Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Gambaran utama gangguan skizoafektif adalah adanya episode depresi mayor, manik, atau
campuran yang terdapat bersamaan dengan gejala-gejala skizofrenia (memenuhi kriteria A
skizoprenia). Kriteria A skizofrenia tersebut yaitu adanya waham, halusinasi, perilaku aneh,
atau gejala negatif. Gejala-gejala ini berlangsung paling sedikit satu bulan.1
Kriteria episode defresi mayor yaitu mood terdepresi yang perfasif (tidak cukup hanya
kehilangan minat atau anhedonia). Efisode depresi mayor berlangsung paling sedikit dua
minggu. 1
Gambaran utama harus terjadi dalam periode tunggaal yang terus menerus (tidak
terputus-putus) atau pada suatu periode waktu yang individunya terus-menerus
memperlihatkan gejala aktif atau residural psikosis. Skizoafektif berlangsung paling sedikit
satu bulan. Pada indvidu tertentu gejala-gejala ini dapat berlangsung bertahun-tahun. 1
Klinikus harus mendafatkan informasi yang rinci mengenai awitan (onset) dan
hilangnya gejala mood dan psikosis. Tanpa mengetahui lamanya gejala psikosis dan mood,
sulit menentukan kriteria B (gejala psikosis tanpa adanya gejala mood) atau kriteria C (gejala
mood terjadi dalam waktu yang cukup lama atau memenuhi a substanial portion of time ).
Istilah a substanial portion of time yaitu durasi gejala mood sekitar 15%-30% dari total
durasi lama penyakit. Bila gejala mood muncul dalam periode waktu yang sangat pendek,
diagnosisnya adalah skizoprenia. 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Sesuai dengan istilah yang digunakan, gangguan skizoafektif mempunyai gambaran
baik skizoprenia maupun gangguan afektif ( saat ini disebut gangguan mood ). Kriteria
diagnostik gangguan skizoafektif telah berubah seiring waktu, sebagian besar merupakan
refleksi perubahan kriteria diagnostik skizopernia dan gangguan mood, namun tetap
merupakan diagnosis yang paling baik untuk pasien yang mempunyai gejala campuran
keduanya.2
Seperti yang diartikan oleh istilahnya, gangguan skizoafektif memiliki ciri baik
skizoprenia dan gangguan afektif ( saat ini disebut gangguan mood ). Kriteria diagnostik
gangguan skizoafektif telah berubah seiring waktu, sebagian besar karena perubahan kriteria
untuk skizoprenia dan gangguan mood. Terlepas dari sifat diagnosis yang dapat berubah,
diagnosis ini tetap merupakan diagnosis yang terbaik bagi pasien yang sindroma klinisnya
akan terdistorsi jika hanya dianggap skizoprenia atau hanya suatu gangguan mood saja.3
Pada ICD-10 istilah gangguan skizoapektif digunakan untuk menunjukan episodik
yang baik gejala gangguan mood (afektif) maupun gejala-gejala skizopreniknya menonjol
dalam episode penyakit yang sama, baik secara simultan atau secara bergantian dalam
beberapa hari. Perlu diingat bahwa gangguan mood timbulnya halusinasi atau waham yang
tidak sesuai dengan mood, tidak merubah diagnosis dari keadaan akibat gangguan mood
mejadi gangguan skizoafektif .4
Bila gejala-gejala skizoprenik dan manik menonjol pada efisode penyakit yang sama,
gangguan disebut gangguan skizoafektif tipe manik. Pasien biasanya sembuh sempurna.4
Pada gangguan skizoafektif tipe depresif, gejala-gejala skizoprenik dan depresif
menonjol pada episode penyakit yang sama. Pronosis subtype ini tidak sebaik prognosis
subtype manic dan pasien memiliki peluang lebih besar memburuk kearah gejala-gejala
negative skizoprenia.4
2.2 EFIDEMIOLOGI
Prevalensi seumur hidup dari gangguan skizoafektif adalah kurang dari 1 persen,
mungkin dalam rentang 0,5 sampai 0,8 persen. Namun , gambaran tersebut merupakan
perkiraan berbagai studi mengenai gangguan skizoafektif telah menggunakan berbagai
kriteria diagnostik. Pada praktik klinis, diagnosis permulaan gangguan skizoafektif sering
digunakan bila seorang klinisi tidak yakin akan diagnosis.2
2.3 ETIOLOGI
Penyebab gangguan skizoafektif tidak diketahui, tetapi empat model konseptual telah
dikembangkan. Gangguan skizoafektif dapat berupa tipe skizoprenia atau tipe gangguan
mood. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan tipe psikosis ketiga yang berbeda, yang
bukan merupakan gangguan skizoprenia maupun gangguan mood. Keempat, dan paling
mungkin, adalah bahwa gangguan skizoafektif adalah kelompok heterogen gangguan yang
mencakup ketiga kemungkinan pertama.2
Meskipun banyak riset famili dan genetik mengenai gangguan skizoafektif didasarkan
pada alasan bahwa skizoprenia dan gangguan mood merupakan entitas terpisah, beberapa
data menunjukan bahwa kedua gangguan tersebut terkait secara genetik. Beberapa
kebingungan yang timbul pada studi famili pasien gangguan skizoafektif dapat merefleksikan
perbedaan nonabsolut antara dua gangguan primer. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila
studi keluarga pasien dengan gangguan skizoafektif melaporkan hasil yang tidak konsisten.
Peningkatan prevalensi skizoprenia tidak ditemukan dalam kerabat proban dengan gangguan
skizoafektif, tipe bipolar yang ; namun ,keluarga pasien dengan gangguan skizoafektif tipe
depresif beresiko lebih tinggi mengalami skizoprenia daripada gangguan mood.2
Bergantung pada tipe gangguan skizoafektif yang dipelajari, peningkatan prevalensi
skizoprenia atau gangguan mood dapat ditemukan pada kerabat proban gangguan
skizoafektif. Kemungkinan gangguan skizoafektif berbeda dengan skizoprenia dan gangguan
mood tidak ditunjang oleh observasi bahwa hanya terdapat presentase kecil kerabat proban
gangguan skizoafektif yang menderita gangguan skizoafektif.2
Sebagai suatu kelompok, pasie dengan gangguan skizoafektif mempunyai prognosis
lebih baik daripada pasien skizoprenia dan prognosis paling buruk daripada pasien dengan
gangguan mood. Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif memberikan
respon terhadap litium dan cenderung mengalami perjalanan penyakit yang tidak memburuk.2
2.4 MANIFESTASI KLINIS
2.4.1 Anamnesis
Adanya perasaan sedih dan hilangnya minat, berlangsung paling sedikit dua minggu
atau rasa senang berlebihan yang berlansung paling sedikit satu minggu. Gejala-gejala
tersebut muncul bersamaan dengan pembicaraan kacau, waham, halusinasi, perilaku kacau,
atau gejala negatif.1
2.4.2 Pemeriksaan
Terdapat tanda-tanda gangguan mood depresi (misalnya, mood hipotim dan isolasi
sosial) atau tanda-tanda mania (misalnya, mood hipertim, iritabel, banyak bicara,
meningkatnya aktivitas motorik) atau campuran.1
Skizofrenia
Suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak blm diketahui) dan perjalanan
penyakit (tak selalu bersifat kronis atau deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang
tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya.
Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran
dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) or tumpul (blunted). Kesadaran
yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara,
walaupun kemunduran kognitif tertentu dan dapat berkembang kemudian
Pedoman diagnostik
Harus sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih
bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) :
a; - thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walau isinya sama, namun
kualitasnya berbeda; atau
- thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar masuk
kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari
luar dirinya (withdrawal); dan
- thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau
umum mengetahuinya;
b; - delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan
tertentu dari luar; atau
delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan
tertentu dari luar; atau
- delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah
terhadap suatu kekuatan dari luar;
(tentang dirinya = secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau
kepikiran, tindakan, atau pengindraan khusus);
- delusional perception = pengalama inderawi yang tak wajar, yang bermakna
sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;
c; Halusinasi auditorik :
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap prilaku pasien,
atau
- Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai suara
yang berbicara), atau
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh
d; Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak
wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnnya perihal keyakinan agama atau politik
tertentu, atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa (misalnnya mampu
mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan mahluk asing dari dunia lain).
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas :
e; Halusinasi yang menetap dari panca-indra apa saja, apabila disertai baik oleh waham
yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang
jelas, ataupun disertai ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau
apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus
menerus;
f; Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation), yang
berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme;
g; Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu
(posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor;
h; Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jalan, dan respons
emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan
diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa
semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan
atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal);
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall
quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behaviour), bermanifestasi sebagai
hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larutdalam diri sendiri
(self-absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.
orang lain
satu) dan tidak ada keinginan untuk menjalin hubungan seperti itu;
Sangat tidak sensitif terhadap norma dan kebiasaan sosial yang berlaku.
Penatalaksanaan
Mood stabilizer adalah cara pengobatan gangguan bipolar dan diharapkan dapat bermanfaat
pada pengobatan pasien dengan gangguan skizoafektif. Satu studi yang membandingkan
litium dengan karbamazepin memperlihatkan superioritas karbamazepin pada gangguan
skizoafektif tipe depresi, tetapi tidak ada perbedaan kedua agen tersebut untuk tipe bipolar,
namun pada praktiknya, pengobatan tersebut digunakan luas secara tersendiri, digunakan
secara bersamaan, atau kombinasi dengan agen anti psikotik. Pada episode manik, pasien
skizoafektif sebaiknya diobati secara agresif dengan pemberian dosis mood stebilizer dalam
kisaran konsentrasi terapeutik sedang sampai tinggi didalam darah. Ketika pasien memasuki
fase pemeliharaan, pemberian dosis dapat dikurangi sampai rentang rendah sampai sedang
untuk menghindari efek sampaing dan efek potensial terhadap sistem organ (cth, tiroid dan
ginjal) dan memudahkan konsumsi dan kepatuhan pengobatan. Pemantauan laboratorium
terhadap konsentrasi obat dalam plasma dan penapisan periodik tiroid, ginjal, dan
hematologis harus dilakukan. Seperti pada semua kasus mania yang sulit disembuhkan,
pemakaian terapi elektrokonvulsif (ECT) harus dipertimbangkan.
Berdasarkan definisi, banyak pasien skizoafektif menderita akibat episode depresi mayor.
Pengobatan dengan antidepresan menyerupai pengobatan depresi bipolar. Perawatan
dilakukan tetapi bukan untuk mencetuskan suatu siklus pergantian cepat dari depresi menjadi
mania dengan antidepresan. Pilihan antidepresan sebaiknya memperhatikan kegagalan dan
keberhasilan antidepresan sebelumnya. Inhibitor reuptake serotonin selektif (SSRI) (cth,
fluoxetine[Prozac] dan sertralin [Zoloft] sering digunakan sebagian agen lini pertama.
Namun, pasien teragitasi atau insomnia dapat disembuhkan dengan antidepresan trisiklik.
Seperti pada semua kasus depresi, pemakaian ECT sebaiknya dipertimbangkan. Seperti telah
disinggung sebelumnya, agen antipsikotik bermanfaat pada pengobatan gejala prikotik
gangguan skizoafektif
(kaplan sadok hal. 172)
Anti psikotik atipikal risperidone diindikasikan untuk psikosis dengan gejala positif dan
negatif yang sama-sama menonjol. Risperidon adalah suatu benzisoxale dan merupakan
antagonis pada reseptor 5-HT2A, 5-HT7, D2, 1, dan 2-adrenergik , serta histamin H1, tetapi
tidak pada reseptor kolinergik. Efek samping risperidon dicantumkan. Antipsikotik atipikal
quetiapine diindikasikan untuk pengobatan gejala positif dan negatif skizofrenia. Obat ini
mempunyai afinitas yang lebih tinggi pada reseptor 5-HT 2 serebral ketimbang pada reseptor
D1 dan D2 serebral obat ini juga mempunyai afinitas tinggi untuk reseptor kolinergik. Karena
dapet menyebabkan pemanjang interval QT, quetiapine harus digunakan secara hati-hati pada
pasien dengan gangguan kardiovaskular. Efek samping meliputi: insomnia, agitasi, cemas,
nyeri kepala, mengantuk, peningkatan berat badan, pusing, hipotensi postural, gejala
ekstrapiramida, hipersalivasi, gangguan konsentrasi, kelelahan, penglihatan buram,
konstipasi, mual & muntah, dispepsia, nyeri perut, hiperprolaktemia, disfungsi seksual,
priapismus, inkontinesia urine, takikardi, hipertensi, ruam kulit, rinitis.( buku ajar psikiatri
edisi 2)