Professional Documents
Culture Documents
ABSTRAK
N Engl J Med 2013;368:893-903
HASIL. Studi ini dihentikan lebih awal dikarenakan kegagalan setelah 656 partisipan
dilakukan randomisasi (434 pasien mendapatkan tambahan terapi endovaskular dan 222
pasien hanya mendapatkan r-PA). Proporsi partisipan dengan nilai 2 atau kurang dari skala
Rankin yang dimodifikasi pada 90 hari tidak berbeda secara signifikan (40.8% dengan
tambahan terapi endovaskular dan 38.7% dengan r-PA intravena; perbedaan absolut yang
disesuaikan, 1.5 bagian; 95% interval kepercayaan [CI], 6.1 to 9.1, dengan nilai
penyesuaian untuk National Institutes of Health Stroke Scale with adjustment for the
National [NIHSS]18-19, mengindikasikan stroke sedang, atau 20 mengindikasikan stroke
berat]), begitupula dengan penilaian menggunakan NIHSS pasien dengan nilai 20 atau
lebih (6.8 bagian; 95% CI, 4.4 to 18.1) dengan nilai 19 atau kurang (1.0 bagian; 95% CI,
10.8 to 8.8). Hasil studi untuk angka mortalitas adalah hampir sama pada 90 hari pada
kelompok yang mendapatkan tambahan terapi endovaskular dengan hanya penggunaan tPA (19.1% dan 21.6%, berurutan; P = 0.52) dan proporsi pasien dengan perdarahan
intraserebral simptomatik dalam 30 jam setelah pemberian t-PA(6.2% dan 5.9%, berurutan;
P = 0.83).
KESIMPULAN. Penelitian ini menunjukkan keamanan dan tidak adanya perbedaan yang
signifikan terhadap ketergantungan fungsional pada pasien yang mendapatkan tambahan
terapi endovaskular setelah pemberian t-PA, dibandingkan dengan hanya menggunakan tPA.
tingkat kesalahan tipe 1 dan tipe 2 yaitu 0.05 (dua sisi) dan 0.20, faktor inflasi 1.03
memberikan penjelasan rata-rata tingkat tidak memenuhi sekitar 2% dan fungsi OBrien
dan tipe Fleming alpha-spending untuk analsis efikasi.
Kriteria ketidakberhasilan berdasarkan pada kekekuatan kondisional kurang dari
20% di bawah hipotesis alternative. Hipotesis mengenai efikasi dinilai dengan
menggunakan CochranMantelHaenszel test, dengan penyesuaian untuk skor NIHSS dan
nilai dari CochranMantelHaenszel test diaplikasikan untuk memperkirakan perbedaan
resiko. Baik pada analisis final dan interim, suatu keluaran yang buruk (dinyatakan sebagai
skor Rankin yang telah dimodifikasi >2) dimasukkan untuk partisipan yang datanya
keluaran utamanya hilang atau untuk pasien dengan data keluaran utamanya didapatkan di
luar sistem yang digunakan. Untuk menganalisis keluaran sekunder, subgroup, dan
keamanan, setiap percobaan dilakukan pada 2 sisi level alfa dari 0.01. Analisis subgroup
termasuk tingkatan NIHSS, waktu mulai dari onset sampai dilakukannya penanganan (t-PA
intravena dan terapi endovaskular), ada tidaknya oklusi arteri pada CT angiografi, usia,
jenis kelamin, dan ada tidaknya fibrilasi arterial. Untuk menganalisis skor Rankin yang
telah dimodifikasi digunakan van Elteren test.
HASIL
Karakteristik dari Partisipan
Sebanyak 656 partisipan dilakukan randomisasi (434 partisipan mendapatkan terapi
endovaskular dan 222 mendapatkan hanya t-PA intravena) di 58 studi senter pada rentang
waktu 25 Agustus 2006 sampai 17 April 2012 di Amerika, (41 tempat), Kanada (7),
Australia (4) dan Eropa (6). Pada 27 partisipan didapatkan hasil yang tidak memenuhi
persyaratan (14 partisipan keluaran utamanya dinilai di luar waktu 30 hari yang ditentukan
dan 13 partisipan hasil keluaran tidak dinilai). Variabel dasar yang berbeda secara
signifikan pada kedua kelompok perlakuan adalah proporsi pasien dengan riwayat penyakit
NIHSS pada 306 partisipan yang dilakukan pemeriksaan CT angiografi ditunjukkan pada
gambar 2 pada suplementasi.
Usia tahun
Median
Range
Jenis Kelamin laki-laki (%)
Kelompok Ras/Etnis (%)
Negro
Hispanik
Skor NIHSS
Median
Range
ASPECTS dari 8,9,atau 10 (%)
Perkiraan lokasi stroke (%)
Hemisfer kiri
Hemisfer kanan
Batang otak atau serebelum
Tidak diketahui atau lesi multipel
Fibrilasi atrial (%)
Riwayat hipertensi (%)
Riwayat diabetes (%)
Riwayat gagal jantung kongestif (%)
Riwayat penyakit jantung koroner (%)
Riwayat hiperlipidemia (%)
Glukosa serum (mmol/liter)
Waktu mulai dari onset sampai pemberian awal tPA intravena (menit)
Skor Rankin yang dimodifikasi
0
1
2
3
Tekanan darah sistolik (mmHg)
Penggunaan antiplatelet sebelumnya (%)
Penggunaan statin sebelumnya (%)
International Normalized Ratio
Median
Range
Terapi
Endovaskular
(N=434)
Hanya t-PA
intravena
(N=222)
69
23-89
218 (50.2)
68
23-84
122 (55.0)
51 (11.8)
11 (2.5)
19(8.6)
12 (5.4)
17
7-40
247 (56.9)
16
8-30
131 (59.0)
224 (51.6)
197 (45.4)
10 (2.3)
3 (0.7)
153 (35.3)
319 (73.5)
94 (21.7)
50 (11.5)
102 (23.5)
215 (49.5
7.4 2.9
122.4 33.7
106 (47.7)
109 (49.1)
4 (1.8)
3 (1.4)
70 (31.5)
171 (77.0)
54 (24.3)
31 (14.0)
72 (32.4)
112 (50.5)
7.6 3.1
121.2 33.8
379 (87.3)
35 (8.1)
19 (4.4)
1 (0.2)
148 21.3
186 (42.9)
155 (35.7)
197 (88.7)
21 (9.5)
4 (1.8)
0
147.3 24
108 (48.6)
83 (37.4)
1.0
0.9-1.7
1.0
0.9-1.7
Keterangan :
* Nilai plus minus adalah rata-rata SD. Tidak ada perbedaan signifikan antar kelompok kecuali pada
riwayat penyakit jantung koroner (P = 0.01). t-PA : tissue plasminogen activator
Kelompok rasa tau etnis dilaporkan tersendiri
The National Institutes of Health Stroke Scale (NIHSS), merupakan pengukuran serial dari defisit
neurologis, dengan nilai total 42 yang mengkuantitaskan defisit neurologis dalam 11 kategori, dengan
0 yang menunjukkan fungsi normal tanpa defisit neurologis dan skor yang lebih tinggi menunjukkan
semakin beratnya defisit neurologis.
The Alberta Stroke Program Early Computed Tomography Score (ASPECTS) memberikan
penilaian sistematik dari 10 area otak dengan menggunakan CT, dengan nilai 1 mengindikasikan area
normal dan 0 menunjukkan tanda iskemia; rentang skor total dari 10 ( tidak didapatkan bukti adanya
iskemia awal) sampai 0 ( seluruh area hemisfer menunjukkan tanda-tanda iskemia awal).
Skor pada skala Rankin yang telah dimodifikasi memiliki rentang 0 sampai 6, dengan 0 berarti
tanpa gejala, 1 adalah tidak ada disabilitas substansial walaupun terdapat gejala klinis, 2
menunjukkan disabilitas ringan, dan 3 adalah disabilitas sedang yang membutuhkan bantuan; nilai 6
menunjukkan kematian. Seseorang dengan skor 0,1,2 mengindikasikan ketergantungan fungsional.
Keluaran Primer
Penelitian ini dihentikan awal karena kegagalan ditentukannya aturan yang definit. Tidak
didapatkan perbedaan yang signifikan antara kelompok yang mendapatkan terapi
endovaskular dan yang hanya mendapatkan t-PA intravena pada seluruh populasi partisipan
dengan pemggunaan skor Rankin yang telah dimodifikasi dengan nilai 2 atau kurang
(40.8% dan 38.7%, absolute adjusted difference, 1.5 percentage points; 95% confidence
interval [CI], 6.1 to 9.1, dengan penyesuaian pada strata NIHSS) (Gambar 1.). Hasil yang
sama juga diapatkan pada subkelompok pasien dengan skor NIHSS 20, yang
mengindikasikan stroke berat (perbedaan 6.8 percentage points pada kelompok terapi
endovaskular; 95% CI, 4.4 to 18.1) dan pasien dengan skor 8-19, yang mengindikasikan
stroke sedang berat (perbedaan 1.0 percentage point pada kelompok dengan hanya
diberikan terapi t-PA intravena; 95% CI, 10.8 to 8.8) (Gambar 2.).
Keluaran Sekunder
Analisis sekunder menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan diantara sub-sub kelompok.
Secara keseluruhan arah keluaran lebih baik didapatkan pada partisipan yang diberikan
terapi endovaskular dan t-PA dalam waktu 2 jam setelah onset dibandingkan dengan hanya
diberikan t-PA dalam waktu 2 jam setelah onset, namun tidak ada perbedaan yang
signifikan. Terdapat efek dan keluaran yang sama juga dengan pemberian t-PA dalam
waktu 90 menit atau kurang pada kelompok dengan terapi endovaskular, dibandingkan
dengan dilakukan prosedur lebih dari 90 menit, namun juga tanpa perbedaan yang
signifikan.
Gambar 1. Distribusi Skor Rankin yang telah Dimodifikasi, Menurut Study Group and Score on the
National Institutes of Health Stroke Scale (NIHSS).
Persentasi pasien pada gambar di atas ditunjukkan di atas maupun di dalam sel, menurut skor dari skala
Rankin yang telah dimodifikasi. Nilai antara 0 sampai 6, dengan 0 adalah tanpa gejala, 1 menunjukkan
tidak adanya disablitas yang nyata (mampu melakukan aktivitas sehari-hari, meskipun dengan beberapa
gejala), 2 adalah disabilitas ringan (mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan namun tidak
dapat seluruh aktivitas terdahulu dapat dikerjakan), 3 menunjukkan disabilitas sedang (membutuhkan
beberapa bantuan namun dapat berjalan tanpa bantuan), 4 adalah disabilitas sedang berat (tidak mampu
memenuhi kebutuhan diri sendiri tanpa bantuan dan tidak dapat berjalan tanpa bantuan), 5 merupakan
disabilitas berat (membutuhkan perawatan dan perhatian secara berkelanjutan, hanya dapat di tempat
tidur dan inkontinensia), dan 6 adalah keamtian. Pasien dengan nilai 0,1,atau 2 dikatakan sebagai mandiri
secara fungsional. Analisis sekunder menunjukkan tidak adanya perbedaan signifikan antara 2 kelompok
perlakuan pada distribusi skala Rankin yang telah dimodifikasi secara keseluruhan (P = 0.25); diantara
pasien-pasien dengan nilai NIHSS 8 sampai 19 mengindikasikan stroke sedang berat (P = 0.83); atau skor
NIHSS lebih dari sama dengan 20 menunjukkan stroke berat (P = 0.06).
t-PA = Tissue Plasminogen Activator
Kecepatan Reperfusi
DISKUSI
Studi IMS III dihentikan awal karena kegagalan berdasarkan aturan yang sudah disepakati
sebelumnya, dan gagal untuk menunjukkan manfaat fungsional pada terapi tambahan
endovaskular, dibandingkan dengan terapi standar hanya diberikan t-PA intravena. Profil
keamanan kedua kelompok studi.
Kami merancang analisis bertingkat untuk hasik keluaran primer, dengan hipotesis bahwa
efikasi terapi endovaskular akan lebih baik pada partisipan dengan derajat stroke berat
(skor NIHSS 20), dimana pasien-pasien tersebut memiliki kecenderungan untuk
mengalami oklusi pada arteri-arteri intrakranial utama dan semakin besarnya resiko volume
otak yang mengalami iskemia. Pada subkelompok ini, perbedaan proporsi partisipan
dengan skor Rankin yang telah dimodifikasi 2 atau kurang dalam 90 hari di kelompok yang
mendapat terapi endovaskular, dibandingkan dengan kelompok yang hanya mendapatkan tPA intravena, adalah tidak signifikan (6.8 percentage points; 95% CI, 4.4 to 18.1), dan
perbedaan yang besar diantara pasien-pasien dengan defisit neurologis berat yang
memerlukan terapi dalam waktu 2 jam setelah onset stroke juga tidak signifikan (14.0
percentage points; 99% CI, 6.2 to 34.1).
Meskipun pada waktu-waktu awal, terapi endovaskular dihipotesiskan
berhubungan dengan manfaat yang lebih besar, namun studi menunjukkan hasil yang tidak
signifikan.Studi pada infark miokardial menunjukkan efikasi dari percutaneous coronary
intervention (PCI), dibandingkan dengan trombolisis (angka kematian 1 persen lebih
rendah dibandingkan PCI), efikasi berkaitan erat dengan semakin dininya inisiasi dari
terapi dan berat serta luasnya iskemia pada miokardial. Bersumber dari data studi reperfusi
pada pasien-pasien dengan infark miokard, terdapat hubungan kuat antara waktu onset
dengan terapi awal dan tingkat efektivitas dari t-PA intravena, dan data subkelompok dari
studi IMS III, studi terapi endovaskular selanjutnya harus mempertimbangkan metode
untuk meminimalkan keterlambatan pada pemberian terapi endovaskular. Sebagai
tambahan, meskipun kami tidak mendapatkan manfaat yang signifikan terapi endovaskular
pada pasien dengan stroke derajat berat atau oklusi pada arteri besar, studi yang lebih besar
untuk menilai subkelompok ini mungkin saja menunjukkan efikasi.
Walaupun revaskularisasi yang berhasil pada studi IMS III dikaitkan dengan
keluaran fungsional yang lebih baik pada kelompok terapi endovaskular, terdapat
keterbatasan revaskularisasi untuk mewakili pengukuran perbedaan efikasi diantara dua
terapi reperfusi. Pada studi ini, kami mengobservasi reperfusi baik parsial maupun total
pada 81% oklusi M1 yang dibandingkan dengan 41% rekanalisasi oklusi M1 yang telah
dilakukan pengukuran dengan ultrasonografi transkranial Doppler dan magnetic resonance
angiography dalam jangka waktu 2 sampai 3 jam setelah terapi dengan t-PA intravena saja.
13 (5.9)
42 (18.9)
13/207 (6.3)
3/207 (1.4)
12/207 (5.8)
10/207 (4.8)
5 (2.3)
14 (6.3)
-
Keterangan :
* Kejadian yang muncul dalam periode waktu tertentu setelah pemberian t-PA intravena.
Nilai P didapatkan dari tes CochranMantelHaenszel. Data yang didapatkan dari
pemeriksaan CT mengeksklusi 32 partisipan yang tidak dilakukan pemeriksaan CT dalam
waktu 24 jam setelah pemberian t-PA intravena atau tindakan pemeriksaan dasar lainnya
yang tidak dilakukan dalam periode waktu yang ditentukan (contoh partisipan yang
meninggal karena keluarga menginginkan terapi minimal, atau dilakukan imajing setelah
periode waktu 30 jam).
Hematoma parenkim tipe 2 didefinisikan sebagai hematoma padat dan mencakup 30%
dari daerah infark dengan efek massa atau didapatkan area perdarahan di sekitar daerah
infark.
Termasuk dalam komplikasi adalah hematoma pada pangkal paha, diseksi pembuluh
darah, perforasi pembuluh darah, dan emboli pada area yang sebelumnya tidak terlibat,
sebagaimana dinilai oleh investigator atau dinilai dari pusat.
Kelmpok tunggal studi IMS I dan II, dan studi RECANALISE, menyatakan
bahwa hubungan antara reperfusi dengan keluaran diperkuat dengan peningkatan waktu
mulai dari onset sampai reperfusi; pada studi IMS I dan II, 30 menit penundaan atau
keterlambatan dikaitkan dengan penurunan 10% dari probabilitas dan tingkat kemandirian
fungsional (didefinisikan sebagai skor Rankin yang dimodifikasi : 0,1,2). Walaupun
terdapat penekanan kuat pada waktu terapi yang cepat, waktu terapi endovaskular pada
studi IMS III adalah 32 menit lebih lama dibandingkan studi IMS I, dimana lebih kecil,fase
kedua, studi kelompok tunggal pada 17 tempat. Hal ini merupakan salah satu alasan
penting kurangnya manfaat klinis, meskipun terapi endovaskular memberikan hasil
revaskularisasi yang lebih baik dibandingkan dengan t-PA intravena.
Dua studi fase 2 baru-baru ini membandingkan stent retrievers dengan Merci
retriever telah menunjukkan peningkatan yang jelas dan substansial pada reperfusi dengan
stent retrievers. Stent retrievers hanya digunakan pada sejumlah kecil pasien pada studi
IMS III sebelum studi ini terhenti karena gagal. Karena itu, salah satu keterbatasan dari
penelitian ini adalah tidak membandingkan efikasi dari stent retrievers jenis baru dengan
pemberian t-PA saja. Namun studi kami menggarisbawahi penemuan bahwa perbaikan
reperfusi tidak menjamin efikasi klinis. Efikasi dari peralatan-peralatan baru yang
dikomparasi dengan pemberian t-PA intravena saja masih tertinggal untuk
didemonstrasikan. Studi IMS III dan studi terbaru lainnya mengenai terapi endovaskular
untuk stroke iskemik akut menunjukkan keuntungan yang menjanjikan dan keterbatasan
dari terapi endovaskular. Penggunaan metode randomisasi pada studi yang sedang berjalan
dan studi selanjutnya, bukan dari pemilihan pasien yang memenuhi persyaratan terapi
endovaskular diluar semua studi, serta meminimalkan jeda waktu sampai diberikan terapi
akan menjadi esensial dalam menilai manfaat potensial dari terapi endovaskular pada
stroke iskemik akut.