You are on page 1of 18

REFERAT

CONGENITAL TALIPES EQUINO-VARUS


(CTEV)

DISUSUN OLEH :
FAHADA INDI
( 1102007106 )

DOSEN PEMBIMBING : dr. GIRI MARSELA, Sp.OT

KEPANITERAAN KLINIK BEDAH


RS. TK II MOHAMMAD RIDWAN MEURAKSA KESDAM JAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
PERIODE 17 MARET 24 MEI 2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Congenital Talipes Equinovarus (CTEV) atau yang biasanya dikenal dengan nama club foot
merupakan suatu kelainan kongenital yang menyerang ekstremitas bagian bawah. Terdapatnya
kelainan pada kaki penderita club foot menyebabkan penderita mengalami kesulitan saat
berjalan, dikarenakan kaki yang mengalami plantarfleksi dan kaki depan dalam posisi adduksi. 1
Seluruh tumpuan berat badan penderita akan jatuh di posisi laretal dari kaki, yang menyebabkan
penderita kesakitan saat berjalan. CTEV lebih banyak mengenai laki-laki dibanding perempuan,
dengan tingkat insiden 1-2 : 1000 kelahiran di Eropa. Di Indonesia sendiri belum diketahui
secara pasti angka insidennya.2
Terdapat berbagai hipotesis yang ditemukan mengenai CTEV, namun hingga kini masih
belum diketahui secara pasti bagaimana CTEV tersebut terjadi. Salah satu teorinya mengatakan
terjadi perkembangan embrionik abnormal sehingga menyebabkan pembatasan gerakan kaki
bayi di dalam uterus.2 Pendekatan diagnosis melalui USG dan pencitraan dapat membantu dokter
untuk merencanakan penatalaksanaan dan hasil yang diharapkan dari penatalaksanaan tersebut.2
Diagnosis awal pada masa antenatal akan memunculkan masalah mengenai penghentian
kehamilan, sehingga diperlukan pengetahuan orang tua terhadap penatalaksanaan CTEV yang
menyeluruh, untuk itu kita sebagai dokter umum agar dapat memberikan KIE kepada ibu hamil
sehingga CTEV tersebut dapat dicegah lebih dini. Penatalaksanaan CTEV dapat berupa operasi
hingga konservatif.2 Operasi pada CTEV diakui tidak dapat menghasilkan kaki yang normal.
Berbagai penelitian telah dilakukan pada metode konservatif dan menunjukkan angka yang baik,
namun masih terdapat angka terjadinya kekambuhan dan memerlukan penanganan lebih lanjut.

1.2 Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka penulis mendapatkan beberapa tujuan yang dapat
dikelompokkan dalam tujuan umum dan tujuan khusus:
1.2.1 Tujuan Umum
Secara umum penulisan paper ini adalah untuk mengetahui apa yang dimaksud
dengan CTEV beserta tanda dan gejalanya mengingat CTEV sendiri adalah suatu
gangguan kongenital yang penyebabnya masih belum diketahui secara pasti
(idiopatik) . Hasil dari penulisan Student Project ini dimaksudkan untuk menambah
pengertian masyarakat mengenai CTEV dan dimaksudkan agar dapat dilakukan
penelitian lebih lanjut untuk mengetahui penyebab dari CTEV secara pasti sehingga
1.2.2

penceghannya dapat dimaksimalkan.


Tujuan Kusus
Sesuai dengan tujuan penulisan paper ini, maka secara khusus dimaksudkan untuk
mengetahui aspek-aspek mengenai CTEV yaitu sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui definisi, etiologi dan faktor risiko dari CTEV
2. Dapat mengetahui insiden kasus CTEV di beberapa daerah.
3. Dapat mengetahui patofisiologi dari CTEV
4. Mengetahui gambaran klinis serta cara menegakkan diagnosis dari CTEV.
5. Dapat mengetahui dan melakukan penatalaksanaan dari kasus CTEV

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi
Congenital talipes equinovarus (CTEV) atau yang biasa disebut dengan club foot adalah
kelainan pada perkembangan lower limb dimana CTEV diambil dari kata talus dan pes, tumit
terangkat seperti kuda (equino) dan mengalami endorotasi (varus).1,2 Posisi telapak kaki terbalik,
pergelangan kaki plantarflexi dan kaki depan dalam posisi aduksi. Terjadi kontraktur pada tendon
bagian medial kaki, pada kapsul sendi di pergelangan kaki, kaki belakang dan mid foot. Hal ini
akan menyebakan susahnya pasien untuk menapakkan kaki dan berat badan pasien akan
bertumpu pada bagian lateral dari kaki depan sehingga pasien akan mengalami kesakitan saat
berjalan.2,9
Belum diketahui secara pasti apa etiologi dari CTEV. Namun, etiologi CTEV dapat kita
kelompokkan dalam congenital, teratologic dan positional.3 Penyebab congenital biasanya hanya
terjadi sedikit kelainan. Jika penyebabnya teratologic itu dikarenakan oleh penyakit
neuromuskular.3 Sedangkan penyebab positional diakibatkan oleh posisi kaki bayi in utero.2
Selain itu ada beberapa teori juga yang dicetuskan mengenai penyebab dari CTEV, diantaranya
adalah vascular, vilar genetic, dan faktor dari lingkungan.1,2
Dalam suatu studi dinyatakan bahwa terjadinya delesi pada chromosome 2 (2q31-33) yang
mengatur apoptosis tumbuh kembang dihubungkan dengan terjadinya CTEV.3 Pada kembar
monozigot, jika salah satu kembaran mendapatkan CTEV maka saudara kembarnya memiliki
risiko 1 : 3 untuk menderita CTEV.2 Beberapa studi juga telah dilakukan apakah ada faktor
lingkungan yang terkait dengan CTEV. Salah studi yang dilakukan menyatakan bahwa ada
hubungan infeksi intrauterine enterovirus dengan penyakit ini.2,9

Insiden dan Epidemiologi


Di Eropa kasus CTEV terjadi lebih banyak pada pria dibanding wanita. CTEV terjadi 1-2
dalam 1000 kelahiran di Eropa.2 Saudara kandung dari pasien memiliki risiko 2% sampai 4%
terkena CTEV. Jika seorang anak dan anggota keluarga yang lain, atau kedua orang tuanya,
memiliki clubfoot, risiko pada anak yang lain meningkat sebesar 10% sampai 20%.2,3 Tetapi
risiko tersebut berkurang pada anak kedua dan ketiga.2 20% dari kasus, CTEV ini dikaitkan

dengan kelainan bawaan lainnya. Pemeriksaan yang komprehensif dari bayi diperlukan untuk
mendeteksi tanda-tanda fisik bahwa kondisi ini tidak idiopatik. 2 Sebuah studi di Australia
menemukan bahwa ada empat faktor signifikan yang terkait, yaitu ras aborigin, jenis kelamin
laki-laki, ibu dengan anemia dan ibu dengan hiperemesis.2,3

Etiologi
Penyebab utama CTEV tidak diketahui. Adanya berbagai macam teori penyebab terjadinnya
CTEV menggambarkan betapa sulitnya membedakan antara CTEV primer dengan CTEV
sekunder karena suatu proses adaptasi.6,9
Beberapa teori mengenai penyebab terjadinya CTEV :

Teori kromosomal, antara lain defek dari sel germinativum yang tidak dibuahi dan
muncul sebelum fertilisasi.
Teori embrionik, antara lain defek primer yang terjadi pada sel germinativum yang
dibuahi yang mengimplikasikan defek terjadi antara masa konsepsi dan minggu ke-12
kehamilan.
Teori otogenik, yaitu teori perkembangan yang terhambat, antara lain hambatan
temporer dari perkembangan yang terjadi pada atau sekitar minggu ke-7 sampai ke-8
gestasi. Pada masa ini terjadi suatu deformitas clubfoot yang jelas, namun bila hambatan
ini terjadi setelah minggu ke-9, terjadilah deformitas clubfoot yang ringan hingga sedang.
Teori hambatan perkembangan ini dihubungkan dengan perubahan pada faktor genetic
yang dikenal sebagai Cronon. Cronon ini memandu waktu yang tepat dari
modifikasi progresif setiap struktur tubuh semasa perkembangannya. Karenanya, clubfoot
terjadi karena elemen disruptif (lokal maupun umum) yang menyebabkan perubahan
faktor genetic (cronon).
Teori fetus, yakni blok mekanik pada perkembangan akibat intrauterine crowding.
Teori neurogenik, yakni defek primer pada jaringan neurogenik.
Teori amiogenik, bahwa defek primer terjadi di otot.10

Patofisiologi
CTEV dapat dihubungkan dengan adanya kelemahan pada persendian, dislokasi kongenital, serta
kurangnya beberapa tulang tarsal. CTEV ini dapat mempengaruhi satu atau kedua kaki
(bilateral). Terdapat beberapa teori yang dapat menjelaskan mengenai terjadinya CTEV ini , teori
tersebut antara lain :
1.

Hipotesis Posisi atau kekuatan mekanis

Dalam hipotesis ini dijelaskan bahwa pembatasan gerakan kaki janin di dalam uterus
dapat menyebabkan CTEV. Kelaian tersebut terjadi karena perkembangan embrionik
yang abnormal yaitu saat perkembangan kaki ke arah fleksi dan eversi pada bulan ke 7
kehamilan.2 Pertumbuhan yang abnormal tersebut dapat menimbulkan deformitas pada
kaki yang juga dipengaruhi karenan tekanan intrauterin. 1,3 Hipotesis ini juga
menjelaskan bahwa adanya oligohidroamnion pada kehamilan dapat menyebabkan
CTEV, hal itu karena dengan sedikitnya cairan amnion pada kehamilan menyebabkan
janin terjepit dan berakibat akhir pada kondisi kaki janin mengalami endorotasi yang
berbentuk varus.1,2,6
2.

Hipotesis Jaringan Ikat


Dijelaskan bahwa adanya kelainan jaringan ikat primer dapat menyebabkan CTEV.
Penderita yang mengalami CTEV mengalami pemanjangan pada ligamen di bawah
meleollus lateralis yaitu ligamentum calcaneofibularem sehingga sendi diantara tulangtulang tarsal tidak dapat bergerak dan tulang tulang pedis mengalami deformitas.1,2,6

3. Hipotesis Vaskular
Berdasarkan hipotesis vaskuler yang dikatakan bahwa terdapat pemblokan pada salah
satu cabang dari sistem vaskularisasi pada kaki dan hal ini merupakan hal yang paling
banyak terjadi pada masa kehidupan fetus yang dapat menurunkan infiltrasi lemak dan
jaringan fibrosa pada beberapa spesimen. Individu dengan CTEV memiliki pengecilan
otot gastrocnemius bagian ipsilateral yang mungkin berhubungan dengan penurunan
perfusi melalui arteri tibialis anterior pada masa perkembangan.2,6
4. Hipotesis Gangguan Perkembangan
Selama masa perkembangan normal pada ekstremitas yang berlangsung selama 9 sampai
38 minggu. Proses pembentukan tulang kaki diikuti dengan adanya osifikasi, sendi dan
pembentukan ligamen pada persendian yang diikuti dengan pemutaran ekstremitas ke
arah medial bagian distal.1 Proses rotasi ini yang membuat telapak kaki dapat ke posisi
plantar (posisi kaki normal). Namun pada CTEV rotasi tersebut tidak terjadi yang
menyebabkan kaki tersebut tetap berada membentuk posisi posisi telapak kaki terbalik,
pergelangan kaki plantar flexi dan kaki depan dalam posisi aduksi.2,6

Gambaran klinis

Pada kasus CTEV ditemukan adanya beberapa kelainan pada ekstemiats bawah , kelainan
tersebut antara lain :
1.

Pergelangan kaki berada dalam posisi ekuinus (telapak kaki terangkat) dan kaki berada
dalam posisi supinasi dan endorotasi (varus) dan aduksi. Jari kaki terlihat lebih pendek,
tulang navikular dan kuboid bergeser ke arah medial. Bagian medial kaki tampak
cembung dan bagian medial tampak cekung dengan adanya cekungan pada bagian medial
plantar kaki.2,3,10

2.

Terjadi kontraktur jaringan lunak plantar pedis bagian medial, tulang kalkaneus tak hanya
berada dalam posisi ekuinus tapi bagian anteriornya mengalami rotasi ke arah medial
disertai rotasi ke arah lateral pada bagian posteriornya. 1,2,10

3.

Tumit tampak kecil dan tertarik sehingga mengalami inversi, karena bagian lateral tidak
tertutup maka leher talus dapat dengan mudah diraba di sinus tarsalis. Maleolus medialis
menjadi sulit untuk diraba dan menempel pada tulang navikular karenan tidak tedapat
celah diantaranya. Sudut aksis bimaleolar menurun dari normal yaoti 85o menjadi 55o
karena adanya perputaran subtalar ke medial.1,4,6

4.

Terjadi atrofi pada gastrocnemius muscle (otot pembentuk betis). Kaki belakang tidak
dapat dieversikan dari posisi varus.1,6

5.

Pada gambaran radiologis ditemukan adanya kesejajaran tulang talus dan kalkaneus.2,6

Gambar : penderita bilateral CTEV

Diagnosis
CTEV dapat didiagnosis dengan menggunakan ultrasonography (USG) pada saat antenatal.
Studi baru-baru ini menemukan bahwa diagnosis CTEV dengan USG memiliki nilai prediksi
positif sebesar 83% dengan rata-rata positif palsu 17%.2 Studi lainnya menemukan rata-rata
positif palsu pada CTEV unilateral lebih tinggi sebesar 2% daripada bilateral (55%). 2 Bar Hava
et al mendeskripsikan deformitas yang bersifat transien pada awal minggu kehamilan
menunjukkan CTEV akibat late maturation atau tingginya flexibilitas pada fetal limb muscle.2
Pemindaian pada minggu ke 20-24 memungkinkan diagnosis yang lebih terpercaya daripada
yang diperiksa lebih awal.4
Diagnosis juga dapat ditegakkan dengan pencitraan. Pencitraan memiliki peran terbatas
namun dapat membantu dokter menentukan bagaimana pengobatan mereka bekerja dan menilai
hasil dari pengobatan tersebut. USG dan MRI dapat digunakan untuk pencitraan pada bagian
tulang yang tidak keras (non-ossified).2,7
Suatu studi menggunakan 3D MRI untuk mengukur volume total cartilagenous dan volume
pada ossifiec nuclei di kedua talus dan kalkaneus. Pengukuran ini ditemukan sedikit pada CTEV

daripada di kaki yang normal.2 Volume nukleus pada talus ditemukan 20% lebih kecil daripada
kaki yang terkena dan didapat ossifiec nucleus pada talus juga kalkaneus berada lebih maju
daripada kaki normal.2,8
Studi baru-baru ini yang menggunakan USG untuk mendeskripsikan perubahan
morfologis pada sendi talonavicular dan pada sendi calcacuboid pada dua kelompok anak-anak
dengan CTEV.2 Satu kelompok diobati dengan metode Ponseti dan yang lainnya dengan
Copenhagen regime. Tingkat anatomical correction yang sama ditemukan pada kedua grup,
namun didapat hasil yang lebih cepat dengan metode Ponseti.2,4
Pengobatan USG menegaskan bahwa tak adanya malformasi pada talus di ankle matise.
Displacement dari navicular dorsal diketahui telah terjadi sebanyak 6%-43% pada CTEV dan
terasosiasi dengan tingginya rata-rata untuk corrective surgery.5 Berbagai pencitraan yang
digunakan telah diikuti dengan pengobatan untuk merekam gerakan sendi. MRI dengan resolusi
tinggi digunakan untuk menegaskan penemuan penurunan gerakan secara umum pada tulang di
kaki bagian belakang setelah operasi.4,5 Tidak hanya pergerakan dari tulang pasien di kaki bagian
belakang mengalami pengurangan getaran namun terkadang mengarah ke arah berlawanan dari
normal.

Diagnosa Banding
Diagnosa CTEV sangat mudah karena bentuknya yang khas. Akan tetapi ada beberapa kelainan
yang secara anatomis menyerupainya. Sedangkan untuk memberi penanganan yang sesuai
dengan

kelainan

ini,

perlu

mengetahui

kelainan-kelainan

lain

yang

serupa

untuk

membedakannya. Beberapa diantaranya adalah:6,9,10


1. Absensi atau hipoplasia tibia kongenital
2. dislokasi pergelangan kaki kongenital
Pada keduanya, kaki tampak seperti clubfoot. Pemeriksaan yang perlu dilakukan untuk
menegakkan diagnosa adalah:

Palpasi secara teliti hubungan anatomik hindfoot dengan maleolus lateral dan
medial

Pemeriksaan radiografi.

3. Acquired type of clubfoot

Pada bayi baru lahir biasanya tipe ini mudah dibedakan dengan tipe kongenital, tetapi
pada anak yang lebih besar lebih sulit.
Biasanya sering terjadi karena penyakit paralitik karena itu disebut juga paralytic
clubfoot,

antara

lain:

myelomeningocele,

tumor

intraspinal,

diasmatomyelia,

poliomyelitis, atrofi muskular progresif tipe distal, cerebral palsy dan penyakit GuillainBarr. Pemeriksaan:

Periksa vertebra secara teliti untuk mencari abnormalitas

Muscle testing

Radiogram seluruh kolum vertebra

Nilai sistem neuromuskular dengan teliti untuk menyingkirkan penyakit paralitik

Pada poliomyelitis kaki teraba dingin dan biru, bukti paralisa (+)

Pada spina bifida terdapat gangguan sensasi dan perubahan trofi

Penatalaksanaan

Pengobatan

Selama 10 tahun terakhir, pengobatan pada CTEV tidak berubah. Menyebarnya teknik yang
dideskripsikan oleh Ponseti sangat mengejutkan terutama pada negara maju dan berkembang.
Pengobatan pada pasien CTEV dapat dilakukan dengan :
1. Operasi
Manajemen operasi untuk CTEV dibagi menjadi dua kelompok. Pendekatan A La Carte
dideskirpsikan oleh Benhasal et al, dimana kerangka hanya akan dilepas saat perbaikan
penuh telah diperoleh. Prosedur One-size fits allyang dipopulerkan oleh Turco dimana
kedua kaki menjalani operasi tidak tergantung daripada keparahannya masing-masing.
Bahkan bagi mereka yang menyarankan operasi setuju bahwa operasi tidak akan
menghasilkan kaki yang normal.2,8
2. Ponseti Regime
Ponseti regime mengikut sertakan casts pada lower limb dengan tehnik yang tegas. Casts
diganti setiap lima atau tujuh hari. Sesudah kaki diperbaiki, abduction foot orthosis harus
penuh digunakan selama 12 minggu, hingga berumur 4 tahun. Percutaneous tenotomy

dari tendon achiles dan pemindahan tendon tibialis anterior merupakan dasar dari
protokol.2 Tenotomy dari tendon achiles biasanya dilakukan sesudah sendi talonavicular
dikurangi, tapi saat hindfoot tetap pada eqiunus dan tidak terdapat tanda pembenaran
disebut

dengan

hindfoot

stall.4,5

Pemindahan

dari

tendon

tibialis

anterior

mengindikasikan terjadinya deformitas kambuhan yang berkembang pada anak-anak


diatas dua tahun setengah. Tenotomy dari tendon achiles merupakan langkah dasar dari
tehnik ponseti.4 Setelah bagian percutaneous diatas insersi calcaneal, tendon akan
bergabung dalam tiga minggu, yang telah ditunjukkan dengan USG. 5 Penggunaaan
tenotomy tidaklah universal namun semakin parah deformitas pada kaki, semakin besar
tenotomy diperlukan.
3. Banhasel/Dimeglio regime
Penekanan pada manajemen non-operatif merangsang keingintahuan dari Perancis.
Diperlukan manipulasi haran pada kaki neonatus oleh fisioterapis ahli dan imobilisasi
sementara dengan taping elastik dan non-elastik.2,4 Sebagian besar dari kemajuan terjadi
saat tiga bulan pertama. Apabila sukses, maka program dilanjutkan dan dilakukan setiap
hari oleh orang tua hingga anak berjalan. Hasil penelitian dengan metode ini
menunjukkan 42% tidak memerlukan operasi, 9% memerlukan tenotomy tendon achiles,
29%

memerlukan

posterior

release,

ddan

20%

memerlukan

komprehensive

posteromedial release.2,8
4. Metode Lizarov
Kekambuhan dari deformitas CTEV tetap menjadi problem yang kompleks. Tehnik
Lizarov menggunakan gradual distraction dan pembenaran deformitas dengan
pembungkus eksternal yang telah dideskripsikan sebagai pengobatan alternatif pada
kasus CTEV yang kambuh atau resisten.2,7

Non-Operative :

Pertumbuhan yang cepat selama periode infant memungkinkan untuk penanganan


remodelling. Penanganan dimulai saat kelainan didapatkan dan terdiri dari tiga
tahapan yaitu : koreksi dari deformitas, mempertahankan koreksi sampai
keseimbangan otot normal tercapai, observasi dan follow up untuk mencegah
kembalinya deformitas.

Koreksi dari CTEV adalah dengan manipulasi dan aplikasi dari serial cast yang
dimulai dari sejak lahir dan dilanjutkan sampai tujuan koreksi tercapai. Koreksi
ini ditunjang juga dengan latihan stretching dari struktur sisi medial kaki dan
latihan kontraksi dari struktur yang lemah pada sisi lateral.

Manipulasi dan pemakaian cast ini diulangi secara teratur (dari beberapa hari
sampai 1-2 bulan dengan interval 1-2 bulan) untuk mengakomodir pertumbuhan
yang cepat pada periode ini.

Jika manipulasi ini tidak efektif, dilakukan koreksi bedah untuk memperbaiki
struktur yang berlebihan, memperpanjang atau transplant tendon. Kemudian
ektremitas tersebut akan di cast sampai tujuan koreksi tercapai. Serial Plastering
(manipulasi pemasangan gibs serial yang diganti tiap minggu, selama 6-12
minggu). Setelah itu dialakukan koreksi dengan menggunakan sepatu khusus,
sampai anak berumur 16 tahun.

Perawatan pada anak dengan koreksi non bedah sama dengan perawatan pada
anak dengan anak dengan penggunaan cast. Anak memerlukan waktu yang
lama pada koreksi ini, sehingga perawatan harus meliputi tujuan jangka panjang
dan tujuan jangka pendek. Observasi kulit dan sirkulasi merupakan bagian
penting pada pemakaian cast. Orangtua juga harus mendapatkan informasi yang
cukup tentang diagnosis, penanganan yang lama dan pentingnya penggantian
cast secara teratur untuk menunjang penyembuhan.

Perawatan cast (termasuk observasi terhadap komplikasi), dan menganjurkan


orangtua untuk memfasilitasi tumbuh kembang normal pada anak walaupun ada
batasan karena deformitas atau therapi yang lama.

Perawatan cast meliputi :


- Biarkan cast terbuka sampai kering
- Posisi ektremitas yang dibalut pada posisi elevasi dengan diganjal bantal pada
hari pertama atau sesuai intruksi
- Observasi ekteremitas untuk melihat adanya bengkak, perubahan warna kulit
dan laporkan bila ada perubahan yang abnormal
- Cek pergerakan dan sensasi pada ektremitas secara teratur, observasi adanya rasa
nyeri

- Batasi aktivitas berat pada hari-hari pertama tetapi anjurkan untuk melatih otototot secara ringan, gerakkan sendi diatas dan dibawah cast secara teratur.
- Istirahat yang lebih banyak pada hari-hari pertama untuk mencegah trauma
- Jangan biarkan anak memasukkan sesuatu ke dalam cast, jauhkan benda-benda
kecil yang bisa dimasukkan ke dalam cast oleh anak
- Rasa gatal dapat dukurangi dengan ice pack, amati integritas kulit pada tepi cast
dan kolaborasikan bila gatal-gatal semakin berat
- Cast sebaiknya dijauhkan dari dengan air.7,8

CAST PADA CTEV (POSENTI TRETMENT)

Traditional manipulation and casting methods fail, as they do not allow the free rotation of
the calcaneum and the talus

Ilizarov distraction for arthrogrypotic clubfoot.

Pencegahan

Beberapa kelainan bawaan seperti CTEV ini sulit untuk dicegah namun ada beberapa hal yang
dapat digunakan untuk mengurangi risiko terjadinya kelainan bawaan seperti :
1.

Tidak merokok dan menghindari asap rokok

2.

Menghindari alkohol dan obat terlarang : hal ini kerana obat terlarang bersifat teratogenik
yaitu dapat menimbulkan kecacatan pada janin. Gangguan tersebut terjadi pada saat
organogenesis pada trimester pertama. Kerana bahan teratogenik tersebut maka sel tidak
dapat tumbuh dan berkembang degan baik yang menimbulkan kecacatan fisik pada bayi. 4

3.

Menjalani vaksinasi sebagai perlindungan terhadap infeksi yang mungkin dapat


ditularkan kepada calon bayi : hal ini dilakukan untuk mencegah infeksi TORCH pada
ibu hamil yang dapat menyebabkan kecacatan pada bayi.5

4.

Melakukan pemeriksaan prenatal secara rutin : dilakukan untuk mengetahi lebih dini
apabila terjadi kelainan bawaan pada bayi, sehingga pengobatan dapat dilakukan segera
mungkin dan komplikasi CTEV yang mungkin terjadi saat bayi dilahirkan dapat
dikurangi.2

5.

Makan makanan bergisi dan konsumsi vitamin yang cukup saat hamil : dilakukan untuk
mengoptimalkan proses organogenesis pada janin mengingat proses tersebut memerlukan
beberapa zat penting seperti vitamin dan asam folat. Namun dianjurkan juga pada ibu
hamil untuk tidak mengkonsumsi sayuran mentah untuk mencegah infeksi seperti
TORCH.7

Komplikasi

Infeksi jarang
Kekakuan dan keterbatasan gerak : adanya kekakuan yang muncul diawal

berhubungan dengan hasil yang kurang baik.


Nekrosis avaskular Talus : sekitar 40% kejadian nekrosis avaskular talus muncul
pada tehnik kombinasi pelepasan medial dan lateralis.

Dapat terjadi overkoreksi yang dikarenakan :

Pelepasan ligament interoseus dari persendian Subtalus.


Perpindahan tulang navikular yang berlebihan ke arah lateral.
Adanya perpanjangan Tendon.2,7,8

Prognosis

Kurang lebih 50% dari kasus CTEV pada bayi baru lahir dapat dikoreksi dengan
tindakan operatif. Dr. Ponseti melaporkan tingkat kesuksesan sebesar 89% dangan
menggunakan tehniknya (termasuk dengan tenotomi tendon Achilles). Peneliti
lain melaporkan rerata tingkat kesuksesan sebesar 10-35%. Sebagian besar kasus
melaporkan tingkat kepuasan setinggi 75-90%, baik dari segi penampilan maupun

fungsi kaki.
Hasil yang didapatkan pada kurang lebih 81% kasus. Factor utama yang
mempengaruhi hasil fungsional adalah rentang gerakan pergerakan kaki, dimana
hal tersebut dipengaruhi oleh derajat pendataran kubah dari tulang talus. 38 %
dari pasien membutuhkan tindakan operatif lebih lanjut (hampir 2/3 nya adalah

prosedur pembentukan ulang tulang).


Rerata tingkat kekambuhan deformitas mencapai 25%, dengan rentang antara 1050%.
Hasil terbaik didapatkan pada anak- anak yang dioperasi pada usia lebih dari 3
bulan (biasanya dengan ukuran lebih dari 8cm).2,10

Posteromedial release for clubfoot.

Never forcibly evert or pronate the foot during clubfoot casting (A), Spontaneous
correction of the hind foot varus by abducting the forefoot and allowing
the calcaneum to freely rotate under the talus (B)

Komplikasi dari manipulasi dan terapi : Rockerbottom foot.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari penjabaran di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. CTEV merupakan suatu gangguan kongenital dimana posisi telapak kaki terbalik,
pergelangan kaki plantarflexi dan kaki depan dalam posisi aduksi yang penyebabnya
dapat dikelompokkan menjadi congenital, teratologic dan positional.
2. Insidensi dari CTEV terjadi 1-2 dalam 1000 kelahiran di Eropa. Saudara kandung dari
pasien memiliki risiko 2% sampai 4% terkena CTEV.
3. Terjadinya CTEV dapat dijelaskan dengan beberapa hipotesis yang dikemukakakan oleh
beberapa ahli seperti hipotesis vaskular, hipotesis jaringan ikat, hipotesis dorongan
sistem saraf dan beberapa hipotesis lain yang turt mendukung terjadinya CTEV.
4.

Gambaran klinis dari CTEV dapat dilihat dengan Pergelangan kaki berada dalam posisi
ekuinus dan kaki berada dalam posisi supinasi (varus) dan aduksi dan juga terjadi
kontraktur jaringan lunak plantar pedis bagian medial.

5.

Diagnosis dapat ditegakkan dengan melihat gambaran klinis yang khas pada pasien
CTEV dan juga dengan beberapa pemeriksaan penunjang lain seperti USG dan MRI.

6. Pengobatan yang dapat dilakukan adalah dengan operasi dan menggunakan terapi
rehabilitatif.
7. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pemeriksaan prenatal
secara rutin dan mengkonsumsi makanan yang berimbang yang dikombinasikan dengan
beberapa vitamin. Selain itu vaksinasi juga dapat dilakukan untuk mencegah infeksi
TORCH.

DAFTAR PUSTAKA
1. Standring, Susan; Neil R Borley; Patricia Collins, et all. 2009. Chapter 85 Development
of The Pelvic Girdle and Lower Limb. Grays Anatomy. London: Churchill Livingstone
Elesevier. Page 1463-1464.
2. Miedzybrodzka,Z. 2003. Congenital Talipes Equinovarus (Clubfoot): a Disorder of The
Foot Not the Hand. Available from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1571059/pdf/joa0202-0037.pdf Accessed
on 29th March 2013.
3. Siapkara, A; R Duncan. 2007. Congenital Talipes Equinovarus A Review of Curent
Management. Available from http://www.bjj.boneandjoint.org.uk/content/89B/8/995.long Accessed on 1st April 2013.
4. Moore, Keith L; Arthur F Dalley; Anne M R Agur. 2010. Chapter 5 Clubfoot (Talipes
equinovarus). Clinically Oriented Anatomy.Philadelphia:Wolters Kluwer. Page 668.
5. Kliegman, M Robert; Hal B Jenson; Richard E Behrman, et all. 2007. Chapter 673
Talipes Equinovarus (Clubfoot). Nelson Textbook of Pediatrics.USA: Saunders Elsevier.
Page 2777-2778.
6. Patel, M. 2007. Clubfoot. www.emedicine.com
7. Harris, E. 2008. Key Insight To Treating Talipes Equinovarus. www.Podiatry.com
8. Kler, J. et. Al. 2005 Treatment Methods of Congenital Talipes Equinovarus in Infancy
and Early Childhood. www.jbjs.com
9. Nordin, S. 2002. Controvercies In Congenital Clubfoot : Literature Review.
www.mjm.com
10. Pirani, S. 2008. A Relible & Valid Method of Assesing the Amount of Deformity in The
Congenital Clubfoot Deformity. www.ubc.com

You might also like