You are on page 1of 10

Basic Seismic Interpretation

Seismik Stratigraf

GEOLOGI - B
Aloysius Davin
270110120158

Seismik stratigrafi merupakan penafsiran stratigrafi dari data seismik,


untuk mempelajari pola pengendapan sedimen(Vail & Mitchum, 1977).
Dalam hal ini, konsep geologi, dapat diterapkan secara langsung pada
viusalisasi data refleksi seismik, karena refleksi seismik terjadi akibat
adanya perbedaan impedansi akustik dari permukaan batuan, yang
merupakan permukaan lapisan dan atau bidang ketidakselarasan(bidang
diskontinuitas).
Bidang permukaan lapisan tersebut mewakili suatu ruang waktu minimal
atau suatu hiatus kecil, sehingga untuk keperluan praktis dapat dianggap
sebagai permukaan waktu/isokron, dengan demikian penarikan horison
seismik pada penampang seismik adalah merupakan bidang kesamaan
waktu. (Koesoemadinata, 1996).
Interpretasi

seismik

stratigrafi

dilakukan

dengan

mengelompokkan

refleksi-refleksi seismik, menjadi paket-paket(unit) yang berhubungan


secara kronostratigrafi.
Prosedur interpretasi stratigrafi seismik menurut Brown(1994) meliputi:
1.
2.
3.
4.

Analisa sikuen seismik


Analisa fasies seismik
Analisa karakter refleksi
Interpretasi geologi

Karakter

unit

dilakukannya

dari

rekaman

penerapan

fisik

seismik

langsung

konsep

refleksi

memungkinkan

geologi

berdasarkan

kenampakan fisik stratigrafi dari rekaman tersebut. Refleksi primer


gelombang seismik terjadi akibat perbedaan impedansi akustik(kecepatan
gelombang

densitas)

dari

diskontinuitas/ketidakselarasan.

permukaan
Karena

batuan

semua

dan

lapisan

atau
batuan

bidang
yang

terletak di bawahnya, maka penampang seismik merupakan rekaman


kronostratigrafi dari pola struktur dan pola pengendapan, dan bukan
merupakan rekaman litostratigrafi.

Tipe hubungan antara refleksi-refleksi seismik dengan garis-garis waktu


geologi yang diidentifikasi pada suatu penampang seismik:

Refleksi-refleksi seismik yang mengikuti garis-garis waktu geologi


yang selaras dan dapat menjadi plus atau minus dari setengah

panjang gelombang. (Peak & Trough)


Refleksi-refleksi seismik yang kurang baik kenampakannya yang
disebabkan oleh fluid interface dan adanya pergantian diagenesa
tertentu yang juga mengikuti permukaan-permukaan diachronus

terhadap waktu geologi.


Refleksi-refleksi seismik, terutama dihasilkan oleh permukaanpermukaan

lapisan

dan

batas

bawah

suatu

lapisan

seperti

ketidakselarasan dan permukaan down-lap, cara mengamati dengan


mencocokkan

kontras

velocity-density

yang

disebabkan

oleh

refleksi-refleksi yang saling berhubungan.


Sikuen seismik adalah sikuen pengendapan yang diidentifikasikan dari
penampang refleksi seismik. Ini merupakan urutan yang relatif selaras
dari refleksi seismik yang secara genetik berhubungan. Urutan ini dibatasi
di bagian atas dan bawahnya oleh bidang ketidakselarasan atau korelasi
bidang selarasnya(Mitchum dkk, 1977).
Tujuan dari analisa sikuen seismik adalah untuk menginterpretasikan
sikuen-sikuen pengendapan dan sistem track pada penampang seismik,
dengan cara mengindentifikasikan batas bawah suatu lapisan berdasarkan
tanda-tanda dari terminasi pola refleksi.
Permukaan yang dipilih untuk menentukan batas sikuen adalah strata
discontinuity

yang

diperlihatkan

dari

terminasi

pola

refleksi

seismik(Possamentier & Allen, 1999).


Kriteria utama untuk pengenalan batas sikuen dari data refleksi seismik
adalah terminasi pola refleksi. Batas-batas sikuen dicirikan oleh regional
on-lap dan truncation. Kontras impedansi akustik antara lapisan di atas
dan di bawah suatu permukaan kronostratigrafi akan mempengaruhi
ekspresi refleksi seismik.
Ada dua bentuk pola terminasi refleksi:

Pola yang terdapat di atas bidang ketidakselarasan berupa on-lap

dan down-lap
Pola yang terdapat di bawah bidang ketidakselarasan: truncation,
top-lap, dan apperant truncation,

Pembagian jenis diskordansi didasarkan pada pembagian terminasi


lapisan terhadap batas sikuen menurut Mitchum dkk(1997), Allen(1999)
adalah sebagai berikut:
1. Lap out: Terminasi secara lateral, lapisan pada batas pengendapan
aslinya
2. Truncation: Terminasi lateral lapisan, akibat terpotong dari batas
pengendapan aslinya
3. Base-lap: Istilah hubungan base dengan lapisan di atasnya dalam
bentuk

menyudut(diskordan),

dasar/penyangga

pada

batas,

atau

base-lap

bagian

bawah

adalah
suatu

lapisan
urutan

pengendapan.
4. Umum digunakan apabila on-lap tidak dapat dibedakan dengan
down-lap,

terutama

disebabkan

oleh

deformasi

setelah

pengendapan.
5. On-lap: Terminasi pola perlapisan, yang lebih muda ke atas
kemiringan, pada pola perlapisan yang lebih tua, yang kedudukan
mulanya miring.
6. Marine on-lap: terminasi progresif strata marine pada strata miring
lebih tua dengan arah ke daratan atau kesuatu tinggian topografi di
dalam cekungan
7. Coastal on-lap: terminasi progresif endapan pantai(litoral atau non
marine) ke arah daratan
8. Down-lap: baselap dimana lapisan yang awalnya miring terminated
downdip pada bidang yang awalnya horisontal atau miring. Downlap
adalah terminasi strata terminasi strata lebih muda yang kedudukan
mula miring ke bawah kemiringan di atas strata yang lebih tua.
Downlap terjadi pada alas suatu depositional sequence di dalam
cekungan dan di atas maximum flooding surface, dan karena itu
masing-masing menunjukkan adanya suatu sequence boundary
atau maximum flooding surface.

9. Proximal on-lap: On-lap pada arah sumber sedimen dan distal downlap adalah down-lap pada arah yang berlawanan dari sumber
sedimen, umumnya merupakan indikasi permulaan dan akhir lateral
pengendapan lapisan sedimen.
10.
Top-lap: terminasi strata lebih tua yang kedudukan mula
miring ke atas, kemiringannya di atas strata lebih muda yang
menutupinya,

yang

biasanya

terjadi

akibat

by

passing(pengangkutan sedimen yang melalui daerah nn deposisi)


sedimen. Top-lap biasanya terjadi pada top suatu depositional
sequence dan menunjukkan adanya suatu batas sikuen(SB).
11.
Erosional
truncation
adalah
top
terminasi

strata

diskordan(menyudut) yang lebih tua pada strata lebih muda akibat


erosi. Biasanya dijumpai pada top depositional sequences dan
menunjukkan adanya suatu batas sikuen.
12.
Off-lap: Suatu hubungan top-diskordan dimana lapisan yang
lebih tua menunjukkan terminasi terhadap lapisan yang lebih muda.
Toplap dan erosinal truncation adalah dua contoh bentuk off-lap.
Dengan kata lain off-lap merupakan kebalikan dari on-lap.

Mitchum dkk(1977) menguraikan macam konfigurasi internal fasies


seismik sebagai berikut:
1. Konfigurasi parallel (P) dan subparallel (SP), ini menunjukkan
kecepatan pengendapan yang konstan pada suatu basin plain yang
stabil

2. Konfigurasi divergent(D), dicirikan bentuk wedge berupa penebalan


secara lateral, hal ini disebabkan oleh penebalan dari pola refleksi
seismik itu sendiri, dan bukan karena onlap. Toplap, atau erosi.
3. Konfigurasi progradasi, ini dapat berupa sigmoid, obliq, complex,
shingled, hummocky dan terbentuk akibat pengendapan yang
progresif secara lateral dari bidang pengendapan yang miring,
sering disebut clinoform. Ini merefleksikan pengendapan karena
energi rendah. Pada konfigurasi sgmoid, segmen sikuen bagian atas
dan bawahnya hampir horisontal dengan batas atas konkordan dan
batas bawah downlap, sedang bagian tengah relatif lebih tebal dan
kemiringan lebih besar (<10), Pada konfigurasi oblique, bagian atas
sikuen adalah toplap atau hampir rata, bagian bawah adalah
downlap dan kemiringan segmen bagian tengah 100. Konfigurasi
shingled mencerminkan progradasi fasies pada lingkungan air
dangkal. Konfigurasi chaotic diakibatkan oleh sistem pengendapan
dengan

energi

tinggi,

dapat

memperlihatkan

adanya

structures, lipatan atau sesar.

Gambar 1. Beberapa konfigurasi dan pola refleksi seismik

slump

Penginterpretasi penampang seismik terdapat empat dasar dari fasies


berdasarkan perbedaan dari konfigurasi refleksi, yaitu:
1. Parallel

dan

divergen

shlef/platform,

delta/platform,

delta

front/delta plain, alluvial plain/distal fan delta dan basinal plain.


2. Progradational : slope yang berasosiasi dengan prograding
shlef/platform, prodelta berasosiasi dengan prograding shlef delta
atau shlef margin delta, slope yang berasosiasi dengan prograding
shlef yang disuplai oleh shlef delta/fan delta.
3. Mounded dan draped : reef, volcanoes, diapirs, submarine canyon
dan lower slope mengindikasikan endapan turbidit, dan hemipelagik
klastik.
4. Onlap dan fil : fasies-fasies onlap coastal, continental rise slope, dan
endapan submarine canyon fill.

Interpretasi Struktur Geologi


Interpretasi, menurut Sheriff (1995), mengandung pengertian determinasi
atau penerjemahan makna geologi yang diturunkan dari data seismik.
Interpreter Sismik 3D bekerja dengan sebuah data volume. Normalnya itu
selesai dengan mempelajari beberapa diantaranya dari three orthogonal
slice yang melewati suatu volume. Interpreter struktur membutuhkan
kemampuan memutuskan kapan mengunakan penampang horizontal dan
kapan mengunakan irisan vertikal dalam perjalanan sebuah kegiatan
interpretasi menyeluruh (Brown, 2004).

Gambar 2. Ilustrasi Pembutan Peta Kontur Struktur Dengan Mengunan


Penampang Horisontal
Bila dibandingkan antara hasil pemetaan struktur 2-D dan 3-D akan
terlihat bahwa kasus 3-D struktur sesar dapat dipetakan lebih rinci. Pada
potongan

horisontal

seismik

3-D

kelurusan

terminasi

refleksi

mengindikasikan jurus dari sesar, sehingga piking sebuah sesar pada


suatu urutan potongan horizontal dapat menghasilkan peta bidang sesar.
Pada

prakteknya,

tahapan

identifikasi

awal

struktur

sesar

mayor

sebaiknya dilakukan pada penampang vertikal dengan spasi cukup lebar.


Sesar-sesar tersebut saling berhubungan kemudian ditentukan dengan
mengunakan penampang horizontal.
Interpretasi Stratigraf
Pada saat penampang vertikal seismik

memotong

sebuah

obyek

stratigrafi biasanya akan ditemukan suatu anomali kecil dari karakter atau
amplitud. Sebaliknya, penampang horisontal mengambarkan penyebaran
spasial dari anomali tersebut sehingga bentuk karakteristiknya bisa
dikaitkan dengan lebih mudah pada obyek geologi terkait.

Gambar 3. Penampang Horisontal Pada 196 ms di Teluk Thailand


Menunjukkan Meandering Stream Channels (Brown, 2004)
Identifkasi Kehadiran Hidrokarbon Dari Data Seismik
Tanda-tanda adanya suatu minyak dan gas bumi di dalam bumi dari
penampang seismik yaitu diantanaya adanya anomali amplitudo yang
disebabkan oleh perubahan impedansi akustik, adanya flat spot, dim spot
dan bright spot yang ditumbuhkan oleh adanya kontak langsung antara
gas/minyak, gas/air maupun minyak/air dalam batuan yang berpori, dan
adanya daerah dengan data yang jelek yang kadang disebabkan oleh
adanya minyak maupun gas bumi didaerah tersebut.

Gambar 4. Penampang Dual Polarity Yang Menunjukkan Bright Spot pada


1.62 dan 1.72 S Serta Flat Spot pada 1.72 S. (Brown, 2004)

Daftar Pustaka
o https://www.academia.edu/8415018/Konsep_Dasar_Interpretasi_Seis
mik_Refleksi
o http://rhaydenmazzrhezky.blogspot.co.id/2015/02/interpretasistratigrafi-seismik.html
o http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/597/jbptitbpp-gdl-rinoalfian-29842o

5-2007ta-4.pdf
https://ptbudie.wordpress.com/2010/05/07/interpretasi-dataseismik-3-d/

You might also like