinelli 1983 cit Omar, 2001)

Transfer kewenangan dan kekuasaan dari tingkat


pemerintahan yang tinggi ketingkat yang lebih rendah dalam
satu hierarki politis administratif atau teritorial (Mills, dkk, 1990).
b) Aplikasi di Sektor Kesehatan
Desentralisasi
kesehatan
di
Indonesia
dapat
digambarkan sebagai pendulum yang berayun dari situasi
sentralisasi ke arah desentralisasi.

45 | PML Papua

Ringkasan Modul Dasar

Gambar 1. Ayunan pendulum dalam perubahan masa sentralisasi ke


masa desentralisasi
Salah satu dampak penting desentralisasi adalah
perbedaan kemampuan fiskal yang semakin besar antar
propinsi dan kabupaten/kota. Dengan adanya dana bagi hasil
maka ada propinsi dan kabupaten/kota yang mendadak
menjadi kaya dalam waktu sekejap. Beberapa daerah
mempunyai Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
sekitar 2 triliun rupiah dengan penduduk yang tidak mencapai
500.000 orang, seperti Kutai Kertanegara dan Bengkalis.
Namun yang menarik, setelah beberapa tahun
kemudian terjadi situasi yaitu ada kekecewaan secara nasional
terhadap
proses
desentralisasi
dibidang
kesehatan.
Kekecewaan ini dapat dipahami karena memang dana
kesehatan dari Dana Alokasi Umum (DAU) dan APBD ternyata
jumlahnya tidak cukup untuk membiayai pelayanan kesehatan.
Keadaan ini terjadi pula di daerah kaya yang sebenarnya harus
memberikan lebih banyak untuk pelayanan kesehatan. Sektor
kesehatan kekurangan dana, berbagai sistem menjadi
terganggu, dan kehilangan koordinasi dibanding dengan
sebelum desentralisasi. Departemen Kesehatan melihat hal ini
PML Papua | 46

Ringkasan Modul Dasar


sebagai suatu hal yang membahayakan kelangsungan sistem
kesehatan. Dengan itikad baik, maka dilakukan peningkatan
pembiayaan dari pusat.
Hal ini yang menimbulkan gejala re-sentralisasi. Gejala
ini diperkuat dengan diamandemennya UU No.22/1999
dengan UU No.32/2004. Undang-undang yang baru
menekankan mengenai peran pemerintah pusat dan propinsi.
Dalam konteks pendulum, terlihat bahwa UU No.32/2004
semangatnya tidak ekstrim desentralisasi, namun mengarah ke
sentralisasi. Akan tetapi harus ditegaskan bahwa walaupun UU
No.32/2004 terlihat lebih sentralisasi dibanding UU
No.22/1999, namun sektor kesehatan masih terdesentralisasi.
b. Pokok Bahasan
Dampaknya

2:

Desentralisasi

Kesehatan:

Dinamika

dan

Desentralisasi kesehatan di Indonesia dimulai pada awal tahun


2001 hingga saat ini. Berbagai undang-undang terkait desentralisasi
yaitu UU no. 32/2004 dan UU No. 33/2004 serta Peraturan Pemerintah
yaitu PP No. 38/2007 dan PP No. 41/2007 telah merubah wewenang
pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota.
Perkembangan desentralisasi kesehatan di Indonesia pada
awalnya mengalami perubahan yang cukup signfikan dimana yang
mulanya dari sentralisasi menjadi desentralisasi. Namun setelah berjalan
beberapa tahun, terjadi suatu periode kebingungan pada tahun 20002007 dimana peraturan banyak yang berubah tapi tidak terjadi
perubahan yang bermakna, sehingga terjadi kebingungan di lembagalembaga pemerintahan.
Kondisi bingung yang telah terjadi pasca desentralisasi perlu
diatasi, sehingga diperlukan skenario dan langkah-langkah strategis ke
depannya untuk pelaksanaan Desentralisasi kesehatan di Indonesia
yang lebih baik lagi. Harapannya dengan adanya Desentralisasi
kesehatan ini, pemerintah pusat dan daerah bisa bekerjasama lebih baik
47 | PML Papua

Ringkasan Modul Dasar


lagi sehingga ke depannya
pembangunan daerah.

mampu

meningkatkan

kapasitas

a) Regulasi yang terkait Desentralisasi


Berbagai
desentralisasi

Undang-undang

dan

regulasi

terkait

UU No 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah


- Amandemen dari UU No. 22/1999
- *penjelasan umum UU No.32/2004
Peraturan Pemerintah (PP) No.38/2007 tentang
Pembagian
Urusan
Pemerintahan
Antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota
- Pengganti dari PP No. 25/2000
- *Penjelasan atas PP No. 38/2007
PP No.41/2007 tentang Organisasi Perangkat
Daerah
- Pengganti dari PP No. 08/2003
- *penjelasan atas PP No. 41/ 2007

b) Dampak Desentralisasi terhadap Status Kesehatan

Apa dampak desentralisasi untuk peningkatan


status kesehatan?
Masalah Gizi

Masalah gizi pasca desentralisasi mengalami


penurunan persentasenya walaupun tidak signifikan
tapi diawalnya justru mengalami peningkatan jika
dibandingkan dengan pra desentralisasi.

PML Papua | 48

Kematian di bawah lima tahun

Ringkasan Modul Dasar


Jumlah kasus kematian dibawah lima tahun
per 1000 kelahiran pada pasca desentralisasi
menunjukkan penurunan menjadi 46/1000 kelahiran.

Kematian Bayi

Pada pasca desentralisasi, jumlah kematian Bayi


per 1000 kelahiran menunjukkan penurunan.

Kematian ibu

Pasca desentralisasi kematian ibu menunjukkan


penurunan yang cukup berarti dibandingkan sebelum
desentralisasi.

Kelahiran yang didampingi tenaga terlatih

Jumlah kelahiran yang didampingi tenaga


terlatih meningkat pada pasca desentralisasi
c)

Pada periode 2000-2007

Periode ini dapat disebut sebagai periode kebingungan


yang merupakan periode transisi yaitu UU dan PP masih
berubah-ubah. Ada fenomena Change without significant
change. Ada perubahan aturan hukum namun tidak ada
perubahan bermakna. Pada periode 2000-2007 ini disebut juga
dengan desentralisasi setengah hati. Terjadi situasi dimana
Departemen Kesehatan dan DPR cenderung ingin sentralisasi,
sementara pemerintah daerah berada dalam system yang
semakin
desentralisasi.
Apakah
desentralisasi
dapat
dipergunakan sebagai dasar untuk meningkatkan kapasitas
pembangunan kesehatan daerah? Ya atau Tidak? Jawabannya
Ya, asal jangan separuh hati
c.

Pokok Bahasan 3: Perubahan Wewenang di berbagai tingkat


Pemerintahan dalam Kesehatan
49 | PML Papua

Ringkasan Modul Dasar


a) Perbandingan PP No. 25 tahun 2000 dengan PP No. 38
tahun 2007

PP No. 25 tahun 2000, tentang pembagian urusan


pemerintah
- Gagal memberikan pembagian urusan
yang jelas
- Penganggaran
kesehatan
berprinsip
sentralisasi
PP No. 38 tahun 2007, tentang pembagian urusan
pemerintahanAntara pemerintah, pemerintahan
daerah provinsi, dan pemerintahan daerah
kabupaten/kota
- Pembagian urusan pemerintahan bidang
kesehatan sudah jelas (per-sub bidang
masing-masing pada lampiran PP no 38
/2007 bidang kesehatan)

b) Aplikasi perubahan wewenang di berbagai hal : Surveilans,


perijinan, pelayanan RS dan jamkesmas

PML Papua | 50

Surveilans
- Pengelolaan ada di Pemerintah pusat
- Pemerintah daerah: Propinsi dan Kab/Kota,
dalam penyelenggaraan surveilans
Perijinan
- Pemberian ijin wewenang dari pemerintah
pusat
- Pemerintah daerah: propinsi dan kab/kota,
wewenangnya memberikan rekomendasi
Pelayanan RS
- Rumahsakit
pemerintah
merupakan
lembaga pelaksana (operator), bukan UPT
Dinas
- Rumah sakit daerah sifatnya korporatisasi

Ringkasan Modul Dasar

Jaminan kesehatan :
- Pemerintah pusat mengelola jaminan
kesehatan
pemeliharaan
kesehatan
nasional
- Pemerintah daerah yaitu propinsi dan
kab/kota
menyelenggarakan
dan
mengembangkan
sistem
jaminan
kesehatan daerah

d. Pokok Bahasan 4: Desentralisasi dan Mekanisme Penganggaran


Penyaluran Dana Pusat ke Daerah
Bentuk lain dari desentralisasi yaitu desentralisasi fiskal.
Desentralisasi
Fiskal
adalah
pemindahan
kekuasaan
untuk
mengumpulkan dan mengelola sumber daya finansial dan fiskal.
Desentralisasi fiskal diselenggarakan bersamaan dengan desentralisasi
wewenang. Desentralisasi pembiayaan dalam hal ini ditentukan oleh
jenis mekanisme anggaran.
Salah satu hal penting yang menunjukkan kesungguhan
pemerintah pusat dalam menerapkan desentralisasi adalah dalam
pembiayaan kesehatan (Depkes, 2007). Reposisi pemerintah pusat
dalam hal pembiayaan pembangunan kesehatan di Indonesia
merupakan salah satu indikator kesungguhan pemerintah pusat dalam
menerapkan desentralisasi. Dalam draf dokumen dari Departemen
Kesehatandinyatakan bahwa masih banyak masalah dalam
pelaksanaan program pembangunan kesehatan.
Masalah pertama adalah belum sinkronnya antara kebijakan,
perencanaan dan penganggaran, serta pelaksanaan. Dalam
hubungannya dengan sektor lain terdapat lemahnya sinergisme dalam
penyusunan kegiatan lintas program. Di samping itu, ada penggunaan
indikator yang tidak konsisten. Dalam konteks desentralisasi, terdapat
gejala belum sinkronnya perencanaan pusat dan daerah. Di dalam
lingkup proses perencanaan disadari kesulitan untuk merubah mindset
dari project oriented atau budget oriented kepada performance
51 | PML Papua

Ringkasan Modul Dasar


based-budgeting. Faktor lain adalah terbatasnya SDM yang dapat
menunjang upaya perencanaan pembangunan kesehatan, serta tidak
lancarnya pelaporan kegiatan dan pengembangan yang bertujuan
untuk meningkatkan mutu perencanaan pembangunan kesehatan
a) UU dan Peraturan Hukum di Bawahnya Mengenai
Penganggaran Dan Penyaluran Dana

Undang-undang No. 33 tahun 2004

Tentang perimbangan keuangan


pemerintah pusat dan pemerintah daerah

antara

Peraturan pemerintah No. 7 tahun 2008


Penjelasan mengenai dana dekonsentrasi

b) Filosofi dan Implikasi Praktis Dana Pusat yang didaerahkan :


DAU, DAK, dan Dana Pusat Uang Menjadi APBN : Dana
Dekonsentrasi, TP

Dana Alokasi Umum (DAU)

Dana yang bersumber dari pendapatan APBN


yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan
kemampuan keuangan antar-Daerah untuk mendanai
kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan
Desentralisasi

Dana Alokasi Khusus (DAK)

Dana yang bersumber dari pendapatan APBN


yang dialokasikan kepada Daerah tertentu dengan
tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus
yang merupakan urusan Daerah dan sesuai dengan
prioritas nasional
PML Papua | 52

Ringkasan Modul Dasar

Dana Dekonsentrasi

Dana yang berasal dari APBN yang


dilaksanakan oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah
yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran
dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi, tidak
termasuk dana yang dialokasikan untuk instansi vertikal
pusat di daerah

Dana Tugas Pembantuan (TP)

Dana yang berasal dari APBN yang


dilaksanakan oleh Daerah yang mencakup semua
penerimaan
dan
pengeluaran
dalam
rangka
pelaksanaan Tugas Pembantuan
c)

Definisi Standar Pelayanan Minimal

Definisi standar:

Menurut PP No. 65 tahun 2005 Standar


pelayanan minimal yang selanjutnya disingkat SPM
adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan
dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang
berhak diperoleh setiap warga secara minimal
Penafsiran secara sederhana mengenai fungsi
SPM, yaitu mengurangi kesenjangan mutu pelayanan
kesehatan antar daerah, dan aspek sumber dana
menjadi penting: dana desentralisasi dan dana
dekonsentrasi-pembantuan
Tujuan SPM adalah mengurangi kesenjangan
pelayanan kesehatan antar daerah. SPM disusun
sebagai alat pemerintah dan pemerintah daerah untuk
menjamin (1) Akses; dan (2) mutu pelayanan dasar
kepada masyarakat secara merata dalam rangka
53 | PML Papua

Ringkasan Modul Dasar


penyelenggaraan urusan wajib (PP no 65 tahun 2005
tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapanan
Standar Pelayanan Minimal. Pasal 3 ayat 1).
d) Problem Pelaksanaan di Indonesia
Kemungkinan kendala yang terjadi dalam pelaksanaan
SPM di Indonesia :

Penerimaan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah


Daerah
Tersedianya data dan sistem informasi
Tersedianya dana pemerintah pusat

e) Kebijakan yang diusulkan


Meningkatkan sosialisasi SPM dengan cara dilakukan
sosialisasi secara intensif khususnya dalam hal kewajiban
Pemerintah Daera,
dalam sosialisasi harus ada definisi
operasional dan gambaran menghitung dana untuk SPM, dan
menyiapkan aturan untuk sangsi.
Kebijakan memperbaiki teknik alokasi oleh pemerintah
pusat dan propinsi adalah melakukan alokasi anggaran
berdasarkan formula dengan mempertimbangkan SPM, daerah
yang fiskalnya kuat dipicu untuk menyediakan dana sendiri,
daerah yang lemah diberi lebih.
Kebijakan untuk menggunakan data Proksi masih ada
beberapa data yang akan sulit dikumpulkan. Dianjurkan
menggunakan data proksi, misal untuk penanganan komplikasi
kebidanan. Contoh: Cakupan pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan 90%
pada tahun 2015 sementara diubah menjadi : jumlah bidan
dan spesialis obgin.

PML Papua | 54

Ringkasan Modul Dasar


Kebijakan memperkuat system informasi dilakukan
dengan cara memperkuat Pusdatin (Pusat), memperkuat Unit
Data, Surveilans, dan Informasi Kesehatan di daerah, dan
memberlakukan kebijakan no data, no/less money.
e.

Pokok Bahasan 5: Penyusunan Rencana Strategis Lembaga pada


Era Desentralisasi
a) Konsep Manajemen Strategis dan Rencana Strategis
Manajemen strategis merupakan suatu model
perencanaan yang komprehensif bagi suatu organisasi. Konsep
ini ditulang-punggungi oleh suatu model perencanaan
organisasi pelayanan kesehatan yang bersifat strategis, diikuti
dengan pelaksanaan dan pengendalian yang tepat. 1 Model
perencanaan strategis menekankan pentingnya pembahasan
mengenai visi dan analisis faktor-faktor eksternal dan internal
yang dapat mempengaruhi keberhasilan program. Faktor-faktor
internal tersebut dapat menunjukkan kekuatan dan kelemahan
yang ada pada program, sedangkan analisis faktor eksternal
dapat menggambarkan hambatan dan dorongan dari luar
program.
Langkah-langkah menyusun rencana strategis:

Merumuskan visi dan misi dinas kesehatan


kabupaten/kota=membatasi?
- Konsekuensi kewenangan dan peran baru
dinas kesehatan kabupaten/kota terhadap
rumusan visi dan misi yang diembannya
- Sebagaimana baik rumusan visi dinas
kesehatan dinilai?
- Sebagaimana baik rumusan misi dinas
kesehatan dinilai?

55 | PML Papua

Ringkasan Modul Dasar

PML Papua | 56

Merumuskan tujuan dan sasaran yang dapat


diukur.
Analisis lingkungan eksternal dinas kesehatan
kabupaten/kota
- Lingkungan eksternal apa saja yang saat ini
berubah?
- Data apa saja yang harus diperhitungkan
di saat melakukan penilaian kondisi
eksternal?
- Analisis ancaman
- Analisis kesempatan
Analisis lingkungan internal dinas kesehatan
kabupaten/kota
- Kondisi internal apa saja yang harus
dianalisis?
- Data apa saja yang diperlukan untuk
menilai kondisi internal?
- Analisis kekuatan
- Analisis kelemahan
Isu-isu
strategis
bagi
dinas
kesehatan
kabupaten/kota
- Bagaimana menilai bahwa isu tersebut
merupakan isu strategis bagi dinas
kesehatan kabupaten/kota?
Penentuan
strategi
pengembangan
dinas
kesehatan untuk menjalankan misi dan mencapai
visi.
Menyusun program jangka menengah (35 tahun)
untuk menjalankan misi dan mencapai visi.
Mem-breakdown program jangka panjang menjadi
prioritas tahunan.
Menerjemahkan prioritas tahunan menjadi rencana
tahunan dan penganggaran.

Ringkasan Modul Dasar


b) Pernyataan Misi Dan Visi Kelembagaan
Dalam organisasi pemerintahan seperti dinas
kesehatan kabupaten/kota, dimana tugas pokok dan fungsi,
kewenangan dan perannya sudah ditetapkan, mungkin akan
berlaku pola bahwa visi mengikuti misi.

Misi:
Mengapa sebuah
lembaga berdiri? Untuk
Siapa?
Nilai-nilai lembaga

Apa yang kita percaya


Visi

Keadaan lembaga yang kita tuju di masa


mendatang
Strategi
Pernyataan mengenai rencana menjalankan misi dan mencapai visi
Strategi merupakan ketetapan yang akan dilaksanakan dan berfokus
Memerlukan kegiatan-kegiatan untuk mewujudkannya
Menjadi tujuan sumber daya manusia dalam lembaga
Hasil pelaksanaan strategi
Pihak terkait
yang puas

E.

Pengguna
yang senang

Proses
kegiatan yang
efektif

Sumber daya manusia


yang termotivasi dan
siap bekerja

Rujukan

_____ (2004). UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.


57 | PML Papua

Ringkasan Modul Dasar


_____. (2007). Lampiran Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang
Kesehatan PP No. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.
_____. (2007). Penjelasan atas PP No. 38 tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota.
_____. (2000). PP No. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah
dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom.
_____. (2007). PP No. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.
______. (2008). Kepmenkes No 828 tahun 2008 tentang petunjuk teknis
Standar
Pelayanan
Minimal
Bidang
Kesehatan
di
Kabupaten/Kota.
______. (2008). Permenkes No. 741 tahun 2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.
______. (2011). Penyusunan Standar Pelayanan Minimal. Mata Kuliah
Blok III Master Plan dan Rencana Strategis. Yogyakarta :
Program Pasca Sarjana KMPK IKM FK UGM.
_______. (2004). UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat
dan
Pemerintahan
Daerah.
Bennet, S. 1991. The Mystique of Markets: Public and Private Health
Care in Developing Countries. LSHTM
Courtney, R. (2002). Strategic Management for Voluntary Nonprofit
Organizations.London : The Taylor & Francis e-Library.

PML Papua | 58

Ringkasan Modul Dasar


Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia. 2001. Peraturan
Pemerintah
No.
39/2001
tentang
Penyelenggaraan
Dekonsentrasi. Jakarta.
Departemen Keuangan Republik Indonesia. 2002. Keputusan Menteri
Keuangan No. 544/KMK.07/2002. Penetapan Alokasi Dan
Pedoman Umum Pengelolaan Dana Alokasi
Duncan, W.J., Ginter, P.M., Linda, E.S. 1997. Strategic Management of
Health Care Organizations. Blackwell Publisher, United
Kingdom
Dunlop, D., Zubkoff, M. 1981. Inflation and Consumer in the Health
Care. A Mill Bank Reader.Ed. Mc Kinley J.B. MIT Press.
Fusch, V. R. 1998. Who Shall Live?: Health Economics and Social
Change. Expanded Edition. World Scientific.
Ginter, P.M., Swayne L.M., Duncan, W.J. 1998. Strategic Management of
Health Care organizations. Third Edition. Blackwell.
D., Trisnantoro, L. 2004. Desentralisasi Pembiayaan
Kesehatan dan Teknik Alokasi Anggaran. Paper pada seminar

Harbianto,

nasional 3 tahun desentralisasi kesehatan di Indonesia.


Harian Kompas, Jakarta, Januari 2001
Horak, B.J. 1997. Strategic Planning in Health Care: Building a Safer
Health System. National Academy Press. Washington D.C.
Joss, R., Kogan, M. 1995. Advancing Quality. Open University Press.
Juwono, M., Lieberman, S. S., Saadah, F. 1999. Indonesian Health
Expenditure During The Crisis. Watching Brief V, World Bank,
Jakarta.
Kaplan R.S., Norton D.P. 2001. The Strategy Focused Organization: How
Balanced Scorecard Companies Thrive in the New Bussiness
Environment. Harvard Bussines School Press. USA. Khusus Non
Dana Reboisasi. Jakarta.
59 | PML Papua

Ringkasan Modul Dasar


Martineau, T. dkk. (2003). Decentralisation and the impact on Human
Resource Management ini China and South
Africa : SSR
Project
R7652,
Final
Report,
July
2003.
[http://www.dfid.gov.uk/r4d/PDF/Outputs/Mis_SPC/R7652Full
Report.pdf].
Meisenher, C.G. 1997. Improving Quality. Aspen Publication.
Mills A, Vaughan JP, Smith DL, Tabibzadeh I. (1990). Health System
Decentralization: Concepts, Issues and Country Experience.
World Health Organization, Switzerland,. Geneva
Mills, A., Vaughan, J.P., Smith, D.L., Tabibzadeh. 1989. Desentralisasi
Sistem Kesehatan: Konsep-konsep, isu-isu, dan Pengalaman di
berbagai Negara. Gadjah Mada University Press.
Omar M. (2001). Health Sector Decentralization in Developing
Countries: Unique or Universal! Nuffield Institute for Health,
University of Leeds, United Kingdom.
Otter, von C. 1991. The Application of Market Principles to Health Care.
The Nuffield Institute for Health Service Studies.
Posnett. 1988. Komunikasi Pribadi.
Ribot JC. (2002). African Decentralization: Local Actors, Powers and
Accountability. Democracy, Governance and Human Rights
Paper No 8. United Nations Research Institute for Social
Development
Rosenbaum, A., Rojas, M.V. Decentralization, local government and
center-periphery conflict in Sierra Leone. Public Administration
and Development 1997; 17: 529-540.
Sabarno, H., 2002. Sambutan Lokakarya. Peran Gubernur Dalam
Penyelenggaraan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan di Era
Otonomi. Jakarta.
Senge P. The fifth discipline: the art and practice of the learning
organisation. Clinicians in Management 1990, 12:45-49.
PML Papua | 60

Ringkasan Modul Dasar


Sidik, M., Raksaka, M.B., Simanjutak, R., Brodjonegoro, D. 2002. Dana

ALokasi Umum: Konsep, Hambatan, dan Prospek di Era


Otonomi Daerah. Penerbit Buku Kompas, Jakarta.
Silver, C. Aziz, IJ., Schroeder, L. Intergovernmental Transfers and
Decentrlaization in Indonesia. Bulletin of Indonesian Economics
Studies 2001; 37(3): 345-62.
Steiss, A.W. (2003). Strategic Management for Public and Nonprofit
Organizations. New York : Marcel Dekker.
Sumodiningrat, G. 2003. Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan di
Indonesia 2003: Agenda Kini dan ke Depan. Jakarta.
Swayne, L.E, Duncan, W.J, Ginter, P.M. (2006). Strategic Management of
Health Care Organizations : Fifth Edition. Malden : Blackwell.
Tang, S., Bloom, G. Decentralizing Rural Health Services: A case study in
China. International Journal of Health Planning and
Management 2000; 15: 189-200.
Trisnantoro, L. (2009). Pelaksanaan
Desentralisasi Kesehatan di
Indonesia 2000- 2007 : Bab 1.1 Desentralisasi Fiskal Di Sektor
Kesehatan dan Reposisi Peran Pusat
dan
Daerah.
Yogyakarta : BPFE.
Trisnantoro, L. (2009). Pelaksanaan Desentralisasi Kesehatan di
Indonesia 2000-2007 : Pengantar Des-kes di Indonesia 20002007: Mengkaji Pengalaman dan Membahas Skenario
Masa Depan. Yogyakarta: BPFE
Trisnantoro, L. (2009). Pelaksanaan Desentralisasi Kesehatan di
Indonesia 2000-2007 : Pengantar Des-kes di Indonesia 20002007: Mengkaji Pengalaman dan Membahas Skenario Masa
Depan. Yogyakarta: BPFE.
Trisnantoro, L. (2009). Pelaksanaan Desentralisasi Kesehatan di
Indonesia 2000-2007 : Bab 1.1 Desentralisasi Fiskal Di Sektor
Kesehatan dan Reposisi Peran Pusat dan Daerah. Yogyakarta:
BPFE.
61 | PML Papua

Ringkasan Modul Dasar


Trisnantoro, L. (2009). Pelaksanaan Desentralisasi Kesehatan di
Indonesia 2000-2007 : Bab 2.2 Inovasi fungsi Pemerintah
Dalam Regulasi. Yogyakarta:BPFE.
Trisnantoro, L. (2009). Pelaksanaan Desentralisasi Kesehatan di
Indonesia 2000-2007. BPFE :Yogyakarta.
Trisnantoro, L. 2003. Manajemen Strategis. Modul Kuliah Program Studi
S2 Minat KMPK. Pasca Sarjana IKM UGM. Yogyakarta.
Truitt, W.B. 2002. Business Planning: A Comprehensive Framework and
Process. Quorum Books.
Wang, Y., Collins, C., Tang, S., Martineau, T. Health Systems

Decentralization and Human Resources Management in Low


and Middle Income Countries. Public Administration and
Development 2002; 27: 439-453.
Wolf, T. 1999. Managing a Non Profit Organization in the Twenty-First
Century. Fireside, Rockefeller Center. New York America.
Wyss, K., Lorenz, N. 2000. Decentralization and Central and Regional

Coordination of Health Services: The case of Switzerland.


International Journal of Health Planning and Management. Vol.
15: 103-114.

PML Papua | 62

Ringkasan Modul Dasar

63 | PML Papua

You might also like