You are on page 1of 8

Hindawi Publishing Corporation

Case Reports in Dentistry


Volume 2014, Article ID 307646, 4 pages
http://dx.doi.org/10.1155/2014/307646

Laporan Kasus

Ulserasi Mukosa Oral disebabkan karena Aplikasi Topikal


dari Ekstrak Propolis Terkonsentrasi
Yuniardini Septorini Wimardhani dan Anandina Irmagita Soegyanto
Department of Oral Medicine, Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia, Jakarta 10430, Indonesia
Correspondence should be addressed to Yuniardini SeptoriniWimardhani; yuniardini@ui.ac.id
Received 11 May 2014; Revised 24 July 2014; Accepted 25 August 2014; Published 9 September 2014
Academic Editor: Ricardo Alves Mesquita
Copyright 2014 Y. S.Wimardhani and A. I. Soegyanto. This is an open access article distributed
under the Creative Commons Attribution License, which permits unrestricted use, distribution, and
reproduction in any medium, provided the original work is properly cited.

Propolis adalah campuran resin yang dikumpulkan oleh lebah madu dari
tunas pohon, sap alur dan sumber botani lainnya. Propolis telah secara
ekstensif digunakan di kedokteran, kedokteran gigi, dan kosmetik;
Namun, efek yang tidak diinginkan telah dilaporkan. Makalah ini
melaporkan kasus rasa terbakar di mukosa oral pada pasien berusia 50
tahun, yang menggunakan aplikasi selama semalam dari propolis
terkonsentrasi untuk mengatasi cekot di mukosa posterior kanan atas.
Sebaliknya kondisi pasien dahulu sehat dan tidak menerima obat apapun.
Pasien (wanita) mengeluhkan ulser dangkal, banyak dan tidak teratur
dengan ukuran diameter 0,3 1 cm yang terletak di mukosa bukal kanan
dan mukosa palatum keras, selain itu juga pada mukosa gingiva yang
mengelilingi gigi 17. Propolis-induced didiagnosa membuat rasa terbakar
pada mukosa oral. Ulkus dibersihkan setelah resep obat kumur tetrasiklin,
disertai dengan Doloneurobion. Pasien selanjutnya diberi carbamazepine
untuk mengatasi rasa sakit berdenyut terus-menerus di daerah yang
terkena, yang dicurigai trigeminal neuralgia. Laporan ini menyediakan
kewaspadaan

lain untuk dokter tentang potensi efek samping propolis

yang digunakan untuk pengobatan penyakit mulut, meskipun asalusulnya alami.

1. Pendahuluan
Propolis adalah kata Yunani yang secara harfiah berarti "di depankota," dan kadangkadang disebut sebagai lem lebah. Ini dikumpulkan oleh lebah madu untuk membangun
sarang dan sebagai penahan air serta bahan perlindungan untuk melawan pengganggu

Hindawi Publishing Corporation


Case Reports in Dentistry
Volume 2014, Article ID 307646, 4 pages
http://dx.doi.org/10.1155/2014/307646

[1].Analisis kimia propolis telah mengungkapkan setidaknya terdapat 300 senyawa sebagai
unsurnya [2]. Ini adalah campuran kompleks mengandung senyawa resin dan balsamic (55%)
sebagai unsur utama. Unsur yang tersisa yaitu lilin lebah(30%), minyak esensial (10%), bee
pollen (5%), dan senyawa organik (5%; fenolik, ester, dan flavonoid) [3]. Komponen ini
dikumpulkan dari tunas pohon, aliran getah, dan sumber botani lainnya. Lokasi tanaman,
iklim,dan kondisi lingkungan memiliki peran penting dalam menentukan rasio dan
konsentrasi komponen propolis [1, 4].
Selama bertahun-tahun, propolis telah dianggap sebagai jamu tradisional yang
menyembuhkan berbagai penyakit [5].Propolis telah banyak digunakan dalam pengobatan,
kedokteran gigi, dan kosmetik. In vitro dan in vivo studi hewan, propolis memiliki sejumlah
kegiatan biologisnya. Sebagai contoh, astringent, antiseptik, anestetik, anti-inflamasi,
antibiotik, antijamur, antivirus, antioksidan, immunomodulator, dan antineoplastik [5-8].
Namun, Studi klinis dari propolis untuk penyakit mulut pada manusia terbatas [9-11].
Meskipun propolis banyak manfaat dalam kedokteran dan kedokteran gigi, reaksi alergi
karena propolis telah dilaporkan[12, 13]. Sebuah studi baru-baru ini dijelaskan 22 kasus lesi
oral disebabkan oleh penggunaan propolis, menunjukkan bahwa penyalahgunaan propolis
mungkin memiliki efek samping yang serius pada mukosa mulut [14].
Meskipun beberapa laporan yang diterbitkan telah dijelaskan reaksi negatif dari
propolis [12, 13], baru-baru ini kami dilaporkan sebuah kasus yang berhubungan dengan
penggunaan propolis. Disini, kami melaporkan kasus seorang wanita yang terdapat
pertumbuhan ulkus mukosa mulut setelah penggunaan topikal propolis terkonsentrasi pada
daerah gigi yang sakit.
2. Presentasi Kasus
Seorang pasien wanita berusia 50 tahun dirujuk ke klinik Oral Medicine, Fakultas
Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia, mengeluh adanya lesi yang menyakitkan yang
terletak pada bagian kanan atas mukosa bukal, pada mukosa palatal. Pasien pernah mengalami
sakit pada jaringan mukosa sekitar gigi 17 beberapa hari sebelumnya. Pasien menceritakan
pernah memberi cotton roll yang telah di redam dalam propolis untuk meringankan nyeri di
daerah mukosa. Cotton roll dibiarkan berkontak dengan mukosa sepanjang malam. Pasien
melihat lesi di dalam mulutnya pecah dan terasa sakit pada pagi berikutnya, yang
menyebabkan kesulitan untuk makan. Pecahya lesi tidak disertai oleh gejala sistemik, dan
keteribatan bagian tubuh lainnya. Pasien juga menceritakan bahwa dia mengkonsumsi
propolis yang diencerkan dalam air minum setiap hari. Sebuah tinjauan medis

Hindawi Publishing Corporation


Case Reports in Dentistry
Volume 2014, Article ID 307646, 4 pages
http://dx.doi.org/10.1155/2014/307646

mengungkapkan sejarah alergi terhadap kloramfenikol dan nyeri lambung sesekali. Jika tidak,
pasien sehat dan tidak berada di bawah pengaruh obat apa pun. Pemeriksaan klinis
menunjukan terdapat beberapa ulser dangkal dan tidak teratur pada mukosa bukal kanan,
kanan langit-langit mukosa keras, dan daerah gingiva sekitar gigi 17. Ukuran dari ulser
berkisar 0,3-1,5 cm (Gambar 1). Gigi 17 berada di tengah-tengah perawatan endodontic untuk
lebar dan dalam karies lesi, dan radiografi menunjukkan tidak ada lesi periapikal (Gambar 2).
Palpasi dan perkusi gigi 17 berada dalam batas normal. Namun, pasien dianggap harus
mengekstraksi gigi 17. Selanjutnya, terjadi perbesaran dan terasa sakit pada kelenjar getah
bening submandibular yang didapat dari palpasi yang mungkin terjadi akibat peradangan yang
terkait dengan gigi 17. Diperoleh diagnosis untuk luka bakar pada mukosa diinduksi oleh
propolis. Pasien disarankan untuk menghentikan penggunaan propolis dan diresepkan obat
kumur tetrasiklin tiga kali sehari selama 3 hari dan Doloneurobion dua kali sehari selama 7
hari untuk menghilangkan rasa sakit. Pasien disarankan untuk melakukan konsultasi lanjutan
setelah 5 hari.
Pada konsultasi berikutnya, pemeriksaan ekstraoral menunjukkan keadaan normal dari
daerah yang terkena. Gigi 17 telah diambil oleh departemen yang berbeda, karena pasien
percaya bahwa itu adalah penyebab rasa sakit yang berdenyut. Secara klinis, terdapat
penyembuhan soket pasca ekstraksi gigi 17 dan penyembuhan daerah ulserasi yang tampak
kemerahan. Nyeri yang berkaitan dengan daerah terbentuknya pustula telah terlebihdahulu
diselesaikan; Namun, dia melaporkan nyeri berdenyut terus-menerus di daerah di mana gigi
17 telah diekstraksi. Tidak ada limfadenopati submandibular selama kunjungan ini.
Departemen kami menduga trigeminal neuralgia sebagai penyebab rasa sakit berdenyutdenyut. Pasien diresepkan sebuah kompres gauzemucosal dengan 0,05 % chlorhexidine
glukonat tiga kali sehari selama 3 hari untuk menyembuhkan mukosa mulut, selain
carbamazepine 100mg dua kali sehari selama 5 hari. Pasien diminta untuk kembali untuk
konsultasi selanjutnya dalam 5 hari.
Pada konsultasi akhir, daerah eritematosa benar-benar sembuh, dan sisanya dari
mukosa tampak normal, dengan penyembuhan soket gigi 17 setelah ekstraksi ( Gambar 3 ).
Pasien melaporkan tidak ada rasa sakit yang terkait di daerah pembentukan pustula. Namun,
rasa sakit berdenyut di area gigi 17 tercatat sebagai "perasaan aneh. Dosis 100mg
carbamazepine diresepkan dua kali sehari selama 2 minggu. Ulkus dinyatakan sembuh pada
kunjungan ini, dan pasien dijadwalkan untuk konsultasi berikutnya 2 minggu kemudian untuk
evaluasi lebih lanjut dari dugaan trigeminal neuralgia.

Hindawi Publishing Corporation


Case Reports in Dentistry
Volume 2014, Article ID 307646, 4 pages
http://dx.doi.org/10.1155/2014/307646

3. Diskusi
Berbagai manfaat biologis dari propolis telah banyak digunakan dalam pengobatan,
termasuk kedokteran gigi [10,11]. Telah banyak penelitian vitro dan in vivo pada propolis
dilakukan, dengan beberapa uji klinis pada manusia menunjukkan penggunaan yang
bermanfaat sebagai bahan aktif untuk pengobatan bisul eosinophilic, sebagai antimikroba
untuk pasien gingivitis, sebagai komponen bahan pulp capping, dan sebagai antijamur untuk
pasien dengan denture stomatitis [15-17]. Namun, reaksi negatif terhadap propolis juga telah
dilaporkan dan dijelaskan dalam literatur yang diterbitkan [12,13]. Seorang pasien wanita 50
tahun dengan lesi rongga mulut karena aplikasi topikal dari propolis digambarkan dalam
laporan kasus ini.
Setelah analisis yang cermat dari sifat lesi, pasien dalam laporan kasus ini didiagnosa
menderita luka bakar pada mukosa rongga mulut karena terkena kontak langsung dengan
propolis terkonsentrasi. Pasien dalam laporan kasus ini memilih untuk menggunakan propolis
terkonsentrasi

pada

mukosa

rongga

mulut

yang

diletakkan

pada

kapas

yang

digulung untuk menghilangkan rasa sakit berdenyut selama satu malam. Lesi mulai nampak
di bidang kontak setelah terjadi kontak selama 8 jam penggunaan propolis, tanpa adanya
kelainan sistemik. Konsentrasi tinggi dari komponen etanol (50-70%) dalam ekstrak propolis
diduga menjadi penyebab mukosa terbakar. Ekstrak propolis telah melalui serangkaian
proses ekstraksi dengan menggunakan alkohol berkonsentrasi tinggi sebelum dibuat untuk
umum. Alkohol berkonsentrasi tinggi yang terkandung dalam propolis merupakan penyebab
kerusakan mukosa oral pada pasien dalam laporan kasus ini. Selain itu, meletakkan cotton roll
di dalam rongga mulut selama beberapa jam diduga dapat menyebabkan trauma pada mukosa
rongga mulut. Ulser benar-benar sembuh pada hari ke-12 setelah penghentian penggunaan
propolis dan pemberian resep antibiotik yang sesuai dengan efek anticollagenolytic yang
digunakan bersamaan dengan antiseptik serta perawatan yang mendukung.
Meskipun kasus reaksi alergi terhadap aplikasi topikal propolis telah dilaporkan,
penulis tidak menduga bahwa pasien dalam laporan kasus ini memiliki kasus yang sama
dengan kasus yang pernah ada. Pasien dalam kasus ini memiliki sejarah panjang penggunaan
propolis dalam kehidupan sehari-hari dan telah menambahkan propolis untuk air minumnya,
tanpa efek samping. Banyak laporan mengatakan bahwa alergi terhadap propolis terjadi
setelah 2,5 hari (kisaran: 0-15 hari). Sebaliknya, ulkus berkembang sekitar 8 jam setelah
aplikasi propolis pada kasus ini. Penelitian mengenai potensi reaksi alergi akibat propolis

Hindawi Publishing Corporation


Case Reports in Dentistry
Volume 2014, Article ID 307646, 4 pages
http://dx.doi.org/10.1155/2014/307646

mengungkapkan bahwa seharusnya propolis tidak dapat digunakan sebagai produk topikal
karena dapat menyebabkan reaksi alergi. Struktur kimia dalam propolis, seperti
sebagai 3-metil-2-butenil caffeate dan fenil-etil caffeate merupakan komponen alergen utama,
selain benzil-salisilat dan benzylcinnamate. Reaksi alergi yang diduga akibat propolis tidak
diperiksa menggunakan test pack dalam kasus ini. Oleh karena itu, pasien dalam kasus ini
tidak bisa dipastikan apakah ulser yang ada di rongga mulutnya terjadi karena reaksi alergi
dari penggunaan propolis selama 8 jam. Ulser pada kasus ini diduga disebabkan karena reaksi
alergi yang difasilitasi oleh iritasi mukosa rongga mulut akibat penggunaan cotton roll.
Laporan kasus ini memberikan peringatan lain untuk dokter mengenai efek negatif
dari propolis bila digunakan untuk mengobati penyakit mulut, karena beberapa aplikasi
propolis diduga memiliki dampak negatif yang serius. Meskipun ada kecenderungan global
meningkat dalam penggunaan propolis untuk pengobatan, penelitian lebih lanjut penting
dilakukan untuk mengetahui penerapannya dalam banyak bidang kedokteran gigi.
Pertimbangan cermat harus diberikan sebelum menggunakan propolis untuk mengobati
penyakit mulut, mengingat adanya komplikasi yang mungkin timbul.
Keterlibatan pihak lain
Penulisan laporan kasus ini menyatakan bahwa tidak ada keterlibatan kepentingan
pihak lain mengenai penerbitan tulisan ini.
References
[1] G. A. Burdock, Review of the biological properties and toxicity of bee propolis (propolis), Food and
Chemical Toxicology, vol. 36, no. 4, pp. 347363, 1998.
[2] S. L. Castro, Propolis: biological and pharmacological activities. Therapeutic uses of this bee-product,
Annual Review of Biomedical Sciences, vol. 3, pp. 4983, 2001.
[3] A.M. Gomez-Caravaca, M. Gomez-Romero,D. Arraez-Roman et al., Advances in the analysis of
phenolic compounds in products derived from bees, Journal of Pharmaceutical and Biomedical Analysis, vol.
41, pp. 12201234, 2006.
[4] A. A. Righi, G. Negri, andA. Salatino, Comparative chemistry of propolis from eight Brazilian localities,
Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine, vol. 2013, Article ID 267878, 14 pages, 2013.
[5] M. C. Marcucci, Propolis: chemical composition, biological properties and therapeutic activity, Apidologie,
vol. 26, pp. 8399, 1995.
[6] M. C. Marcucci, F. Ferreres, C. Garca-Viguera et al., Phenolic compounds from Brazilian propolis with
pharmacological activities, Journal of Ethnopharmacology, vol. 74, no. 2, pp. 105112, 2001.
[7] D. Sawicka, H. Car, M. H. Borawska, and J. Nikliski, The anticancer activity of propolis, Folia
Histochemica et Cytobiologica, vol. 50, pp. 2537, 2012.

Hindawi Publishing Corporation


Case Reports in Dentistry
Volume 2014, Article ID 307646, 4 pages
http://dx.doi.org/10.1155/2014/307646

[8] V. R. Santos, Propolis: alternativemedicine for the treatment of oral microbial diseases, in Alternative
Medicine, H. Sagakami, Ed., chapter 7, pp. 133169, InTech, Rijeka, Croatia, 2012.
[9] V. R. Augusto Souza Noronha, G. S. Araujo, R. T. Gomes et al., Mucoadhesive propolis gel for prevention
of radiation-induced oral mucositis, Current Clinical Pharmacology, 2014.
[10] W.Wickiewicz, M.Miernik, M.Wickiewicz, andT.Morawiec, Does propolis help to maintain oral health?
Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine, vol. 2013, Article ID 351062, 8 pages, 2013.
[11] E. M. Pereira, J. L. da Silva, F. F. Silva et al., Clinical evidence of the efficacy of a mouthwash containing
propolis for the control of plaque and gingivitis: a phase II study, Evidence-Based Complementary and
Alternative Medicine, vol. 2011, Article ID 750249, 7 pages, 2011.
[12] N. D. Basavaiah and D. B. Suryakanth, Propolis and allergic reactions, Journal of Pharmacy And
Bioallied Sciences, vol. 4, no. 4, p. 345, 2012.
[13] V. Budimir, V. Brailo, I. Alajbeg, V. Vucicevic Boras, and J. Budimir, Allergic contact cheilitis and
perioral dermatitis caused by propolis: case report, Acta Dermatovenerologica Croatica, vol. 20, no. 3, pp. 187
190, 2012.
[14] V. Budimir, V. Vlaho Brailo, I. Alajbeg, and J. Boras Budimir, Clinical characteristics of topical propolis
induced oral lesions, Acta Stomatologica Croatica, vol. 46,no. 4, pp. 297306, 2012.
[15] A. Kiderman, R. Torten, A. L. Furst, and K. Reinus, Bilateral eosinophilic ulcers in an infant treated with
propolis, Journal of Dermatological Treatment, vol. 12, pp. 2931, 2001.
[16] I. F. Ramos, M. T. Biz, and N. Paulino, Histopathological analysis of corticosteroid-antibiotic preparation
and propolis paste formulationas intracanal medication after pulpectomy: an in vivo study, Journal of Applied
Oral Science, vol. 20, no. 1, pp. 5056, 2012.
[17] V. R. Santos, F. J. G. S. Pimenta, M. C. F. Aguiar, M. A. V. do Carmo, M. D. Naves, and R. A. Mesquita,
Oral candidiasis treatmentwith Brazilian ethanol propolis extract, Phytotherapy Research, vol. 7, pp. 652654,
2005.
[18] K. D. Hay and D. E. Greig, Propolis allergy: a cause of oral mucositis with ulceration, Oral Surgery, Oral
Medicine, Oral Pathology, vol. 70, pp. 584586, 1990.
[19] S. G. Fernandez, E. L. Luaces, S. E.Madoz, E. A. Aleman,M. A. Apinaniz, and A. I. T. Purroy, Allergic
contact stomatitis due to therapeutic propolis, Contact Dermatitis, vol. 50, no. 5, p. 321, 2004.
[20] V. Brailo, V. V. Boras, I. Alajbeg, andV. Juras, Delayed contact sensitivity on the lips and oral mucosa due
to propolis-case report, Medicina Oral, Patologa Oral y Ciruga Bucal, vol. 11, no. 4, pp. E303E304, 2006.
[21] S. G. Fernandez, E. L. Luaces, S. E.Madoz, E. A. Aleman, M. A. Apinaniz, and A. I. Tabar-Purroy, Allergic
contact stomatitis due to therapeutic propolis, Contact Dermatitis, vol. 50, no. 5, p. 321, 2004.
[22] B. M. Hausen, E.Wollenweber, H. Senff, and B. Post, Propolis allergy (II). The sensitizing properties of 1,
1-dimethylallyl caffeic acid ester, Contact Dermatitis, vol. 17, pp. 171177, 1987.
[23] B. M. Hausen and E.Wollenweber, Propolis allergy (III). Sensitization studies with minor constituents,
Contact Dermatitis, vol. 19, pp. 296303, 1988.
[24] L. Cuzzolin, S. Zaffani, and G. Benoni, Safety implications regarding use of phytomedicines, European
Journal of Clinical Pharmacology, vol. 62, pp. 3742, 2006.

Hindawi Publishing Corporation


Case Reports in Dentistry
Volume 2014, Article ID 307646, 4 pages
http://dx.doi.org/10.1155/2014/307646

TUGAS PRAKTIKUM KLINIK ILMU PENYAKIT MULUT


JURNAL READING

Oral Mucosal Ulceration Caused by the Topical


Application of a Concentrated Propolis Extract
Judul Bahasa Indonesia

Ulserasi Mukosa Oral disebabkan karena Aplikasi


Topikal dari Ekstrak Propolis Terkonsentrasi
Pengarang : Yuniardini Septorini Wimardhani dan Anandina Irmagita Soegyanto
Sumber : Hindawi Publishing Corporation, Case Reports in Dentistry. Volume 2014, Article
ID 307646. 4 pages

Diterjemahkan oleh :
Aulia Nurmadiyanti
(111610101024)
Neira Najatus S.
(111610101025)
Whylda Dyasti E. F.
(111610101038)
Lia Martina
(111610101040)
Ratih Delio R.
(111610101046)

Praktikum Putaran 4 (Tanggal 29 Mei 2015 sd 30 Juni 2015)

Hindawi Publishing Corporation


Case Reports in Dentistry
Volume 2014, Article ID 307646, 4 pages
http://dx.doi.org/10.1155/2014/307646

Semester Genap Tahun Ajaran 2014/2015

You might also like