You are on page 1of 33

OFTALMIA SIMPATIKA

RIMA RIZQI MELTAHAYATI


PEMBIMBING:
Dr. Irastri Anggraini Sp.M

IRIS

ANATOMI FISIOLOGI UVEA

Fungsi : mengatur

masuknya sinar ke dalam


bola mata
Otot : M.Sphincter pupillae

dan M. Dilatator pupillae


Vaskularisasi: dari circulus

major iris
Inervasi: melalui serat-

serat didalam nervi siliaris

BADAN SILIAR
Fungsi: pembentuk humor aquous dan bagian
terlemah dari mata
Badan siliaris :
zona anterior yang bergerigi, pars plicata (2 mm),
Prosesus siliaris tempat keluar serat-serat zonula zinii
(penggantung lensa)
zona posterior yang datar, pars plana (4 mm).

lapisan epitel siliaris:


Lapisan tanpa pigmen (dalam), perluasan
neuroretina ke anterior
Lapisan berpigmen (luar), perluasan epitel
pigmen retina.

Muskulus Siliaris
Muskulus Siliaris, tersusun dari gabungan serat-serat
longitudinal, sirkuler dan radial.
Fungsi serat-serat sirkular adalah untuk mengerutkan
dan relaksasi serat-serat zonula, yang berorigo
dilembah-lembah diantara prosesus siliaris. Otot ini
mengubah tegangan pada kapsul lensa sehingga lensa
dapat mempunyai berbagai fokus baik untuk objek
berjarak dekat maupun yang berjarak jauh dalam
lapangan pandang.
Pembuluh - pembuluh darah yang memberikan suplai
darah badan siliaris berasal dari circulus arteriosus
major iris.
Persarafan sensoris iris melalui saraf-saraf siliaris

Koroid
Koroid adalah segmen posterior uvea,
yang terletak di antara retina dan
melekat longgar ke sclera, memberi
nutrisi lapisan luar retina bagian dalam
Koroid tersusun atas tiga lapis
pembuluh darah koroid; besar, sedang,
dan kecil atau bisa disebut arteriol,
venula,
dan
anyaman
kapiler
berfenestrasi padat.

KLASIFIKASI
Menurut anatomi
Uveitis anterior
Iritis : radang pada iris
Iridocyclitis : radang iris dan
corpus ciliare
Keratouveitis : radang iris dan
kornea
Sclerouveitis : radang iris dan
sclera
Uveitis intermediate
Radang pada bagian belakang
corpus ciliare (pars planitis)
Uveitis posterior
Radang pada choroid
(choroiditis/chorioretinitis)
Panuveitis
Radang seluruh jaringan uvea

Berdasarkan patologi

Non granulomatosa
Timbul terutama dibagian anterior traktus yakni
iris dan korpus siliaris.

Granulomatosa
Dapat mengenai sembarang traktus uvealis
namun lebih sering pada uvea posterior

Perbedaan non granulomatosa dan granulomatosa


Onset
Sakit
Fotofobia
Penglihatan

Non granulomatosa
Akut (< 6 minggu)
Nyata
Nyata
Sedang

Granulomatosa
Tersembunyi
Tidak ada atau ringan
Ringan
Nyata

kabur
Merah

Nyata

Ringan

sirkumkorneal
Perisipitat keratik Putih halus
Kelabu besar
Pupil
Kecil dan tak teratur Kecil
dan
Synechia

Kadang-kadang

(bervariasi)
Kadang-kadang

posterior
Nodul iris
Tempat
Perjalanan
Rekurens

Kadang-kadang
Uvea anterior
Akut
Sering

Kadang-kadang
Uvea posterior
Menahun
Kadang-kadang

tak

teratur

Keratic praecipitates

Busacca nodules

Koeppe nodules

sinekia posterior

OFTALMIA SIMPATIKA

DEFINISI
Oftalmia simpatika merupakan radang
granulomatosa pada jaringan uvea
akibat adanya radang pada mata
lainnya. Yang merupakan pencetus
radang pada mata biasanya adalah
radang yang diakibatkan terlepasnya
jaringan uvea atau terjepitnya jaringan
uvea, trauma pada badan silar, dan
terdapatnya benda asing intra okular

DEFINISI
didapatkan setelah trauma tembus atau
tindakan bedah intraokuler pada satu mata.
Mata yang mengalami cedera disebut
exciting eye dan mata yang tidak
mengalami cedera disebut sympathetic eyes
Mata yang tidak mengalami cedera atau
"sympathizing eye mulai menunjukan gejala
dala periode waktu mulai dari 2 minggu
bahkan beberapa tahun setelah cedera

EPIDEMIOLOGI
Perkiraan epidemiologi menunjukkan
prevalensi
kejadian
oftalmia
simpatika sekitar 0,19% SO terjadi
setelah trauma tembus bola mata
dan 0,007% terjadi setelah tindakan
bedah intraokular.
Oftalma
Simpatika
menyumbang
sekitar 0,3% dari seluruh angka
kejadian uveitis
Tidak ada kecenderungan ras atau

ETIOLOGI
Penyebab pasti belum diketahui, sering dihubungkan
dengan faktor predisposisi :
Mengikuti suatu trauma tembus
Cenderung terjadi oleh luka yang mengenai daerah
siliaris bola mata (dangerous zone)
Luka yang inkarserata pada iris, badan silia dan kapsul
lensa

Mata yang cidera (terangsang) mulamula meradang mata sebelahnya


(yang simpatik) meradang kemudian.
Secara patologik, terdapat uveitis
granulomatosa difus. Sel-sel
epiteloid, bersama sel raksasa dan
limfosit, membentuk tuberkel tanpa
perkejuan.

Sebaliknya, antigen precenting cells


(APC) perifer, seperti makrofag dan
sel dendritik, akan memfagositosis
antigen okular yang terpapar di
daerah luka. Komponen protein
diproses menjadi peptida antigenik
untuk presentasi HLA class II kepada
CD4+ helper T cells di nodus limfa
perifer atau spleen.

PATOGENESIS

MANIFESTASI KLINIS

Gejala klinis:
Gangguan binokular akomodasi
Tanda uveitis anterior/posterior ringan
Fotofobia kedua mata
Nyeri

Tanda awal yang ditemukan pada pemeriksaan fisik antara


lain:
pada bilik mata terdapat mutton fat deposit pada dataran
belakang kornea, nodul kecil berpigmen pada lapisan
epitel pigmen retina, dan uvea menipis
keratik presipitat putih
pada iris terdapat nodul infiltrasi, sinekia posterior perifer,
neovaskularisasi iris, oklusi pupil, ablasi retina eksudatif,
dan papilitis
penipisan iris difus atau iris noduler, lesi korioretinal putih
kekuningan (Dalen-Fuchs nodul)

DIAGNOSIS
1. Presentasi
65% kasus terjadi diawali dengan trauma setelah 2 minggu
sampai 3 bulan dan 90% kasus terjadi pada 1 tahun
pertama
2. Gejala klinis
- Exciting eye akan menjadi sangat merah dan teriritasi
- Sympathizing eye akan menjadi fotofobia dan teriritasi.
- Kedua mata akan berkembang menjadi uveitis anterior
yang sedang atau berat dan membentuk jaringan
granulomatosa.
- Pada kasus yang berat dapat terjadi eksudasi retina.
-. Pembentukan jaringan fibrotik dari residu korioretinal
dapat menyebabkan hilangnya penglihatan bila mengenai
macula.

Lanjutan diagnosis
3. Slit Lamp
Tampak mutton fat atau keratitis
presipitat dan kilauan dalam kamera
anterior kedua mata
Pada iris biasanya terdapat nodul infiltrasi,
sinekia posterior perifer, neovaskularisasi
iris, oklusi pupil, katarak, ablasi retina
eksudatif dan papilitis. Sel-sel vitreus dan
eksudat putih-kekuningan di lapis dalam
dari retina (nodul Dalen-Fuchs) tampak di
segmen posterior.

Mutton fat

Dalen Fuch Nodule

diagnosis
4. Ultrasonografi (USG)
Menunjukkan adanya penebalan koroid dan
pelepasan retina.

DIAGNOSA BANDING

Vogt-Koyanagi Harada Syndrome

Sarcoidosis
mengenai jaringan lymphoid dg gejala nyeri pada bola mata,
fotophobia, mata merah, uveitis granulomatosa atau dapat
terjadi non garanulomatosa

Penyakit Bechet
kelainan multisistem idiopatik dg gambaran klinis sistemik

PENATALAKSANAAN
1. Profilaksis
. Enukleasi adalah pengangkatan seluruh bola
mata secara pembedahan.
. SO memiliki resiko yang besar untuk terjadi
kebutaan bilateral bila tidak ditangani dengan
tepat.
. Mata yang terkena trauma tembus yang
mengalami kebutaan sebaiknya dienuklasi untuk
mengeliminasi antigen.
. Enukleasi dilakukan pada mata yang mengalami
kerusakan berat dan irreversible dan terutama
bila terdapat kebutaan.
. Enukleasi dilakukan dalam 9 - 14 hari setelah
trauma.

Kortikosteroid
2. Simptomatis
Kortikosteroid topikal (tetes mata) diberikan
sesering mungkin bergantung keparahan
inflamasi. Tetes mata awalnya diberikan
setiap 15 menit pada jam-jam pertama,
kemudian secara berturut-turut diturunkan
menjadi sehari 4 kali selama beberapa hari.
Jika inflamasi sudah sangat terkontrol
pemberiannya
dapat
sangat
dikurangi
menjadi 1 minggu sekali dan dihentikan
setelah 5-6 minggu.

Kortikosteroid
Dosis kortikosteroid per oral prednison
dosisnya 1-1,5 mg/kg/hari atau maksimal 60
mg. Setelah kondisi terkontrol, dosis dapat
diturunkan dalam beberapa minggu (tapering
of) sampai dosis maintainance (10mg) selama
sekurang-kurangnya 3 bulan.
Prednisone 60mg diberikan sampai gejala
mulai terkontrol kemudian setiap 1 minggu
diturunkan 10mg sampai dengan dosis 10mg
(dosis maintenance). Dosis maintenance
dipertahankan sampai 3 bulan.

Obat-obatan
imunosupresif
Azathioprine,methotrexate,
mycophenolate,
siklosporin,
tacrolimus
digunakan
bila
kortikosteroid menjadi tidak efektif
mengontrol inflamasi atau bila dosis
prednison yang diperlukan untuk
mensupresi inflamasi lebih tinggi dari
10mg/hari.

KOMPLIKASI
Oftalmia Simpatika dapat
mengakibatkan komplikasi uveitis
yang berat seperti:
- glaukoma sekunder
- katarak sekunder
- ablatio retina
- penyusutan bola mata
- kebutaan

PROGNOSIS
prognosis yang buruk jika tidak
segera dilakukan pengobatan dimana
dapat terjadi penurunan penglihatan
yang
tajam
hingga
terjadinya
kebutaan.
Tetapi ketika dilakukan diagnosis
serta terapi yang tepat maka pasien
dapat mempunyai kesempatan untuk
sembuh dan tidak terjadi penurunan
visus.

You might also like