Professional Documents
Culture Documents
Mata Kuliah:
POLITIK HUKUM DAN KEBIJAKAN
KESEHATAN
Dosen Pengasuh:
Dr.H.IDHAM.,SH.,M.Kn
PROGRAM MAGISTER KESEHATAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2014
NO
PELAKSANAA
N
ok
1.
2.
3.
4.
Tdk ok
5.
Daftar Bacaan:
1. Johermansyah Djohan, Kebijakan Otonomi Daerah 1999, Jakarta, Yasrif Watampoene 2003;
2. Idham , Paradigma Pembentukan Undang-undang, Yogyakarta, Mitra Kebijakan Tanah di
Indonesia 2005;
3. M.Solly Lubis, Sistem Nasional Sebuah Pengantar, Studi Dengan Pendekatan Sistem dan
Pandangan
Konseptual Strategis, Medan, USU Pers 1998;
4. ---------------, Serba-serbi Politik dan Hukum, Bandung, Mandar Maju 1989;
5. ---------------, Dimensi-dimensi Manajemen Pembangunan, Bandung, Mandar Maju 1996;
6. ---------------, Politik dan Hukum di Era Reformasi, Bandung, Mandar Maju 2000;
7. ---------------, Sistem Nasional, Bandung, Mandar Maju 2002;
8. Kuntara Magnar, Pokok-Pokok Pemerintah Daerah Otonom dan Wilayah Administratif,
Bandung, ARMICO
1994;
9. Hessel Nogi S, Tangkilisan, Implementasi Kebijakan Publik, Yogyakarta, Yayasan Pembaruan
Administrasi Publik Indonesia-2003;
10. H.Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kebijakan dan Evaluation Research Integrasi
Penelitian, Kebijakan dan Perencanaan, Yogyakarta, Rake Sarasin-2003;
11. ................., Filsafat Ilmu Positivisme, PostPositivisme, dan PostModernisme, Yogyakarta,
Rake Sarasin-2001;
11. Propenas 2000-2004,Jakarta,Sinar Grafika-2003;
12. Mahmud Thoha,Globalisasi, Krisis Ekonomi dan Kebangkitan Ekonomi Kerakyatan, Jakarta,
Pusta Quantum-2002;
13. Ahmad Yani, Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia,
Jakarta, RajaGrafindo Persada-2002;
14. Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta,UI-PRESS-1986;
15. L.J. van Apeldoorn,Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta,Pradnya Paramita-2001;
16. Nota Keuangan dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2008.
1.4
1.
2.
Kebijakan kesehatan yang merupakan subsistem bidang kehidupan sosial dan budaya,
wajib dilaksanakan dengan menggunakan
pendekatan sistem. Artinya kebijakan kesehatan
itu tidak boleh dilaksanakan secara parsial,
menyimpang dan tidak terintegrasi dalam
melaksanakan kebijakan di bidang kehidupan
sosial dan budaya di Indonesia.
Demikian pula dalam ruang lingkup yang lebih
luas kebijakan kesehatan itu wajib pula
terintegrasi dalam bingkai SISNAS yang meliputi
bidang idiologi dan politik, ekonomi dan
pertahanan
keamanan,
dengan
tetap
menggunakan pendekatan sistem (aproach
system).
Dengan menelisik acuan mendasar tentang paradigma kebijakan kesehatan Indonesia sebagai
mana termaktub dalam alinea keempat pembukaan UUD NRI Tahun 45 tersebut, maka dalam
menjalankan kebijakan publik dibidang kesehatan di Indonesia, pelaksanaannya wajib
menderivasi dari segala ketentuan yang telah diamantkan secara tegas dalam alinea keempat
pembukaan UUD NRI Tahun 1945 sebagaimana dimaksud.
Pendekatan yang digunakan dalam menjalankan kebijakan publik dibidang kesehatan itu, wajib
pula dilaksanakan dengan mengendapankan prinsip pendekatan sistem. Dan seluruh
rangkaian kebijakan kesehatan itu wajib teranyam menyatu dan terintegrasi dalam SISNAS di
Indonesia.
Terkait dengan hal ini isue global yang tertuang dalam MDGs (Millenium Devoplepment Goals)
yang menghangat saat ini, sebenarnya bagi Indonesia hal itu bukanlah merupakan hal yang
baru, tetapi dalam pendekatan analisis paradigmatik konstitusional hal itu sudah diamanatkan
dalam pembukaan UUD NRI Tahun 1945. rincian MDGs sebagaimana dimaksud dapat
dikristalisasi delapan butir kebijakan yaitu:
1.Upaya pengentasan kemiskinan dan kelaparan yang ekstrim, targetnya untuk tahun 2015
adalah mengurangi setengah dari penduduk dunia yang berpenghasilan kurang dari satu dollar
AS sehari dan mengurangi ancaman kelaparan;
2.Pemerataan pendidikan dasar; targetnya untuk tahun 2015, memastikan bahwa setiap anak,
baik laki-laki maupun perempuan wajib mendapatkan dan menyelesaikan tahap pendidikan
dasar;
3.Mendukung adanya persamaan gender dan pemberdayaan perempuan, targetnya 2005
2015 mengurangi perbedaan dan diskriminasi gender dalam pendidikan dasar dan menengah
terutama untuk tahun 2005, dan untuk semua tingkatan tahun 2015;
4.Mengurangi tingkat kematian anak, targetnya Tahun 2015 mengurangi dua pertiga tingkat
kematian anak-anak usia dibawah 5 tahun;
5.Meningkatkan kesehatan Ibu, targetnya Tahun 2015 mengurangi dua pertiga rasio kematian
Ibu dalam proses melahirkan;
6. Perlawanan terhadap HIV/AIDS, malaria, dan penyakit lainnya, target 2015; menghentikan dan
memulai pencegahan penyebaran HIV/AIDS, Malaria dan penyakit lainnya;
7. Mencamin daya dukung lingkungan hidup. Sasaran targetnya ada 3, yaitu:
a. Mengintegrasikan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan dalam kebijakan setiap
negara dan program serta mengurangi hilangnya sumber daya lingkungan;
b. Pada tahun 2015 mendatang diharapkan mengurangi setengah dari jumlah orang yang tidak
memiliki akses air minum yang sehat;
c. Pada tahun 2020 mendatang diharapkan dapat mencapai pengembangan yang signifikan dalam
kehidupan untuk sedikitnya seratus juta orang yang tinggal didaerah kumuh.
8. Mengembangkan kemitraan global untuk kegiatan pembangunan. Sasaran targetnya ada 7 yaitu:
a. Mengembangkan lebih jauh lagi perdagangan terbuka dan sistem keuangan yang berdasarkan
aturan, dapat diterka dan tidak ada diskriminasi. Termasuk komitmen terhadap pemerintahan
yang baik, pembangunan dan pengurangan tingkat kemiskinan secara Nasional dan
International;
b. Membantu kebutuhan-kebutuhan khusus bagi negara-negara kurang berkembang dan kebutuhan
khusus terhadap negara-negara terpencil dan negara kepulauan kepelauan kecil. Hal ini
termasuk pembebasan tarif dan kuota untuk eksport mereka, meningkatkan pembebasan
hutang untuk negara miskin yang berhutang besar; pembatalan hutang bilateral resmi; dan
penambahan bantuan pembangunan resmi untuk negara yang berkomitmen mengurangi
kemiskinan;
c. Secara komprehensif mengusahakan persetujuan mengenai masalah utang negara-negara
berkembang;
d. Menghadapi secara komprehensif dengan negara berkembang terhadap masalah hutang melalui
pertimbangan nasional dan international untuk membuat hutang lebih dapat ditanggung dalam
jangka panjang;
e. Mengembangkan usaha produktif yang layak dijalankan untuk kaum muda;
f. Mengembangkan kerjasama dengan pihak pharmaceutical, untuk menyediakan akses obat
penting yang terjangkau dalam negara berkembang;
g. Mengembangkan kerjasama dengan pihak swasta, membangun terciptanya penyerapan
keuntungan dari teknologi-teknologi baru terutama teknologi informasi dan komunikasi.
3.3.
Ada tiga pilar program penting yang wajib dilaksanakan oleh pemerintah
kesehatan,
yaitu pengentasan
pengurangan pengangguran
4.2. dibidang
Porsi Ideal
Anggaran
Bidang kemiskinan,
Kesehatan
dan pemenuhan sarana dan prasarana alat kesehatan serta penyiapan tenaga
kesehatan yang profesional dan handal tersebar merata diseluruh pelosok NKRI.
Untuk melaksanakan kebijakan kesehatan sebagaimana dimaksud sangat
diperlukan dukungan anggaran belanja modal/belanja publik dalam APBN dan
APBD yang ideal, berkeseimbangan dan berkeadilan.
Dengan melihat kenyataan emperik dilapangan bahwa masalah kemiskinan,
pengangguran dan penyediaan ALKES dimaksud sangat memprihatinkan, maka
perlu adanya terobosan keputusan politik untuk mengalokasikan anggran belanja
modal /belanja publik yang memadai.
Porsi ideal anggaran untuk bidang kesehatan untuk di alokasikan didalam APBN
maupun APBD kisarannya antara 5% -10% dari total APBN dan APBD. Saat ini di
Indonesia anggaran bidang kesehatan untuk; Tahun 2010 sebesar 2,1%; tahun
2011 sebesar 2.6%. Padahal standar WHO anggaran bidang kesehatan itu
minimal 5% dari APBN. Dengan kondisi seperti itu Indonesia menempati ringking
ke enam WHO dari isis penyediaan dukungan anggran di bidang kesehatan.
Penyediaan anggaran yang cukup untuk bidang kesehatan itu memang bagi
Indonesia sudah merupakan suatu keniscayaan, karena Indonesia dalam
melaksanakan kebijakan kesehatan dalam pendekatan praktis operasional juga
wajib melaksanakan program MDGs ( Mellenium Development Goals)
5.3.
Minimal ada tiga aspek yang harus diperhatikan guna memformat kebijakan
kesehatan
Indonesia, yaitu
:
FormatdiKebijakan
Bidang
Kesehatan
a.Aspek perencanaan; Dalam aspek ini segala kebijakan publik di bidang kesehatan
wajib berpedoman kepada rencana tata ruang yang telah ditetapkan oleh
pemerintah Kabupaten / Kota setempat. Sebagai contoh, ketika suatu pemerintah
Kabupaten Kota ingin membangun fasilitas kesehatan dan rumah sakit, pemilihan
lokasi pembangunannya wajib mempedomani tata letak / lokasi yang telah
ditetapkan dalam Perda Tata Ruang Kabupaten/ Kota;
b.Aspek pelaksanaan; Pelaksanaan kebijakan di bidang kesehatan itu, wajib
memberikan jaminan kepada seluruh masyarakat untuk mampu menciptakan
manusia hidup menjadi sehat bukan sebaliknya. Oleh karena itu dalam
operasionalnya seluruh infrastruktur suprastruktur layanan di bidang kesehatan
harus disiapkan secara profesional dan handal untuk melayani kebutuhan
masyarakat di bidang kesehatan. Contoh hal ini dapat dikemukan bahwa sampai
saat ini Undang-undang tentang Keperawatan di Indonesia belum ada. Berdasarkan
hasil konfirmasi di Badan Legislasi DPR RI saat ini sedang diproses dalam Program
Legislasi Nasional (PROLEGNAS), berdasarkan kajian Naskah Akademik (NA) yang
diajukan oleh pemerintah Qq. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
c. Aspek pengawasan; Kegiatan pengawasan penting dilaksanakan agar pelayanan
di bidang kesehatan mutunya dapat terjamin dan memberikan kepuasaan bagi
seluruh masyarakat. Agar efektif dalam pelaksanaannya kegiatan pengawasan wajib
menggunakan pendekatan partisipatip seluruh masyarakat, dengan menggunakan
pendekatan budaya dan kearifan lokal yang hidup dan berkembang dalam strata
sosial kehidupan masyarakat.