You are on page 1of 11

Indikator Akustik untuk mendeteksi target dari Produk tersimpan dan hama

serangga pendatang dengan infrared sederhana, akustik dan pergerakan deteksi


getaran.
Abstrak

Aktifitas merayap dan mengorek pada hama produk yang disimpan, Sitophilus oryzae
(L.) (Coleoptera: Curculionidae), Tribolium castaneum (Herbst) (Coleoptera:
Tenebrionidae), and Stegobium paniceum (L.) (Coleoptera: Anobiidae), dan dua hama
pemukiman, Blattella germanica (L.) (Blattodea: Blattellidae) and Cimex lectularius L.
(Hemiptera: Cimicidae), masing-masing dimonitor dengan sensor infrared, mikropon
dan sensor piezo elektrik pada daerah yang kecil untuk mengevaluasi efek dari tingkah
laku pergerakan serangga dan mengukur kemampuan konstruksi alat sederhana untuk
mendeteksi serangga dan membedakan antara spesies yang berbeda. Semua spesies
dewasa dapat dideteksi ketika merka merayap atau menggaruk. Serangga terkecil pada
penelitian ini, instar pertama- keempat C. lectularius tidak dapat dideteksi dengan
mudah ketika merayap, tetapi dapat dideteksi ketika mengorek. Sensor suara dan
getaran mendeteksi ringkasan, 3 10 ms impuls dari semua spesies yang diuji,
seringkali membentuk grup pada gerombolan tersendiri, jenis impuls pada percobaan
pendeteksian secara akustik sebelumnya. Menyadari potensi untuk menargetkan atau
fokus deteksi pada spesies khusus yang menarik, indikator dikembangkan untuk
Indikator dikembangkan untuk menilainkemungkinan deteksi C. lectularius. Perbedaan
statistic secara signifikan yang ditemukan antara C. lectularius dan spesies lain dalam
penyebaran dari tiga variabel yang terukur: jangka waktu sinyal inframerah, impuls
suara durasi peledakan, dan tingkat tekanan suara (energi) dari impuls yang paling
sesuai dengan spektrum rata-rata perilaku mengorek. Dengan demikian, ada potensi
bahwa sinyal dikumpulkan oleh instrumen sensor polimodal sederhana, yang dapat
digunakan dalam sistem perangkap otomatis untuk mendeteksi spesies target, 0,1 mg
atau lebih besar, pada lingkungan dimana penyediaan layanan perangkap adalah sulit
atau
ketika
ketepatan waktu menjebak menjadi penting.
Perangkap serangga sangat bervariasi dalam tujuan, biaya, dan informasi yang mereka
berikan deployers (Epsky dkk. 2008). Perangkap otomatis bisa memiliki keuntungan
tertentu dalam keadaan di mana pemeriksaan serangga adalah usaha intensif atau
penyediaan perangkap adalah sulit (California Departemen Pangan dan Pertanian
2005, Wang et al.2009) atau ketika tindakan pengendalian dapat ditingkatkan dengan
identifikasi tepat waktu pada awal infestasi (Mankin et al. 2006). Upaya telah dilakukan
oleh banyak peneliti, termasuk kontribusi dari Spangler (1985), Shuman dkk. (1997,
2004), et al. (2000), Engel and Wyttenbach (2001),Tauber and Eberl (2003), FleuratLessard et al. (2006), Frommolt et al. (2008), Dankert et al. (2009), and Siriwardena et
al. (2010), untuk mengembangkan elektronik, analisis sinyal, dan alat pengambil
keputusan untuk pendeteksi otomatis dan pemantauan. Penerapan penyebaran
teknologi , sepert teknologi penjebak serangga telah dibatasi, oleh faktor seperti
instrumentasi dengan biaya tinggi, kompleksitas yang tinggi, dan keandalan yang tidak
pasti dari teknologi pendeteksi otomatis dan software, dan oleh pelatihan yang signifkan

dan pemahaman yang diperlukan untuk menginstal dan memperbaiki perangkap


otomatis dan kemudian menafsirkan informasi yang mereka sediakan.
Untuk paper ini, kita menujukan faktor biaya instrumentasi dan kompleksitas yang telah
membatasi penggabungan teknologi elektronik dan informasi pada perangkap
serangga. Instrumen pemantauan serangga dibangun menggunakan inframerah,
akustik, dan sensor getaran dan amplifiers sederhana. pergerakan produk tersimpan
yang berbeda ukuran dan hama serangga pemukiman dipantau di area kecil untuk
menentukan rentang khusus dari amplitudo, pola spektral, dan pola temporal sinyal
yang terdeteksi.
Tiga jenis gerakan dianalisis secara terpisah untuk mempertimbangkan apakah
kegiatan visual yang khas menghasilkan suara yang sejalan: meliuk (balik cepat tanpa
perpindahan kearah mana saja, atau kembali ke posisi tegak setelah jatuh), mengorek
(menyeret atau kegiatan lainnya yang melibatkan tangensial, kontak gesekan dan
perpindahan di arena permukaan), dan merayap (berlari, berjalan, atau menekan kaki,
terutama yang melibatkan dampak normal atau vertikal pada permukaan arena). Suara,
getaran, dan sinyal inframerah diuji potensinya untuk membedakan antara spesies yang
berbeda menggunakan software pengolah sinyal yang tersedia. Dalam penelitian ini,
serangga yang diuji termasuk tiga hama dewasa pada produk yang tersimpan
(Hagstrum dan Subramanyam 2006, Phillips dan Tahta 2010) kutu beras, Sitophilus
oryzae (L.) (Coleoptera: Curculionidae); kumbang tepung merah, Tribolium castaneum
(Herbst) (Coleoptera: Tenebrionidae); dan kumbang pada penyimpanan obat,
Stegobium paniceum (L.) (Coleoptera: Anobiidae) dan dua hama pemukiman dewasa,
kecoa jerman, Blattella germanica (L.) (Blattodea: Blattellidae) (Schal dan Hamilton
1990), dan kutu kasur, Cimex lectularius L. (Hemiptera: Cimicidae) (Usinger 1966,
Anderson et al 2009). Mempertimbangkan efek ukuran pada pendeteksian, instar unfed
1-5, selain itu kelima fed instar dari nimfa C. lectularius juga diuji. Terjadinya kombinasi
yang berbeda dari suara, getaran, dan fitur sinyal inframerah kemudian digunakan
untuk menilai kemungkinan spesies tertentu, dalam hal ini, C. lectularius, terdeteksi di
arena.
Serangga, Bioassay Arena, dan Sensor. Serangga diuji dalam penelitian ini meliputi
10 rentang bobot, dan kisaran kira-kira 5 rentang ukuran tubuh dan kaki (Tabel 1 dan 2).
Aktivitas pergerakan yang berbeda menghasilkan sinyal akustik dan getaran dari pola
variabel dengan rentang a = 10 amplitudo, memungkinkan analisis yang komprehensif
dari range dan sensitivitas instrumen pendeteksi serangga. T. castaneum, S. oryzae,
dan S. paniceum dewasa diperoleh dari CMAVE. C. Lectularius jantan dewasa dan B.
germanica diperoleh dari fasilitas NCSU dan UF. Instar 1-5 nimfa C. lectularius yang
diperoleh dari fasilitas pemeliharaan UF.
Pengujian dilakukan pada 150
Hasil

Pengamatan dari pengujian selama perekaman dari semua spesies yang diuji
mengungkapkan seringnya kejadian gerakan meliuk, mengorek, dan merayap yang
dihasilkan sinyal akustik dan getaran yg khas. Contoh setiap perilaku yang ditunjukkan
pada Gambar. 3. Sinyal dalam tiga kolom berasal dari tiga interval 3-s terpisah dalam
30-s pengujian gerakan mengorek C. Lectularius, gerakan berjalan B. germanica, dan
gerakan meliuk T. castaneum. Dalam pengujian T. castaneum, kumbang tidak pernah
melintasi sinar inframerah, dan sinyal yang ditampilkan adalah dari 3 s terakhir
rekaman.

Gambar 3
Setidaknya satu dewasa dari semua spesies, kecuali T. Castaneum, melewati sinyal
inframerah selama pengujian dengan merayap di dasar arena atau dinding. Tak satu
pun dari nimfa C. lectularius, melewati sinar inframerah selama pengujian. Mereka
terlalu pendek untuk mencapai bagian bawah bidang sensor (Tabel 2), dan mereka
tidak pernah naik cukup tinggi di dinding.
Semua spesies yang diuji di arena memproduksi setidaknya beberapa semburan
impuls suara dan impuls getaran seperti yang ditunjukkan Gambar. 3. Selama
banyak periode pengamatan gerakan merayap, termasuk jejak suara dari B.
germanica pada Gambar. 3, langkah individu atau langkah kaki seringkali
dibedakan sebagai langkah pendek, dengan tanda amplitudo tinggi. Banyak
langkah yang diamati dari B. germanica, S. oryzae, dan C. lectularius dewasa yang
lebih besar, dibandingkan dari T. castaneum dan S. paniceum dewasa dan nimfa C.
lectularius yang lebih kecil. Instar pertama-ketiga yang terkecil kadang tidak
memicu mikrofon saat merayap, terutama instar pertama, tetapi biasanya memicu
sinyal mikrofon atau sensor getaran jika mereka bergerak meliuk atau perilaku
mengorek.

Gambar 4

Perilaku yang diamati paling sering terjadi di arena adalah gerakan merayap yang
tersendat dan gerakan istirahat, yang ditunjukkan pada Gambar. 4, dicatat oleh S.
Oryzae. Aktivitas bersemangat secara khusus, yang dilakukan oleh serangga dekat
pusat arena sering memicu suara dan getaran secara bersamaan. B. germanica
memicu getaran setiap kali mereka berlari atau merayap dengan cepat kemana saja
di sekitar arena. Sinyal dikumpulkan bersamaan dengan sensor suara dan getaran
dari gerakan merayap S. paniceum dewasa yang ditampilkan pada Gambar. 5, di
mana rangkaian impuls pada jejak-jejak dari masing-masing sensor diperluas di 0,3s insets.

Gambar 5
Langkah-langkah individu atau dampak lainnya muncul jelas di rangkaian impuls
dalam inset suara, namun kesetaraan dampak tidak mudah terlihat dalam inset
getaran karena durasi impuls lebih lama dari interval antara mereka. Gambaran
impuls getaran (mean 113), dan impuls suara (mean 104) ditampilkan pada
Gambar. 6. Hanya perbedaan kecil yang muncul dalam pola spektral dari gambaran
kecuali dalam range antara 400 dan 800 Hz, di mana level sinyal relatif untuk
getaran lebih tinggi dari profil suara.

Gambar 6
Demikian pula, perbedaan kecil muncul dalam perbandingan pola spektral dari
suara karena setiap spesies memiliki perilaku gerakan merayap, meliuk, dan
menggores yang berbeda, seperti yang terlihat pada profil spektral Gambar. 7.
Suara gerakan merayap yang dihasilkan oleh B. germanica sangat mirip dengan S.
paniceum ditunjukkan pada Gambar. 6. Suara yang dihasilkan dari gerakan meliuk
oleh T. castaneum dan gerakan mengorek C. lectularius memiliki energi yang sedikit
lebih
besar
daripada sinyal gerakan merayap pada frekuensi antara 800 dan 3.000 Hz, tetapi
perbedaan ini tidak cukup dipercaya untuk membedakan tiga perilaku. Akibatnya,
ketika impuls suara dari semua serangga diuji terhadap tiga profil (Gambar. 7)
dengan menggunakan DAVIS, banyak tandingan setiap profile ditemukan pada
setiap rekaman.

Gambar 7
Meskipun gerakan meliuk secara visual dikhusukan sebagai perilaku, kesamaan
spektrum pada gerakan meliuk dan mengorek ditunjukkan pada Gambar. 7, dan
penemuan bahwa serangga dewasa dari semua spesies yang diuji menghasilkan
beberapa suara yang sesuai dengan profil gerakan meliuk, mengorek, dan merayap,
menyarankan bahwa gerakan meliuk dan mengorek secara akustik dapat dibedakan
dan mendorong kami untuk fokus pada analisis berikutnya terutama pada perilaku
merayap dan mengorek. Untuk C. lectularius, kami fokus analisis terutama pada
perilaku mengorek, mengingat bahwa suara merayap yang dihasilkan oleh nimfa
kecil tidak selalu menghasilkan sinyal yang dapat dianalisa.
Pengaruh ukuran serangga terlihat pada Gambar. 8, dalam perbandingan profil
getaran pada gerakan mengorek yang dihasilkan oleh C. lectularius instar pertama,
instar ketiga, dan dewasa. Dewasa menghasilkan impuls frekuensi yang relatif lebih
rendah dari instar pertama. Juga, dalam perbandingan tahap C. lectularius, tingkat
rataan getaran impuls yang terbaik sesuai dengan profil mengorek pada instar
pertama lebih rendah untuk instar 1- 4 (69,8 1.2 dB, N=6) dan nimfa instar kelima
(69.4 0.5 dB, N= 8) dibandingkan dengan serangga dewasa (77,1 2.3 dB, N= 10)
pada uji Waller-Duncan K-rasio (F =6,59; df 2, 21; P = 0,006) (SAS Institute 2004).
Fraksi impuls yang sesuai dengan profil dewasa secara signfikan lebih rendah untuk
nimfa instar 1-4 (0,160,05, N=6) daripada untuk nimfa instar kelima
(0,48 0,08, N=8) dan dewasa (0,48 0,05, N = 10 pada uji Waller-Duncan K-rasio
(F = 5,82; df = 2, 21; P = 0.01) (SAS Institute 2004).

Gambar 8

Mengingat kesamaan spektrum hasil pengamatan suara dan getaran,


dan
kesamaan spektrum hasil pengamatan suara pada spesies serangga dewasa yang
berbeda melakukan perilaku yang berbeda, itu tidak terlihat kemungkinan dapat
digunakan untuk membedakan antara spesies yang berbeda pada arena. Oleh
karena itu kami mempertimbangkan apakah sinyal dari spesies yang berbeda
mungkin dibedakan atas dasar fitur sinyal lainnya, termasuk sinyal dari sensor
inframerah.
Analisis Fitur Sinyal. Beberapa karakteristik sinyal yang mudah diukur diuji sebagai
fitur potensial untuk membedakan antara serangga yang berbeda spesies pada
arena, termasuk median durasi sinyal inframerah, MIRD; durasi ledakan impuls

terpanjang, LIBD; dan besarnya tingkat profil tekanan suara C. lectularius, SPLC.
Besaran pengukuran sinyal ini tidak terdistribusi secara merata di seluruh spesies,
seperti dapat dilihat pada kolom MIRD, LIBD, dan SPLC dari Tabel 3, 4, dan 5;
akibatnya, itu layak untuk mengatur ambang untuk indikator, i MIRD, iLIBD, dan iSPLC,
yang menilai kemungkinan deteksi C. lectularius (lihat persamaan 1 dan 2). MIRD
dari C. lectularius itu secara khusus<MIRDmin = 0,2 s dan melebihi MIRDmax = 0.75 s
pada hanya satu dari 30 tes. The LIBD C. Lectularius melebihi LIBDmax = 10 s pada
empat tes, dan SPLC melebihi SPLC max = 70 dB pada dua tes. Besaran fitur sinyal ini
sering di luar batas seperti pada pengujian dengan spesies lain.
Nilai-nilai iMIRD, iLIBD, dan iSPLC berdasarkan ambang batas atas dari MIRDmin, MIRDmax,
LIBDmax, dan SPLCmax, dan penilaian resultan dari kemungkinan deteksi C. Lectularius
(iCL), tercantum dalam empat kolom terakhir dari Tabel 3 - 5. Pemeriksaan tabel
menunjukkan bahwa tiga indikator (iMIRD, iLIBD, dan iSPLC) yang membedakan masingmasing antara kehadiran C. lectularius dan serangga lainnya kurang dapat
dipercaya daripada jumlah indikator (iCL). Mengingat nilai-nilai iCL dan iMIRD,
contohnya, lebih dari 50% pengujian C. lectularius menduduki peringkat yang tinggi
untuk iCL, dan juga menduduki peringkat tertinggi untuk iMIRD. Namun, <10%
pengujian dengan spesies lain menduduki peringkat tinggi untuk iCL, meskipun 50%
pengujian spesies lain menduduki peringkat tertinggi untuk iMIRD, sebagian besar
fraksi yang lebih tinggi positif palsu. Indikator untuk iMIRD tidak cukup untuk
membedakan antara spesies dalam arena, dan argumen yang sama dapat disajikan
untuk iLIBD, dan iSPLC.
Menggunakan uji Wilcoxon dua sampel pasti (SAS Institute 2004) untuk
membandingkan nilai-nilai dari iCL pada pengujian dimana C. lectularius atau spesies
lainnya hadir di arena, kemungkinan bahwa iCL terlepas dari kehadiran C. lectularius
di arena itu P<0,001 (S=1.319,5, Z= 4,9225, N=30). Artinya, hasil tidak mendukung
hipotesis nol yang menguji dengan dan tanpa C. lectularius menghasilkan sebaran
yang sama dari nilai-nilai indikator kemungkinan deteksi C. Lectularius (iCL), dan
menyarankan, bahwa iCL dikaitkan dengan ada atau tidak adanya C. lectularius di
arena.

Ukuran dan jenis serangga serta sifat pergerakan yang mereka tampilkan semua mempengaruhi
sinyal yang terdeteksi oleh sensor pada pengujian. Dinding terlalu licin untuk nimfa C.
lectularius dan T. castaneum dewasa merayap dengan mudah, dan serangga-serangga ini juga
terlalu pendek untuk merayap melewati sinar inframerah pada ketinggian 4-mm yang ditetapkan
dalam penelitian ini. Jika sensor ini dimasukkan pada perangkap serangga praktis, baik beberapa
sensor inframerah akan ditempatkan pada ketinggian yang berbeda, atau tinggi di set pada
ketinggian merayap serangga target yang diharapkan. Untuk sensor suara atau getaran, geometri
perangkap dan permukaan substrat dapat dipilih dengan hati-hati untuk mengoptimalkan
kemungkinan bahwa target serangga terhubung dengan sensor dan menghasilkan gerakan yang
mudah terdeteksi. Jika C. lectularius adalah target serangga, misalnya, permukaan perangkap
kasar atau permukaan kain mungkin lebih disukai daripada permukaan licin (Usinger 1966).
Serangga terkecil mampu dideteksi dengan sensor piezoelektrik adalah instar kedua
dan ketiga nimfa, yang ukurannya sama dengan Cryptolestes ferrugineus
(Stephens) dewasa yang diuji oleh Mankin dkk. (1997). Pengaruh ukuran serangga
pada amplitudo dan laju suara dan getaran yang dihasilkan telah diamati pada

penelitian sebelumnya (Vick et al. 1988, Pittendrigh et al. 1997, Mankin et al. 1997,
Goerlitz et al. 2008). Dalam arena atau perangkap kecil dengan amplifikasi sinyal
akustik atau getaran yang tetap, amplitudo atau tingkat tekanan suara dapat
mengukur fitur sinyal dengan mudah yang dapat digunakan untuk menargetkan
spesies tertentu.
Efek perbedaan perilaku pada spektrum sinyal yang ditunjukkan pada Gambar. 7
mungkin hasil dari perbedaan dalam kontribusi relatif dari gaya normal (impact
vertikal langsung) dan gaya tangensial (gaya gesek samping) pada pergerakan
serangga selama perilaku tersebut. Gaya gesek dari perilaku merayap
menghasilkan suara dengan spektrum frekuensi lebih tinggi dari dampak langsung
yang disebabkan oleh gerak langkah (misalnya, Ekimov dan Sabatier 2006).
Besaran langkah dan proses mengorek diketahui dipengaruhi secara signifikan oleh
permukaan substrat juga (al. Misalnya, Silva et 2010).
Perlu dicatat bahwa banyak serangga yang dipindahkan ke arena melakukan
berbagai cara untuk keluar (Hiraguchi dan Yamaguchi, 2000), mengeksplorasi
(Durier dan Rivault 2003), atau pura-pura mati (Miyatake et al. 2008) perilaku yang
tidak terdeteksi oleh satupun sensor. Penyesuaian secara signifikan dari
pemantauan struktur arena dan penempatan sensor diperlukan untuk
memaksimalkan pendeteksian target spesies tertentu. Demikian juga, perhatian
terhadap pola perilaku serangga target seperti
rangsangan penarik dan
rangsangan penolak mungkin diperlukan untuk menjadikan sensor ini efektif dalam
memerangkap serangga. Dalam kasus C. lectularius, pengetahuan kita tentang
rangsangan penarik dan penolak sangat terbatas (Anderson et al. 2009, Wang et al.
2009), tapi diketahui ada senyawa penarik untuk B. germanica dan spesies
serangga pada banyak tempat penyimpanan produk. Hal ini menunjukkan bahwa
jika serangga selain C. lectularius dijadikan sasaran, indikator spesifik yang
mengestimasi kemungkinan deteksi perlu disesuaikan.
Pada awalnya, kami harapkan bahwa interval antara impuls (langkah) selama
aktivitas merayap mungkin terdistribusi tidak seragam pada seluruh spesies yang
berbeda. Namun, variasi yang signifikan diamati baik antar individu dan spesies,
dan fitur impuls-interval yang kemudian diturunkan dari analisis yang lebih lanjut.
Lainnya juga menemukan variasi yang luas pada kecepatan dari berbagai aktivitas
merayap antara individu dari spesies tertentu, misalnya, Li et al. (2009) dengan laju
merayap Diabrotica virgifera virgifera LeConte dewasa. Analisis lengkap perbedaan
gaya berjalan dan perilaku serangga yang berbeda akan membutuhkan array yang
lebih komprehensif dari sensor, seperti yang digunakan untuk analisis gaya berjalan
manusia (Best dan Begg 2006), dengan seiring bertambahnya biaya instrumentasi.
Biaya instrumentasi jauh lebih rendah daripada instrumentasi komersial. Biaya
komponen tunggal yang termahal adalah papan sirkuit amplifier 100. Total resistor,
potensiometer, kapasitor, sirkuit terpadu, dan bermacam-macam switch dan
penghubung kurang dari $ 100. Total sensor kurang dari $ 30. Meskipun
menggunakan penghubung komputer laptop ke instrumen untuk mengumpulkan
dan
menganalisis
sinyal,
teknologi yang murah tersedia untuk mengirimkan sinyal nirkabel ke remote area.
Bahkan memungkinkan untuk desain engineering dan biaya prototyping tidak
berulang, kami memperkirakan bahwa total biaya komponen dua kali lipat lebih

murah dari instrumentasi asli yang dikembangkan untuk pendeteksi serangga


otomatis (Shuman et al. 1993) dan analisis gerakan (Gorczyca dan Hall 1987 ),
tetapi mereka kelebihan biaya khsusus untuk feromon atau perangkap. Namun
demikian, keuntungan tambahan dari pemberitahuan yang tepat waktu mungkin
lebih penting daripada biaya-biaya tambahan pada bermacam-macam serangga
pemukiman dan manajemen lingkungan serangga pada produk yang disimpan.

Siapkan serangga hama dan arena pengujian

Dimensi dan berat serangga diukur

Masukkan serangga kedalam arena


Pengujian dilakukan selama 30 detik setelah serangga
dilepas ke arena

Pergerakan dipantau dengan kamera, signal (infrared,


suara, getaran) direkam

Bila ada serangga yang tidak bergerak melewati


sensor dalam 1 menit, ganti serangga

Signal diolah dan dianalisis dengan software

Selesai
Amplitudo juga dapat didefinisikan sebagai jarak/simpangan terjauh dari titik kesetimbangan
dalam gelombang sinusoide yang kita pelajari pada mata pelajaran fisika dan matematika geometrika
High pass filter adalah jenis filter yang melewatkan frekuensi tinggi, tetapi mengurangi
amplitudo frekuensi yang lebih rendah daripada frekuensi cutoff.Nilai-nilai pengurangan untuk
frekuensi berbeda-beda untuk tiap-tiap filter ini .High pass filter adalah lawan dari low pass filter,
dan band pass filter adalah kombinasi dari high pass filter dan low pass filter.
Filter ini sangat berguna sebagai filter yang dapat memblokir component frekuensi rendah
yang tidak diinginkan dari sebuah sinyal komplek saat melewati frekuensi tertinggi.
High pass filter yang paling simple terdiri dari kapasitor yang terhubung secara pararel dengan
resistor
Pada rangkaian dibagian listrik sering disebut rangkaian seleksi frekuensi untuk melewatkan
band frekuensi tertentu dan menahannya dari frekuensi diluar band itu. Filter dapat diklafisikasikan
dengan arahan :

Analog atau digital

Pasif atau aktif

Audio (AF) atau radio frekuensi (RF)


Filter tergantung dari tipe elemen yang digunakan pada rangkaiannya, filter akan dibedakan pada
filter aktif dan Filter pasif.
Elemen pasif adalah:

tahanan,

Kapasitor, dan

Induktor
Pengertian Amplifier adalah komponen elektronika yang di pakai untuk menguatkan daya atau tenaga secara
umum. Dalam penggunaannya, amplifier akan menguatkan signal suara yaitu memperkuat signal arus I dan
tegangan V listrik dari inputnya. Sedangkan outpunya akan menjadi arus listrik dan tegangan yang lebih besar.

Preamplifier sering disebut preamp atau kontrol amplifier adalah sebuah alat elektronik ampli
yang mengolah atau memproses sinyal elektronik sebelum masuk kedalam ampli. Sirkuit
rangkaiannya bisa saja serumah dengan transducer (search di oksida.com jika tidak tahu
transducer) sebelum ampli ataupun rangkaian terpisah.
Secara umumnya fungsi dari preamp atau preamplifier adalah meng-ampli atau menguatkan
sinyal dari low level ke line level (search di oksida.com jika tidak tahu line level). Jadi sinyal
yang keluar dari transducer masuk ke rangkaian preamp, dalam rangkaian tersebut memproses
sinyal elektronik yang masuk, diolah ke level-level tertentu yang kemudian di teruskan kedalam
rangkaian ampli induk.
Contoh-contoh sumber alat yang mengeluarkan sinyal low level, antara lain:
Pickup atau spul.

Microphone.

Turntable.

Atau alat-alat transducer lainnya.


Dalam audio sistem biasanya preamp mempunyai saklar pilihan tersendiri yang dapat kita pilih
ke level-level tertentu, sesuai dengan yang kita inginkan. Ataupun preamp tersebut memiliki
volume kontrol yang dapat diputar, sehingga level dapat dinaikan atau diturunkan sesuai
dengan keinginan kita. Dalam audio sistem preamplifier juga sering kita sebut dengan istilah
power amplifier atau power amp. Jadi dalam audio sistem kegunaan dari preamp adalah
memboosting atau menaiikan suara.

Differential Amplifier merupakan amplifier yang digunakan untuk mencari


selisih tegangan dari dua sinyal yang masuk. Persamaan tegangan outputnya
dinyatakan sebagai berikut:

Rangkaian buffer adalah rangkaian yang menghasilkan tegangan output sama dengan tegangan
inputnya. Dalam hal ini seperti rangkaian common colektor yaitu berpenguatan = 1. Fungsi dari rangkaian
buffer pada peralatan elektronika adalah sebagai penyangga, dimana prinsip dasarnya adalah penguat
arus tanpa terjadi penguatan tegangan. Rangkaian buffer yang dibangun dari sebuah operasional
amplifier (Op-Amp), dapat dibuat dengan sangat sederhana. Rangkaian buffer dari Op-Amp menjadi
sangat sederhana karena tidak diperlukan komponen tambahan pada konfigurasi buffer non-inverting.

Piezoelektrik sensor merupakan sebuah alat yang dapat mengukur gaya maupun
tekanan dengan mengubahnya menjadi muatan listrik menggunakan prinsip efek
piezoelektrik. Efek piezoelektrik merupakan efek yang terjadi pada sebuah material
solid ketika material tersebut diberikan tekanan mekanik sehingga menyebabkan
muatan listrik terakumulasi di dalam material solid tersebut. Efek ini terkadang
juga digambarkan sebagai muatan listrik yang dihasilkan oleh tekanan.

Semakin tinggi frekuensinya, penguatan (gain) sebuah power amplifier cenderung


turun. Demikian pula semakin rendah frekuensinya, penguatan itu juga cenderung
turun. Biasanya penguatan itu dibandingkan terhadap penguatan pada frekuensi
menengah. Karena itu, hasil perbandingannya dinamakan penguatan relatif atau
relative gain dan satuannya desibel (dB).
Jadi, pada frekuensi menengah jelas penguatan relatifnya sama
dengan satu, atau nol desibel. Sedangkan pada frekuensi tinggi,
penguatannya turun sehingga penguatan relatifnya merupakan
bilangan pecahan. Sehingga kalau dinyatakan dengan satuan
desibel menjadi bilangan negatif. Misalnya minus tiga decibel.
Demikian pula pada frekuensi rendah, penguatan relatifnya dalam
desibel juga merupakan bilangan negatif

You might also like