You are on page 1of 30

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

John Locke, pemikir politik dari Inggris, menyatakan bahwa semua orang diciptakan sama
dan memiliki hakhak alamiah yang tidak dapat dilepaskan. Hak alamiah itu meliputi hak atas
hidup, hak kemerdekaan, hak milik dan hak kebahagiaan. Pemikiran John Locke ini dikenal
sebagai konsep HAM yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan HAM di berbagai
belahan dunia.
Pengakuan hak asasi manusia (HAM) secara konstitusional ditetapkan pertama kali di
Amerika Serikat pada tahun 1776 dengan Unanimous Declaration of Independence, dan hal ini
dijadikan contoh bagi majelis nasional Perancis ketika menerima deklarasi hak-hak manusia dan
warga negara (Declaration des Droits de lhomme et de Citoyen) 26 Agustus 1789.
Badan dunia yaitu PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) juga memperkenalkan pengertian hak
asasi manusia yang bisa kita dapatkan dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (Universal
Declaration of Human Right/UDHR). Deklarasi Universal merupakan pernyataan umum
mengenai martabat yang melekat dan kebebasan serta persamaan manusia yang harus ada pada
pengertian hak asasi manusia.
Dalam UDHR pengertian HAM dapat ditemukan dalam Mukaddimah yang pada prinsipnya
dinyatakan bahwa hak asasi manusia merupakan pengakuan akan martabat yang terpadu dalam
diri setiap orang akan hakhak yang sama dan tak teralihkan dari semua anggota keluarga
manusia ialah dasar dari kebebasan, keadilan dan perdamaian dunia.
Sejak munculnya Deklarasi Universal HAM itulah secara internasional HAM telah diatur
dalam ketentuan hukum sebagai instrumen internasional. Ketentuan hukum HAM atau disebut
juga Instrumen HAM merupakan alat yang berupa peraturan perundang undangan yang
digunakan dalam menjamin perlindungan dan penegakan HAM. Instrumen HAM terdiri atas
instrumen nasional HAM dan instrumen internasional HAM. Instrumen nasional HAM berlaku
terbatas pada suatu negara sedangkan instrumen internasional HAM menjadi acuan negara
negara di dunia dan mengikat secara hukum bagi negara yang telah mengesahkannya
(meratifikasi).
1

Di negara kita dalam era reformasi sekarang ini, upaya untuk menjabarkan ketentuan hak
asasi manusia telah dilakukan melalui amandemen UUD 1945 dan diundangkannya UndangUndang Republik Indonesia (UURI) Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM serta meratifikasi
beberapa konvensi internasional tentang HAM.
1.2 Rumusan Masalah
Ada beberapa rumusan masalah yang dapat kami ambil dalam makalah ini. Rumusan
masalah yang dimaksud adalah :
1. Apa saja undang-undang yang berkaitan dengan HAM dan pasal berapa ?
2. Apa saja contoh pelanggaran HAM ?
3. Bagaimana cara mencegah pelanggaran HAM ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui undang-undang dan pasal- pasal yang mengatur tentang HAM
2. Untuk mengetahui beberapa contoh pelanggaran HAM di Indonesia maupun
internasional
3. Untuk mengetahui upaya pencegahan dari pelanggaran yang ada dan untuk
menghindarinya.

BAB II
PEMBAHSAN
2.1 Undang-Undang dan Pasal-Pasal yang Mengatur Tentang HAM

1. Undang-Undang tentang HAM di Indonesia adalah Undang-Undang Nomor 39


Tahun 1999. Adapun hak-hak yang ada dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
tersebut antara lain sebagai berikut :
a. Hak untuk hidup (Pasal 4)
b. Hak untuk berkeluarga (Pasal 10)
c. Hak untuk mengembangkan diri (Pasal 11, 12, 13, 14, 15, 16)
d. Hak untuk memperoleh keadilan (Pasal 17, 18, 19)
e. Hak atas kebebasan pribadi (Pasal 20-27)
f. Hak atas rasa aman (Pasal 28-35)
g. Hak atas kesejahteraan (Pasal 36-42)
h. Hak turut serta dalam pemerintahan (Pasal 43-44)
i. Hak wanita (Pasal 45-51)
j. Hak anak (Pasal 52-66)
Penjelasan :
a. Hak untuk hidup ( pasal 4 )
Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi, pikiran dan hati nurani,
hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dan persamaan di
hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak
asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun dan oleh siapapun. Misalnya
hak mempertahankan hidup, memperoleh kesejahteraan lahir batin, memperoleh lingkungan
hidup yang baik dan sehat.

b. Hak untuk berkeluarga (Pasal 10)


(1) Setiap orang berhak membentuk suatu keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah.
(2) Perkawinan yang sah hanya dapat berlangsung atas kehendak bebas calon suami dan
calon istri yang bersangkutan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3

c. Hak untuk mengembangkan diri (Pasal 11, 12, 13, 14, 15, 16), misalnya hak :

pemenuhan kebutuhan dasar,meningkatkan kualitas hidup, memperoleh manfaat dari iptek,


memperoleh informasi, melakukan pekerjaan social.
Pasal 11
Setiap orang berhak atas pemenuhan kebutuhan dasarnya untuk tumbuh dan berkembang
secara layak.
Pasal 12
Setiap orang berhak atas perlindungan bagi pengembangan pribadinya, untuk
memperoleh pendidikan, mencerdaskan dirinya, dan meningkatkan kualitas hidupnya agar
menjadi manusia yang beriman, bertaqwa, bertanggung jawab, berakhlak mulia, bahagia, dan
sejahtera sesuai dengan hak asasi manusia.
Pasal 13
Setiap orang berhak untuk mengembangkan dan memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya sesuai dengan martabat manusia demi kesejahteraan
pribadinya, bangsa, dan umat manusia.
Pasal 14
(1) Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi yang diperlukan
untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya.
(2) Setiap orang berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah,
dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis sarana yang tersedia.
Pasal 15
Setiap orang berhak untuk memperjuangkan hak pengembangan dirinya, baik secara
pribadi maupun kolektif, untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya.
Pasal 16
4

Setiap orang berhak untuk melakukan pekerjaan sosial dan kebajikan, mendirikan
organisasi untuk itu, termasuk menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran, serta menghimpun
dana untuk maksud tersebut sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Hak untuk memperoleh keadilan (Pasal 17, 18, 19), misalnya hak : kepastian hukum, persamaan
di depan hokum.
Pasal 17
Setiap orang, tanpa diskriminasi, berhak untuk memperoleh keadilan dengan mengajukan
permohonan, pengaduan, dan gugatan, baik dalam perkara pidana, perdata, maupun administrasi
serta diadili melalui proses peradilan yang bebas dan tidak memihak, sesuai dengan hukum acara
yang menjamin pemeriksaan yang objektif oleh hakim yang jujur dan adil untuk memperoleh
putusan yang adil dan benar.
Pasal 18
(1) Setiap orang yang ditangkap, ditahan, dan dituntut karena disangka melakukan
sesuatu tindak pidana berhak dianggap tidak bersalah, sampai dibuktikan kesalahannya secara
sah dalam suatu sidang pengadilan dan diberikan segala jaminan hukum yang diperlukan untuk
pembelaannya, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Setiap orang tidak boleh dituntut untuk dihukum atau dijatuhi pidana, kecuali
berdasarkan suatu peraturan perundang-undangan yang sudah ada sebelum tindak pidana itu
dilakukannya.
(3) Setiap ada perubahan dalam peraturan perundang-undangan, maka berlaku ketentuan
yang paling menguntungkan bagi tersangka.
(4) Setiap orang yang diperiksa berhak mendapatkan bantuan hukum sejak saat
penyidikan sampai adanya putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
(5) Setiap orang tidak dapat dituntut untuk kedua kalinya dalam perkara yang sama atas
suatu perbuatan yang telah memperoleh putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.

Pasal 19
(1) Tiada suatu pelanggaran atau kejahatan apapun diancam dengan hukuman berupa
perampasan seluruh harta kekayaan milik yang bersalah.
(2) Tidak seorangpun atas putusan pengadilan boleh dipidana penjara atau kurungan
berdasarkan atas alasan ketidakmampuan untuk memenuhi suatu kewajiban dalam perjanjian
utang piutang.
e. Hak atas kebebasan pribadi (Pasal 20-27), misalnya hak : memeluk agama, keyakinan politik,
memilih status kewarganegaraan, berpendapat dan menyebarluaskannya, mendirikan parpol,
LSM dan organisasi lain, bebas bergerak dan bertempat tinggal.
Pasal 20
(1) Tidak seorangpun boleh diperbudak atau diperhamba.
(2) Perbudakan atau perhambaan, perdagangan budak, perdagangan wanita, dan segala
perbuatan berupa apapun yang tujuannya serupa, dilarang.
Pasal 21
Setiap orang berhak atas keutuhan pribadi, baik rohani maupun jasmani, dan karena itu
tidak boleh menjadi objek penelitian tanpa persetujuan darinya.
Pasal 22
(1) Setiap orang bebas memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut
agamanya dan kepercayaannya itu.
(2) Negara menjamin kemerdekaan setiap orang memeluk agamanya masing-masing dan
untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
Pasal 23
(1) Setiap orang bebas untuk memilih dan mempunyai keyakinan politiknya.
(2) Setiap orang bebas untuk mempunyai, mengeluarkan dan menyebarluaskan pendapat
sesuai hati nuraninya, secara lisan dan atau tulisan melalui media cetak maupun elektronik

dengan memperhatikan nilai-nilai agama, kesusilaan, ketertiban, kepentingan umum, dan


keutuhan bangsa.
Pasal 24
(1) Setiap orang berhak untuk berkumpul, berapat, dan berserikat untuk maksud-maksud
damai.
(2) Setiap warga negara atau kelompok masyarakat berhak mendirikan partai politik,
lembaga swadaya masyarakat atau organisasi lainnya untuk berperan serta dalam jalannya
pemerintahan dan penyelenggaraan negara sejalan dengan tuntutan perlindungan, penegakan,
dan pemajuan hak asasi manusia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 25
Setiap orang berhak untuk menyampaikan pendapat di muka umum, termasuk hak untuk
mogok sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 26
(1) Setiap orang berhak memiliki, memperoleh, mengganti, atau mempertahankan status
kewarganegaraannya.
(2) Setiap orang bebas memilih kewarganegaraannya dan tanpa diskriminasi berhak
menikmati hak-hak yang bersumber dan melekat pada kewarganegaraannya serta wajib
melaksanakan kewajibannya sebagai warga negara sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 27
(1) Setiap warga negara Indonesia berhak untuk secara bebas bergerak, berpindah, dan
bertempat tinggal dalam wilayah negara Republik Indonesia.
(2) Setiap warga negara Indonesia berhak meninggalkan dan masuk kembali ke wilayah
negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
7

f. Hak atas rasa aman (Pasal 28-35), misalnya hak : memperoleh suaka politik, perlindungan
terhadap ancaman ketakutan, melakukan hubungan komunikasi, perlindungan terhadap
penyiksaan, penghilangan dengan paksa dan penghilangan nyawa.
Pasal 28
(1) Setiap orang berhak mencari suaka untuk memperoleh perlindungan politik dari
negara lain.
(2) Hak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak berlaku bagi mereka yang
melakukan kejahatan nonpolitik atau perbuatan yang bertentangan dengan tujuan dan prinsip
Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Pasal 29
(1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat,
dan hak miliknya.
(2) Setiap orang berhak atas pengakuan di depan hukum sebagai manusia pribadi di mana
saja ia berada.
Pasal 30
Setiap orang berhak atas rasa aman dan tenteram serta perlindungan terhadap ancaman
ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.
Pasal 31
(1) Tempat kediaman siapapun tidak boleh diganggu.
(2) Menginjak atau memasuki suatu pekarangan tempat kediaman atau memasuki suatu
rumah bertentangan dengan kehendak orang yang mendiaminya, hanya diperbolehkan dalam halhal yang telah ditetapkan oleh undang-undang.
Pasal 32

Kemerdekaan dan rahasia dalam hubungan surat-menyurat termasuk hubungan


komunikasi melalui sarana elektronik tidak boleh diganggu, kecuali atas perintah hakim atau
kekuasaan lain yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 33
(1) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan, penghukuman atau perlakuan yang
kejam, tidak manusiawi, merendahkan derajat dan martabat kemanusiaannya.
(2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penghilangan paksa dan penghilangan nyawa.
Pasal 34
Setiap orang tidak boleh ditangkap, ditahan, disiksa, dikucilkan, diasingkan, atau dibuang
secara sewenang-wenang.
Pasal 35
Setiap orang berhak hidup di dalam tatanan masyarakat dan kenegaraan yang damai,
aman, dan tenteram, yang menghormati, melindungi dan melaksanakan sepenuhnya hak asasi
manusia dan kewajiban dasar manusia sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini.
g. Hak atas kesejahteraan (Pasal 36-42), misalnya hak : milik pribadi dan kolektif, memperoleh
pekerjaan yang layak, mendirikan serikat kerja, bertempat tinggal yang layak, kehidupan yang
layak, dan jaminan social.

Pasal 36
(1) Setiap orang berhak mempunyai milik, baik sendiri maupun bersama-sama dengan
orang lain demi pengembangan dirinya, keluarga, bangsa, dan masyarakat dengan cara yang
tidak melanggar hukum.

(2) Tidak seorangpun boleh dirampas miliknya dengan sewenang-wenang dan secara
melawan hukum.
(3) Hak milik mempunyai fungsi sosial.
Pasal 37
(1) Pencabutan hak milik atas suatu benda demi kepentingan umum, hanya diperbolehkan
dengan mengganti kerugian yang wajar dan segera serta pelaksanaannya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Apabila sesuatu benda berdasarkan ketentuan hukum demi kepentingan umum harus
dimusnahkan atau tidak diberdayakan baik untuk selamanya maupun untuk sementara waktu
maka hal itu dilakukan dengan mengganti kerugian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan kecuali ditentukan lain.
Pasal 38
(1) Setiap warga negara, sesuai dengan bakat, kecakapan, dan kemampuan, berhak atas
pekerjaan yang layak.
(2) Setiap orang berhak dengan bebas memilih pekerjaan yang disukainya dan berhak
pula atas syarat-syarat ketenagakerjaan yang adil.
(3) Setiap orang, baik pria maupun wanita yang melakukan pekerjaan yang sama,
sebanding, setara atau serupa, berhak atas upah serta syarat-syarat perjanjian kerja yang sama.
(4) Setiap orang, baik pria maupun wanita, dalam melakukan pekerjaan yang sepadan
dengan martabat kemanusiaannya berhak atas upah yang adil sesuai dengan prestasinya dan
dapat menjamin kelangsungan kehidupan keluarganya.
Pasal 39

10

Setiap orang berhak untuk mendirikan serikat pekerja dan tidak boleh dihambat untuk
menjadi anggotanya demi melindungi dan memperjuangkan kepentingannya serta sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 40
Setiap orang berhak untuk bertempat tinggal serta berkehidupan yang layak.
Pasal 41
(1) Setiap warga negara berhak atas jaminan sosial yang dibutuhkan untuk hidup layak
serta untuk perkembangan pribadinya secara utuh.
(2) Setiap penyandang cacat, orang yang berusia lanjut, wanita hamil, dan anak-anak,
berhak memperoleh kemudahan dan perlakuan khusus.
Pasal 42
Setiap warga negara yang berusia lanjut, cacat fisik dan atau cacat mental berhak
memperoleh perawatan, pendidikan, pelatihan, dan bantuan khusus atas biaya negara, untuk
menjamin kehidupan yang layak sesuai dengan martabat kemanusiaannya, meningkatkan rasa
percaya diri, dan kemampuan berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.

h. Hak turut serta dalam pemerintahan (Pasal 43-44), misalnya : memilih dan dipilih dalam
pemilu, partisipasi langsung dan tidak langsung, diangkat dalam jabatan pemerintah, mengajukan
usulan kepada pemerintah.

Pasal 43
(1) Setiap warga negara berhak untuk dipilih dan memilih dalam pemilihan umum
berdasarkan persamaan hak melalui pemungutan suara yang langsung, umum, bebas, rahasia,
jujur, dan adil sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

11

(2) Setiap warga negara berhak turut serta dalam pemerintahan dengan langsung atau
dengan perantaraan wakil yang dipilihnya dengan bebas, menurut cara yang ditentukan dalam
peraturan perundang-undangan.
(3) Setiap warga negara dapat diangkat dalam setiap jabatan pemerintahan.
Pasal 44
Setiap orang baik sendiri maupun bersama-sama berhak mengajukan pendapat,
permohonan, pengaduan, dan atau usulan kepada pemerintah dalam rangka pelaksanaan
pemerintahan yang bersih, efektif, dan efisien, baik dengan lisan maupun dengan tulisan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
i. Hak wanita (Pasal 45-51), misalnya : hak yang sama/tidak ada diskriminasi antara wanita
dan pria dalam bidang politik, pekerjaan, status kewarganegaraan, keluarga perkawinan
Pasal 45
Hak wanita dalam Undang-undang ini adalah hak asasi manusia.
Pasal 46
Sistem pemilihan umum, kepartaian, pemilihan anggota badan legislatif, dan sistem
pengangkatan di bidang eksekutif, yudikatif, harus menjamin keterwakilan wanita sesuai
persyaratan yang ditentukan.
Pasal 47
Seorang wanita yang menikah dengan seorang pria berkewarganegaraan asing tidak
secara otomatis mengikuti status kewarganegaraan suaminya tetapi mempunyai hak untuk
mempertahankan, mengganti, atau memperoleh kembali status kewarganegaraannya.

Pasal 48

12

Wanita berhak untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran di semua jenis, jenjang dan
jalur pendidikan sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan.
Pasal 49
(1) Wanita berhak untuk memilih, dipilih, diangkat dalam pekerjaan, jabatan, dan profesi
sesuai dengan persyaratan dan peraturan perundang-undangan.
(2) Wanita berhak untuk mendapatkan perlindungan khusus dalam pelaksanaan pekerjaan
atau profesinya terhadap hal-hal yang dapat mengancam keselamatan dan atau kesehatannya
berkenaan dengan fungsi reproduksi wanita.
(3) Hak khusus yang melekat pada diri wanita dikarenakan fungsi reproduksinya, dijamin
dan dilindungi oleh hukum.
Pasal 50
Wanita yang telah dewasa dan atau telah menikah berhak untuk melakukan perbuatan
hukum sendiri, kecuali ditentukan lain oleh hukum agamanya.
Pasal 51
(1) Seorang istri selama dalam ikatan perkawinan mempunyai hak dan tanggung jawab
yang sama dengan suaminya atas semua hal yang berkenaan dengan kehidupan perkawinannya,
hubungan dengan anak-anaknya, dan hak pemilikan serta pengelolaan harta bersama.
(2) Setelah putusnya perkawinan, seorang wanita mempunyai hak dan tanggung jawab
yang sama dengan mantan suaminya atas semua hal yang berkenaan dengan anak-anaknya,
dengan memperhatikan kepentingan terbaik bagi anak.
(3) Setelah putusnya perkawinan, seorang wanita mempunyai hak yang sama dengan
mantan suaminya atas semua hal yang berkenaan dengan harta bersama tanpa mengurangi hak
anak, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

13

j. Hak anak (Pasal 52-66), misalnya hak : perlindungan oleh orang tua, keluarga, masyarakat dan
negara, beribadah menurut agamanya, berekspresi, perlakuan khusus bagi anak cacat,
perlindungan dari eksploitasi ekonomi, pekerjaan, pelecehan sexual, perdagangan anak,
penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya.
Pasal 52
(1) Setiap anak berhak atas perlindungan oleh orang tua, keluarga, masyarakat, dan
negara.
(2) Hak anak adalah hak asasi manusia dan untuk kepentingannya hak anak itu diakui dan
dilindungi oleh hukum bahkan sejak dalam kandungan.
Pasal 53
(1) Setiap anak sejak dalam kandungan, berhak untuk hidup, mempertahankan hidup, dan
meningkatkan taraf kehidupannya.
(2) Setiap anak sejak kelahirannya, berhak atas suatu nama dan status kewarganegaraan.
Pasal 54
Setiap anak yang cacat fisik dan atau mental berhak memperoleh perawatan, pendidikan,
pelatihan, dan bantuan khusus atas biaya negara, untuk menjamin kehidupannya sesuai dengan
martabat kemanusiaan, meningkatkan rasa percaya diri, dan kemampuan berpartisipasi dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Pasal 55
Setiap anak berhak untuk beribadah menurut agamanya, berpikir, dan berekspresi sesuai
dengan tingkat intelektualitas dan usianya di bawah bimbingan orang tua dan atau wali.

Pasal 56
(1) Setiap anak berhak untuk mengetahui siapa orang tuanya, dibesarkan, dan diasuh oleh
orang tuanya sendiri.
14

(2) Dalam hal orang tua anak tidak mampu membesarkan dan memelihara anaknya
dengan baik dan sesuai dengan Undang-undang ini, maka anak tersebut boleh diasuh atau
diangkat sebagai anak oleh orang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 57
(1) Setiap anak berhak untuk dibesarkan, dipelihara, dirawat, dididik, diarahkan, dan
dibimbing kehidupannya oleh orang tua atau walinya sampai dewasa sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Setiap anak berhak untuk mendapatkan orang tua angkat atau wali berdasarkan
putusan pengadilan apabila kedua orang tua telah meninggal dunia atau karena suatu sebab yang
sah tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai orang tua.
(3) Orang tua angkat atau wali sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) harus menjalankan
kewajiban sebagai orang tua yang sesungguhnya.
Pasal 58
(1) Setiap anak berhak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari segala bentuk
kekerasan fisik atau mental, penelantaran, perlakuan buruk, dan pelecehan seksual selama dalam
pengasuhan orang tua atau walinya, atau pihak lain manapun yang bertanggung jawab atas
pengasuhan anak tersebut.
(2) Dalam hal orang tua, wali, atau pengasuh anak melakukan segala bentuk
penganiayaan fisik atau mental, penelantaran, perlakuan buruk, dan pelecehan seksual termasuk
pemerkosaan, dan atau pembunuhan terhadap anak yang seharusnya dilindungi, maka harus
dikenakan pemberatan hukuman.
Pasal 59
(1) Setiap anak berhak untuk tidak dipisahkan dari orang tuanya secara bertentangan
dengan kehendak anak sendiri, kecuali jika ada alasan dan aturan hukum yang sah yang
menunjukkan bahwa pemisahan itu adalah demi kepentingan terbaik bagi anak.
15

(2) Dalam keadaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), hak anak untuk tetap bertemu
langsung dan berhubungan pribadi secara tetap dengan orang tuanya tetap dijamin oleh Undangundang.
Pasal 60
(1) Setiap anak berhak untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka
pengembangan pribadinya sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya.
(2) Setiap anak berhak mencari, menerima, dan memberikan informasi sesuai dengan
tingkat intelektualitas dan usianya demi pengembangan dirinya sepanjang sesuai dengan nilainilai kesusilaan dan kepatutan.
Pasal 61
Setiap anak berhak untuk beristirahat, bergaul dengan anak yang sebaya, bermain,
berekreasi, dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya demi
pengembangan dirinya.
Pasal 62
Setiap anak berhak untuk memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial secara
layak, sesuai dengan kebutuhan fisik dan mental spiritualnya.
Pasal 63
Setiap anak berhak untuk tidak dilibatkan di dalam peristiwa peperangan, sengketa
bersenjata, kerusuhan sosial, dan peristiwa lain yang mengandung unsur kekerasan.
Pasal 64
Setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari kegiatan eksploitasi ekonomi
dan setiap pekerjaan yang membahayakan dirinya, sehingga dapat mengganggu pendidikan,
kesehatan fisik, moral, kehidupan sosial, dan mental spiritualnya.

16

Pasal 65
Setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari kegiatan eksploitasi dan
pelecehan seksual, penculikan, perdagangan anak, serta dari berbagai bentuk penyalahgunaan
narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya.
Pasal 66
(1) Setiap anak berhak untuk tidak dijadikan sasaran penganiayaan, penyiksaan, atau
penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi.
(2) Hukuman mati atau hukuman seumur hidup tidak dapat dijatuhkan untuk pelaku
tindak pidana yang masih anak.
(3) Setiap anak berhak untuk tidak dirampas kebebasannya secara melawan hukum.
(4) Penangkapan, penahanan, atau pidana penjara anak hanya boleh dilakukan sesuai
dengan hukum yang berlaku dan hanya dapat dilaksanakan sebagai upaya terakhir.
(5) Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak mendapatkan perlakuan secara
manusiawi dan dengan memperhatikan kebutuhan pengembangan pribadi sesuai dengan usianya
dan harus dipisahkan dari orang dewasa, kecuali demi kepentingannya.
(6) Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak memperoleh bantuan hukum atau
bantuan lainnya secara efektif dalam setiap tahapan upaya hukum yang berlaku.
(7) Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak untuk membela diri dan
memperoleh keadilan di depan Pengadilan Anak yang objektif dan tidak memihak dalam sidang
yang tertutup untuk umum.
2.2 Contoh Pelanggaran HAM Dalam Kehidupan Sehari-Hari
Pelanggaran HAM adalah pelanggaran atau kelalaian terhadap kewajiban asasi
yang dilakukan seseorang terhadap orang lain. Namun tidak semua pelanggaran yang
berkenaan dengan hak merupakan pelanggaran HAM. Yang termasuk dalam pelanggaran
17

HAM diantaranya pelecehan dan pembunuhan, berikut penjelasan lengkap mengenai


pelanggaran HAM dan Contoh Kasus Pelanggaran Ham di Indonesia.
Pelanggaran HAM diatur dalam UU No. 39 tahun 1999 bahwa : "Pelanggaran
HAM adalah segala tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang
termasuk aparat negara baik disegaja maupun tidak disengaja yang dapat mengurangi,
membatasi, mencabut, atau menghilangkan hak asasi orang lain yang dilindungi oleh
undang-undang dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak mendapatkan
penyelesaian hukum yang benar dan adil sesuai mekanisme hukum yang berlaku."

Bentuk-bentuk pelanggaran HAM Pelanggaran yang sering dijumpai dalam masyarakat


antara lain :
Deskriminasi adalah pembatasan, pelecehan, dan pengucilan yang dilakukan langsung
atau tidak lengsung yang didasarkan perbedaan manusia atas Suku, ras, etnis, dan Agama.
Penyiksaan adalah perbuatan yang menimbulkan rasa sakit atau penderitaan baik jasmani
maupun rohani.
Pelanggaran HAM menurut sifatnya terbagi dua yaitu :
Pelanggaran HAM berat yaitu pelanggaran HAM yang mengancam nyawa
manusia.
Pelanggaran HAM ringan yaitu pelanggaran HAM yang tidak menancam jiwa
manusia.

Contoh kasus pelanggaran HAM di Indonesia :


1. Contoh Kasus Pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia) di Indonesia: Kasus Tanjung
Priok

(1984)

Kasus pelanggaran HAM. Bermula dari warga Tanjung Priok, Jakarta Utara berdemonstrasi yang
rusuh antara warga dengan kepolisian dan anggota TNI yang mengakibatkan sejumlah warga
tewas dan luka-luka. Peristiwa yang terjadi tanggal 12 September 1984. Sejumlah warga dan
aparat militer dialidi atas tuduhan pelanggaran Hak Asasi Manusia. Peristiwa ini dilatar belakang
pada

masa

Orde

Baru.

2. Contoh Kasus Pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia) di Indonesia: Kasus


Pembunuhan

TKW,

Marsinah

Marsinah merupakan tenaga kerja di PT. Catur Putra Surya (CPS) di Porong, Sidoarjo, Jawa
imur. Latar belakang peristiwa tersebut adalah ketika Marsinah dan teman-temannya unjuk rasa,
yang menuntuk kenaikan upah buruh tanggal 3 dan 4 Mei 1993. Masalah tersebut semakin
18

bertambah runyam ketika Marsinah menghilang dan tidak diketahui oleh rekannya, dan sampai
akhirnya tanggal 8 Mei 1993 Marsinah ditemukan meninggal dunia. Mayatnya ditemukan di
hutan Dusun Jegong, Kecamtan Wilangan, Nganjuk, Jawa Timur dengan tanda-tanda bekas
penyiksaan. Berdasarkan hasil otopsi, diketahui bahwa Marsinah meninggal karena
penganiayaan

berat.

3. Contoh Kasus Pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia) di Indonesia: Peristiwa Aceh
(1990)
Peristiwa Aceh terjadi sejak tahun 1990 yang memakan korban baik di pihak aparat maupun
penduduk sipil yang tidak berdosa. Peristiwa Aceh tersebut diduga dari unsur politik dimana
terdapat

pihak-pihak

tertentu

yang

berkeinginan

Aceh

untuk

merdeka.

4. Contoh Kasus Pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia) di Indonesia: Peristiwa


Penembakan

Peristiwa

Trisakti

Kasus penembakan mahasiswa Trisakti merupakan sebagian kasus penempakan para mahasiswa
yang sedang berdemonstrasi oleh anggota polisi dan militer. Peristiwa trisakti dilatar belakangi
dari demonstrasi mahasiswa trisakti ketika Indonesia mengalami Krisis Finansial Asia tahun
1997 menuntut presiden Soeharto mundur dari jabatannya. Dikabarkan, peristiwa ini terdapat
puluhan mahasiswa mengalami luka-luka, sebagian meninggal dunia karena ditembak peluru
oleh anggota polisi dan militer.
5. Contoh Kasus Pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia) di Indonesia: Kasus
Pembunuhan

Munir

Said

Thalib

Munir Said Thalib merupakan aktivis HAM yang pernah menangani kasus-kasus pelanggaran
HAM. Munir lahir di Malang, 8 Desember 1965 dan meninggal 7 September 2004 di dalam
pesawat Garuda Indonesia dalam perjalanan menuju Amsterdam, Belanda. Banyak berita yang
bermunculan, bahwa Munir meninggal di bunung dalam pesawat, serangan jantung sampai
dengan diracuni. Namun, sebagian orang percaya bahwa Munir meninggal karena diracuni
dengan Arsenikum di makanan atau minuman saat dalam pesawat. Kasus yang sampai sekarang
diajukan ke Amnesty Internasional dan masih diproses. Di Tahun 2005, Seorang piot Garuda
yakni Pollycarpus Budihari Priyanto dijatuhi hukuman 14 Tahun penjara karena terbuktih
19

tersangka pembunuhan Munir yang sengaja menaruh Arsenik di makanan munir dan meninggal
di

pesawat.

6. Contoh Kasus Pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia) di Indonesia: Peristiwa Bom
Bali
Peristiwa bom bali terjadi karena aksi terorisme terbesar di Indonesia di tahun 2002. Bom
diledakkan di kawasan Legian Kuta oleh sekelompok jaringan teroris. Peledakan bom tersebut
memakan korban meninggal dunia sebanyak 202 orang baik turis asing hingga warga lokal yang
berada di sekitar lokasi. Akibat dari peristiwa ini, memicu tindakan terorisme dan membuat
panik

seluruh

warga

Indonesia.

7. Contoh Kasus Pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia) di Indonesia: Pembantaian


Rawagede
Pembantaian Rawagede merupakan pelanggaran HAM yang terjadi penembakan dan
pembunuhan penduduk kampung Rawagede (sekarang Desa Balongsari, Rawamerta, Karawang,
Jawa Barat) oleh tentara Belanda tanggal 9 Desember 1945 bersamaan dengan Agresi Militer
Belanda I. Akibatnya puluhan warga sipil terbunuh oleh tentara Belanda yang kebanyakan
dibunuh tanpa alasan yang jelas. Tanggal 14 September 2011, Pengadilan Den Haaq menyatakan
pemerintah Belanda bersalah dan harus bertanggung jawab dengan membayar ganti rugi kepada
para

keluarga

korban

pembantaian

Rawagede.

8. Contoh Kasus Pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia) di Indonesia: Penculikan Aktivis
Kasus penculikan aktivis dan penghilangan secara paksa para aktivis pro demokrasi. Terdapat 23
aktivis pro demokrasi diculik, disiksa dan menghilang, walaupun terdapat satu orang terbunuh, 9
aktivis dilepaskan dan 13 aktivis masih belum diketahui keberadaannya sampai sekarang.
Diyakini

bahwa

mereka

diculik

dan

disiksa

oleh

anggota

Militer.

9. Contoh Kasus Pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia) di Indonesia: Peristiwa 27 Juli
Peristiwa yang disebabkan dari pendukung Megawati Soekarno Putri yang menyerbu dan
mengambil alih kantor DPP PDI di Jakarta Pusat tanggal 27 Juli 1996. Massa mulai melempari
batu dan bentkrok ditambah lagi kepolisian dan anggota TNI dan ABRI datang bersama
20

pansernya. Kerusuhan tersebut meluas sampai ke jalan-jalan, massa mulai merusak bangunan
dan rambu-rambu lalu lintas. Dikabarkan bahwa lima orang meninggal dunia, terdapat puluhan
orang baik sipil maupun aparat mengalami luka-luka dan beberapa ditahan. Berdasarkan
KOMNAS

HAM

peristiwa

ini

terbukti

pelanggaran

HAM.

10. Contoh Kasus Pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia) di Indonesia: Pembantaian
Santa

Cruz

Kasus yang masuk dalam kasus pelanggaran HAM di Indonesia, yaitu pembantaian oleh militer
atau anggota TNI dengan menembak warga sipil di pemakaman Santa Cruz, Dili, di Timor-Timur
tanggal 12 November 1991. Kebanyakan warga sipil sedang menghadiri pemakanan rekannya di
pemakaman Santa Cruz ditembak anggota Militer Indonesia. Puluhan demonstran yang
kebanyakan mahasiswa dan warga sipil mengalami luka-luka dan sampai meninggal. Peristiwa
ini murni pembunuhan anggota TNI dan aksi menyatakan TImor-Timur keluar dari Negara
Kesatuan

Republik

Indonesia

(NKRI)

dan

membentuk

negara

sendiri.

11. Contoh Kasus Pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia) di Indonesia: Kasus Dukun
Santet

di

Banyuwangi

Peristiwa beserta pembunuhan yang terjadi tahun 1998 di banyuwangi yang saat itu tengah
hangat-hangatnya praktetk dukun santet didesa-desa mereka. Banyak warga sekitar yang
melakukan kerusuhan berupa penangkapan dan pembunuhan terhadap orang yang dituduh
sebagai dukun santet. Anggota TNi dan ABRI tidak tnggal diam dan menyelamatkan yang
dituduh

dukun

santet

yang

selamat

dari

amukan

warga.

12. Contoh Kasus Pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia) di Indonesia: Pelanggaran
HAM

berat

pada

peristiwa

G30

S:

Peristiwa G30S PKI merupakan peristiwa penculikan dan pembunuhan beberapa jenderal dan
perwira TNI pada malam hari tanggal 30 september sampai 1 oktober tahun 1965 oleh anggota
PKI (partai komunis indonesia). Terdapat jenderal yang berhasil meloloskan diri yaitu AH.
Nasution tetapi naas yang menjadi kroban adlaah seorang putrinya.

21

Contoh Kasus Pelanggaran HAM di Dunia Internasional


1. Contoh

Kasus

Pelanggaran

HAM

Internasional: Pelanggaran

(Hak

Asasi

Israel

Manusia)

dan

Dunia

Palestina

Israel merupakan wilayah yang terbentuk dari perkumpulan orang-orang Yahudi yang
mengungsi ke wilayah Palestina. Orang-orang yahudi diterima baik oleh banga
Palestina, namun kemudian membentuk sebuah negara bernama Israel. Israel sedikit
demi sekidt mulai memperluas wilayahnya dengan mengusir penduduk asli. Dengan
bantuan Amerika Serikat, Israel kini dapat menguasai sebagian besar dari wilayah
Palestina, sedangkan palestina kini hanya wilayah kecil yang terletak ditengah negara
Israel. Israel selalu melakukan penyerangan langsung terhadap Palestina. Terdapat
ribuan warga Palestina menjadi korban. Bahkan relawan yang membantu ikut menjadi
korban. Palestina kini berjuang untuk mendapatkan pengakuan PBB sebagai suatu
negara, namun diakuinya palestina tidak menghentingkan peperangan tersebut,
sampai-sampai banyak hukum internasional yang dilanggaran oleh Israel. namun
tidak
2. Contoh

ada
Kasus

ketegasan

Pelanggaran

HAM

Internasional: Kekejaman

(Hak

PBB.

Asasi

Manusia)

Rezim

Dunia

AdolfHitler

Adolf Hitler merupakan pimpinan partai NAZI yang memenangkan pemile Jerman.
Hitler dianggap orang paling kejam di eranya. Terdapat banyak kasus pelanggaran
HAM, sikap otoriternya membawa pada penangkapan dan pengasingan terhadap
sejumlah musuh politik yang menentang kebijakannya, melakukan pembunuhan
massal dan pengusiran bangsa Yahudi dari Jerman, pembantaian di Cekoslovakia dan
Austria untuk menduduki negara tersebut. Adolf Hitler merupakan satu tokoh pemicu
perang dunia ke II. Hitler ditemukan meninggal dunia dalam bungker bersama
Istrinya
3. Contoh

karena
Kasus

Pelanggaran

Internasional: Pelanggaran

HAM

bunuh
HAM
Uni

(Hak

diri.

Asasi

Soviet

Manusia)

kepada

Dunia

Afganistan

Dari tahun 1979-1990-an tentara Uni Soviet yang terpecah menjadi beberapa negara
melakukan penyerangan terus menerus kepada Afganistan. Terdapat 85.000 tentara
22

yang ditempatkan di Afganistan dengan alasan menjaga perdamaian, namun dilihat


dari kenyatannya, tentara tersebut menyerang siapapun yang terlihat mencurigakan.
Banyak orang yang menjadi korban dari intervensi tersebut baik itu dari kalangan
militer

ataupun

4. Contoh

Kasus

orang

Pelanggaran

Internasional: Pelanggaran

HAM

(Hak

sipil.

Asasi

HAM

Manusia)
di

Dunia
Mesir

Rezim Hosni Mubbarak yang berumur lebih empat dekade akhirnya harus terhenti di
tangan rakyat mesir sendiri. Selama berminggu-minggu terdapat ratusan warga yang
turun ke jalan dan menyerukan untuk menurunkan presiden Mesir. Hal yang dipicu
dari krisis ekonomi dan politik yang dialami Mesir. Presiden yang dianggap baik
karena memperhatikan rakyat kecil, namun karena sikap glamor dan otoriternya
membuat sebagian besar tidak menghendaki Mubbarak memimpin Mesir lagi.
Banyak korban yang berjatuhan untuk menghentikan demonstrasi mulai dari
menggunakan pasukan berkuda, menabrakkan mobil ke arah dan menembakkan
peluru tajam ke pengunjuk rasa. Namun akhirnya, wilayah-wilayah yang dikuasai
pemerintah dapat diambil alih oleh demonstran setelah militer membelot untuk
membelah oposisi dibanding Mubbarak. Tak lama Hosni Mubbarak terkepung oleh
ratusan warga Mesir dan bersembunyi di dalam selokan yang ditemukan warga dan
pada

akhirnya

meninggal

di

tangan

rakyat

yang

pernah

dipimpinnya.

Dalam kasus ini terdapat dua pelanggaran Hak asasi manusia, pertama pelanggaran
HAM oleh presiden Mesir sendiri yang kedua pelanggaran HAM yang dilakukan
rakat mesir karena tidak memberi Hosni Mubbarak untuk mempertanggung
jawabakkan kesalahan dan perbuatannya di hadapan hukum dengan menyiksa dan
membunuhnya.
5. Contoh

Kasus

Internasional: Krisis

Pelanggaran
Suriah

HAM

dibawah

(Hak

Asasi

Pimpinan

Manusia)

Bassar

Al

Dunia
Ashad

Beberapa warga suriah ingin mereformasi pemerintahan yang dianggap tidak berjalan
baik, hal ini seperti yang terjadi di mesir. Namun perjuangan rakyat sangat sulit dan
23

mustahil karena pemerintah benar-benar menguasai militer. Oposisi yang memimpin


aksipun kesulitan untuk melawan yang pada akhirnya terdesak dan keluar di pusat
kota. Kerusuhan tersebut menjadi sebuah perang saudara yang menelan korban jiwa
sekitar 60.000 jiwa warga suriah dan sekitar 500 warga asing yang meninggal dunia.
Selain

itu

pihak

pemerintah

sekitar

12.000

tentara

meninggal

dunia.

Perang saudara ini, membuat negara lain ikut berperang seperti turki yang kehilangan
2 pilot F-4 setelah pesawatnya ditembak. Kemudian Jordania yang merasakan
dampak perang dan mengancam menyerang suriah. Sampai sekarang krisis suriah
tengah berada dalam perbincangan bangsa Eropa dan Amerika yang mengusahakan
untuk menghentikan peperangan karena dianggap telah melanggara HAM rakyat
suriah.
2.3 Cara Mencegah Pelanggaran HAM
Adapun upaya penanganan kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia Di Indonesia
Adalah sebagai berikut :
1. Upaya Pencegahan Pelanggaran Hak Asasi Manusia
Mencegah lebih baik dari pada mengobati. Pernyataan itu tentunya sudah sering
kalian dengar. Pernyataan tersebut sangat relevan dalam proses penegakan HAM.
Tindakan terbaik dalam penegakan HAM adalah dengan mencegah timbulnya semua
faktor penyebab dari pelanggaran HAM. Apabila factor penyebabnya tidak muncul, maka
pelanggaran HAM pun dapat diminimalisir atau bahkan dihilangkan. Berikut ini tindakan
pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengatasi berbagai kasus pelanggaran HAM :
1)

Pendekatan keamanan yang terjadi di era Orde Baru dengan mengedepankan upaya
represif tidak boleh terulang kembali. Untuk itu, supremasi hukum dan demokrasi

2)

harus ditegakkan.
Pendekatan hukum dan pendekatan dialogis harus dikemukakan dalam rangka
melibatkan partisipasi masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Para
pejabat penegak hukum harus memenuhi kewajiban dengan memberikan pelayanan
yang baik dan adil kepada masyarakat, memberikan perlindungan kepada setiap
orang dari perbuatan melawan hukum, dan menghindari tindakan kekerasan yang
melawan hukum dalam rangka menegakkan hukum.

24

3)

Meningkatkan kualitas pelayanan publik untuk mencegah terjadinya berbagai

4)

bentuk pelanggaran HAM oleh pemerintah.


Perlu adanya social control (pengawasan dari masyarakat) dan pengawasan yang
dilakukan oleh lembaga-lembaga politik terhadap setiap upaya penegakan HAM
yang dilakukan oleh pemerintah. Diperlukan pula sikap proaktif DPR untuk turut
serta dalam upaya perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan HAM

5)

sesuai yang ditetapkan dalam Tap MPR No. XVII/MPR/1998.


Kaum perempuan berhak untuk menikmati dan mendapatkan perlindungan yang
sama di semua bidang. Anak-anak sebagai generasi muda penerus bangsa harus
mendapatkan manfaat dari semua jaminan HAM yang tersedia bagi orang dewasa.
Anak-anak harus diperlakukan dengan cara yang memajukan martabat dan harga
dirinya, yang memudahkan mereka berinteraksi dalam masyarakat. Anak-anak
harus mendapatkan perlindungan hukum dalam rangka menumbuhkan suasana fisik
dan psikologis yang memungkinkan mereka berkembang secara normal dan baik.
Untuk itu perlu dibuat aturan hukum yang memberikan perlindungan hak asasi

6)

anak.
Meningkatkan penyebarluasan prinsip-prinsip HAM kepada masyarakat melalui
lembaga pendidikan formal (sekolah/perguruan tinggi) maupun nonformal

7)
8)

(kegiatan-kegiatan keagamaan dan kursus-kursus).


Meningkatkan profesionalisme lembaga keamanan dan pertahanan negara.
Meningkatkan kerja sama yang harmonis antarkelompok atau golongan dalam
masyarakat agar mampu saling memahami dan menghormati keyakinan dan
pendapat masing-masing

2. Penanganan Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Pengadilan HAM


Kasus pelanggaran HAM akan senatiasa terjadi jika tidak secepatnya ditangani.
Negara yang tidak mau menangani kasus pelanggaran HAM yang terjadi di negaranya
akan disebut sebagai unwillingness state atau negara yang tidak mempunyai kemauan
menegakan HAM. Kasus pelanggaran HAM yang terjadi di negara tersebut akan
disidangkan oleh Mahkamah Internasional. Hal tersebut tentu saja menggambarkan
bahwa kedaulatan hukum negara tersebut lemah dan wibawa negara tersebut jatuh di
dalam pergaulan bangsa-bangsa yang beradab.
25

Sebagai negara hukum dan beradab, tentu saja Indonesia tidak mau disebut
sebagai unwillingness state. Indonesia selalu menangani sendiri kasus pelanggaran HAM
yang terjadi di negaranya tanpa bantuan dari Mahkamah Internasional. Contoh-contoh
kasus yang dikemukakan pada bagian sebelumnya merupakan bukti bahwa di negara kita
ada proses peradilan untuk menangani masalah HAM terutama yang sifatnya berat.
Sebelum berlakunya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2000 tentang
pengadilan HAM, kasus pelanggaran HAM diperiksa dan diselesaikan di pengadilan
HAM ad hoc yang dibentuk berdasarkan keputusan presiden dan berada di lingkungan
peradilan umum.
Setelah berlakunya undang-undang tersebut kasus pelanggaran HAM di Indonesia
ditangani dan diselesaikan melalui proses peradilan di Pengadilan HAM. Penyelesaian
kasus pelanggaran HAM berat di Indonesia dilakukan berdasarkan ketentuan yang
terdapat dalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2000 tentang
Pengadilan HAM. Berdasarkan undang-undang tersebut, proses persidangannya
berlandaskan pada ketentuan Hukum Acara Pidana. Proses penyidikan dan penangkapan
dilakukan oleh Jaksa Agung dengan disertai surat perintah dan alasan penangkapan,
kecuali tertangkap tangan.
Penahanan untuk pemeriksaan dalam sidang di Pengadilan HAM dapat dilakukan
paling lama 90 hari dan dapat diperpanjang paling lama 30 hari oleh pengadilan negeri
sesuai dengan daerah hukumnya. Penahanan di Pengadilan Tinggi dilakukan paling lama
60 hari dan dapat diperpanjang paling lama 30 hari. Penahanan di Mahkamah Agung
paling lama 60 hari dan dapat diperpanjang paling lama 30 hari. Adapun penyelidikan di
terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang berat dilakukan oleh Komnas HAM. Dalam
melakukan penyelidikan, Komnas HAM dapat membentuk Tim ad hoc yang terdiri dari
Komnas Ham dan unsur masyarakat. Hasil penyelidikan Komnas HAM yang berupa
laporan pelanggaran hak asasi manusia, diserahkan berkasnya kepada Jaksa Agung yang
bertugas sebagai penyidik. Jaksa Agung wajib menindak lanjuti laporan dari Komnas

26

Ham tersebut. Jaksa Agung sebagai penyidik dapat membentuk penyidik ad hoc yang
terdiri dari unsur pemerintah dan masyarakat.
Proses penuntutan perkara pelanggaran HAM berat dilakukan oleh Jaksa Agung.
Dalam pelaksanaan tugasnya, Jaksa Agung dapat mengangkat penuntut umum ad hoc
yang terdiri dari unsur pemerintah atau masyarakat. Setiap saat Komisi Nasional Hak
Asasi Manusia dapat keterangan secara tertulis kepada Jaksa Agung mengenai
perkembangan penyidikan dan penuntutan perkara pelanggaran hak asasi manusia yang
berat. Jaksa penuntut umum ad hoc sebelum melaksanakan tugasnya harus mengucapkan
sumpah atau janji. Selanjutnya, perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat
diperiksa dan diputuskan oleh Pengadilan HAM yang dilakukan oleh Majelis Hakim
Pengadilan HAM paling lama 180 hari setelah berkas perkara dilimpahkan dari penyidik
kepada Pengadilan HAM. Majelis Hakim Pengadilan HAM yang berjumlah lima orang
terdiri atas dua orang hakim pada Pengadilan HAM yang bersangkutan dan tiga orang
hakim ad hoc yang diketuai oleh hakim dari Pengadilan HAM yang bersangkutan.
Dalam hal perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat dimohonkan
banding ke Pengadilan Tinggi, maka perkara tersebut diperiksa dan diputus dalam waktu
paling lama 90 hari terhitung sejak perkara dilimpahkan ke Pengadilan Tinggi.
Pemeriksaan perkara pelanggaran HAM di Pengadilan Tinggi dilakukan oleh majelis
hakim yang terdiri atas dua orang hakim Pengadilan Tinggi yang bersangkutan dan
tigaorang hakim ad hoc. Kemudian, dalam hal perkara pelanggaran hak asasi manusia
yang berat dimohonkan kasasi ke Mahkamah Agung, perkara tersebut diperiksa dan
diputus dalam waktu paling lama 90 hari terhitung sejak perkara dilimpahkan ke
Mahkamah Agung. Pemeriksaan perkara pelanggaran HAM berat di Mahkamah Agung
dilakukan oleh majelis hakim terdiri atas dua orang Hakim Agung dan tiga orang hakim
ad hoc. Hakim ad hoc di Mahkamah Agung diangkat oleh Presiden selaku Kepala Negara
atas usulan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.
3.Perilaku yang Mendukung Upaya Penegakan HAM di Indonesia

27

Upaya penegakan HAM yang dilakukan oleh pemerintah tidak akan berhasil
tanpa didukung oleh sikap dan perilaku warga negaranya yang mencerminkan
perhormatan terhadap hak asasi manusia. Sebagai warga negara dari bangsa yang dan
negara yang beradab sudah sepantasnya sikap dan perilaku kita mencerminkan sosok
manusia beradab yang selalu menghormati keberadaan orang lain secara kaffah. Sikap
tersebut dapat kalian tampilkan dalam perilaku di lingkungan keluarga, sekolah,
masyarakat, bangsa, dan negara.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan kiprahnya.
Setiap individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi satu hal yang perlu
kita ingat bahwa Jangan pernah melanggar atau menindas HAM orang lain.
HAM setiap individu dibatasi oleh HAM orang lain. Dalam Islam, Islam sudah
lebih dulu memperhatikan HAM. Ajaran Islam tentang Islam dapat dijumpai dalam

28

sumber utama ajaran Islam itu yaitu Al-Quran dan Hadits yang merupakan sumber
ajaran normatif, juga terdapat dalam praktik kehidupan umat Islam.
Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi oleh perundangundangan RI, dimana setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh
seseorang, kelompok atau suatu instansi atau bahkan suatu Negara akan diadili dalam
pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh proses pengadilan melalui
hukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang pengadilan
HAM.
3.2 Saran
Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan memperjuangkan
HAM kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa menghormati dan menjaga HAM
orang lain jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM. Dan jangan sampai pula
HAM kita dilanggar dan dinjak-injak oleh orang lain.
Jadi dalam menjaga HAM kita harus mampu menyelaraskan dan mengimbangi
antara HAM kita dengan HAM orang lain.

DAFTAR PUSTAKA
1. http://anggunendras.blogspot.com/2012/03/undang-undang-yang-mengatur-hakasasi.html ( Jumat, 20 November 2015, 14:00 WIB )
2. http://oeebudhi.blogspot.co.id/2012/01/makalah-hak-asasi-manusia.html ( Jumat, 20
November 2015, 14:05 )
3. http://dqromario.blogspot.co.id/2012/03/makalah-hak-asasi-manusia.html ( Jumat, 20
November 2015, 14:15 )
4. http://www.artikelbagus.com/2012/02/ketentuan-hukum-atau-instrumen-ham.html
( Jumat, 20 November 2015, 14:25 )
5. http://www.smansax1-edu.com/2014/10/contoh-kasus-pelanggaran-ham-di.html ( Jumat,
20 November 2015, 14:35 )

29

6. http://www.komnasham.go.id/instrumen-ham-nasional/uu-no-39-tahun-1999-tentangham ( Jumat, 20 November 2015, 14:40 )


7. http://www.kompasiana.com/alamandaseptiararas/pelanggaran-hak-manusia-untukhidup_54f9839aa333112b058b5141 ( Jumat, 20 November 2015, 14:50 )
8. http://www.artikelsiana.com/2015/07/contoh-kasus-pelanggaran-ham-penyelesaian.html
( Jumat, 20 November 2015, 14:57 )
9. https://rosyiedrai.wordpress.com/makalah/upaya-pencegahan-pelanggaran-hak-asasimanusia-di-indonesia/ ( Jumat, 20 November 2015, 16:20 )
10. http://coretan-berkelas.blogspot.com/2014/10/upaya-penanganan-kasus-pelanggaranhak.html ( Jumat, 20 November 2015, 16:40 )
11. http://daviedan.blogspot.co.id/2013/01/makalah-ham.html ( Minggu, 22 November 2015,
12:55 )

30

You might also like