Professional Documents
Culture Documents
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
GIZI BURUK
Disusun oleh:
YUJI ADITYA
Pembimbing:
dr. Diane M. Supit, Sp. A
Tutorial Klinik
GIZI BURUK
Menyetujui,
dr. Diane M. Supit, Sp. A
Penulis
BAB 1
RESUME
Pasien masuk RS pada tanggal 30 Oktober 2015 dari poli anak RSUD
A.W. Sjahranie Samarinda. Anak dirawat di ruang melati pada tanggal yang sama.
A RESUME RUANGAN
Identitas pasien
-
Nama
Jenis kelamin
Umur
Alamat
Anak ke
MRS
: An. DDF
: Laki-laki
: 3 Bulan
: Jl. Trisari RT 20 Samarinda
: 2 dari 2 bersaudara
: Jumat 30 Oktober 2015
Nama Ayah
: Tn. AS
Umur
: 39 tahun
Alamat
Pekerjaan
: Pegawai Swasta
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Nama Ibu
: Ny. Z
Umur
: 37 tahun
Alamat
Pekerjaan
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Keluhan Utama :
Riwayat Saudara-Saudaranya :
Hami
l ke
1
Kondisi
saat
lahir
Aterm
Jenis
persalina
n
Spontan
Aterm
Spontan
Usia
(tahun)
Sehat/ti
dak
Umur
meninggal
Sebab
meninggal
7 desember
2003
9 agustus
2015
Sehat
sehat
: 2700 gram
: 47 cm
: 2600 gram
Gigi keluar
: -
51 cm
Tersenyum
: 2 bulan
Miring
: 2 bulan
Tengkurap
: -
Duduk
: -
Merangkak
: -
Berdiri
: -
Berjalan
: -
: -
Susu sapi
Bubur susu
: -
Tim saring
: -
Buah
: -
: -
Pemeliharaan Prenatal
Periksa di
: Klinik Bidan
Penyakit Kehamilan
: Hiperemesis Gravidarum
Riwayat Kelahiran :
Lahir di
: Klinik Bidan
: Bidan
: 9 bulan
Jenis partus
: Spontan pervaginam
Pemeliharaan postnatal :
Periksa di
: Puskesmas
Keadaan anak
: Sehat
Keluarga berencana
: Tidak
IMUNISASI
Imunisasi
BCG
Polio
Campak
DPT
Hepatitis B
I
+
-
II
////////
-
Booster II
///////
///////
-
PEMERIKSAAN FISIK
Kesan umum
: Komposmentis
Kesadaran
: E4 V5 M6
Tanda Vital
Frekuensi nadi
Frekuensi napas
: 36 x/menit
Temperatur
Antropometri
Berat badan
: 2,6 kg
Panjang Badan
: 51 cm
Status Gizi
: BB/U
: < - 3 SD
TB/U
: < - 3 SD
Kepala
Rambut
: Hitam, tipis
Mata
Mulut
Leher
Pembesaran Kelenjar : pembesaran KGB submandibular (-/-),
Thoraks
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: timpani
Auskultasi
Ekstremitas
: akral hangat (+), oedem (-), capillary refill test < 2 detik,
sianosis (-), pembesaran KGB aksiler (-/-), pembesaran
KGB inguinal (-/-)
Nilai normal
Leukosit : 9740
Hb : 9,4
HCT : 27,7 %
MCV : 94,1
MCH : 31,9
MCHC : 33,9
Platelet : 493.000
4.000-10.000 /uL
11,0-16,0 gr/dl
37,0 54,0 %
80-100
27-34
32-36
150.000-450.000
Hasil
Nilai normal
SGOT
SGPT
Ureum
Kreatinin
Serum Elektrolit
Natrium
Kalium
Chloride
31
17
20,6
0,5
P < 25 / W < 31
P < 41 / W < 32
10-40
0,5 1,5
137
4,2
118
135-155
3,6-5,5
95-108
10
/200 iu/ml
T3
T4
TSH
0,68
4,79
1,42
0,8 1,6
5 11,5
0,15 5
Follow Up
Tanggal
Hari ke- 17
16-11-2015
Melati
- Inj. Cefotaxime 3 x 85 mg
hepatomegali(-), splenomegali
- Zinc tab 1 x 10 mg
Hari ke-18
17-11-2015
Melati
Hari ke-19
18-11-2015
Melati
11
12
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
GIZI BURUK
Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi
(zat gizi), atau nutrisinya di bawah standar rata-rata. Zat gizi yang dimaksud bisa
berupa protein, karbohidrat dan kalori. Status gizi buruk dibagi menjadi tiga
bagian yakni gizi buruk karena kekurangan protein (kwashiorkor), karena
kekurangan karbohidrat atau kalori (marasmus), dan kekurangan kedua-duanya.
Gizi buruk ini biasanya terjadi pada anak balita (bawah lima tahun) dan
ditampakkan oleh membusungnya perut.
Anak balita (bawah lima tahun) sehat atau kurang gizi dapat diketahui dari
pertambahan berat badannya tiap bulan sampai usia minimal 2 tahun (baduta).
Apabila pertambahan berat badan sesuai dengan pertambahan umur menurut suatu
standar WHO, dia bergizi baik. Kalau sedikit di bawah standar disebut bergizi
kurang yang bersifat kronis. Apabila jauh di bawah standar dikatakan bergizi
buruk. Jadi istilah gizi buruk adalah salah satu bentuk kekurangan gizi tingkat
berat.
Klasifikasi Gizi Buruk
Terdapat 3 tipe gizi buruk adalah marasmus, kwashiorkor, dan marasmuskwashiorkor. Perbedaan tipe tersebut didasarkan pada ciri-ciri atau tanda klinis
dari masing-masing tipe yang berbeda-beda.
Marasmus
Marasmus adalah gangguan gizi karena kekurangan karbohidrat.
Gejala yang timbul di antaranya muka seperti orang tua (berkerut), tidak
terlihat lemak dan otot di bawah kulit (kelihatan tulang di bawah kulit),
rambut mudah patah dan kemerahan, gangguan kulit, gangguan pencernaan
(sering diare), pembesaran hati, iga gambang dan perut cekung, serta otot paha
mengendor (baggy pant). Anak tampak sering rewel dan banyak menangis
meskipun setelah makan karena masih merasa lapar.
13
Kwashiorkor
Penampilan tipe kwashiorkor seperti anak yang gemuk (suger baby),
bilamana dietnya mengandung cukup energi tetapi kekurangan protein,
walaupun di bagian tubuh lainnya terutama pantat terlihat adanya atrofi.
Tampak sangat kurus dan atau edema pada kedua punggung kaki sampai
seluruh tubuh.
a
b
c
d
e
kusam.
Wajah membulat dan sembab
Pandangan mata anak sayu
Pembesaran hati. Hati yang membesar dengan mudah dapat diraba dan
terasa kenyal pada rabaan permukaan yang licin dan pinggir yang tajam.
Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah
menjadi coklat kehitaman dan terkelupas
Marasmik-Kwashiorkor
Gambaran klinis merupakan campuran dari beberapa gejala klinik
kwashiorkor dan marasmus. Makanan sehari-hari tidak cukup mengandung
protein dan juga energi untuk pertumbuhan yang normal. Pada penderita
demikian di samping menurunnya berat badan < 60% dari normal
memperlihatkan tanda-tanda kwashiorkor seperti edema, kelainan rambut,
kelainan kulit dan kelainan biokimiawi terlihat pula.
MARASMUS
Definisi
Marasmus merupakan salah satu bentuk gizi buruk atau kekurangan kalori
protein yang terutama akibat kekurangan kalori yang berat dan kronis yang sering
ditemui pada balita 2,5,6.
Etiologi
14
Faktor diet.
Menurut konsep klasik, diet kurang energi walaupun zat-zat gizi esensialnya
seimbang akan menyebabkan anak menjadi penderita marasmus.
Faktor infeksi.
Terdapat interaksi sinergistis antara infeksi dan malnutrisi. Infeksi berat dapat
memperjelek keadaan gizi melalui gangguan masukan dan meningginya
kehilangan zat-zat gizi esensial tubuh. Infeksi yang berat dan lama
menyebabkan
marasmus,
terutama
infeksi
enteral
misalnya
infantil
Faktor kemiskinan.
Dengan penghasilan yang rendah, ketidakmampuan membeli bahan makanan
ditambah timbulnya banyak penyakit infeksi karena kepadatan tempat tinggal
dapat mempercepat timbulnya KEP.
Patofisiologi
Pada keadaan marasmus terjadi pertumbuhan yang kurang atau terhenti
disertai atrofi otot dan menghilangnya lemak di bawah kulit. Pada mulanya
kelainan demikian merupakan proses fisiologis. Untuk kelangsungan hidup
jaringan diperlukan sejumlah energi yang dalam keadaan normal dapat dipenuhi
dari makanan yang diberikan. Kebutuhan ini tidak terpenuhi pada intake yang
kurang, karena itu untuk pemenuhannya digunakan cadangan protein sebagai
sumber energi. Karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh
sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat
sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya
katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam
amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan di ginjal 5,6.
Penghancuran jaringan pada defisiensi kalori tidak saja membantu
memenuhi energi tetapi juga memungkinkan sintesis glukosa dan metabolit
esensial lainnya seperti berbagai asam amino. Karena itu pada marasmus kadangkadang masih ditemukan kadar asam amino yang normal, sehingga hati masih
dapat membentuk albumin 5,6.
Gejala Klinis 3,5,6,7
hilang.
Keadaan yang terlihat mencolok adalah hilangnya lemak
subkutan, terutama pada wajah, akibatnya ialah wajah si
anak lonjong, berkeriput dan tampak lebih tua (old man
face).
16
Vena superficialis tampak lebih jelas, ubun-ubun besar cekung, tulang pipi dan
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis serta pengukuran
antropometri. Anak didiagnosis marasmus apabila 3,7:
diare (encer/darah/lendir)
Kapan terakhir berkemih
Sejak kapan tangan dan kaki teraba dingin.
Bila didapatkan hal tersebut di atas, sangat mungkin anak mengalami
dehidrasi dan/atau syok, serta harus diatasi segera.
17
Pemeriksaan fisik
Apakah anak tampak sangat kurus, adakah edema pada kedua punggung kaki.
Pencegahan
Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahun merupakan sumber energi
bulan keatas.
Pencegahan penyakit infeksi, dengan meningkatkan kebersihan lingkungan
kerap.
Penyuluhan/pendidikan gizi tentang pemberian makanan yang adekuat
Penatalaksanaan
Penanganan umum meliputi 10 langkah dan terbagi dalam 3 fase yaitu:
fase stabilisasi fase transisi, dan fase rehabilitasi 2,7.
Hipoglikemia
Semua anak dengan gizi buruk berisiko hipoglikemia (kadar gula darah < 3
mmol/L atau < 54 mg/dl) sehingga setiap anak gizi buruk harus diberi makan atau
larutan glukosa/gula pasir 10% segera setelah masuk rumah sakit. Pemberian
makan yang sering sangat penting dilakukan pada anak gizi buruk.
Jika fasilitas setempat tidak memungkinkan untuk memeriksa kadar gula darah,
maka semua anak gizi buruk harus dianggap menderita hipoglikemia dan segera
ditangani sesuai panduan.
Tatalaksana
19
Segera
beri
F-75
pertama
atau
modifikasinya
bila
penyediaannya
memungkinkan.
Bila F-75 pertama tidak dapat disediakan dengan cepat, berikan 50 ml larutan
glukosa atau gula 10% (1 sendok teh munjung gula dalam 50 ml air) secara
dua hari.
Bila masih mendapat ASI teruskan pemberian ASI di luar jadwal pemberian F-
75.
Jika anak tidak sadar (letargis), berikan larutan glukosa 10% secara intravena
(bolus) sebanyak 5 ml/kg BB, atau larutan glukosa/larutan gula pasir 50 ml
dengan NGT.
Beri antibiotik.
Pemantauan
Jika kadar gula darah awal rendah, ulangi pengukuran kadar gula darah setelah 30
menit.
Jika kadar gula darah di bawah 3 mmol/L (< 54 mg/dl), ulangi pemberian
Pencegahan
Beri makanan awal (F-75) setiap 2 jam, mulai sesegera mungkin atau jika perlu,
lakukan rehidrasi lebih dulu. Pemberian makan harus teratur setiap 2-3 jam siang
malam.
Hipotermia (suhu aksilar < 35,50 C)
Tatalaksana
Segera beri makan F-75 (jika perlu, lakukan rehidrasi lebih dulu).
Pastikan bahwa anak berpakaian (termasuk kepalanya). Tutup dengan selimut
hangat dan letakkan pemanas (tidak mengarah langsung kepada anak) atau
lampu di dekatnya, atau letakkan anak langsung pada dada atau perut ibunya
20
Ukur suhu aksilar anak setiap 2 jam sampai suhu meningkat menjadi 36.5 C
atau lebih. Jika digunakan pemanas, ukur suhu tiap setengah jam.
Hentikan pemanasan bila suhu mencapai 36.5 C
Pastikan bahwa anak selalu tertutup pakaian atau selimut, terutama pada
malam hari
Periksa kadar gula darah bila ditemukan hipotermia
Pencegahan
Letakkan tempat tidur di area yang hangat, di bagian bangsal yang bebas angin
kering
Hindarkan anak dari suasana dingin (misalnya: sewaktu dan setelah mandi,
malam hari
Beri makan F-75 atau modifikasinya setiap 2 jam, mulai sesegera mungkin,
Dehidrasi
Cenderung terjadi diagnosis berlebihan dari dehidrasi dan estimasi yang
berlebihan mengenai derajat keparahannya pada anak dengan gizi buruk. Hal ini
disebabkan oleh sulitnya menentukan status dehidrasi secara tepat pada anak
dengan gizi buruk, hanya dengan menggunakan gejala klinis saja. Anak gizi buruk
dengan diare cair, bila gejala dehidrasi tidak jelas, anggap dehidrasi ringan. Tanda
klinis yang sering dijumpai pada anak penderita KEP berat/Gizi buruk dengan
dehidrasi adalah :
Tatalaksana
Jangan gunakan infus untuk rehidrasi, kecuali pada kasus dehidrasi berat
dengan syok.
Beri ReSoMal, secara oral atau melalui NGT, lakukan lebih lambat dibanding
jika melakukan rehidrasi pada anak dengan gizi baik.
- beri 5 ml/kgBB setiap 30 menit untuk 2 jam pertama
- setelah 2 jam, berikan ReSoMal 510 ml/kgBB/jam berselang-seling
dengan F-75 dengan jumlah yang sama, setiap jam selama 10 jam.
Jumlah yang pasti tergantung seberapa banyak anak mau, volume tinja
*ReSoMal mengandung 37.5 mmol Na, 40 mmol K, dan 3 mmol Mg per liter.
Pemantauan
Pantau kemajuan proses rehidrasi dan perbaikan keadaan klinis setiap setengah
jam selama 2 jam pertama, kemudian tiap jam sampai 10 jam berikutnya.
Waspada terhadap gejala kelebihan cairan, yang sangat berbahaya dan bisa
mengakibatkan gagal jantung dan kematian.
Periksalah:
frekuensi napas
frekuensi nadi
frekuensi miksi dan jumlah produksi urin
frekuensi buang air besar dan muntah
Selama proses rehidrasi, frekuensi napas dan nadi akan berkurang dan mulai ada
diuresis. Kembalinya air mata, mulut basah; cekung mata dan fontanel berkurang
serta turgor kulit membaik merupakan tanda membaiknya hidrasi, tetapi anak gizi
22
Cara mencegah dehidrasi akibat diare yang berkelanjutan sama dengan pada
anak dengan gizi baik, kecuali penggunaan cairan ReSoMal sebagai pengganti
Infeksi
Pada gizi buruk, gejala infeksi yang biasa ditemukan seperti demam, seringkali
tidak ada, padahal infeksi ganda merupakan hal yang sering terjadi. Oleh karena
itu, anggaplah semua anak dengan gizi buruk mengalami infeksi saat mereka
datang ke rumah sakit dan segera tangani dengan antibiotik. Hipoglikemia dan
hipotermia merupakan tanda infeksi berat.
Tatalaksana
23
Jika tidak ada komplikasi atau tidak ada infeksi nyata, beri Kotrimoksazol per
Jika anak tidak membaik dalam waktu 48 jam, tambahkan Kloramfenikol (25
mg/kgBB IM/IV setiap 8 jam) selama 5 hari.
UMUR
KOTRIMOKSASOL
AMOKSISILIN
ATAU
(Trimetoprim + Sulfametoksazol)
Beri 3 kali
BERAT BADAN
sehari untuk
5 hari
Sirup
Tablet dewasa
Tablet Anak
Sirup/5ml
80 mg trimeto
20 mg trimeto
40 mg trimeto
prim + 400 mg
125 mg
sulfametok
sulfametok
sulfametok
per 5 ml
sazol
sazol
sazol
(4 - < 6 kg)
4 sampai 12 bulan
2,5 ml
2,5 ml
(6 - < 10 Kg)
5 ml
5 ml
2 sampai 4 bulan
24
7,5 ml
10 ml
Jika diduga meningitis, lakukan pungsi lumbal untuk memastikan dan obati
dengan Kloramfenikol (25 mg/kg setiap 6 jam) selama 10 hari.
Jika ditemukan infeksi spesifik lainnya (seperti pneumonia, tuberkulosis, malaria,
disentri, infeksi kulit atau jaringan lunak), beri antibiotik yang sesuai.
Beri obat antimalaria bila pada apusan darah tepi ditemukan parasit malaria.
Walaupun tuberkulosis merupakan penyakit yang umum terdapat, obat anti
tuberkulosis hanya diberikan bila anak terbukti atau sangat diduga menderita
tuberkulosis.
Pengobatan terhadap parasit cacing
Jika terdapat bukti adanya infestasi cacing, beri mebendazol (100 mg/kgBB)
selama 3 hari atau albendazol (20 mg/kgBB dosis tunggal). Beri mebendazol
setelah 7 hari perawatan, walaupun belum terbukti adanya infestasi cacing.
Pemantauan
Jika terdapat anoreksia setelah pemberian antibiotik di atas, lanjutkan pengobatan
sampai seluruhnya 10 hari penuh. Jika nafsu makan belum membaik, lakukan
penilaian ulang menyeluruh pada anak.
Defisiensi zat gizi mikro
Semua anak gizi buruk mengalami defisiensi vitamin dan mineral. Meskipun
sering ditemukan anemia, jangan beri zat besi pada fase awal, tetapi tunggu
sampai anak mempunyai nafsu makan yang baik dan mulai bertambah berat
badannya (biasanya pada minggu kedua, mulai fase rehabilitasi), karena zat besi
dapat memperparah infeksi.
Tatalaksana
Berikan setiap hari paling sedikit dalam 2 minggu:
Multivitamin
25
Jika ada gejala defisiensi vitamin A, atau pernah sakit campak dalam 3 bulan
terakhir, beri vitamin A dengan dosis sesuai umur pada hari ke 1, 2, dan 15.
UMUR
DAN
TABLET BESI/FOLAT
SIRUP BESI
mg Asam Folat
BERAT BADAN
6 sampai 12 bulan
tablet
5 ml (1 sendok teh)
(7 - < 10 Kg)
12 bulan sampai 5 tahun
tablet
tablet
1 tablet
1 tablet
26
Umur
Kapsul Vitamin A
Kapsul Vitamin A
200.000 IU
100.000 IU
1 kapsul
1 kapsul
Pemberian makan sepanjang malam hari sangat penting agar anak tidak terlalu
lama tanpa pemberian makan (puasa dapat meningkatkan risiko kematian).
Apabila pemberian makanan per oral pada fase awal tidak mencapai kebutuhan
minimal (80 kkal/kgBB/hari), berikan sisanya melalui NGT. Jangan melebihi 100
kkal/kgBB/hari pada fase awal ini.
27
Pada cuaca yang sangat panas dan anak berkeringat banyak maka anak perlu
mendapat ekstra air/cairan.
Pemantauan
Pantau dan catat setiap hari:
Jumlah makanan yang diberikan dan dihabiskan
Muntah
Frekuensi defekasi dan konsistensi feses
Berat badan.
Tumbuh kejar
Tanda yang menunjukkan bahwa anak telah mencapai fase ini adalah:
Kembalinya nafsu makan
Edema minimal atau hilang.
Tatalaksana
Lakukan transisi secara bertahap dari formula awal (F-75) ke formula tumbuh-
2 hari berturutan.
Selanjutnya naikkan jumlah F-100 sebanyak 10 ml setiap kali pemberian
sampai anak tidak mampu menghabiskan atau tersisa sedikit. Biasanya hal ini
kemampuan anak).
energi: 150-220 kkal/kgBB/hari.
28
Bila anak masih mendapat ASI, lanjutkan pemberian ASI tetapi pastikan anak
sudah mendapat F-100 sesuai kebutuhan karena ASI tidak mengandung cukup
energi untuk menunjang tumbuh-kejar. Makanan-terapeutik-siap-saji (ready to use
therapeutic food = RUTF) yang mengandung energi sebanyak 500 kkal/sachet 92
g dapat digunakan pada fase rehabilitasi.
Pemantauan
Hindari terjadinya gagal jantung. Amati gejala dini gagal jantung (nadi cepat
dan napas cepat). Jika nadi maupun frekuensi napas meningkat (pernapasan naik
5x/menit dan nadi naik 25x/menit), dan kenaikan ini menetap selama 2 kali
pemeriksaan dengan jarak 4 jam berturut-turut, maka hal ini merupakan tanda
bahaya (cari penyebabnya).
Lakukan segera:
kurangi volume makanan menjadi 100 ml/kgBB/hari selama 24 jam
kemudian, tingkatkan perlahan-lahan sebagai berikut:
-
dijelaskan sebelumnya.
atasi penyebab.
29
Penilaian kemajuan
Kemajuan terapi dinilai dari kecepatan kenaikan berat badan setelah tahap transisi
dan mendapat F-100:
Timbang dan catat berat badan setiap pagi sebelum diberi makan.
Hitung dan catat kenaikan berat badan setiap 3 hari dalam gram/kgBB/hari;
Jika kenaikan berat badan:
- kurang (< 5 g/kgBB/hari), anak membutuhkan penilaian ulang lengkap.
- sedang (5-10 g/kgBB/hari), periksa apakah target asupan terpenuhi, atau
-
Kasih sayang
Prognosis
Malnutrisi yang hebat mempunyai angka kematian yang tinggi, kematian
sering disebabkan oleh karena infeksi; sering tidak dapat dibedakan antara
kematian karena infeksi atau karena malnutrisi sendiri.
Prognosis tergantung dari stadium saat pengobatan mulai dilaksanakan.
Dalam beberapa hal walaupun kelihatannya pengobatan adekuat, bila penyakitnya
progesif kematian tidak dapat dihindari, mungkin disebabkan perubahan yang
irreversibel dari set-sel tubuh akibat under nutrition.
30
BAB 3
ANALISA KASUS
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang yang dilakukan
pada An. DDF usia 2 bulan yang datang bersama orangtuanya ke poli anak RSUD AWS
Samarinda pada 30 November 2015 dengan keluhan utama batuk dan mencret. Selain itu
ibu pasien juga mengeluhkan bahwa berat anaknya tidak kunjung naik setelah
melahirkan. Sebelumnya ibu pasien sering membawa anaknya berobat ke spesialis anak,
namun tidak ada perubahan. Oleh karena itu pasien dirujuk ke RSUD A.W. Sjahranie
TEORI
KASUS
ANAMNESIS
Pasien
tidak
mengalami
penambahan berat badan
Pasien
mengalami
berdahak
batuk
mungkin
diderita
sebelumnya.
PEMERIKSAAN FISIK
pertumbuhan
terhenti
berkurang
atau
dan
31
Dinding
abdomen
dapat
kembung/membuncit, cekung
atau datar, dengan gambaran
usus yang jelas.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan lab lain dapat dilakukan o Laboratorium: normal
untuk mengetahui adanya penyakit lain o Pemeriksaan T3,T4 menurun dan
yang dapat memperburuk kondisi pasien :
o
Tsh tetap
Darah lengkap
o pemeriksaan
diperlukan
darah
untuk
yang
diagnosa
penyakit penyerta
DIAGNOSIS
Gizi buruk
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Penunjang
pant
dan
terdapat
kelemahan
PENATALAKSANAAN
Sesuai
dengan
10
langkah
- D5 NS 260 cc / 24 jam
- F75 Neocafe 12 x 45 ml
- Inj. Cefotaxime 3 x 85 mg
- Zinc tab 1 x 10 mg
- Ambroxol 2 mg + CTM 0,5 mg
pulv 3 x 1
- Levotiroksin 1 x 50 g
- Terapi gizi sesuai hasil perhitungan
RDA
4
5
6
DAFTAR PUSTAKA
1.
IDAI 2011. Buku ajar nutrisi pediatrik dan penyakit metabolik jilid I. Jakarta
2.
Nelson, behrman, & kliegman. 2000. Nelson teks book of pediatric. vol. 1.
Ed 15. alih bahasa A Samik Wahab. Jakarta. EGC.
3.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 1985. Ilmu Kesehatan Anak. Jilid
I. FKUI. Jakarta.; 360-66.
4.
WHO. 2008. Buku saku pelayanan kesehatan anak di rumah sakit. Jakarta.
Depkes RI.
5.
6.
7.
8.
33