You are on page 1of 33

Bagian Ilmu Kesehatan Anak

Tutorial Klinik Gizi, Tumbang & Endokrin

Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman

GIZI BURUK

Disusun oleh:
YUJI ADITYA

Pembimbing:
dr. Diane M. Supit, Sp. A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2015

Tutorial Klinik

GIZI BURUK

Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian stase Anak


YUJI ADITYA

Menyetujui,
dr. Diane M. Supit, Sp. A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan yang
berjudul GIZI BURUK

Penulis menyadari bahwa keberhasilan penulisan referat ini tidak lepas


dari bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan
penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :
1. dr. Diane M. Supit, Sp. A., sebagai dosen pembimbing klinik selama stase anak.
2. Seluruh pengajar yang telah mengajarkan ilmunya kepada penulis hingga
pendidikan saat ini.
3. Rekan sejawat dokter muda angkatan 2015 yang telah bersedia memberikan
saran dan mengajarkan ilmunya pada penulis.
4. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.
Akhir kata, Tiada gading yang tak retak. Oleh karena itu, penulis
membuka diri untuk berbagai saran dan kritik yang membangun guna
memperbaiki laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semuanya.

Samarinda, 30 November 2015

Penulis

BAB 1
RESUME
Pasien masuk RS pada tanggal 30 Oktober 2015 dari poli anak RSUD
A.W. Sjahranie Samarinda. Anak dirawat di ruang melati pada tanggal yang sama.

A RESUME RUANGAN
Identitas pasien
-

Nama
Jenis kelamin
Umur
Alamat
Anak ke
MRS

: An. DDF
: Laki-laki
: 3 Bulan
: Jl. Trisari RT 20 Samarinda
: 2 dari 2 bersaudara
: Jumat 30 Oktober 2015

Identitas Orang Tua


-

Nama Ayah

: Tn. AS

Umur

: 39 tahun

Alamat

: Jl. Trisari RT 20 Samarinda

Pekerjaan

: Pegawai Swasta

Agama

: Islam

Suku

: Jawa

Nama Ibu

: Ny. Z

Umur

: 37 tahun

Alamat

: Jl. Trisari RT 20 Samarinda

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Agama

: Islam

Suku

: Jawa

Keluhan Utama :

Batuk (+) mencret (+) 2x

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang bersama orang tuanya dengan keluhan batuk yang tidak hilang sejak
1 bulan sebelum masuk rumah sakit. Batuk terus menerus walaupun telah diberi
obat batuk. Orang tua pasien mengaku kalau pasien membutuhkan waktu lama
(sekitar 2 jam) untuk menghabiskan susu formula yang diberikan. Orang tua
pasien juga mengeluhkan berat badan pasien yang tidak kunjung bertambah sejak
lahir, malah berkurang pada saat usia 2 bulan. Sebelumnya pasien telah berobat
jalan dengan dr. Sp. A di Samarinda, karena keluhan yang tidak kunjung sembuh
pasien dirujuk ke RSUD AWS.

Riwayat Penyakit Dahulu :


Pasien tidak pernah sakit lain sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga :.


Tidak ada keluarga yang memiliki gejala/riwayat penyakit serupa, baik keluarga
dari ayah ataupun ibu pasien

Riwayat Saudara-Saudaranya :

Hami
l ke
1

Kondisi
saat
lahir
Aterm

Jenis
persalina
n
Spontan

Aterm

Spontan

Usia
(tahun)

Sehat/ti
dak

Umur
meninggal

Sebab
meninggal

7 desember
2003
9 agustus
2015

Sehat

sehat

Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak :


Berat badan lahir

: 2700 gram

Panjang badan lahir

: 47 cm

Berat badan sekarang

: 2600 gram

Panjang badan sekarang

Gigi keluar

: -

51 cm

Tersenyum

: 2 bulan

Miring

: 2 bulan

Tengkurap

: -

Duduk

: -

Merangkak

: -

Berdiri

: -

Berjalan

: -

Berbicara 2 suku kata

: -

Makan dan minum anak


ASI

: Tidak mendapat ASI, karena ASI tidak


keluar

Susu sapi

: Dari lahir sampai sekarang

Bubur susu

: -

Tim saring

: -

Buah

: -

Lauk dan makan padat

: -

Pemeliharaan Prenatal
Periksa di

: Klinik Bidan

Penyakit Kehamilan

: Hiperemesis Gravidarum

Obat-obatan yang sering diminum

: Vitamin, kalsium, obat-obatan penambah


darah dan peningkat nafsu makan

Riwayat Kelahiran :
Lahir di

: Klinik Bidan

Persalinan ditolong oleh

: Bidan

Berapa bulan dalam kandungan

: 9 bulan

Jenis partus

: Spontan pervaginam

Pemeliharaan postnatal :
Periksa di

: Puskesmas

Keadaan anak

: Sehat

Keluarga berencana

: Tidak

IMUNISASI
Imunisasi
BCG
Polio
Campak
DPT
Hepatitis B

I
+
-

II
////////
-

Usia saat imunisasi


III
IV
Booster I
///////
///////
///////
///////
///////
///////
///////
///////
-

Booster II
///////
///////
-

PEMERIKSAAN FISIK
Kesan umum

: Komposmentis

Kesadaran

: E4 V5 M6

Tanda Vital

Frekuensi nadi

: 110 x/menit, kuat angkat, reguler

Frekuensi napas

: 36 x/menit

Temperatur

: 36,6o C per axila

Antropometri
Berat badan

: 2,6 kg

Panjang Badan

: 51 cm

Status Gizi

: BB/U

: < - 3 SD

TB/U

: < - 3 SD

BB/TB : < - 3 SD (Gizi Buruk)

Kepala
Rambut

: Hitam, tipis

Mata

: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks


cahaya (+/+), pupil isokor 2mm/2mm, mata cowong
(-/-)

Mulut

: lidah besar (+), lidah kotor (-), sariawan (-), faring


hiperemis (-), mukosa bibir basah, pembesaran tonsil
(-/-), gusi berdarah (-)

Leher
Pembesaran Kelenjar : pembesaran KGB submandibular (-/-),
Thoraks
Inspeksi

: bentuk dan gerak dinding dada simetris dekstra =


sinistra, retraksi (+/+), iktus cordis tidak tampak

Palpasi

: gerakan dinding dada dekstra = sinistra, iktus cordis


teraba pada ICS V mid clavicula line sinistra

Perkusi

: sonor di semua lapangan paru

Auskultasi

: vesikuler (+/+), rhonki (+/+), wheezing (-/-), S1S2


tunggal reguler

Abdomen
Inspeksi

: umbilikus sedikit menonjol

Palpasi

: soefl, nyeri tekan (-), distensi (+), hepatomegali (-),


splenomegali (-), turgor kulit kembali cepat

Perkusi

: timpani

Auskultasi

: bising usus (+) normal

Ekstremitas

: akral hangat (+), oedem (-), capillary refill test < 2 detik,
sianosis (-), pembesaran KGB aksiler (-/-), pembesaran
KGB inguinal (-/-)

1. Diagnosa Kerja Sementara:


Gizi buruk + Hipotiroid kongenital
2. Pemeriksaan Penunjang:
Hasil pemeriksaan darah lengkap (Tanggal 30 oktober 2015)
Pemeriksaan

Nilai normal

Leukosit : 9740
Hb : 9,4
HCT : 27,7 %
MCV : 94,1
MCH : 31,9
MCHC : 33,9
Platelet : 493.000

4.000-10.000 /uL
11,0-16,0 gr/dl
37,0 54,0 %
80-100
27-34
32-36
150.000-450.000

Hasil pemeriksaan kimia darah (tanggal 30 oktober 2015)


Pemeriksaan

Hasil

Nilai normal

SGOT
SGPT
Ureum
Kreatinin
Serum Elektrolit
Natrium
Kalium
Chloride

31
17
20,6
0,5

P < 25 / W < 31
P < 41 / W < 32
10-40
0,5 1,5

137
4,2
118

135-155
3,6-5,5
95-108

10

Hasil pemeriksaan Serologi (tgl 2 November 2015)


ASTO

/200 iu/ml

T3
T4
TSH

0,68
4,79
1,42

0,8 1,6
5 11,5
0,15 5

Follow Up
Tanggal
Hari ke- 17
16-11-2015
Melati

Subjektif & Objektif


S: BAB (+), mencret (-)
O: T:36,6 oC Nadi 120x/i kuat

Assesment & Planning


A: Hipotiroid Kongenital + gizi
buruk tipe marasmus

angkat RR 52 x/i, Ane (-/-), P: - D5 NS 260 cc / 24 jam


- F75 Neocafe 12 x 45 ml
ikt (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-),
retraksi (-|-), BU(+)N, NT(-),

- Inj. Cefotaxime 3 x 85 mg

hepatomegali(-), splenomegali

- Zinc tab 1 x 10 mg

(-), akral hangat (+)

- Ambroxol 2 mg + CTM 0,5


mg pulv 3 x 1
- Levotiroksin 1 x 50 g

Hari ke-18
17-11-2015
Melati

S: Batuk (-), pilek (-), sesak (-)


demam (-), Minum banyak
(+)
O: T:36,8 oC Nadi 120x/i kuat
angkat RR 43 x/i, Ane (-/-),
ikt(+/+), Rh (-/-), Wh (-/-),
retraksi (+|+), BU(+)N,NT(-),
hepatomegali(-),splenomegali
(-), akral hangat (-)

Hari ke-19
18-11-2015
Melati

S: Minum susu (+), muntah (-)


kembung (-)

A: Hipertiroid Kongenital + gizi


buruk tipe marasmus
P: - D5 NS 260 cc / 24 jam
- F75 Neocafe 12 x 45 ml
- Inj. Cefotaxime 3 x 85 mg
- Zinc tab 1 x 10 mg
- Ambroxol 2 mg + CTM 0,5
mg pulv 3 x 1
- Levotiroksin 1 x 50 g
A: Hipertiroid Kongenital + gizi
buruk tipe marasmus

11

O: T:36,8 oC Nadi 120x/i kuat


P: - D5 NS 260 cc / 24 jam
angkat RR 43 x/i, Ane (-/-),
- F75 Neocafe 12 x 45 ml
ikt(+/+), Rh (-/-), Wh (-/-),
retraksi (+|+), BU(+)N,NT(-),
- Inj. Cefotaxime 3 x 85 mg
hepatomegali(-),splenomegal
- Zinc tab 1 x 10 mg
i (-), akral hangat (-),
makroglosi (+)
- Ambroxol 2 mg + CTM 0,5
mg pulv 3 x 1
- Levotiroksin dosis
ditingkatkan menjadi 15 g
/ kg BB 1x1
3. Penatalaksanaan
- D5 NS 260 cc / 24 jam
- F75 Neocafe 12 x 45 ml
- Inj. Cefotaxime 3 x 85 mg
- Zinc tab 1 x 10 mg
- Ambroxol 2 mg + CTM 0,5 mg pulv 3 x 1
- Levotiroksin 1 x 50 g
- Terapi gizi sesuai RDA
1
2
3

Kalori: 432 kkal/hari


Protein: 8,8g/hari
Cairan: 560-640ml/hari

12

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
GIZI BURUK
Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi
(zat gizi), atau nutrisinya di bawah standar rata-rata. Zat gizi yang dimaksud bisa
berupa protein, karbohidrat dan kalori. Status gizi buruk dibagi menjadi tiga
bagian yakni gizi buruk karena kekurangan protein (kwashiorkor), karena
kekurangan karbohidrat atau kalori (marasmus), dan kekurangan kedua-duanya.
Gizi buruk ini biasanya terjadi pada anak balita (bawah lima tahun) dan
ditampakkan oleh membusungnya perut.
Anak balita (bawah lima tahun) sehat atau kurang gizi dapat diketahui dari
pertambahan berat badannya tiap bulan sampai usia minimal 2 tahun (baduta).
Apabila pertambahan berat badan sesuai dengan pertambahan umur menurut suatu
standar WHO, dia bergizi baik. Kalau sedikit di bawah standar disebut bergizi
kurang yang bersifat kronis. Apabila jauh di bawah standar dikatakan bergizi
buruk. Jadi istilah gizi buruk adalah salah satu bentuk kekurangan gizi tingkat
berat.
Klasifikasi Gizi Buruk
Terdapat 3 tipe gizi buruk adalah marasmus, kwashiorkor, dan marasmuskwashiorkor. Perbedaan tipe tersebut didasarkan pada ciri-ciri atau tanda klinis
dari masing-masing tipe yang berbeda-beda.

Marasmus
Marasmus adalah gangguan gizi karena kekurangan karbohidrat.
Gejala yang timbul di antaranya muka seperti orang tua (berkerut), tidak
terlihat lemak dan otot di bawah kulit (kelihatan tulang di bawah kulit),
rambut mudah patah dan kemerahan, gangguan kulit, gangguan pencernaan
(sering diare), pembesaran hati, iga gambang dan perut cekung, serta otot paha
mengendor (baggy pant). Anak tampak sering rewel dan banyak menangis
meskipun setelah makan karena masih merasa lapar.
13

Kwashiorkor
Penampilan tipe kwashiorkor seperti anak yang gemuk (suger baby),
bilamana dietnya mengandung cukup energi tetapi kekurangan protein,
walaupun di bagian tubuh lainnya terutama pantat terlihat adanya atrofi.
Tampak sangat kurus dan atau edema pada kedua punggung kaki sampai
seluruh tubuh.
a
b

Perubahan status mental : cengeng, rewel, kadang apatis


Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah dicabut,
pada penyakit kwashiorkor yang lanjut dapat terlihat rambut kepala

c
d
e

kusam.
Wajah membulat dan sembab
Pandangan mata anak sayu
Pembesaran hati. Hati yang membesar dengan mudah dapat diraba dan

terasa kenyal pada rabaan permukaan yang licin dan pinggir yang tajam.
Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah
menjadi coklat kehitaman dan terkelupas

Marasmik-Kwashiorkor
Gambaran klinis merupakan campuran dari beberapa gejala klinik
kwashiorkor dan marasmus. Makanan sehari-hari tidak cukup mengandung
protein dan juga energi untuk pertumbuhan yang normal. Pada penderita
demikian di samping menurunnya berat badan < 60% dari normal
memperlihatkan tanda-tanda kwashiorkor seperti edema, kelainan rambut,
kelainan kulit dan kelainan biokimiawi terlihat pula.

MARASMUS
Definisi
Marasmus merupakan salah satu bentuk gizi buruk atau kekurangan kalori
protein yang terutama akibat kekurangan kalori yang berat dan kronis yang sering
ditemui pada balita 2,5,6.

Etiologi
14

Marasmus disebabkan oleh karena asupan makanan yang kurang terutama


pemasukan kalori, atau protein atau keduanya yang tidak mencukupi akibat
kekurangan dalam susunan makanan, dan kebiasaan makan makanan yang tidak
tepat 3,5.
Marasmus dapat terjadi pada semua umur, akan tetapi sering dijumpai
pada bayi yang tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya
atau sering diserang diare. Marasmus dapat terjadi akibat berbagai penyakit
seperti infeksi, kelainan bawaan saluran pencernaan (misalnya penyakit
Hirschprung, deformitas palatum, palatoschizis, micrognathia, stenosis pilorus,
hiatus hernia, hidrosefalus, cystic fibrosis pankreas), kelainan jantung bawaan,
prematuritas, malabsorpsi, gangguan metabolik (misalnya renal asidosis,
idiopathic hypercalcemia, galactosemia, intoleransi laktosa), penyakit ginjal
menahun dan gangguan saraf pusat 3,5.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya marasmus 5:

Faktor diet.
Menurut konsep klasik, diet kurang energi walaupun zat-zat gizi esensialnya
seimbang akan menyebabkan anak menjadi penderita marasmus.

Peranan faktor sosial.


Pantangan untuk menggunakan bahan makanan tertentu yang sudah turuntemurun dapat mempengaruhi terjadinya penyakit KEP.

Peranan kepadatan penduduk.


Mc Laren (1982) memperkirakan bahwa marasmus terdapat dalam jumlah
yang banyak akibat suatu daerah terlalu padat penduduknya dengan higiene
yang buruk.

Faktor infeksi.
Terdapat interaksi sinergistis antara infeksi dan malnutrisi. Infeksi berat dapat
memperjelek keadaan gizi melalui gangguan masukan dan meningginya
kehilangan zat-zat gizi esensial tubuh. Infeksi yang berat dan lama
menyebabkan

marasmus,

terutama

infeksi

enteral

misalnya

infantil

gastroenteritis, bronkhopneumonia, pielonephritis dan sifilis kongenital.


15

Faktor kemiskinan.
Dengan penghasilan yang rendah, ketidakmampuan membeli bahan makanan
ditambah timbulnya banyak penyakit infeksi karena kepadatan tempat tinggal
dapat mempercepat timbulnya KEP.

Patofisiologi
Pada keadaan marasmus terjadi pertumbuhan yang kurang atau terhenti
disertai atrofi otot dan menghilangnya lemak di bawah kulit. Pada mulanya
kelainan demikian merupakan proses fisiologis. Untuk kelangsungan hidup
jaringan diperlukan sejumlah energi yang dalam keadaan normal dapat dipenuhi
dari makanan yang diberikan. Kebutuhan ini tidak terpenuhi pada intake yang
kurang, karena itu untuk pemenuhannya digunakan cadangan protein sebagai
sumber energi. Karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh
sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat
sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya
katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam
amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan di ginjal 5,6.
Penghancuran jaringan pada defisiensi kalori tidak saja membantu
memenuhi energi tetapi juga memungkinkan sintesis glukosa dan metabolit
esensial lainnya seperti berbagai asam amino. Karena itu pada marasmus kadangkadang masih ditemukan kadar asam amino yang normal, sehingga hati masih
dapat membentuk albumin 5,6.
Gejala Klinis 3,5,6,7

Pertumbuhan berkurang atau terhenti. Pada mulanya, ada kegagalan

menaikkan berat badan sampai berakibat kurus.


Mula-mula bayi mungkin cengeng dan rewel, walaupun
telah mendapat minum atau disusui, sering bangun pada
waktu malam, kemudian menjadi lesu, dan nafsu makan

hilang.
Keadaan yang terlihat mencolok adalah hilangnya lemak
subkutan, terutama pada wajah, akibatnya ialah wajah si
anak lonjong, berkeriput dan tampak lebih tua (old man
face).
16

Vena superficialis tampak lebih jelas, ubun-ubun besar cekung, tulang pipi dan

dagu kelihatan menonjol, mata tampak besar dan dalam.


Otot-otot lemah dan atropi, bersamaan dengan hilangnya lemak subkutan
maka anggota gerak terlihat seperti kulit dengan tulang, dan kulit kehilangan

turgornya sehingga menjadi kerut dan longgar atau keriput.


Tulang rusuk tampak lebih jelas.
Dinding abdomen dapat kembung/membuncit, cekung atau datar, dengan

gambaran usus yang jelas.


Diare atau konstipasi.
Kadang-kadang tampak rambut yang kering, tipis, dan mudah rontok.
Baggy pant

Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis serta pengukuran
antropometri. Anak didiagnosis marasmus apabila 3,7:

BB/TB < -3 SD atau <70% dari median


Jika BB/TB atau BB/PB tidak dapat diukur, gunakan tanda klinis berupa anak
tampak sangat kurus (visible severe wasting) dan tidak mempunyai jaringan
lemak bawah kulit terutama pada kedua bahu, lengan, pantat dan paha; tulang
iga terlihat jelas, tanpa adanya edema.

Penilaian awal anak gizi buruk


Pada setiap anak gizi buruk lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis. Anamnesis
terdiri dari anamnesis awal dan anamnesis lanjutan 7.
Anamnesis awal (untuk kedaruratan):

Kejadian mata cekung yang baru saja muncul


Lama dan frekuensi diare dan muntah serta tampilan dari bahan muntah dan

diare (encer/darah/lendir)
Kapan terakhir berkemih
Sejak kapan tangan dan kaki teraba dingin.
Bila didapatkan hal tersebut di atas, sangat mungkin anak mengalami
dehidrasi dan/atau syok, serta harus diatasi segera.

17

Anamnesis lanjutan (untuk mencari penyebab dan rencana tatalaksana


selanjutnya, dilakukan setelah kedaruratan ditangani):

Diet (pola makan)/kebiasaan makan sebelum sakit


Riwayat pemberian ASI
Asupan makanan dan minuman yang dikonsumsi beberapa hari terakhir
Hilangnya nafsu makan
Kontak dengan pasien campak atau tuberkulosis paru
Pernah sakit campak dalam 3 bulan terakhir
Batuk kronik
Kejadian dan penyebab kematian saudara kandung
Berat badan lahir
Riwayat tumbuh kembang: duduk, berdiri, bicara dan lain-lain
Riwayat imunisasi
Apakah ditimbang setiap bulan
Lingkungan keluarga (untuk memahami latar belakang sosial anak)
Diketahui atau tersangka infeksi HIV

Pemeriksaan fisik

Apakah anak tampak sangat kurus, adakah edema pada kedua punggung kaki.

Tentukan status gizi dengan menggunakan BB/TB-PB


Tanda dehidrasi: tampak haus, mata cekung, turgor buruk (hati-hati

menentukan status dehidrasi pada gizi buruk).


Adakah tanda syok (tangan dingin, capillary refill time yang lambat, nadi

lemah dan cepat), kesadaran menurun.


Demam (suhu aksilar 37.5 C) atau hipotermi (suhu aksilar < 35.5 C).
Frekuensi dan tipe pernapasan: pneumonia atau gagal jantung
Sangat pucat
Pembesaran hati dan ikterus
Adakah perut kembung, bising usus melemah/meninggi, tanda asites, atau
adanya suara seperti pukulan pada permukaan air (abdominal splash)

Pencegahan

Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahun merupakan sumber energi

yang paling baik untuk bayi.


Ditambah dengan pemberian makanan tambahan yang bergizi mulai umur 6

bulan keatas.
Pencegahan penyakit infeksi, dengan meningkatkan kebersihan lingkungan

dan kebersihan perorangan.


Pemberian imunisasi.
18

Mengikuti program keluarga berencana untuk mencegah kehamilan terlalu

kerap.
Penyuluhan/pendidikan gizi tentang pemberian makanan yang adekuat

merupakan usaha pencegahan jangka panjang.


Pemantauan (surveillance) yang teratur pada anak balita di daerah yang
endemis kurang gizi, dengan cara penimbangan berat badan tiap bulan.

Penatalaksanaan
Penanganan umum meliputi 10 langkah dan terbagi dalam 3 fase yaitu:
fase stabilisasi fase transisi, dan fase rehabilitasi 2,7.

Hipoglikemia
Semua anak dengan gizi buruk berisiko hipoglikemia (kadar gula darah < 3
mmol/L atau < 54 mg/dl) sehingga setiap anak gizi buruk harus diberi makan atau
larutan glukosa/gula pasir 10% segera setelah masuk rumah sakit. Pemberian
makan yang sering sangat penting dilakukan pada anak gizi buruk.
Jika fasilitas setempat tidak memungkinkan untuk memeriksa kadar gula darah,
maka semua anak gizi buruk harus dianggap menderita hipoglikemia dan segera
ditangani sesuai panduan.
Tatalaksana

19

Segera

beri

F-75

pertama

atau

modifikasinya

bila

penyediaannya

memungkinkan.
Bila F-75 pertama tidak dapat disediakan dengan cepat, berikan 50 ml larutan
glukosa atau gula 10% (1 sendok teh munjung gula dalam 50 ml air) secara

oral atau melalui NGT.


Lanjutkan pemberian F-75 setiap 23 jam, siang dan malam selama minimal

dua hari.
Bila masih mendapat ASI teruskan pemberian ASI di luar jadwal pemberian F-

75.
Jika anak tidak sadar (letargis), berikan larutan glukosa 10% secara intravena
(bolus) sebanyak 5 ml/kg BB, atau larutan glukosa/larutan gula pasir 50 ml

dengan NGT.
Beri antibiotik.

Pemantauan
Jika kadar gula darah awal rendah, ulangi pengukuran kadar gula darah setelah 30
menit.

Jika kadar gula darah di bawah 3 mmol/L (< 54 mg/dl), ulangi pemberian

larutan glukosa atau gula 10%.


Jika suhu rektal < 35.5 C atau bila kesadaran memburuk, mungkin
hipoglikemia disebabkan oleh hipotermia, ulangi pengukuran kadar gula darah
dan tangani sesuai keadaan (hipotermia dan hipoglikemia).

Pencegahan
Beri makanan awal (F-75) setiap 2 jam, mulai sesegera mungkin atau jika perlu,
lakukan rehidrasi lebih dulu. Pemberian makan harus teratur setiap 2-3 jam siang
malam.
Hipotermia (suhu aksilar < 35,50 C)
Tatalaksana

Segera beri makan F-75 (jika perlu, lakukan rehidrasi lebih dulu).
Pastikan bahwa anak berpakaian (termasuk kepalanya). Tutup dengan selimut
hangat dan letakkan pemanas (tidak mengarah langsung kepada anak) atau
lampu di dekatnya, atau letakkan anak langsung pada dada atau perut ibunya

20

(dari kulit ke kulit: metode kanguru). Bila menggunakan lampu listrik,


letakkan lampu pijar 40 W dengan jarak 50 cm dari tubuh anak.
Beri antibiotik sesuai pedoman.
Pemantauan

Ukur suhu aksilar anak setiap 2 jam sampai suhu meningkat menjadi 36.5 C

atau lebih. Jika digunakan pemanas, ukur suhu tiap setengah jam.
Hentikan pemanasan bila suhu mencapai 36.5 C
Pastikan bahwa anak selalu tertutup pakaian atau selimut, terutama pada

malam hari
Periksa kadar gula darah bila ditemukan hipotermia

Pencegahan

Letakkan tempat tidur di area yang hangat, di bagian bangsal yang bebas angin

dan pastikan anak selalu tertutup pakaian/selimut


Ganti pakaian dan seprai yang basah, jaga agar anak dan tempat tidur tetap

kering
Hindarkan anak dari suasana dingin (misalnya: sewaktu dan setelah mandi,

atau selama pemeriksaan medis)


Biarkan anak tidur dengan dipeluk orang tuanya agar tetap hangat, terutama di

malam hari
Beri makan F-75 atau modifikasinya setiap 2 jam, mulai sesegera mungkin,

sepanjang hari, siang dan malam.


Jangan menghangati anak dengan air panas dalam botol

Dehidrasi
Cenderung terjadi diagnosis berlebihan dari dehidrasi dan estimasi yang
berlebihan mengenai derajat keparahannya pada anak dengan gizi buruk. Hal ini
disebabkan oleh sulitnya menentukan status dehidrasi secara tepat pada anak
dengan gizi buruk, hanya dengan menggunakan gejala klinis saja. Anak gizi buruk
dengan diare cair, bila gejala dehidrasi tidak jelas, anggap dehidrasi ringan. Tanda
klinis yang sering dijumpai pada anak penderita KEP berat/Gizi buruk dengan
dehidrasi adalah :

Ada riwayat diare sebelumnya


Anak sangat kehausan
Mata cekung
Nadi lemah
21

Tangan dan kaki teraba dingin


Anak tidak buang air kecil dalam waktu cukup lama.

Tatalaksana

Jangan gunakan infus untuk rehidrasi, kecuali pada kasus dehidrasi berat

dengan syok.
Beri ReSoMal, secara oral atau melalui NGT, lakukan lebih lambat dibanding
jika melakukan rehidrasi pada anak dengan gizi baik.
- beri 5 ml/kgBB setiap 30 menit untuk 2 jam pertama
- setelah 2 jam, berikan ReSoMal 510 ml/kgBB/jam berselang-seling
dengan F-75 dengan jumlah yang sama, setiap jam selama 10 jam.
Jumlah yang pasti tergantung seberapa banyak anak mau, volume tinja

yang keluar dan apakah anak muntah.


Selanjutnya berikan F-75 secara teratur setiap 2 jam
Jika masih diare, beri ReSoMal setiap kali diare. Untuk usia < 1 th: 50-100 ml
setiap buang air besar, usia 1 th: 100-200 ml setiap buang air besar.

*ReSoMal mengandung 37.5 mmol Na, 40 mmol K, dan 3 mmol Mg per liter.
Pemantauan
Pantau kemajuan proses rehidrasi dan perbaikan keadaan klinis setiap setengah
jam selama 2 jam pertama, kemudian tiap jam sampai 10 jam berikutnya.
Waspada terhadap gejala kelebihan cairan, yang sangat berbahaya dan bisa
mengakibatkan gagal jantung dan kematian.
Periksalah:
frekuensi napas
frekuensi nadi
frekuensi miksi dan jumlah produksi urin
frekuensi buang air besar dan muntah
Selama proses rehidrasi, frekuensi napas dan nadi akan berkurang dan mulai ada
diuresis. Kembalinya air mata, mulut basah; cekung mata dan fontanel berkurang
serta turgor kulit membaik merupakan tanda membaiknya hidrasi, tetapi anak gizi

22

buruk seringkali tidak memperlihatkan tanda tersebut walaupun rehidrasi penuh


telah terjadi, sehingga sangat penting untuk memantau berat badan.
Jika ditemukan tanda kelebihan cairan (frekuensi napas meningkat 5x/menit dan
frekuensi nadi 15x/menit), hentikan pemberian cairan/ReSoMal segera dan
lakukan penilaian ulang setelah 1 jam.
Pencegahan

Cara mencegah dehidrasi akibat diare yang berkelanjutan sama dengan pada
anak dengan gizi baik, kecuali penggunaan cairan ReSoMal sebagai pengganti

larutan oralit standar.


Jika anak masih mendapat ASI, lanjutkan pemberian ASI
Pemberian F-75 sesegera mungkin
Beri ReSoMal sebanyak 50-100 ml setiap buang air besar cair.

Gangguan keseimbangan elektrolit


Semua anak dengan gizi buruk mengalami defisiensi kalium dan magnesium yang
mungkin membutuhkan waktu 2 minggu atau lebih untuk memperbaikinya.
Tatalaksana

Untuk mengatasi gangguan elektrolit diberikan Kalium dan Magnesium, yang


sudah terkandung di dalam larutan Mineral-Mix yang ditambahkan kedalam

F-75, F-100 atau ReSoMal


Gunakan larutan ReSoMal untuk rehidrasi

Infeksi
Pada gizi buruk, gejala infeksi yang biasa ditemukan seperti demam, seringkali
tidak ada, padahal infeksi ganda merupakan hal yang sering terjadi. Oleh karena
itu, anggaplah semua anak dengan gizi buruk mengalami infeksi saat mereka
datang ke rumah sakit dan segera tangani dengan antibiotik. Hipoglikemia dan
hipotermia merupakan tanda infeksi berat.

Tatalaksana
23

Berikan pada semua anak dengan gizi buruk:

Antibiotik spektrum luas


Vaksin campak jika anak berumur 6 bulan dan belum pernah
mendapatkannya, atau jika anak berumur > 9 bulan dan sudah pernah diberi
vaksin sebelum berumur 9 bulan. Tunda imunisasi jika anak syok.

Pilihan antibiotik spektrum luas

Jika tidak ada komplikasi atau tidak ada infeksi nyata, beri Kotrimoksazol per

oral (25 mg SMZ + 5 mg TMP/kgBB setiap 12 jam selama 5 hari.


Jika ada komplikasi (hipoglikemia, hipotermia, atau anak terlihat letargis atau
tampak sakit berat), atau jelas ada infeksi, beri:
- Ampisilin (50 mg/kgBB IM/IV setiap 6 jam selama 2 hari), dilanjutkan
dengan Amoksisilin oral (15 mg/kgBB setiap 8 jam selama 5 hari) ATAU,
jika tidak tersedia amoksisilin, beri Ampisilin per oral (50 mg/kgBB setiap
-

6 jam selama 5 hari) sehingga total selama 7 hari, DITAMBAH:


Gentamisin (7.5 mg/kgBB/hari IM/IV) setiap hari selama 7 hari.
Catatan: Jika anak anuria/oliguria, tunda pemberian gentamisin dosis ke2 sampai ada diuresis untuk mencegah efek samping/toksik gentamisin

Jika anak tidak membaik dalam waktu 48 jam, tambahkan Kloramfenikol (25
mg/kgBB IM/IV setiap 8 jam) selama 5 hari.

UMUR

KOTRIMOKSASOL

AMOKSISILIN

ATAU

(Trimetoprim + Sulfametoksazol)

Beri 3 kali

BERAT BADAN

Beri 2 kali sehari selama 5 hari

sehari untuk
5 hari
Sirup

Tablet dewasa

Tablet Anak

Sirup/5ml

80 mg trimeto

20 mg trimeto

40 mg trimeto

prim + 400 mg

prim + 100 mg prim + 200 mg

125 mg

sulfametok

sulfametok

sulfametok

per 5 ml

sazol

sazol

sazol

(4 - < 6 kg)
4 sampai 12 bulan

2,5 ml

2,5 ml

(6 - < 10 Kg)

5 ml

5 ml

2 sampai 4 bulan

24

12 bln s/d 5 thn


(10 - < 19 Kg)

7,5 ml

10 ml

Jika diduga meningitis, lakukan pungsi lumbal untuk memastikan dan obati
dengan Kloramfenikol (25 mg/kg setiap 6 jam) selama 10 hari.
Jika ditemukan infeksi spesifik lainnya (seperti pneumonia, tuberkulosis, malaria,
disentri, infeksi kulit atau jaringan lunak), beri antibiotik yang sesuai.
Beri obat antimalaria bila pada apusan darah tepi ditemukan parasit malaria.
Walaupun tuberkulosis merupakan penyakit yang umum terdapat, obat anti
tuberkulosis hanya diberikan bila anak terbukti atau sangat diduga menderita
tuberkulosis.
Pengobatan terhadap parasit cacing
Jika terdapat bukti adanya infestasi cacing, beri mebendazol (100 mg/kgBB)
selama 3 hari atau albendazol (20 mg/kgBB dosis tunggal). Beri mebendazol
setelah 7 hari perawatan, walaupun belum terbukti adanya infestasi cacing.
Pemantauan
Jika terdapat anoreksia setelah pemberian antibiotik di atas, lanjutkan pengobatan
sampai seluruhnya 10 hari penuh. Jika nafsu makan belum membaik, lakukan
penilaian ulang menyeluruh pada anak.
Defisiensi zat gizi mikro
Semua anak gizi buruk mengalami defisiensi vitamin dan mineral. Meskipun
sering ditemukan anemia, jangan beri zat besi pada fase awal, tetapi tunggu
sampai anak mempunyai nafsu makan yang baik dan mulai bertambah berat
badannya (biasanya pada minggu kedua, mulai fase rehabilitasi), karena zat besi
dapat memperparah infeksi.
Tatalaksana
Berikan setiap hari paling sedikit dalam 2 minggu:

Multivitamin
25

Asam folat (5 mg pada hari 1, dan selanjutnya 1 mg/hari)


Seng (2 mg Zn elemental/kgBB/hari)
Tembaga (0.3 mg Cu/kgBB/hari)
Ferosulfat 3 mg/kgBB/hari setelah berat badan naik (mulai fase rehabilitasi)
Vitamin A: diberikan secara oral pada hari ke 1

Jika ada gejala defisiensi vitamin A, atau pernah sakit campak dalam 3 bulan
terakhir, beri vitamin A dengan dosis sesuai umur pada hari ke 1, 2, dan 15.
UMUR
DAN

TABLET BESI/FOLAT

SIRUP BESI

Sulfas ferosus 200 mg + 0,25

Sulfas ferosus 150 ml

mg Asam Folat

BERAT BADAN
6 sampai 12 bulan

Berikan 3 kali sehari

Berikan 3 kali sehari


tablet

2,5 ml (1/2 sendok teh)

tablet

5 ml (1 sendok teh)

(7 - < 10 Kg)
12 bulan sampai 5 tahun

Bila anak diduga menderita kecacingan berikan Pirantel Pamoat dengan


dosis tunggal sebagai berikut :

UMUR ATAU BERAT BADAN

PIRANTEL PAMOAT (125mg/tablet)


(DOSIS TUNGGAL)

4 bulan sampai 9 bulan (6-<8 Kg)

tablet

9 bulan sampai 1 tahun (8-<10 Kg)

tablet

1 tahun sampai 3 tahun (10-<14 Kg)

1 tablet

3 Tahun sampai 5 tahun (14-<19 Kg)

1 tablet

Vitamin A oral berikan 1 kali dengan dosis

26

Umur

Kapsul Vitamin A

Kapsul Vitamin A

200.000 IU

100.000 IU

6 bln sampai 12 bln

1 kapsul

12 bln sampai 5 Thn

1 kapsul

Pemberian makanan awal


Pada fase awal, pemberian makan (formula) harus diberikan secara hati-hati sebab
keadaan fisiologis anak masih rapuh.
Tatalaksana
Sifat utama yang menonjol dari pemberian makan awal adalah:
Makanan dalam jumlah sedikit tetapi sering dan rendah osmolaritas maupun
rendah laktosa
Berikan secara oral atau melalui NGT, hindari penggunaan parenteral
Energi: 100 kkal/kgBB/hari
Protein: 1-1.5 g/kgBB/hari
Cairan: 130 ml/kgBB/hari (bila ada edema berat beri 100 ml/kgBB/hari)
Jika anak masih mendapat ASI, lanjutkan, tetapi pastikan bahwa jumlah F-75
yang ditentukan harus dipenuhi.

Pemberian makan sepanjang malam hari sangat penting agar anak tidak terlalu
lama tanpa pemberian makan (puasa dapat meningkatkan risiko kematian).
Apabila pemberian makanan per oral pada fase awal tidak mencapai kebutuhan
minimal (80 kkal/kgBB/hari), berikan sisanya melalui NGT. Jangan melebihi 100
kkal/kgBB/hari pada fase awal ini.

27

Pada cuaca yang sangat panas dan anak berkeringat banyak maka anak perlu
mendapat ekstra air/cairan.
Pemantauan
Pantau dan catat setiap hari:
Jumlah makanan yang diberikan dan dihabiskan
Muntah
Frekuensi defekasi dan konsistensi feses
Berat badan.
Tumbuh kejar
Tanda yang menunjukkan bahwa anak telah mencapai fase ini adalah:
Kembalinya nafsu makan
Edema minimal atau hilang.
Tatalaksana

Lakukan transisi secara bertahap dari formula awal (F-75) ke formula tumbuh-

kejar (F-100) (fase transisi):


Ganti F 75 dengan F 100. Beri F-100 sejumlah yang sama dengan F-75 selama

2 hari berturutan.
Selanjutnya naikkan jumlah F-100 sebanyak 10 ml setiap kali pemberian
sampai anak tidak mampu menghabiskan atau tersisa sedikit. Biasanya hal ini

terjadi ketika pemberian formula mencapai 200 ml/kgBB/hari.


Dapat pula digunakan bubur atau makanan pendamping ASI yang
dimodifikasi sehingga kandungan energi dan proteinnya sebanding dengan F100.

Setelah transisi bertahap, beri anak:

pemberian makan yang sering dengan jumlah tidak terbatas (sesuai

kemampuan anak).
energi: 150-220 kkal/kgBB/hari.
28

protein: 4-6 g/kgBB/hari.

Bila anak masih mendapat ASI, lanjutkan pemberian ASI tetapi pastikan anak
sudah mendapat F-100 sesuai kebutuhan karena ASI tidak mengandung cukup
energi untuk menunjang tumbuh-kejar. Makanan-terapeutik-siap-saji (ready to use
therapeutic food = RUTF) yang mengandung energi sebanyak 500 kkal/sachet 92
g dapat digunakan pada fase rehabilitasi.

Pemantauan
Hindari terjadinya gagal jantung. Amati gejala dini gagal jantung (nadi cepat
dan napas cepat). Jika nadi maupun frekuensi napas meningkat (pernapasan naik
5x/menit dan nadi naik 25x/menit), dan kenaikan ini menetap selama 2 kali
pemeriksaan dengan jarak 4 jam berturut-turut, maka hal ini merupakan tanda
bahaya (cari penyebabnya).
Lakukan segera:
kurangi volume makanan menjadi 100 ml/kgBB/hari selama 24 jam
kemudian, tingkatkan perlahan-lahan sebagai berikut:
-

115 ml/kgBB/hari selama 24 jam berikutnya


130 ml/kgBB/hari selama 48 jam berikutnya
selanjutnya, tingkatkan setiap kali makan dengan 10 ml sebagaimana

dijelaskan sebelumnya.
atasi penyebab.

29

Penilaian kemajuan
Kemajuan terapi dinilai dari kecepatan kenaikan berat badan setelah tahap transisi
dan mendapat F-100:

Timbang dan catat berat badan setiap pagi sebelum diberi makan.
Hitung dan catat kenaikan berat badan setiap 3 hari dalam gram/kgBB/hari;
Jika kenaikan berat badan:
- kurang (< 5 g/kgBB/hari), anak membutuhkan penilaian ulang lengkap.
- sedang (5-10 g/kgBB/hari), periksa apakah target asupan terpenuhi, atau
-

mungkin ada infeksi yang tidak terdeteksi.


baik (> 10 g/kgBB/hari).

Stimulasi sensorik dan dukungan emosional


Pada KEP berat/gizi buruk terjadi keterlambatan perkembangan mental dan
perilaku, karenanya berikan :
-

Kasih sayang

Ciptakan lingkungan yang menyenangkan

Lakukan terapi bermain terstruktur selama 15 30 menit/hari

Rencanakan aktifitas fisik segera setelah sembuh

Tingkatkan keterlibatan ibu (memberi makan, memandikan, bermain dsb)

Prognosis
Malnutrisi yang hebat mempunyai angka kematian yang tinggi, kematian
sering disebabkan oleh karena infeksi; sering tidak dapat dibedakan antara
kematian karena infeksi atau karena malnutrisi sendiri.
Prognosis tergantung dari stadium saat pengobatan mulai dilaksanakan.
Dalam beberapa hal walaupun kelihatannya pengobatan adekuat, bila penyakitnya
progesif kematian tidak dapat dihindari, mungkin disebabkan perubahan yang
irreversibel dari set-sel tubuh akibat under nutrition.

30

BAB 3
ANALISA KASUS
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang yang dilakukan
pada An. DDF usia 2 bulan yang datang bersama orangtuanya ke poli anak RSUD AWS
Samarinda pada 30 November 2015 dengan keluhan utama batuk dan mencret. Selain itu
ibu pasien juga mengeluhkan bahwa berat anaknya tidak kunjung naik setelah
melahirkan. Sebelumnya ibu pasien sering membawa anaknya berobat ke spesialis anak,
namun tidak ada perubahan. Oleh karena itu pasien dirujuk ke RSUD A.W. Sjahranie

TEORI

KASUS
ANAMNESIS

Masukan makanan yang kurang,


seperti jenis makanan dan jumlah
makanan yang dimakan.
Biasanya berhubungan dengan
adanya gangguan penerimaan
makanan, pencernaan makanan,
ataupun penyerapan makanan
seperti anoreksia, muntah atau
diare yang lama.

Pasien
tidak
mengalami
penambahan berat badan

Pasien
mengalami
berdahak

Bayi tidak diberikan ASI sejak


lahir karena tidak keluar

BAB yang encer

batuk

Ada tidaknya penyakit penyerta


yang

mungkin

diderita

sebelumnya.

PEMERIKSAAN FISIK

pertumbuhan
terhenti

mula-mula bayi cengeng dan


rewel lesu dan nafsu makan
hilang

berkurang

atau

Otot-otot lemah dan atropi,


bersamaan dengan hilangnya
lemak subkutan maka anggota
gerak terlihat seperti kulit
dengan tulang, dan kulit
kehilangan
turgornya
sehingga menjadi kerut dan
longgar atau keriput.

Status gizi : gizi buruk

Tampak old man face


mata terlihat sayu,
kulit tampak kering

keriput, rambut hitam tipis


tulang rusuk terlihat jelas
tangan dan kaki terlihat

seperti kulit dengan tulang


pertumbuhan berkurang
terdapat baggy pant

dan

31

Tulang rusuk tampak lebih


jelas.

Dinding
abdomen
dapat
kembung/membuncit, cekung
atau datar, dengan gambaran
usus yang jelas.

Diare atau konstipasi.

Kadang-kadang tampak rambut yang


kering, tipis, dan mudah rontok

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan lab lain dapat dilakukan o Laboratorium: normal
untuk mengetahui adanya penyakit lain o Pemeriksaan T3,T4 menurun dan
yang dapat memperburuk kondisi pasien :
o

Tsh tetap

Darah lengkap

o pemeriksaan
diperlukan

darah
untuk

yang
diagnosa

penyakit penyerta

DIAGNOSIS
Gizi buruk
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Penunjang

Tampak old man face, mata


terlihat sayu, kulit tampak kering
dan keriput, rambut hitam tipis,
tulang rusuk gambang (tampak
lebih jelas), abdomen cekung,
tangan dan kaki terlihat seperti
kulit dengan tulang, terdapat
baggy

pant

dan

terdapat

kelemahan

BB = 2,6 kg. Z-score < -3 SD =


gizi buruk.

PENATALAKSANAAN
Sesuai

dengan

10

langkah

pentalaksanaan gizi buruk menurut

- D5 NS 260 cc / 24 jam
- F75 Neocafe 12 x 45 ml

WHO fase stabilisasi


32

- Inj. Cefotaxime 3 x 85 mg
- Zinc tab 1 x 10 mg
- Ambroxol 2 mg + CTM 0,5 mg
pulv 3 x 1
- Levotiroksin 1 x 50 g
- Terapi gizi sesuai hasil perhitungan
RDA
4
5
6

Kalori: 432 kkal/hari


Protein: 8,8g/hari
Cairan: 560-640ml/hari

DAFTAR PUSTAKA
1.

IDAI 2011. Buku ajar nutrisi pediatrik dan penyakit metabolik jilid I. Jakarta

2.

Nelson, behrman, & kliegman. 2000. Nelson teks book of pediatric. vol. 1.
Ed 15. alih bahasa A Samik Wahab. Jakarta. EGC.

3.

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 1985. Ilmu Kesehatan Anak. Jilid
I. FKUI. Jakarta.; 360-66.

4.

WHO. 2008. Buku saku pelayanan kesehatan anak di rumah sakit. Jakarta.
Depkes RI.

5.

WHO. 2006. Child Growth Standards: Methods and development. Geneva:


World Health Organization.

6.

Rusmil, K. 2006. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi


Dini

7.

Tumbuh Kembang Anak Ditingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Departemen


Kesehatan RI

8.

IDAI 2010. Buku Ajar Endokrinologi Anak Jilid I. Jakarta

33

You might also like