You are on page 1of 22

Perubahan Telinga Pada Lansia

Rizqi Meltahayati (406138042)

Rima

PERUBAHAN STRUKTUR TELINGA PADA LANSIA


I.

PENDAHULUAN
Lansia atau usia tua adalah suatu periode penutup dalam rentang hidup seseorang,
yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang
lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh manfaat. Batasan lansia
(lanjut usia) menurut WHO meliputi, usia pertengahan (middle age) yaitu usia antara 45
sampai 59 tahun, lanjut usia (eldery) yaitu usia antara 60 sampai 74 tahun, lanjut usia tua
(old) yaitu usia antara 76 sampai 90 tahun, dan usia sangat tua (very old) yaitu usia diatas
90 tahun. Menurut Depkes RI batasan lansia terbagi dalam empat kelompok yaitu
pertengahan umur usia lanjut (virilitas) yaitu masa persiapan usia lanjut yang
menampakkan keperkasaan fisik dan kematangan jiwa antara 45-54 tahun, usia lanjut dini
(prasenium) yaitu kelompok yang mulai memasuki usia lanjut antara 55-64 tahun,
kelompok usia lanjut (senium) usia 65 tahun ke atas dan usia lanjut dengan risiko tinggi
yaitu kelompok yang berusia lebih dari 70 tahun atau kelompok usia lanjut yang hidup
sendiri, terpencil, tinggal di panti, menderita penyakit berat, atau cacat.1,2
Perubahan patologik pada organ auditori akibat proses degenerasi pada usia lanjut
dapat menyebabkan gangguan pendengaran. Jenis ketulian yang terjadi pada kelompok
geriatri umumnya tuli sensorineural, namum dapat juga berupa tuli konduktif atau tuli
campur.3 Secara alamiah organ pendengaran akan mengalami proses degenerasi. Pada
telinga luar perubahan yang paling jelas adalah berkurangnya elastisitas jaringan daun
telinga dan liang telinga.
Kelenjar sebasea mengalami gangguan fungsi sehingga produksinya berkurang,
selain itu juga terjadi penyusutan jaringan lemak yang seharusnya berperan sebagai
bantalan di sekitar liang telinga. Hal tersebut diatas menyebabkan kulit daun telinga
maupun liang telinga menjadi kering dan mudah mengalami trauma. Serumen juga
cenderung mengumpul, mengeras, dan menempel dengan jaringan kulit di liang telinga.3

II.

ANATOMI

Kepaniteraan Klinik Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Werdha Kristen Hana
Periode 14 Desember 2015 23 Januari 2016

Page 1

Perubahan Telinga Pada Lansia


Rizqi Meltahayati (406138042)

Rima

Gambar 1. Telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam

a.

Telinga luar
Auricula/daun telinga/pinna.4
Liang telinga (Meatus Akustikus Eksternus).4
Membran timpani

Gambar 2. Telinga Luar

b. Telinga tengah
Telinga tengah berbentuk kubus dengan4:

Batas luar : membrane timpani


Batas depan : tuba eustachius
Batas bawah : vena jugularis (bulbus jugularis)
Batas belakang : aditus ad antrum, kanalis fasial pars vertikalis.

Kepaniteraan Klinik Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Werdha Kristen Hana
Periode 14 Desember 2015 23 Januari 2016

Page 2

Perubahan Telinga Pada Lansia


Rizqi Meltahayati (406138042)

Rima

Batas atas : tegmen timpani (meningen/otak)


Batas dalam : berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semisirkularis horizontal, kanalis
fasial, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar (round window) dan promontorium.

Gambar 3. Telinga Tengah

c. Telinga dalam
- Labirin (telinga dalam) mengandung organ pendengaran dan keseimbangan, terletak pada
-

pars petrosa os temporal.


Vestibulum
Vestibulum adalah suatu ruangan kecil yang berbentuk oval, memisahkan koklea dari kanalis

semisirkularis4
Kanalis Semisirkularis
Terdapat 3 buah kanalis semisirkularis : superior, posterior dan lateral yang membentuk sudut

siku sempurna satu sama lain.4


Koklea
Terletak didepan vestibulum menyerupai rumah siput dengan panjang
Sakulus dan utrikulus.4

Kepaniteraan Klinik Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Werdha Kristen Hana
Periode 14 Desember 2015 23 Januari 2016

Page 3

Perubahan Telinga Pada Lansia


Rizqi Meltahayati (406138042)

Rima

Gambar 4. Telinga Dalam

III.

FISIOLOGI
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam

bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut
menggerakan membran timpani diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang
pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melaiui daya ungkit tulang pendengaran dan
perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah
diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong sehingga
perilimfa pada skala vestibule bergerak. Getaran diteruskan melaiui membran Reissner yang
mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan
membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya
defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan ion
bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut,
sehingga melepaskan neuro transmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi
pada saraf auditorius. Lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai korteks pendengaran (area
39-40) di lobus temporalis.4

Kepaniteraan Klinik Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Werdha Kristen Hana
Periode 14 Desember 2015 23 Januari 2016

Page 4

Perubahan Telinga Pada Lansia


Rizqi Meltahayati (406138042)

Rima

Bagan 1. Fisiologi Pendengaran


IV.

FAKTOR RESIKO
a. Genetik
Riwayat keluarga berperan penting dalam predisposisi menjadi presbikusis. Analisis
batas dari ambang pendengaran pada saudara dan orang tua / anak dibandingkan
pasangan suami-istri (kontrol) pada pasien Framingham Heart Study menemukan
bahwa efek genetik yang diwariskan signifikan. Studi menunjukkan bahwa sekitar
55% dari varians dalam gangguan pendengaran yang berkaitan dengan usia dapat
berasal faktor genetika.5
b. Faktor Lingkungan
Variasi besar dalam perkembangan dan keparahan gangguan pendengaran telah lama
menyebabkan ARHI (Age-Related Hearing Impairment) sebagai kelainan genetik
yang kompleks dengan faktor risiko lingkungan. Faktor risiko lingkungan yang
berpengaruh pada manifestasi ARHI, selain yang disebutkan diatas, termasuk paparan
kebisingan yang berlebih, pengobatan yang menyebabkan ototoksik (terutama

Kepaniteraan Klinik Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Werdha Kristen Hana
Periode 14 Desember 2015 23 Januari 2016

Page 5

Perubahan Telinga Pada Lansia


Rizqi Meltahayati (406138042)

Rima

antibiotik aminoglikosida dan anti kanker golongan cisplatin) dan bahan kimia.
Faktor-faktor lingkungan tampaknya merusak sistem pendengaran oleh cedera
oksidatif dan dengan demikian dapat memperburuk perubahan terkait usia dalam
sistem pendengaran. 5
c. Jenis kelamin dan faktor hormonal
Pada umumnya laki-laki lebih beresiko menurunnya pendengaran pada usia lanjut
dibandingkan wanita. Selain itu juga terdapatnya perbedaan level hormone diantara
wanita dan laki-laki yang berperan sebagai risiko ARHI. Reseptor hormon steroid
berada di dalam koklea. Hubungan antara ARHI dan tingkat hormonal, fluktuasi
ambang batas pendengaran telah diamati selama siklus menstruasi dan terapi estrogen
memperlambat perkembangan ARHI pada wanita pascamenopause. Selanjutnya, pada
pasien dengan Sindrom Turner yang tidak dapat mensintesis estrogen, mengalami
ARHI lebih dini. Studi korelatif pada manusia menunjukkan efek perlindungan dari
peningkatan aldosteron pada ambang batas pendengaran dan peningkatan
Presbiaskusis pada orang tua. Reseptor aldosteron di telinga bagian dalam
mempengaruhi homeostasis ionik cairan telinga dalam, yang penting untuk
homeostasis koklea dan transduksi suara. 5
d. Diabetes mellitus
Diabetes tipe I maupun tipe II menjadi faktor risiko terjadinya gangguan pendengaran
dan patologi koklear. Diabetes melitus merupakan penyakit dimana kadar glukosa
serum tinggi terkait defisiensi insulin relative maupun absolute. Diabetes melitus
manajemen pengobatannya difokuskan pada pencegahan terjadinya komplikasi
kronik. Penebalan membran basal pada endotel vaskuler merupakan salah satu
kelainan yang paling sering pada DM yang dikenal juga dengan diabetic
microangiopathy. Selain itu juga ditemukan kelainan saraf sensoris dengan
karakteristik berupa kerusakan pada sel schwann dan akson serta degenerasi myelin.
Angiopati bisa terjadi secara langsung terkait fungsi pendengaran berupa hambatan
suplai pembuluh darah koklea dan mengurangi transpor nutrien terkait penebalan
dinding kapiler darah sehingga menyebabkan iskemia koklea yang mengakibatkan
degenerasi luas pada sel-sel ganglion stria vaskularis dan ligamen spiralis serta secara
tidak langsung berupa degenerasi nervus kranial I terkait kekurangan pasokan darah
Kepaniteraan Klinik Geriatri
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Werdha Kristen Hana
Periode 14 Desember 2015 23 Januari 2016

Page 6

Perubahan Telinga Pada Lansia


Rizqi Meltahayati (406138042)

Rima

yang terjadi. Melalui serangkaian penelitian lain juga ditemukan terjadinya patologi
berupa penebalan dinding kapiler stria vaskularis dan mediolus hingga 10 sampai 20
kali pada penderita DM. Dengan penebalan dinding kapiler ini, maka secara otomatis
akan terjadi pengurangan ukuran lumen pembuluh darah yang tentu saja akan
mempengaruhi arteri internal auditory. Degenerasi saraf juga berperan dalam
terjadinya proses gangguan pendengaran. Terjadi atrofi ganglion spiralis dan
penurunan jumlah serat saraf pada lamina spiralis.5
e. Penyakit jantung
Semua kondisi yang dapat mengganggu aliran darah pada pembuluh darah seperti
hiperlipidemia, hiperkolesterol, hipertensi, hiperlipoprotein dan penyakit jantung
yang menjadi faktor risiko terjadinya ARHI. Seperti pada diabetes, penyakit jantung
juga menyebabkan pembuluh darah menjadi melemahkan fungsi dari jaringannya dan
menurunkan potensi endolympatik yang menurunkan sensitifitas organ koklear untuk
mendengar. 5
f. Gaya hidup
Pola hidup yang buruk dalam bidang kesehatan berkaitan dengan olahraga, merokok
dan diet juga dianggap faktor risiko ARHI berdasarkan data dari studi populasi.
Karena beberapa kebiasaan ini mempengaruhi fungsi kardiovaskular dan faktor risiko
potensial lainnya untuk ARHI. 5
V.

Gangguan Pendengaran Pada Geriatri


Perubahan patologik pada organ auditori akibat proses degenerasi pada usia lanjut dapat

menyebabkan gangguan pendengaran. Jenis ketulian yang terjadi pada kelompok geriatri
umumnya tuli sensorineural, namun dapat juga berupa tuli konduktif atau tuli campur. Secara
alamiah organ organ pendengaran akan mengalami proses degenerasi. Pada telinga luar
perubahan yang paling jelas adalah berkurangnya elastisitas jaringan daun telinga dan liang
telinga. Kelenjar-kelenjar sebasea dan seruminosa mengalami gangguan fungsi sehingga
produksinya berkurang, selain itu juga terjadi penyusutan jaringan lemak yang seharusnya
berperan sebagai bantalan di sekitar liang telinga Hal hal tersebut diatas menyebabkan kulit daun
telinga maupun liang telinga menjadi kering dan mudah mengalami trauma. Serumen juga
cenderung mengumpul, mengeras dan menempel dengan jaringan kulit liang telinga . Bagian
liang telinga 2/3 dalam (dikelilingi oleh jaringan tulang) juga berpotensi mengalami perlukaan
Kepaniteraan Klinik Geriatri
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Werdha Kristen Hana
Periode 14 Desember 2015 23 Januari 2016

Page 7

Perubahan Telinga Pada Lansia


Rizqi Meltahayati (406138042)

Rima

pada upaya ufltuk mengeluarkan kotoran telinga yang keras, karena kulit yang melapisinya
menjadi lebih tipis . Oleh sebab itu diperlukan perhatian khusus pada saat pemasangan alat bantu
dengar, karena berkurangnya toleransi kulit liang telinga terhadap bahan-bahan yang lebih keras .
Terdapat kecenderungan pengumpulan serumen yang disebabkan oleh meningkatnya
produksi serumen dari bagian 1/3 luar liang telinga, bertambah banyaknya rambut liang telinga
yang tampak lebih tebal dan panjang, produk serumen yang lebih keras maupun adanya
sumbatan akibat pemasangan alat bantu dengar . Prevalensi serumen yang mengeras (serumen
prop) pada populasi usia lanjut adalah 34 %. Bagian telinga lainnya seperti membran timpani,
tulang tulang pendengaran, otot otot di telinga tengah juga mengalami perubahan walaupun tidak
terlalu bermakna.
Etholm dan Belal meneliti perubahan mikroskopis struktur telinga tengah dan menjumpai
beberapa hal seperti berikut:
(1) Membran timpani menipis dan lebih kaku,
(2) artritis sendi sering terjadi pada persendian antar tulang-tulang pendengaran,
(3) atrofi dan degenerasi serabut-serabut otot pendengaran di telinga tengah,
(4) proses penulangan dan perkapuran pada tulang rawan disekitar Tuba Eustachius.
Perubahan perubahan yang terjadi pada bagian sistim hantaran bunyi tersebut ternyata tidak
terlalu besar pengaruhnya terhadap ambang pendengaran. Struktur telinga bagian dalam juga
mengalami perubahan pada kelompok usia lanjut. Komponen telinga dalam baik berupa bagian
sensorik, saraf, pembuluh darah, jaringan penunjang maupun sinaps saraf sangat rentan terhadap
perubahan akibat proses degenerasi. Organ corti merupakan bagian dari koklea yang paling
rentan terhadap perubahan akibat proses degenerasi yang dialami populasi usia lanjut. Proses
degenerasi yang terladi pada sel-sel rambut luar di bagian basal koklea sangat besar pengaruhnya
dalam penurunan ambang pendengaran pada usia lanjut. 4,5,6
VI.

Presbiakusis
Berkurangnya fungsi sistem pendengaran kita pada usia senja, adalah sebagian dari

proses penuaan yang juga terjadi pada sistem-sistem lain di tubuh kita. Proses berkurangnya
fungsi oleh karena penuaan ini disebut juga proses degenerasi. Proses degenerasi yang terjadi
pada sistem pendengaran kita sehingga mengakibatkan fungsinya berkurang sampai hilang
disebut presbikusis.6
Mulainya proses degenerasi tidak sama untuk setiap orang, tapi tergantung pada faktor
keturunan dan lingkungan tempat tinggalnya. Sedangkan kelainan yang terjadi tidak hanya pada
koklea, tapi juga telinga tengah, saraf pendengaran, di nukleus koklea dan di pusat pendengaran
Kepaniteraan Klinik Geriatri
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Werdha Kristen Hana
Periode 14 Desember 2015 23 Januari 2016

Page 8

Perubahan Telinga Pada Lansia


Rizqi Meltahayati (406138042)

Rima

di susunan saraf pusat. Presbikusis adalah tuli sensorineural yang biasanya simetris dan pada
pasien yang berusia diatas 60 tahun. Orang-orang diatas 60 tahun normal mengalami penurunan
pendengaran. Presbikusis dapat mulai pada frekuansi 100 Hz atau lebih dan meningkat secara
perlahan lahan sampai dengan frekuensi diatas 2000 Hz.5,6
Etiologi
Umumnya diketahui bahwa presbikusis merupakan akibat dari proses degenerasi. Diduga
kejadian presbikusis mempunyai hubungan dengan faktor-faktor herediter, pola makanan,
metabolisme, arteriosklerosis, infeksi, bising, gaya hidup atau bersifat multifaktor. Menurunnya
fungsi pendengaran secara berangsur merupakan efek kumulatif dari pengaruh faktor-faktor
tersebut di atas.
Presbikusis biasanya terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. Progresifitas penurunan
pendengaran dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin, pada laki-laki lebih cepat dibandingkan
dengan perempuan. Cepat lambatnya proses degenerasi ini dipengaruhi juga oleh tempat dimana
seseorang tinggal selama hidupnya. Orang kota lebih cepat datangnya presbikusis ini
dibandingkan dengan orang desa. Ada korelasi antara banyaknya makan makanan yang
mengandung lemak dengan presbikusis. Seseorang yang banyak memakan makanan yang
banyak mengandung lemak lebih besar kemungkinan untuk lebih cepat menderita presbikusis.4,6
Epidemiologi
Secara global prevalensi presbikusis bervariasi, diperkirakan terjadi pada 30-45% orang
dengan usia di atas 65 tahun. Menurut WHO pada tahun 2005 akan terdapat 1.2 milyar orang
akan berusia lebih dari 60 tahun, dari jumlah tersebut 60 diantaranya tinggal di negara
berkembang. Menurut perkiraan WHO pada tahun 2020 populasi dunia berusia diatas 80 tahun
juga akan meningkat sampai 200%.
Di Amerika Serikat tidak ada data insidens presbikusis yang akurat. Kira-kira 25-30%
pada Usia 65-74 tahun terlihat adanya gangguan pendengaran. Pada usia lebih dari 75 tahun,
insidens meningkat sampai 40-50 %. Sesuai dengan definisi, prevalensi presbikusis meningkat
sejalan dengan peningkatan usia. Tidak ada perbedaan prevalensi terjadinya presbikusis terhadap
jenis kelamin yang ditemukan. Tidak diketahui adanya pengaruh perbedaan ras terhadap
prevalensi terjadinya presbikusis.
Pada Survei Kesehatan Indera Penglihatan - Pendengaran tahun 1994 -1996 di 7 Propinsi
(SumBar, SumSel , JaTeng, NTB, SulSel dan SulUt) dengan 19,375 responden didapatkan
Kepaniteraan Klinik Geriatri
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Werdha Kristen Hana
Periode 14 Desember 2015 23 Januari 2016

Page 9

Perubahan Telinga Pada Lansia


Rizqi Meltahayati (406138042)

Rima

prevalensi presbikusis sebesar 2.6% atau sekitar 6.7% dari seluruh pasien THT yang di diagnosa
dengan Presbikusis. Di Indonesia jumlah penduduk berusia lebih dari 60 tahun pada tahun 2005
diperkirakan mencapai 19.9 juta atau 8.48 % drrjumlah populasi.
Pada tahun 2025 jumlah tsb akan meningkat menjadi 4 kali lipat dari jumlah tahun 1990, dan
merupakan jumlah tertinggi di dunia. Juga terjadi peningkatan usia harapan hidup dari usia 59.8
tahun ( 1990 ) menjadi 71.7% pada tahun 2020.

Faktor Resiko

Hipertensi
Hipertensi adalah suatu kondisi dengan tekanan darah persisten dimana tekanan darah sistoliknya
diatas 140mmHg dan diastoliknya diatas 90mmHg atau sedang dalam pengobatan anti hipertensi.
Klasifikasi hipertensi terbagi menjadi primer dan sekunder atau dapat sebagai penyakit yang
menyertai obesitas, arterisklerosis, dan diabetes melitus independent. 7
Derajat hipertensi terbagi menjadi :
- Derajat Ringan . sistolik 140-159 dan diastolik 90-99mmHg,
- Derajat Sedang : sistolik 160-179 dan diastolik 100-109mmHg,,
- Derajat Berat : sistolik >180 dan siatolik >110 mmHg
Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan
darah, tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus
Kepaniteraan Klinik Geriatri
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Werdha Kristen Hana
Periode 14 Desember 2015 23 Januari 2016

Page 10

Perubahan Telinga Pada Lansia


Rizqi Meltahayati (406138042)

Rima

meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun
drastis. Peningkatan tekanan darah ditentukan oleh dua faktor yaitu curah jantung dan tahanan
vaskuler perifer yang meingkat. Hipertensi yang berlangsung lama dapat memperberat tahanan
vaskuler yang mengakibatkan disfungsi sel endotel pembuluh darah dengan mensekresi faktor
pertumbuhan seperti (VEGF Vascular Endothelial Growth Factor) dan proliferasi sel endotel
pembuluh darah yang disebut hipertrofi vaskuler.
Kurang pendengaran sensori neural dapat terjadi akibat insufiensi mikrosirkuler
pembuluh darah seperti emboli, hemoraghea atau vasospasme. Patogenesis sistem sirkulatorik
dapat terjadi pada pembuluh darah organ telinga dalam disertai peningkatan viskositas darah,
penurunan aliran darah kapiler dan transpor oksigen. Akibatnya terjadi kerusakan sel-sel auditori,
dan proses trasmisi sinyal yang dapat menimbulkan gangguan komunikasi dan dapat disertai
tinitus.
Hiperkolesterolemia
Hiperkolesterolemia adalah salah satu gangguan kadar lemak dalam darah (dislipidemia)
dimana kadar kolesterol dalam darah > 240 mg/dl. Hiperkolesterolemia berhubungan erat dengan
kadar LDL di dalam darah. Dislipidemia adalah kelainan metabolisme di atas nilai normal serta
penurunan HDL. Pola makan dengan komposisi kelebihan lemak seperti : hiperkolesterol,
hiperlipidemia, hipertrigliserida merupakan faklor risiko terjadinya penurunan pendengaran.
Patogenesis arterosklerosis adalah arteroma dan arteriosklerosis yang terdapat secara bersama.
Arteroma merupakan degenerasi lemak dan infiltrasi zat lemak pada dinding pembuluh nadi pada
arteriosklerosis atau pengendapan bercak kuning keras bagian lipid dalam intima arteri
sedangkan arteriosklerosis adalah kelainan dinding arteri atau nadi yang ditandai dengan
penebalan dan hilangnya elastisitas pembuluh nadi.
Riwayat bising
Gangguan pendengaran akibat bising adalah penurunan pendengaran tipe sensorineural,
yang awalnya tidak disadari, karena belum mengganggu percakapan sehari-hari. Sifatnya tuli
sensorineural tipe koklea dan umumnya terjadi pada ke dua telinga. Faktor risiko yang
berpengaruh pada derajat parahnya ketulian ialah intensitas bising, frekuensi, lama pajanan
perhari, lama masa kerja, kepekaan individu, umur dan faktor lain yang dapat pengaruh.
Berdasarkan hal tersebut dapat dimengerti bahwa jumlah pajanan energi bising yang
diterima akan sebanding dengan kerusakan yang didapat. Gangguan fisiologi dapat berupa
Kepaniteraan Klinik Geriatri
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Werdha Kristen Hana
Periode 14 Desember 2015 23 Januari 2016

Page 11

Perubahan Telinga Pada Lansia


Rizqi Meltahayati (406138042)

Rima

peningkatan tekanan darah, percepatan, denyut nadi, peningkatan metabolisme basal,


vasokontriksi pembuluh darah, penurunan peristaltik usus serta peningkatan ketegangan otot.
Efek fisiologi tersebut disebabkan oleh peningkatan rangsang sistem otonom. Pemajanan yang
terus menerus terhadap suara yang bising dapat merusak sel-sel rambut yang didalam koklea. 8-12
Patofisiologi
Proses

degenerasi

menyebabkan

perubahan

struktur

koklea

dan

Nervus

Vestibulocochlearis (N.VIII). Pada koklea perubahan yang mencolok ialah atrofi dan degenerasi
sel sel rambut penunjang pada organ Corti. Proses atrofi disertai dengan perubahan vaskular juga
terjadi pada stria vaskularis. Selain itu terdapat pula perubahan, berupa berkurangnya jumlah dan
ukuran sel-sel ganglion dan saraf. Hal yang sama terjadi juga pada myelin akson saraf.
Perubahan histologis berkaitan dengan bertambahnya usia terjadi sepanjang sistem pendengaran
dari rambut sel koklea ke korteks auditori di korteks pendengaran pada lobus temporal di otak.
Perubahan histologis ini kira-kira berhubungan dengan gejala dari pendengaran.5,6
Degenerasi koklea
Patofisiologi terjadinya presbikusis menunjukkan adanya degenerasi pada stria vaskularis
(tersering). Bagian basis dan apeks koklea pada awalnya mengalami degenerasi, tetapi kemudian
meluas ke regio koklea bagian tengah dengan bertambahnya usia. Degenerasi hanya terjadi
sebagian tidak seluruhnya. Degenerasi sel marginal dan intermedia pada stria vaskularis terjadi
secara sistemik, serta terjadi kehilangan Na+K+ ATPase. Kehilangan enzim penting ini dapat
terdeteksi dengan pemeriksaan imunohistokimia. Prevalensi terjadinya presbikusis metabolik
(stria presbyiacusis) cukup tinggi. Stria vaskularis yang banyak mengandung vaskularisasi, pada
penelitian histopatologi tikus kecil yang mengalami penuaan terdapat keterlibatan vaskuler
antara faktor usia dengan terj adinya kurang pendengaran.
Analisis dinding leteral dengan kontras pada pembuluh darah menunjukkan hilangnya
stria kapiler, perubahan patologi vaskular terjadi berupa lesi fokal yang kecil pada bagian apikal
dan bawah basal yang meluar pada regio ujung koklea. Area stria yang tersisa memiliki
hubungan yang kuat degan mikrovaskular normal dan potensial endokoklear. Analisis
ultrastructural menunjukkan ketebalan membran basal yang signifikan, diikuti dengan
penambahan deposit laminin dan akumulasi imunoglobulin yang abnormal pada pemeriksaan
histokimia. Pemeriksaan histopatologis pada hewan dan manusia menunjukkan hubungan antara
Kepaniteraan Klinik Geriatri
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Werdha Kristen Hana
Periode 14 Desember 2015 23 Januari 2016

Page 12

Perubahan Telinga Pada Lansia


Rizqi Meltahayati (406138042)

Rima

usia dengan degenerasi stria vaskularis. Degenerasi stria vaskularis akibat penuaan berefek pada
potensial endolimfe yang berfungsi sebagai amplikasi koklea. Potensial endolomfatik yang
berkurang secara signifikan akan berpengaruh pada amplifikasi koklea. Nilai potesial
endolimfatik yang menurun menjadi 20mV atau lebih, maka amplikasi koklea dianggap
kekurangan voltage dengan penurunan maksimum. Penambahan 20dB di apeks koklea akan
terjadi peningkatan potensial sekitar 60 dB didaerah basis.
Degenerasi sentral
Degenerasi sekunder terjadi akibat degenerasi sel organ corti dan saraf-saraf yang dimulai
pada bagian basal kokleas hingga apeks. Perubahan yang terjadi akibat hilangnya fungsi neryus
auditorius akan meningkatkan nilai ambang compound action potential (CAP) dari nervus.
Fungsi input-output dari CAP akan terefleksi juga pada fungsi input-output dari potensial saraf
pusat. Pengurangan amplitudo dari potensial aksi yang terekam pada proses penuaan
memungkinkan terjadinya asikronisasi aktifitas nervus auditorius. Keadaan ini mengakibatkan
penderita mengalami kurang pendengaran dengan pemahaman bicara yang buruk. Prevalensi
jenis ketulian ini sangat jarang, tetapi degenerasi sekunder ini penyebab terbanyak terjadinya
presbikusi sentral.
Mekanisme molekuler
Penelitian tentang penyebab presbikusis sebagian besar menitikberatkan pada
abnormalitas genetik yang mendasarinya, dan salah satu penemuan yang paling terkenal sebagai
penyebab potensial presbikusis adalah mutasi genetik pada DNA mitokondriai.
Faktor genetik
Dilaporkan bahwa salah satu strain yang berperan terhadap terjadinya presbikusis, yaitu
57BL/6J sebagai penyandi saraf ganglion spiral dan sel stria vaskularis pada koklea. Strain ini
dimulai dari frekuensi tinggi kemudian menuju frekuensi rendah. Teori aging pada mitokondria,
menyatakan bahwa Reactive Oxygen Species sebagai penyebab rusaknya komponen
mitokondria.

Pembatasan kalori akan memperlambatkan proses penuaan, menghambat

progresitivitas mitokondria. Apoptosis terdiri dari jalur intrinsik atau jalur mitokondria yang
ditandai dengan hilangnya intergritas pada membran mitokondria dan jalur ekstrinsik yang
ditandai dengan adanya ikatan ligan pada permukaan reseptor sel.

Kepaniteraan Klinik Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Werdha Kristen Hana
Periode 14 Desember 2015 23 Januari 2016

Page 13

Perubahan Telinga Pada Lansia


Rizqi Meltahayati (406138042)

Penurunan sensitivitas ambang suara

Rima

frekuensi tinggi merupakan tanda utama

presbikusis. Perubahan dapat terjadi pada dewasa muda, tetapi terutama terjadi pada usia 60
tahun keatas. Terjadi perluasan ambang suara dengan bertambahnya waktu terutama pada
frekuensi rendah. Kasus yang banyak terjadi adalah kehilangan sel rambut luar pada basal
koklea. Presbikusis sensori memiliki kelainan spesifik, seperti akibat trauma bising. Pola
konfigurasi audiometri presbikusis sensori adalh penurunan frekuensi tinggi yang curam,
seringkali terdap at notch (takik) pada frekuensi 4kHz (4000Hz).5,6
Klasifikasi
Berdasarkan perubahan patologik yang terjadi, Schuknecht dkk menggolongkan presbikusis
menjadi 4 jenis yaitu,
1. Sensory presbyacusis: tiba-tiba pendengaran menurun untuk frekuensi tinggi oleh
karena proses degenerasi yang terjadi secara hebat di bagian basal organ corti. Speech
discrimination-nya masih cukup baik.
2. Neural presbyacusis: speech discrimination sangat berkurang oleh karena
berkurangnya jumlah neurones lebih dari biasa.
3. Strial presbyacusis (Metabolic) : gambaran audiogram yang rata dan speech
discrimination bagus akibat atrofinya stria vascularis, terutama di bagian apex.
4. Cochlear conductive presbyacusis (Mechanic) : gambaran audiogram yang menurun,

simetris oleh karena perubahan gerakan mekanis dari duktus koklea.

Kepaniteraan Klinik Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Werdha Kristen Hana
Periode 14 Desember 2015 23 Januari 2016

Page 14

Perubahan Telinga Pada Lansia


Rizqi Meltahayati (406138042)

Rima

Sensori Presbyacusis (Outer hair-cell)

Tipe ini menunjukkan atrofi epitel disertai hilangnya sel-sel rambut dan sel penyokong
organ corti. Proses berasal dari bagian basal koklea dan perlahan-perlahan menjalar ke daerah
apeks. Perubahan ini berhubungan dengan penurunan ambang frekuensi tinggi, yang dimulai
setelah usia pertengahan. Secara histologi, atrofi dapat terbatas haanya beberapa millimeter awal
dari basal koklea dan proses berjalan dengan lambat. Beberapa teori mengatakan perubahan ini
terjadi akibat akumulasi dari granul pigmen lipofusin. Ciri khas dari tipe sensori ini adalah
terjadi penurunan pendengaran secara tiba-tiba pada frekuensi tinggi (slooping). Gambaran
konfigurasi meurut Schuknecht, jenis sensori adalah tipe noise induced hearing loss {NIHL) .
Banyak terdapat pada laki-laki dengan riwayat bising.
Neural Presbyacusis (Ganglion-cell)

Kepaniteraan Klinik Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Werdha Kristen Hana
Periode 14 Desember 2015 23 Januari 2016

Page 15

Perubahan Telinga Pada Lansia


Rizqi Meltahayati (406138042)

Rima

Tipe ini memperlihatkan atrofi sel-sel saraf dikoklea dan jalur saraf pusat. Atrofi terjadi
mulai dari koklea, dengan bagian basilarnya sedikir lebih banyak terkena dibanding sisa dari
bagian koklea lainnya. Tidak didapati adanya penurunan ambang terhadap frekuensi tinggi
bunyi.
Keparahan tipe ini menyebabkan penurunan diskriminasi kata-kata yang secara klinik
berhubungan dengan presbikusis neurai dan dapat dijumpai sebelum terjadinya gangguan
pendengaran. Efeknya tidak disadari sampai seseorang berumur lanjut sebab gejala tidak akan
timbul sampai 90% neuron akhirnya hilang. Pengurangan jumlah sel-sel neuron ini sesuai
dengan normal speech discrimination.
Bila jumlah neuron ini berkurang di bawah yang dibutuhkan untuk transmisi getaran,
terjadilah neural presbyacusis. Menurunya jumlah neuron pada koklea lebih parah terjadi pada
basal koklea. Gambaran klasik: speech discrimination sangat berkurang dan atrofi yang luas pada
ganglion spiralis (cookie-bite).
Strial Atrophy Presbyacusis (Metabolic)

Kepaniteraan Klinik Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Werdha Kristen Hana
Periode 14 Desember 2015 23 Januari 2016

Page 16

Perubahan Telinga Pada Lansia


Rizqi Meltahayati (406138042)

Rima

Tipe presbikusis yang sering didapati dengan ciri khas kurang pendengaran yang mulai
timbul pada dekade ke-6 dan berlangsung perlahan-lahan. Kondisi ini diakibatkan atrofi stria
vaskularis. Histolgi : atrofi pada stria vaskularis, lebih parah pada separuh dari apeks koklea.
Stria vaskularis normalnya berfungsi menjada pada seseorang yang berusia 30-60 tahun.
Berkembang dengan lambat dan mungkin bersifat familial. Dibedakan dari tipe presbikusis lain
yaitu pada strial presbikusis ini gambaran audiogramnya rata, dapat mulai frekuensi rendah,
speech discrimination bagus sampai batas minimum pendengarannya melibihi 50dB (flat) .
Penderita dengan kasus kardiavaskular (heart attacks, stroke, intermittent claudication)
dapat mengalami presbikusis tipe ini serta menyerang pada semua jenis kelamin namun lebih
nyata pada perempuan.
Cochlear Conductive Presbyacusis (Mechanic)

Kepaniteraan Klinik Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Werdha Kristen Hana
Periode 14 Desember 2015 23 Januari 2016

Page 17

Perubahan Telinga Pada Lansia


Rizqi Meltahayati (406138042)

Rima

Tipe kekurangan pendengaran ini disebabkan gangguan gerakan mekanis di membran


basalis. Gambaran khas audiogram yang menurun dan simetris (skisloop). Histologi: tidak ada
perubahan morpologi pada struktur koklea ini. Perubahan atas respon fisik khusus dari membran
basalis lebih besar di bagian basal karena lebih tebal dan jauh lebih kurang di apikal, dimana di
sini lebih lebar dan lebih tipis. Kondisi ini disebabkan oleh penebalan dan kekauan sekunder
mernbran basilaris koklea. Terjadi perubahan gerakan mekanik dari duktus koklearis dan atrofi
dari ligamentum spiralis, buhubungan dengan tuli sensorineural yang berkembang sangat
lambat.5,6

Kepaniteraan Klinik Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Werdha Kristen Hana
Periode 14 Desember 2015 23 Januari 2016

Page 18

Perubahan Telinga Pada Lansia


Rizqi Meltahayati (406138042)

Rima

Derajat Presbikusis
Derajat kurang pendengaran dihitung dengan menggunakan indeks Fletcher yaitu.
Ambang dengar (AD) : AD 500Hz + AD l000Hz + AD 2000Hz
3
Menentukan derajat kurang pendengaran yang dihitung hanya ambang dengar hantaran udaranya
(AC) saja.3,5

Gejala Klinis
Keluhan utama presbikusis berupa berkurangnya pendengaran secara perlahan-lahan dan
progresif, simetris pada kedua telinga. Kapan berkurangnya pendengaran tidak diketahui pasti.
Pertama-tama terjadi sedikit demi sedikit kekurangan pendengaran pada frekuensi tinggi, dan
Kepaniteraan Klinik Geriatri
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Werdha Kristen Hana
Periode 14 Desember 2015 23 Januari 2016

Page 19

Perubahan Telinga Pada Lansia


Rizqi Meltahayati (406138042)

Rima

kemudian diikuti oleh tidak bisa mendengar dengan jelas akibat sukarnya menangkap huruf
konsonan yang bersuara mendesis (S, SH, Z, C dan T). Keluhan lainnya adalah telinga
berdenging (tinitus nada tinggi). Pasien dapat mendengar suara percakapan, tetapi sulit untuk
memahaminya, terutama bila diucapkan dengan cepat di tempat dengan latar belakang yang
ramai (cocktail party deafness). Bila intensitas suara ditinggikan akan timbul rasa nyeri di
telinga, hal ini disebabkan oleh faktor kelelahan saraf (recruitment). Pada kasus presbikusis yang
berat komunikasi dengan penderita lebih sukar. Umumnya penderita presbikusis ini lebih suka
bila kita berbicara lambat-lambat, jelas, kata-kata yang pendek dan bicara agak ke dekat kuping,
daripada suara yang keras.3,4,6
Diagnosis
Anamnesis
Gejala yang timbul adalah penurunan ketajaman pendengran pada usia lanjut, bersifat
sensorineural, simetris bilateral dan progresif lambat. Umumnya terutama terdapat suara atau
nada yang tinggi. Tidak terdapat kelaianan pada pemeriksaan telinga hidung tenggorok,
seringkali merupakan kelainan yang tidak disadari. Penderita menjadi depresi dan lebih sensitif.
Kadang-kadang disertai dengan tinitus yaitu persepsi munculnya suara baik ditelinga atau
dikepala. Faktor risiko presbikusis adalah paparan bising, merokok, obat-obatan, hipertensi, dan
riwayat keluarga. Orang dengan riwayat bekerja ditempat bising, tempat rekreasi yang bising,
dan tentara akan mengalami kehilangan pendengaran pada frekuensi tinggi. Penggunaan obatobatan antibiotik golongan aminoglikosid, ciplastin, diuretik atau anti-inflamsi dapat
berpengaruh terhadap terj adinya presbikusis.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada telinga biasanya normal setelah pengambilan serumen, yang
merupakan masalah pada penderita usia lanjut dan penyebab kurang pendengaran terbanyak.
Pemberian sodium bicarbonat solusi topical 10%, sebagai serumenolitik. Dengan pemeriksaan
otoskopik, tampak membran timpani suram, mobilitasnya berkurang. Pada tes penala didapatkan
tuli sensorineural.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjuang yang dapat dilakukan misalnya pemeriksaan audiometri nada
murni, menunjukkan tuli saraf nada tinggi, bilateral dan simetris. Penurunan yang tajam
Kepaniteraan Klinik Geriatri
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Werdha Kristen Hana
Periode 14 Desember 2015 23 Januari 2016

Page 20

Perubahan Telinga Pada Lansia


Rizqi Meltahayati (406138042)

Rima

(slooping) pada tahap awal setelah frekuensi 2000Hz. Gambaran ni khas pada presbikusis
sensorik dan neural. Kedua jenis presbikusis ini sering ditemukan Garis ambang dengar pada
audiogram jenis metabolik dan mekanik lebih mendatar, kemudian pada tahap berikutnya
berangsur-angsur terjadi penurunan. Semua jenis presbikusis tahap lanjut juga terjadi penurunan
pada frekuensi yang lebih rendah. Audiometri bicara menunjukkan adanya gangguan
diskriminasi wicara (speech dicrimination) dan bisanya keadaan ini jelas terlihat pada prebikusis
jenis neural dan koklear. Variasi nilai ambang audiogram antara telinga satu dengan lainnya pada
presbikusis ini dapat terjadi sekitar 5-10 dB. Manusia sebenarnya sudah mempunyai strain DNA
yang menyandi terjadinya presbikusis. Sehingga dengan adanya penyebab multifaktor risiko
akan memperbera atau mempercepat presbikusis terjadi lebih awal. Pemeriksaan audiometri tutur
pada kasus presbikusis sentral didapatkan pemahaman bicara normal sampai tinggat phonetically
balanced words dan akan memburuk seiring dengan terjasinya overstimulasi pada koklea
ditandai dengan adanya roll over. Penderita presbikusis sentral pada intensitas tinggi
menunjukkan penurunan dalam nilai ambang tutur sebesar 20% atau lebih.
Dengan pemeriksaan otoskopik, tampak membran timpani suram, mobilitasnya
berkurang. Pada tes penala didapatkan tulisensorineural. Pemeriksaan audiometri nada murni
menunjukkan suatu tuli saraf nada tinggi, bilateral dan simetris. Pada tahap awal terdapat
penurunan yang tajam (sloping) setelah frekuensi 2000 Hz. Gambaran ini khas pada presbikusis
jenis sensorik dan neural. Garis ambang dengar pada audiogram jenis metabolik dan mekanik
lebih mendatar, kemudian pada tahap berikutnya berangsur-angsur terjadi penurunan. pada
semua jenis presbikusis tahap lanjut juga terjadi penurunan pada frekuensi yang lebih rendah.
Pemeriksaan audiometri tutur menunjukkan adanya gangguan diskriminasi wicara (speech
discrimination). Keadaan ini jelas terlihat pada presbikusis jenis neural dan koklear. 2,5,6
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan lebih ditujukan untuk memakai alat bantu dengar (Hearing Aid). Dengan
memakai alat bantu dengar ini penderita akan tertolong dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Untuk penderita presbikusis ringan, biasanya tidak membutuhkan alat bantu dengar . Lipsreading
ditujukan bagi orang tua untuk mempelajari gerakan mulut. Sebaiknya dijelaskan bahwa
komunikasi akan lebih baik bila pasien melihat ke wajah orang yang diajak berkomunikasi.
Adakalanya pemasangan alat bantu dengar perlu dikombinasikan dengan latihan membaca ujaran
Kepaniteraan Klinik Geriatri
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Werdha Kristen Hana
Periode 14 Desember 2015 23 Januari 2016

Page 21

Perubahan Telinga Pada Lansia


Rizqi Meltahayati (406138042)

Rima

(speech reading) dan latihan mendengar (audiotory training), prosedur pelatihan tersebut
dilakukan bersama ahli terapi wicara (speech therapist). 2,5,6

Prognosis
Ada dua bentuk presbiakusis yang berbeda dalam prognosisnya:
1. Slowly increasing deafness.
Ini yang lebih sering, jarang sampai terjadi tuli total atau tuli yang berat.
2. Apoplectiform increase.
Ketulian sangat mendadak dan sangat berat. Sebabnya diperkirakan perdarahan atau
trombosis. 3,6

Kepaniteraan Klinik Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Werdha Kristen Hana
Periode 14 Desember 2015 23 Januari 2016

Page 22

You might also like