Professional Documents
Culture Documents
KONJUNGTIVITIS TRAKOMA
Pembimbing:
dr. Agah Gadjali, SpM
dr. Hermansyah, SpM
dr. Gartati Ismail, SpM
dr. Mustafa K. Shahab, SpM
dr. Henry A. W, SpM
Disusun oleh:
Fahada Indi
1102007106
LAPORAN KASUS
I.
II.
IDENTITAS PASIEN
Nama
Jenis kelamin
Tanggal Lahir
Usia
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Suku bangsa
Alamat
No. Rekam medik
Tanggal pemeriksaan
: Ny. I.R
: Perempuan
: Jakarta, 15-03-1973
: 42 tahun
: Islam
: SLTA
: Ibu Rumah Tangga
: Jakarta
: Jl. Kebon Pala No 14 RT 02/07 Halim
: 604016
: 18 November 2015
Keluhan utama
Keluhan tambahan
III.
PEMERIKSAAN FISIK
Status generalis
IV.
STATUS OFTALMOLOGI
Visus
Posisi Hirschberg
Gerakan bola mata
OD
4/60
OS
5/60
Ortoforia
Palpebra superior
Konjungtiva bulbi
Kornea
Dalam, jernih,
Dalam, jernih,
Iris
Pupil
Lensa
Vitreus
V.
RESUME
Pasien perempuan usia 42 tahun datang diantar oleh anaknya ke
Poliklinik Mata RS POLRI dengan keluhan penglihatan buram sejak 2
minggu sebelum masuk rumah sakit. Awalnya pasien mengeluhkan mata
kanannya merah, gatal dan berair, lalu penglihatannya mulai buram
berangsur angsur. Pasien juga merasa ada yang mengganjal di kelopak
mata kanannya, setelah dilihat ternyata bulu matanya tumbuh seperti
menusuk ke dalam mata, sehingga saat pasien berkedip terasa sakit, dan
semakin lama semakin susah untuk melihat. Pasien mengaku sudah
meneteskan obat tetes mata cendo xitrol dan dirasakan membaik hanya beberapa
jam saja. Sedangkan untuk mata kirinya tidak ada keluhan sama sekali.
VI.
Kornea OD
DIAGNOSIS KERJA
Konjungtivitis Trakoma
VII.
DIAGNOSIS BANDING
VIII. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Lokal
:
o Pemakaian antibiotik tetrasiklin berupa salep mata dengan
konsentrasi 1% dapakai 3-4 kali sehari, diulaskan pada
konjungtiva forniks inferior.
o Cendo lyteers 0,01 % 3 4 kali sehari 1-2 tetes.
Sistemik
:
o Tetrasiklin 1 1,5 g/hari per oral dalam 4 dosis terbagi selama
3 4 minggu.
Inisial Planning
:
a.Diagnosis
Pemeriksaan Laboratorium : darah lengkap, kultur, pewarnaan
Giemsa, sensitivitas dan resistensi terhadap obat.
b. Operatif
Koreksi bedah (Epilasi) bulu mata yang menusuk ke dalam.
Non Medikamentosa
Edukasi
:
Menggunakan obat secara teratur
IX.
MONITORING
o Visus Pasien
o Klinis Pasien : tanda tanda infeksi pada mata dan tanda vital.
X.
PROGNOSIS
o
o
o
o
Quo Ad Vitam
Quo Ad Fungsionam
Quo Ad Sanactionam
Quo Ad Cosmetican
: Ad Bonam
: Ad Bonam
: Dubia Ad Bonam
: Dubia Ad Bonam
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI DAN FISIOLOGI KONJUNGTIVA
Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang
membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan
permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva bersambungan dengan
kulit pada tepi kelopak (persambungan mukokutan) dan dengan epitel kornea di
limbus. 2 Konjungtiva terdiri dari tiga bagian:
1 Konjungtiva palpebralis (menutupi permukaan posterior dari palpebra)
2 Konjungtiva bulbaris (menutupi sebagian permukaan anterior bola mata)
3 Konjungtiva forniks (bagian transisi yang membentuk hubungan antara
bagian posterior palpebra dan bola mata). 1
Fungsi
Fungsi dari konjungtiva adalah memproduksi air mata, menyediakan
kebutuhan oksigen ke kornea ketika mata sedang terbuka dan melindungi mata,
dengan mekanisme pertahanan nonspesifik yang berupa barier epitel, aktivitas
lakrimasi, dan menyuplai darah. Selain itu, terdapat pertahanan spesifik berupa
mekanisme imunologis seperti sel mast, leukosit, adanya jaringan limfoid pada
mukosa tersebut dan antibodi dalam bentuk IgA. 3
Histologi
Lapisan epitel konjungtiva terdiri dari dua hingga lima lapisan sel epitel silinder
bertingkat, superfisial dan basal. Lapisan epitel konjungtiva di dekat limbus, di atas
karunkula dan di dekat persambungan mukokutan pada tepi kelopak mata terdiri dari
sel-sel epitel skuamosa.1 Sel-sel epitel superfisial mengandung sel-sel goblet bulat
atau oval yang mensekresi mukus. Mukus mendorong inti sel goblet ke tepi dan
diperlukan untuk dispersi lapisan air mata secara merata di seluruh prekornea. Sel-sel
epitel basal berwarna lebih pekat daripada sel-sel superfisial dan di dekat limbus dapat
mengandung pigmen. 1
Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superfisial) dan satu
lapisan
fibrosa
(profundus).
Lapisan
adenoid
germinativum.
Lapisan
adenoid
tidak
Kelenjar Konjungtiva
Kelenjar
Krause
(terdapat
di
jaringan
bawah)
Kelenjar Wolfring (terdapat di sepanjang bagian
atas dari tasus superior maupun inferior).5
KONJUNGTIVITIS
Definisi
Konjungtivitis adalah peradangan membran mukosa yang membungkus permukaan bagian
anterior mata (sklera) dan permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) yang
disebabkan oleh mikroorganisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi, iritasi bahan-bahan
kimia dan berkaitan dengan penyakit sistemik.2 Reaksi inflamasi ini ditandai dengan dilatasi
vaskular, infiltrasi seluler dan eksudasi. Peradangan tersebut menyebabkan timbulnya berbagai
macam gejala, salah satunya adalah mata merah.2, 3
Patogen umum yang dapat menyebabkan konjungtivitis adalah Streptococcus pneumonia,
Haemophilus influenzae, Staphylococcus aureus, Neisseria meningitides, sebagian besar strain
adenovirus manusia, virus herpes simpleks tipe 1 dan 2, dan dua picornavirus. Dua agen yang
ditularkan secara seksual dan dapat menimbulkan konjungtivitis adalah Chlamydia trachomatis
dan Neisseria gonorrhoeae.1
Epidemiologi
Konjungtivitis adalah diagnosa yang mencakup bermacam-macam kelompok penyakit yang
terjadi di seluruh dunia dan mengenai semua umur, semua status sosial dan kedua gender. 4
Meskipun tidak ada tokoh yang dapat dipercaya yang mendata insidensi atau prevalensi dari
konjungtivitis, kondisi ini telah disebutkan sebagai salah satu penyebab paling sering dari pasien
untuk memeriksakan sendiri dirinya.1 Konjungtivitis jarang menyebabkan kehilangan
penglihatan yang permanen atau kerusakan struktur, tapi dampak ekonomi dari penyakit ini
dalam hal kehilangan waktu kerja, meskipun tidak terdokumentasi, sangat tidak diragukan lagi.
Sekitar 2% dari seluruh kunjungan ke dokter adalah untuk pemeriksaan mata dengan 54% nya
adalah antara konjungtivitis atau abrasi kornea. 4 Untuk konjuntivitis yang infeksius, 42% sampai
80% adalah bakterial, 3% chlamydial, dan 13% sampai 70% adalah viral. Konjungtivitis viral
menggambarkan hingga 50% dari seluruh konjungtivitis akut di poli umum. Occular cicatrical
pemphigoid dan konjungtivitis neoplasma jarang tampak. 4
Klasifikasi
Berdasarkan waktu:
Akut
Kronis
Berdasarkan penyebabnya: 1
Konjungtivitis Bakteri
Konjungtivitis difteri
Konjungtivitis folikuler
Konjungtivitis angular
Blefarokonjungivitis
Keratokonjungtivitis epidemika
Demam faringokonjungtiva
Keratokonjungtivitis herpetik
Konjungtivitis Klamidia
Trakoma
Konjungtivitis Inklusi
Konjungtivitis vernal
Konjungtivitis flikten
Konjungtivitis neonatorum
Konjungtivitis Rickettsia
Konjungtivitis parasit
Konjungtivitis akibat penyakit autoimun
Konjungtivitis kimia atau iritatif
Konjungtivitis Hiperakut
a Noenatorum Gonoroe Conjunctivitis
b Chemical Conjunctivitis
c Adult Gonoroe Conjunctivitis
2 Konjungtivitis Akut
a Cataralis Acute Conjunctivitis
b Adult Inclusion Conjunctivitis
c Blennorhoe Inclusion Conjunctivitis
d Acute Follicular Conjunctivitis
Inclusion Conjunctivitis
Konjungtivits Kronik
a Konjungtivitis Trakoma
b Konjungtivitis Non-Trakoma
Temuan
klinis Viral
Bakterial
Klamidial
Alergik
+
Minimal
Serous mucous
++
Berlebihan
Purulen, kuning,
+
Berlebihan
Purulen, kuning,
++
+
Minimal
Viscous
++
+
krusta
++
+
-
krusta
+
+
+
++
dan sitologi
Gatal
Hiperemis
Eksudasi
Sekret
Kemosis
Lakrimasi
Folikel
Papil
Pseudomembran
+
-
Pembesaran
++
KGB
Panus
Bersamaan
Umum
Tidak umum
dengan keratitis
Adenopati
periaurikuler
konjungtivitis
Pewarnaan
Monosit
Bakteri, PMN
terhadap eksudat
dan kerokan
Sakit
inklusi
PMN, sel plasma, Eosinofil
badan inklusi
Kadang-
Kadang-kadang
Tidak pernah
Tidak pernah
yang
menyertai
Tabel 1. Perbedaan macam-macam tipe dari konjungtivitis 1,2
Berikut algoritma yang dapat dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis dengan keluhan
mata merah, termasuk konjungtivitis virus 4 :
KONJUNGTIVITIS TRAKOMA
Trakoma adalah suatu penyakit yang terkenal di dunia sejak dahulu. Mengenai 1/6 dari penduduk
di dunia. Penyakit ini dapat mengenai segala umur tapi lebih banyak ditemukan pada orang muda
dan anak-anak. Daerah yang banyak terkena adalah di semenanjung Balkan. Ras yang banyak
terkena ditemukan pada ras Yahudi, penduduk asli Australia dan Indian Amerika atau daerah
dengan higiene kurang.1
Cara penularan penyakit ini adalah melalui kontak langsung dengan sekret penderita trakoma
atau melalui alat- alat kebutuhan sehari-hari seperti handuk, alat-alat kecantikan dan lain-lain.
Penularan terjadi terutama antara anak-anak dan wanita yang merawatnya. Beberapa sumber
mengkarakteristikkan siklus penularan ini digambarkan bahwa trakoma sebagai disease of day
nursery.
Episode berulang dari reinfeksi dalam keluarga meneyebabkan kronik folikular atau inflamasi
konjungtiva berat (trakoma aktif), yang menimbulakan scarring konjungtiva tarsal. Scarring
pada konjungtiva tarsal atas, pada sebagian individu, berlanjut menjadi entropion dan trichiasis (
cicatrical trachoma). Hasil akhirnya menimbulkan antra lain abrasi kornea, ulkus kornea dan
opasifikasi, dan akhirnya kebutaan.
Pencegahan trakoma berkaitan dengan kebutaan membutuhkan banyak intervensi. WHO
menerapkan strategi surgery, antibiotics, facial cleanliness, dan environmental improvement
(SAFE) untuk mengontrol trakoma.4
A. Definisi
Trakoma adalah suatu bentuk keratokonjungtivitis kronis yang disebabkan oleh infeksi bakteri
Chlamydia trachomatis.4
Trakoma merupakan salah satu jenis penyakit mata yang menular yang disebabkan oleh Chlamidia
trachomatis serotipe A, B, Ba, atau C yang termasuk dari konjungtivitis folikular kronik.
Trakoma juga termasuk infeksi mata yang berlangsung lama yang menyebabkan inflamasi dan
jaringan parut pada konjungtiva dan kelopak mata serta kebutaan
B. Etiologi
Trakoma disebabkan oleh Chlamydia trachomatis serotipe A, B, Ba dan C. Masing- masing
serotipe ditemukan di tempat dan komunitas yang berbeda beda.
Chlamydia adalah gram negatif, yang berbiak intraseluler. Spesies C trachomatis
menyebabkan trakoma dan infeksi kelamin ( serotipe D-K) dan limfogranuloma venerum
( serotipe L1-L3). Serotipe D-K biasanya menyebabkan konjungtivitis folikular kronis yang
secara klinis sulit dibedakan dengan trakoma, termasuk konjungtivitis folikular dengan
pannus, dan konjungtiva scar. Namun, serotipe genital ini tidak memiliki siklus transmisi
yang stabil dalam komunitas. Karena itu, tidak terlibat dalam penyebab kebutaan karena
trakoma.4
C. Patofisiologi
Jika terjadi invasi kuman,bakteri maupun virus maka akan terjadi reaksi di dalam
jaringan tersebut diantaranya infiltrasi, eksudasi, nekrose dan pembentukan jaringan parut.
Reaksi ini di dapat juga di konjungtiva dan kornea jika virus trakoma memasuki jaringan ini.
.
.
.
Prefolikel (PF) merupakan bercak bulat, kecil menonjol, jernih, di konjungtiva tarsalis superior
dan merupakan kumpulan limfosit dan sel plasma yang letaknya subepitel. Prefolikel bukan
Papil, bukan tanda khas dari trakoma, oleh karena dapat terjadi peradangan pada konjungtiva
lainnya. Bila ada papil, konjungtiva palpebra tampak seperti beludru dengan titik merah. Hal ini
desebabkan karena adanya hipertrofi epitel, sehingga sel epitel menjadi lebih besar, sampai
permukaan epitel menjadi berkelok-kelok. Di tengah-tengahnya terdapat bintik merah, oleh
karena adanya neovaskularisasi dai bawahnya, yang berjalan tegak lurus, bercabang-cabang di
ujujngnya dan sejajar permukaannya. Di dalamnya terdapat infiltrasi sel limfosit, di bawah epitel.
Dilihat
dari
atas
bentuknya
poligonal,
dengan
pembuluh
darah
di tengah-
Sikatrik, berasal dari folikel atau prefolikel. Tampak sebagai garis-garis yang sejajar dengan
margo palpebra, yang disebut garis artle. Kadang bercabang. Sikatriks ini biadanya halus
sehingga sukar dilihat, peeriksaan harus dilakukan dengan teliti. Kadang garisnya panjang dan
lebar, kadang berupa bintang.5
Panus, berarti tirai. Terdiri dari infiltrat dan neovaskularisasi. Harus diukur dalam mm. Panus
dibedakan menjadi 2 macam:
o
Panus non aktif: hanya berdiri dari neovaskularisasi saja, infiltrat di kornea berupa keratitis
pungtata epitel dan sub epitel. Dengan ter fluresin terlihat hijau pada tempat ini. 5
E. Grading Trakoma
Pembagian menurut McCallan
Stadium I, insipien (hiperplasi limfoid): terdapat hipertrofi papil dengan folikel yang kecil-kecil
pada konjungtiva tarsus superior, yang memperlhatkan penebalan dan kongesti pada pembuluh
darah konjungtiva. Sekret yang sedikit dan jernih bila tidak ada infeksi sekunder. Kelainan kornea
sukar ditemukan tetapi kadang-kadang dapat ditemukan neovaskularisasi dan keratitis epitelial
ringan.
Stadium II, established: terdapat hipertrofi papiler dan folikel yang matang (besar) pada
konjungtiva tarsus superior. Pada stadium ini ditemukan pannus trakoma yang jelas. Terdapat
hipertrofi papil yang berat yang seolah-olah mengalahkan gambaran folikel pada konjungtiva
superior. Pannus adalah pembuluh darah yang terletak di daerah limbus atas dengan infiltrat.
Stadium III, parut: terdapat parut pada konjungtiva tarsus superior yang terlihat sebagai garis putih
yang halus sejajar dengan margo palpebra. Parut folikel pada limbus kornea disebut cekungan
Herbert. Gambaran papil mulai berkurang.
Stadium IV, sembuh: suatu pembentukan parut yang sempurna pada konjungtiva tarsus superior
hingga menyebabkan entropion dan trikiasis.1
Trakoma dengan adanya 5 atau lebih folikel dengan diameter 0,5 mm di daerah sentral
konjungtiva tarsal superior
Bentuk ini umumnya ditemukan pada anak-anak, dengan prevalensi puncak pada 3-5
tahun
Ditandai konjungtiva tarsal superior yang menebal dan pertumbuhan vaskular tarsal.
Ditandai dengan adanya sikatrik yang mudah terlihat pada konjungtiva tarsal.
Memiliki resiko trikiasis ke depannya, semakin banyak sikatrik semakin besar resiko
terjadinya trikiasis.
4. Trikiasis (TT)
Kekeruhan kornea menandakan prevalensi gangguan visus atau kebutaan akibat trakoma.4
F. Diagnosa
1. Riwayat Penyakit
Trakoma aktif biasanya ditemukan pada anak anak, dan penduduk pada daerah endemis,
hanya menimbulkan sedikit keluhan. Penderita dengan trikiasis bisa simtomatis. Beratnya
keluhan bergantung pada banyaknya bulu mata yang menyentuh bola mata, ada atau
tidaknya abrasi kornea, dan ada tidaknya blefarospasme.
2. Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan mata untuk tanda-tanda klinis dari trakoma meliputi pemeriksaan yang teliti
terhadap bulu mata, kornea dan limbus, kemudian eversi palpebra atas, dan inspeksi
konjungtiva tarsal. Binocular Loupes (x2,5) dan pencahayaan yang cukup dibutuhkan, bila
memungkinkan slit lamp dapat digunakan.
3. Pemeriksaan laboratorium
Mikroskopis, kultur sel, direct fluorescent antibody, enzyme immunoassay, serology,PCR,
direct hybridization probe test,Ligasse chain reaction, Strand displacement assay,
quantitative PCR.4
4. Diagnosis Banding1
Trakoma
Konjungtivitis
Vernal katarrh
folikularis
Gambaran
lebar
Lesi
dalam
bertaburandengan
bintik-bintik
kuning
susunan
cobblestone
pada
pada
konjungtiva tarsal
konjungtiva
(Lanjut)
dan
Granula
parut
parut
bawah,
dan
diselimuti
terutama
lapisan susu
pada konjungtiva
tarsal atas
Ukuran
dan
Lesi
konjuntiva terutama
atas
bawah
konjungtiva besar,
teristimewa
bawah
kecil, Penonjolan
infiltrasi
dan
tarsus
tarsus
tidak forniks
terlibat
tarsus,
dan
dapat
terlibat
Tipe sekresi
Kotoran
Bergetah,
berbusa
atau
bertali,
frothy
pada
susu
seperti
stadium lanjut
Pulasan
Kerokan
epitel Kerokan
dari
konjungtiva karakteristik
dan
kornea Weeks,
tidak Eosinofil
(Koch- karakteristik dan
Morax konstan
memperlihatkan
Axenfeld,
eksfoliasi,
mikrokokus,pneumokok
proliferasi
pada
sekresi
dan us)
inklusi selular
Penyulit atau Kornea;
sekuela
kekeruhan
Ektropion
Pseudoptosis
kornea,xerosis,
KorneaKonjungtiva:
Simblefaron,
Palpebra;
Entropion,
trikiasis
Penegakkan Diagnosa
TF
: Lima atau lebih folikel pada konjungtiva tarsal superior
TI
: Infiltrasi difus dan hipertrofi papiler konjungtiva atas sekurangkurangnya
menutupi 50% pembuluh profunda normal.
TS
: Parut konjungtiva trachomatosa
TT
: Trikiasis atau entropion
CO
: Kekeruahan kornea.
Keterangan :
TF dan TI : menunjukkan trachoma infeksi aktif yang harus diobati
TS
: bukti cedera karena penyakit ini
TT
: berpotensi menyebabkan kebutaan dan indikasi dari
koreksi bedah
palpebra.
CO
: lesi terakhir yang membutakan dari trachoma
b) Kerokan konjungtiva, yang dengan pewarnaan giemsa dapat ditemukan badan inklusi
Halbert staedter Prowazeki. Diagnosa trakoma juga dapat ditegakkan bila terdapat
satu gejala klinis yang khas ditambah dengan kerokan konjungtiva yang
menghasilkan badan inklusi.
c) Biakan kerokan konjungtiva dalam yolk sac, menghasilkan badan inklusi dan
badan elementer dengan pewarnaan giemsa
d) Tes serologis dengan:
G. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah untuk mendapatkan konjungtiva dalam keadaan licin dengan
jaringan sikatrik yang minimal. Hal ini bisa dicapai bila pengobatan sedini mungkin. Kunci
pentalaksanaan trakoma yang dikembangkan WHO adalah strategi SAFE (Surgical care,
Antibiotics, Facial cleanliness, Environmental improvement).
1. Terapi antibiotik
WHO merekomendasikan dua antibiotik untuk trakoma yaitu azitromisisn oral dan salep
mata tetrasiklin.
dibanding tetrasiklin.
Azitromisin memiliki efikasi yang tinggi dan kejadian efek samping yang rendah. Ketika
efek samping muncul, biasanya ringan; gangguan GI dan rash adalah efek samping yang
paling sering.
Infeksi Chlamydia trachomatis biasanya terdapat juga di nasofaring, maka bisa terjadi
2. Tindakan bedah
Pembedahan kelopak mata untuk memperbaiki trikiasis sangat penting pada penderita
dengan trikiasis, yang memiliki resiko tinggi terhadap gangguan visus dan penglihatan.
Rotasi kelopak mata membatasi perlukaan kornea. Pada beberapa kasus, dapat
memperbaiki visus, karena merestorasi permukaan visual dan pengurangan sekresi okular
dan blefarospasme
Pengobatan massal. Prinsip dasar dalam pengobatan trakoma secara massal harus mencakup :
- pencarian kasus dan mengobatinya
- pendidikan kesehatan pada masyarakat
- merusak agen-agen vektor dan mengerjakan tindakan-tindakan sanitasi, sehingga lalat
yang dapat menyebarluaskan penyakit dapat diberantas. Pada pengobatan massal tidak
dipergunakan sulfa peroral, sebab selain mahal juga dapat menyebabkan keracunan
menerus.
Cara pengobatan yang menyeluruh (the blanket treatment method) :
Pada cara pengobatan ini, semua anggota keluarga dari anak yang menderita trakoma,
mendapat pengobatan dengan salep mata antibiotika atau sulfonamide. Cara ini terutama
dipakai untuk daerah dengan insiden trakoma yang tinggi dan tingkat ekonomi yang
rendah. Menurut Maxwell Lyons (1958), memberikan hasil yang baik dimana jumlah
trakoma aktif menurun.
Bila cara pengobatan dengan antibiotika atau sulfa tidak dapat dikerjakan, ada cara lain
dengan menggunakan repository drugs, yaitu obat-obatan yang lambat diabsorpsi atau
dihilangkan, seperti benzathine pennicilin dan sulphamethoxy-pyridazine (Bietti, 1959).
Cara pemakaiannya :
- benzathine pennicilin disuntikkan intramuskular setiap 7, 14, sampai 20
-
Tindakan operatif, diperlukan untuk mengatasi gejala sisa seperti trikiasis, entropion, dan
jaringan parut di kornea. Entropion dan trikiasis harus ditangani segera, karena dapat
menimbulkan kerusakan pada kornea. Trikiasis yang ringan diatasi dengan koagulasi dari folikel
bulu mata. Pada trikiasis yang disertai dengan entropion, dilakukan tarsotomi, yang harus
memperbaiki kedudukan bulu mata yang salah, posisi bulu mata yang salah jangan sampai
kambuh lagi dan tidak menimbulkan deformitas yang banyak pada bulu mata. Di Indonesia
banyak dipakai tarsotomi dari Wheeler yang dimodifikasi oleh Sie Boen Lian. Jaringan parut di
kornea, yang menimbulkan gangguan visus bahkan hampir buta, ditanggulangi dengan
keratoplasti, dimana kornea donor yang telah meninggal, dapat menggantikan kornea penderita
yang sudah rusak.3
H. Kriteria Kesembuhan
Kriteria kesembuhan
Folikel (-)
Infiltrat kornea (-)
Panus aktif (-)
Hiperemia (-)
Konjungtiva, meskipun ada sikatri, tampak licin.
Pada pemeriksaan fluoresein, yang dilihat dengan slit lamp, menunjukkan tidak ada keratitis
epitelial di kornea.
Pada pemeriksaan mikroskopis dan kerokan konjungtiva, tidak menunjukkan adanya badan
inklusi.6
I. KOMPLIKASI
Parut di konjungtiva adalah komplikasi yang sering terjadi pada trakoma dan dapat
merusak duktuli kelenjar lakrimal tambahan dan menutupi muara kelenjar lakrimal. Hal ini
secara drastis mengurangi komponen air dalam film air mata prekornea, dan komponen
mukus film mungkin berkurang karena hilangnya sebagian sel goblet. Luka parut itu juga
mengubah bentuk palpebra superior dengan membalik bulu mata ke dalam (trikiasis) atau
seluruh tepian palpebra (entropion), sehingga bulu mata terus menerus menggesek kornea.
Ini berakibat ulserasi pada kornea, infeksi bakterial kornea, dan parut pada kornea. Ptosis,
obstruksi duktus nasolakrimalis, dan dakriosistitis adalah komplikasi umum lainnya pada
trakoma.5
J. PROGNOSIS
Khas, trakoma adalah penyakit menahun yang berlangsung lama. Dengan kondisi higiene
yang baik (khususnya mencuci muka pada anak-anak), penyakit ini sembuh atau bertambah
ringan sehingga sekuele berat terhindarkan. Sekitar 6-9 juta orang di dunia telah kehilangan
penglihatannya karena trakoma.5
PEMBAHASAN
Mengapa diagnosis pasien Konjungtivitis Trakoma OD?
Berdasarkan anamnesa:
Keluhan pada OD :
Mata merah
Gatal
Berair
Penglihatan buram
Rasa mengganjal
Bulu mata tumbuh menusuk ke dalam
Gangguan visus (-)
Gatal (-), fotofobia (-)
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, Sidarta. 2014. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
2. Riordan-Eva, P. 2013. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum. Jakarta: EGC.
3. Salomon, A. W. dan Martin, J. H. 2014. Mass Treatment With Single-Dose Azithromycin
for Trachoma. N Engl J Med. Vol. 351: 1962-71.
4. Salomon, A. W. 2012. Diagnosis and Assesment of Trachoma. Clinical
Review. Vol. 17: 982-1011.
5. Taylor, S. H. 2015. Trachoma. http://www.emedicine.com.
6. Wijana, Nana. 2009. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Abadi Tegal
Microbiology