Professional Documents
Culture Documents
SUPRAVENTRICULAR TACHYCARDIA
(SVT)
Disusun oleh :
ELSA SUNDARI
NIM : 1108120845
Pembimbing :
dr. Haryadi, Sp.JP-FIHA
Laporan kasus
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Supraventricular tachycardia (SVT) adalah takikardia atrium yang
ditandai dengan awitan mendadak dan penghentian mendadak. Gangguan irama
ini dapat terjadi karena faktor pencetus seperti emosi, tembakau, kafein,
kelelahan, pengobatan simpatomimetik atau alkohol. Takikardia atrium biasanya
tidak berhubungan dengan penyakit jantung organik. Frekuensi yang sangat tinggi
dapat menyebabkan angina sebagai akibat penurunan pengisian arteri koroner.
Curah jantung akan menurun dan dapat terjadi gagal jantung.1 Sebagian besar SVT
menyulitkan namun tidak mengancam nyawa, meskipun kematian mendadak
dapat terjadi tetapi jarang. Gejala yang umum terjadi adalah palpitasi, pusing dan
nafas pendek. SVT seringkali disebabkan oleh pemicu ektopik dan dapat timbul
dalam salah satu atrium. Takikardi dapat mulai dan berhenti secara mendadak atau
bertahap. Pada ektopik atrium, gelombang P terbentuk abnormal dimana
gelombang P tumpang tindih dengan gelombang T, diikuti oleh kompleks QRS
yang normal.2 Mekanisme aritmia pada SVT bisa merupakan otomatisitas
abnormal, triggerred activity dan re-entry.3 Kebanyakan SVT merupakan
takikardia regular yang disebabkan re-entry, suatu irama abnormal yang
gelombang depolarisasinya berjalan secara berulang pada lingkaran jaringan
jantung.4 Jalur re-entry pada takikardia supraventrikular dijumpai di nodal AV
(50%), jalur aksesoris lain (40%) serta di atrium atau nodal SA (10%). 3 Kelompok
lain dari SVT dianggap sebagai takikardia otomatisasi. Aritmia ini bukan
Laporan kasus
BAB II
Laporan kasus
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
kontraksi atrium (sistol atrium) diikuti oleh kontraksi ventrikel (sistol ventrikel)
dan selama diastol, keempat ruang jantung berada dalam keadaan relaksasi.
Denyut jantung berasal dari sistem penghantar jantung yang khusus dan menyebar
melalui sistem ini kesemua bagian miokardium. Struktur yang membentuk sistem
penghantar adalah nodus sinoatrial (nodus SA), lintasan antarnodus di atrium,
nodus atrioventrikel (nodus AV), berkas his beserta cabangnya dan sistem
purkinje. Berbagai bagian sistem penghantar pada keadaan abnormal dan bagian
miokardium mampu mengeluarkan impuls secara spontan. Namun, normalnya
nodus SA paling cepat melepaskan impuls dan depolarisasi menyebar dari nodus
ini ke bagian lain sebelum keluarnya impuls listrik secara spontan. Oleh karena
itu, nodus SA merupakan alat pacu jantung yang normal dan kecepatannya
melepaskan impuls menentukan frekuensi denyut jantung. Impuls yang terbentuk
di nodus SA berjalan melalui lintasan atrium ke nodus AV, melalui nodus ini ke
berkas His dan melintasi cabang berkas His melalui sistem purkinje ke otot
ventrikel.5
Depolarisasi yang dimulai di nodus SA tersebar secara radial keseluruh
atrium kemudian menyatu di nodus AV. Depolarisasi atrium akan tuntas dalam
waktu sekitar 0,1 detik. Karena hantaran di nodus AV lambat maka terjadi
perlambatan sekitar 0,1 detik (perlambatan nodus AV) sebelum eksitasi menyebar
ke ventrikel. Perlambatan ini diperpendek oleh perangsangan saraf simpatis
Laporan kasus
jantung dan akan memanjang akibat perangsangan vagus. Lalu dari puncak
septum, gelombang depolarisasi menyebar secara cepat di serabut purkinje ke
semua bagian ventrikel dalam waktu 0,08-0,1 detik. Depolarisasi otot ventrikel
dimulai dari sisi kiri septum antarventrikel dan bergerak ke kanan melintasi
bagian tengah septum. Gelombang depolarisasi kemudian menyebar kebagian
bawah septum menuju apeks jantung. Gelombang kemudian kembali di sepanjang
dinding ventrikel ke alur AV dan berjalan terus dari permukaan endokardium ke
epikardium. Bagian terakhir jantung yang mengalami depolarisasi adalah bagian
Laporan kasus
2.2
Laporan kasus
2.2.1 Definisi
Salah satu jenis takiaritmia yang berasal dari supraventrikel atau atrium
dimana terjadi kelainan irama jantung dengan perubahan laju jantung yang cepat
berkisar 100-250x/menit.3
2.2.2
Epidemiologi
SVT merupakan aritmia yang jarang ditemui. Angka kejadian SVT
Laporan kasus
(anomali
ventricle)7
2.2.4 Klasifikasi
1. Takikardi atrium primer (takikardi atrial ektopik)
Ebsteins,
single
Laporan kasus
Terdapat sekitar 10% dari semua kasus SVT, namun SVT ini sukar
diobati. Takikardi ini jarang menimbulkan gejala akut. Penemuannya
biasanya karena pemeriksaan rutin atau karena gagal jantung akibat
aritmia yang lama. Pada takikardi atrium primer tampak gelombang P yang
agak berbeda dengan gelombang P pada irama sinus, tanpa disertai
pemanjangan interval PR. Pada pemeriksaan elektrofisiologi intrakardiak
tidak didapatkan jaras abnormal (jaras tambahan). Dapat dilihat pada
gambar berikut:
Laporan kasus
Laporan kasus
2.2.5 Patofisiologi
Disritmia atrial merupakan kelainan pembentukan dan konduksi impuls
listrik di atrium. Mekanisme yang mendasarinya adalah:3
1. Gangguan automaticity (sel miokard di atrium mengeluarkan impuls
sebelum impuls normal dari nodal SA). Penyebab tersering adalah iskemia
miokard, keracunan obat dan ketidakseimbangan elektrolit.
2. Triggered activity (kelainan impuls listrik yang kadang muncul saat
repolarisasi, saat sel sedang tenang dan dengan stimulus satu implus saja
sel-sel miokard tersentak beberapa kali). Penyebab tersering adalah
hipoksia, peningkatan katekolamin, hipo-magnesemia, iskemia, infark
miokard dan obat yang memperpanjang repolarisasi.
3. Re-entry (keadaan dimana impuls kembali menstimulasi jaringan yang
sudah terdepolarisasi melalui mekanisme sirkuit, blok unidirectional
dalam konduksi serta perlambatan konduksi dalam sirkuit). Penyebab
tersering adalah hiperkalemia dan iskemia miokard.
Laporan kasus
sel yang mengalami percepatan (akselerasi) dan sel ini dapat terjadi di atrium, AV
junction, bundel his dan ventrikel. Struktur lain yang dapat menjadi sumber/fokus
otomatisasi adalah vena pulmonalis dan vena kava superior. Contoh takikardi
otomatis adalah sinus takikardi. Ciri peningkatan laju nadi secara perlahan
sebelum akhirnya takiaritmia berhenti. Takiaritmia karena otomatisasi sering
berkaitan
dengan
gangguan
metabolik
seperti
hipoksia,
hipokalemia,
takiaritmia
dan
paling
mudah
dibuktikan
pada
pemeriksaan
elektrofisiologi. Syarat mutlak untuk timbulnya re-entry adalah adanya dua jalur
konduksi yang saling berhubungan baik pada bagian distal maupun proksimal
hingga membentuk suatu rangkaian konduksi tertutup. Salah satu jalur tersebut
harus memiliki blok searah. Aliran listrik antegrad secara lambat pada jalur
konduksi yang tidak mengalami blok memungkinkan terangsangnya bagian distal
jalur konduksi yang mengalami blok searah untuk kemudian menimbulkan aliran
listrik secara retrograd dan cepat pada jalur konduksi tersebut.7
Laporan kasus
:3
- Laju
: 100-250x/menit
- Irama
: regular
- Gelombang P
Laporan kasus
Laporan kasus
1. Manuver vagal
Manuver vagal dan adenosin merupakan pilihan terapi awal untuk
terminasi SVT stabil. Manuver vagal atau pijat sinus karotid akan
menghentikan hingga 25% SVT.
2. Adenosin
Jika PSVT tidak respon dengan manuver vagal, maka berikan adenosin 6
mg iv secara cepat melalui vena diameter besar (yaitu antekubitus) diikuti
dengan flush menggunakan cairan salin 20 ml. Jika irama tidak berubah
dalam 1-2 menit, berikan adenosin 12 mg IV secara cepat menggunakan
metode yang sama. Pada saat pemberian adenosin pada pasien dengan
WPW harus tersedia defibrilator karena kemungkinan terjadinya fibrilasi
atrial dengan respon ventrikel cepat. Efek samping adenosin umum terjadi
tetapi bersifat sementara seperti flushing, dipsnea dan nyeri dada adalah
yang paling sering terjadi. Adenosin tidak boleh diberikan pada pasien
dengan asma
3. Ca channel bloker dan beta bloker
Jika adenosin atau manuver vagal gagal mengubah SVT maka dapat
digunakan agen penghambat AV nodul kerja panjang seperti penghambat
kanal kalsium non dihidropiridin (verapamil dan diltiazem) atau
penghambat beta.
Verapamil berikan 2,5 mg hingga 5 mg IV bolus selama 2 menit. Jika tidak
ada respon terapeutik dan tidak ada kejadian efek samping obat maka dosis
berulang 5 mg hingga 10 mg dapat diberikan 15-30 menit dengan dosis
keseluruhan 20 mg. Verapamil tidak boleh diberikan pada pasien dengan
fungsi ventrikel menurun atau gagal jantung.
Diltiazem, diberikan dengan dosis 15 mg hingga 20 mg IV selama 2 menit.
Jika diperlukan dalam 15 menit berikan dosis tambahan 20 mg hingga 25
mg IV. Dosis infus rumatan adalah 5 mg/jam hingga 15 mg/jam.
Laporan kasus
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas Pasien
- Nama
: Ny.Sona
- Usia
: 46 Tahun
- Jenis kelamin
: Perempuan
- Agama
: Islam
- Pekerjaan
: Pedagang
- Status
: Menikah
Laporan kasus
- Alamat
- Tanggal masuk
: 2 April 2015
- Tanggal pemeriksaan
: 3 April 2014
3.2 Anamnesis
- Keluhan utama
Berdebar-debar dan sesak 1 jam SMRS
- Riwayat Penyakit Sekarang
5 tahun terakhir
3 tahun terakhir
Laporan kasus
: Kompos mentis
- Keadaan umum
- Tekanan darah
: 110/70 mmHg
- Nadi
: 80 x/menit
- Nafas
: 20 x/menit
Laporan kasus
- Suhu
: 36,3C
- BB
: 51 kg
- TB
: 150 cm
- BMI
: 22,7 ( normoweight)
: tidak sembab
- Konjungtiva
: tidak anemis
- Sklera
: tidak ikterik
- pupil
- Leher
-Thoraks
1. Paru-paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
2. Jantung
Inspeksi
Laporan kasus
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
-Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
-Eksremitas
Akral hangat, capillary refill time <2 detik
Atas
: Edema (-/-)
Bawah
: Edema (-/-)
: 14 gr/dl
= 12-14 g/dl
Ht
: 43 %
= 37-43 %
Leukosit
: 16.000/ul
=5.000-10.000/ul
Trombosit
: 286.000/ul
=150.000-500.000/ul
Eritrosit
: 4,5 juta/ul
- EKG
1. Gambaran EKG saat masuk RS
= leukositosis
Laporan kasus
Irama
: reguler
Frekuensi
: 167 x/menit
Aksis
: Normal
Laporan kasus
- Irama
- Frekuensi
- Interval PR
- Durasi QRS
: regular
: 54x/menit
: < 0,22 detik
:>0,12 detik dan dijumpai gelombang delta pada kompleks
QRS.
3.5 Resume
Ny. S 46 tahun datang ke IGD RS Awal Bros ujung batu dengan keluhan
berdebar-debar sejak 1 jam SMRS, keluhan disertai sesak nafas, nyeri dada
(+), akral dingin (+), lemas (+), pusing (+).Pasien dibawa ke IGD Rumah
Sakit Awal Bros Ujung batu. Lalu Pasien dirujuk ke Rumah Sakit Arifin
Achmad Pekanbaru.
Tiga tahun terakhir ini, pasien sering merasakan keluhan berdebar debar
yang datang secara tiba-tiba. Keluhan semakin berat pada 3 bulan terakhir ini.
Keluhan dapat timbul secara tiba-tiba jika pasien dalam keadaan stress
(banyak pikiran), kelelahan, mengonsumsi air dingin dan makanan yang
pedas. Pada bulan Januari 2015 pasien dibawa ke RS Eka Hospital. Sejak saat
itu pasien rutin mengonsumsi Bisoprolol 1x tab.
Riwayat hipertensi, Diabetes mellitus dan asma disangkal, pasien memiliki
riwayat sindrom WPW.
Pada pemeriksaan EKG saat pasien masuk ke RS didapatkan gambaran
supraventrikular takikardi dimana laju jantung berkisar 167x/menit, irama
yang regular, terdapat gelombang P dan durasi QRS < 0,10 detik. Saat pasien
di bangsal gambaran EKG ditemukan sindrom WPW dimana pada gambaran
Laporan kasus
EKG terdapat gelombang delta dengan durasi QRS yang melebar (>0,12
detik) dan interval PR yang pendek (< 0,12-0,20 detik).
Non Farmakologis
Bed rest total, pembatasan aktifitas fisik
O2 3 L/ menit
Farmakologis
R/ 2-April-15(saat masuk RS)
IVFD RL 20 tpm
Bisoprolol 1x tab
IV Ceftriaxon 2x1 amp
IV Ozid 1x1 amp
Amiodaron 2x200 mg
3.7 Follow up
Hari/ Tanggal
Sabtu/ 4-4-15
S
Palpitasi kadang
terasa secara tibatiba
tetapi
menghilang
dengan sendirinya
O
TD : 110/80
HR : 80x/menit
RR : 20x/ menit
S : 37,1 C
KU : Baik
A
SVT
P
IVFD RL 20 tpm
Bisoprolol 1x1/2 tab
IV Cetriaxone 2x1 amp
IV Ozid 1x1 amp
Amiodaron 2x200mg
Minggu/ 5-4-15
Palpitasi kadang
terasa secara tibatiba
tetapi
menghilang
TD : 110/70
HR : 80 x/menit
RR : 20 x/ menit
S : 36.4 C
SVT
IVFD RL 20 tpm
Bisoprolol 1x1/2 tab
IV Cetriaxone 2x1 amp
IV Ozid 1x1 amp
Laporan kasus
Senin/6 -4-15
dengan sendirinya
KU : Baik
Palpitasi (-)
Sesak (-)
TD : 130/70
HR : 80/ menit
RR : 21 x/ menit
S : 36.5 C
KU : Baik
Amiodaron 2x200mg
SVT
IVFD RL 12 tpm
PEMBAHASAN
Pada kasus ini, pasien memiliki masalah yaitu SVT dan Sindrom WPW.
Diagnosis pada pasien ini adalah SVT. SVT dapat ditegakkan berdasarkan
manifestasi klinis yang didapatkan dari anamnesa yaitu palpitasi secara tiba-tiba,
dispnoe, lemas, nyeri dada dalam episode palpitasi. Selain itu juga dapat dilihat
dari gambaran EKG dimana laju jantung berkisar 100-250x/menit, irama yang
regular, terdapat gelombang P dan durasi QRS < 0,10 detik. Sindrom WPW
Sindrom WPW adalah suatu sindrom dengan interval PR yang pendek dan
interval QRS yang lebar yang disebabkan oleh hubungan langsung antara atrium
dan ventrikel melalui jaras tambahan. Sindrom WPW merupakan suatu fenomena
menarik yang terlihat pada sejumlah individu yang terkena serangan aritmia
atrium paroksismal. Sindrom WPW adalah konduksi AV (atrioventrikular) yang
dipercepat. Pengidap sindrom WPW memiliki tambahan hubungan jaringan nodus
atau otot yang menyimpang (berkas Kent) antara atrium dan ventrikel. Berkas ini
menghantar lebih cepat dibandingkan hantaran nodus AV yang lambat dan satu
ventrikel terangsang lebih awal. Manifestasi pengaktifannya bergabung dengan
Laporan kasus
pola QRS yang normal dan menghasilkan interval PR yang pendek dan
pemanjangan defleksi QRS yang tidak mulus pada bagian atasnya (delta wave).
DAFTAR PUSTAKA