You are on page 1of 14

BAB I

KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi
Morbili adalah penyakit infeksi virus akut yang ditandai oleh tiga stadium yaitu
stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensi. (Suriadi dan Rita
Yuliani, 2010)
Morbili adalah penyakit akut yang sangat menular yang disebabkan oleh
infeksi virus umumnya menyerang anak yang ditandai 3 stadium yaitu kataral
(prodormal), serupsi, dan konvalensi. (Nurarif & Kusuma, 2015)
2. Epidemiologi
Penyakit campak merupakan salah satu penyebab kematian pada anak-anak
di seluruh dunia yang meningkat sepanjang tahun. Biasanya penyakit ini timbul
pada masa anak dan kemudian menyebabkan kekebalan seumur hidup. Bayi
yang dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita morbili akan mendapat
kekebalan secara pasif (melalui plasenta) sampai umur 4-6 bulan dan setelah
umur tersebut kekebalan akan mengurang sehingga si bayi dapat menderita
morbili. Bila seseorang wanita menderita morbili ketika ia hamil 1 atau 2 bulan,
maka 50% kemungkinan akan mengalami abortus, bila ia menderita morbili pada
trimester I,II atau III maka ia akan mungkin melahirkan seorang anak dengan
kelainan bawaan atau seorang anak dengan BBLR atau lahir mati atau anak yang
kemudian meninggal sebelum usia 1 tahun.
Pada tahun 2005 terdapat 345.000 kematian di dunia akibat penyakit campak
dan sekitar 311.000 kematian terjadi pada anak-anak usia dibawah lima tahun.
Pada tahun 2006 terdapat 242.000 kematian karena campak atau 27 kematian
terjadi setiap jamnya (WHO, 2007). Kematian campak yang meliputi seluruh
dunia pada tahun 2007 adalah 197.000 dengan interval 141.000 hingga 267.000
kematian dimana 177.000 kematian terjadi pada anak-anak usia dibawah lima
tahun. Lebih dari 95% kematian campak terjadi di negara-negara berpenghasilan
rendah dengan infrastruktur kesehatan lemah (WHO, 2008).
Menurut regional and global summaries of measles incidence WHO tahun
2008, angka insidens campak di wilayah South-East Asia (SEARO) adalah
75.770 (WHO, 2008). Masalah kematian campak di dunia yang dilaporkan pada
tahun 2002 sebanyak 777.000 dan 202.000 di antaranya berasal dari negara
ASEAN serta 15% dari kematian campak tersebut berasal dari Indonesia (Depkes
RI, 2006). Indonesia termasuk salah satu dari 47 negara penyumbang kasus

campak terbesar di dunia (Depkes RI, 2008). Pada tahun 2008, angka absolut
campak di Indonesia adalah 15.369 kasus (WHO, 2008). Kematian anak akibat
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) di Indonesia adalah 1,7
juta kematian dan 5% penyebab kematian anak di bawah lima tahun (Depkes RI,
2006). Berdasarkan riset kesehatan dasar Indonesia tahun 2007, prevalensi
nasional campak (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan keluhan
responden) adalah 1,8% (Depkes RI, 2007).
Tingkat penularan infeksi campak sangat tinggi sehingga sering menimbulkan
KLB. Jumlah kasus campak menurun pada semua golongan umur di Indonesia
terutama anak-anak di bawah lima tahun pada tahun 1999 s/d 2001, namun
setelah itu insidence rate tetap, dengan kejadian pada kelompok umur < 1 tahun
dan 1-4 tahun selalu tinggi daripada kelompok umur lainnya. Pada umumnyaKLB yang terjadi di beberapa provinsi menunjukkan kasus tertinggi selalu pada
golongan umur 1-4 tahun (Depkes, 2006).
Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Provinsi Bali tahun 2013 ditemukan 8
kasus yang dilaporkan, 2 kasus di kabupaten Buleleng dan 6 kasus di kabupaten
Badung. Kondisi ini jauh lebih rendah dibandingkan tahun 2012 yang ditemukan
83 kasus. (Depkes Provinsi Bali, 2014). Tahun 2014 dilaporkan 971 kasus
campak, kondisi ini meningkat drastis dibandingkan kondisi tahun 2013 yang
ditemukan 8 kasus di Kabupaten Buleleng dan di Kabupaten Badung. Sehingga
pada tahun 2014 campak termasuk Kejadian Luar Biasa, hal ini kemungkinan
disebabkan oleh perubahan cuaca dan iklim, yang membuat virus berkembang
biak dengan baik. (Depkes Provinsi Bali, 2015).
3. Etiologi
Virus morbili yang berasal dari sekret saluran pernapasan, darah, dan urine
dari orang yang terinfeksi. Penyebaran infeksi melalui kontak langsung dengan
droplet dari orang yang terinfeksi.
Masa inkubasi selama 10 - 20 hari hari, dimana periode yang sangat menular
adalah dari hari pertama hingga hari ke 4 setelah timbulnya rash (pada umumnya
pada stadium kataral). (Aziz Alimul, 2006)
Virus campak termasuk golongan paramyxovirus, penyebabnya ialah virus
morbili yang penularannya dengan droplet dan kontak. Penularan secara droplet
melalui udara, sejak 1-2 hari sebelum timbul gejala klinis sampai 4 hari setelah
timbul ruam dan sedikit virus sudah dapat menimbulkan infeksi. Virus campak
tidak memiliki daya tahan tinggi. Apabila di luar tubuh manusia keberadaannya

tidak kekal, pada temperatur kamar akan kehilangan 60% sifat inektivitasnya
setelah 3-5 hari, pada suhu 37C waktu paruh usianya 2 jam. Sevaliknya virus ini
mampu bertahan dalam keadaan dingin dan pada -70C dengan media protein
dapat hidup selama 5,5 tahun. Virus tidak aktif pada pH rendah. (Nurarif &
Kusuma, 2015)
4. Faktor Predisposisi
Faktor-faktor yang menyebabkan tingginya kasus Campak pada balita di
suatu daerah adalah:
a. Faktor host
Campak adalah penyakit menular yang dapat menginfeksi anak-anak pada
usia dibawah 15 bulan, anak usia sekolah atau remaja
1) Status imunisasi, balita yang tidak mendapat imunisasi campak
kemungkinan terkena penyakit morbili/campak sangat besar.
2) Status gizi, balita dengan status gizi kurang mempunyai resiko lebih tinggi
untuk terkena penyakit morbili/campak dari pada balita dengan gizi baik.
b. Faktor lingkungan
Desa terpencil, pedalaman, daerah sulit, daerah yang tidak terjangkau
pelayanan kesehatan khususnya imunisasi, daerah ini merupakan daerah
rawan terhadap penularan penyakit morbili.
5. Patofisiologi
Virus Morbili
Droplet infection
Eksudat yang serius, droliferasi sel mononukleus,
polimorfonukleus
Reaksi Inflamasi : Demam, suhu
naik, metabolisme naik, RR naik,

Hipertermia

Penyebaran ke berbagai organ


melalui hematogen

Saluran cerna
Terdapat bercak koplik
berwarna kelabu
dikelilingi eritema pada
mukosa bukalis,
berhadapan pada molar,
palatum
durum,
mole
Mulut pahit
timbul

Saluran napas
Inflamasi saluran
napas atas; bercak
koplik pada mukosa
bukalis meluas ke jari
trakeobronkial
Batuk, pilek
Ketidakefektifan
pola napas;
Ketidakefektifan
bersihan jalan

Kulit menonjol
sekitar sebasea
dan folikel rambut
Eritema
Rash, ruam pada
membentuk
daerah balik
macula papula
telinga, leher,
di kulit normal
pipi, muka,
seluruh tubuh ,
deskuamasi rasa

Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari
keb. tubuh
Hygiene tidak dijaga
dan Imunitas kurang
akan meluas pada
saluran cerna bagian
Absorpsi
bawah
(usus)

Kerusakan Integritas
kulit

Diare
Risiko kekurangan
volume cairan

6. Gejala Klinis
Masa tunas/inkubasi penyakit berlangsung kurang lebih dari 10-20 hari dan
kemidian timbul gejala-gejala yang dibagi dalam 3 stadium:
a. Stadium kataral (prodormal)
Berlangsung selama 4-5 hari
- Panas
- Malaise
- Batuk
- Fotofobia
- Konjungtivitis
- Koriza
- Akhir stadium (24 jam) timbul bercak koplik berwarna putih kelabu,
kelilingi oleh eritema
- Lokasi di mukosa bukalis, berhadapan dengan molar bawah
- Gambaran darah tepi ialah limfositosis dan leukopenia
b. Stadium erupsi
- Koriza dan batuk-batuk bertambah
- Timbul enantema atau titik merah di palatum durum dan palatum mole
- Muncul eritema berbentuk macula-papula diserta naiknya suhu badan
- Eritema timbul di belakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk,
-

sepanjang rambut dan bagian belakang bawah


Rasa gatal
Muka bengkak
Pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan di daerah

leher belakang
Diare
Muntah
Black measle yaitu morbili yang disertai perdarahan pada kulit, mulut,

hidung, dan traktus digestivus


c. Stadium konvalensi

Erupsi berkurang, meninggalkan bekar yang berwarna lebih tua

(hiperpigmentasi) yang lama kelamaan akan hilang sendiri


Kulit bersisik
Suhu turun sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi
(Rampengan, 2007)

7. Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat terjadi akibat inveksi virus Morbili yaitu;
a.
b.
c.
d.
e.

Otitis media akut


Pneumonia/bronkopneumoni
Encefalitis
Bronkiolitis
Laringitis obstruksi dan laringotrakhetis (Rampengan, 2007)

8. Pemeriksaan Fisik
a. Mata
: terdapat konjungtivitis, fotophobia
b. Kepala
: sakit kepala
c. Hidung
: Banyak terdapat secret, influenza, rhinitis/koriza, perdarahan
hidung
d.
e.
f.
g.
h.
i.

(pada stadium erupsi)


Mulut & bibir : Mukosa bibir kering, stomatitis, batuk, mulut terasa pahit
Kulit
: Permukaan kulit (kering ), turgor kulit, rasa gatal, ruam pada
leher, muka, lengan dan kaki (pada stadium konvalensi),
eritema, panas (demam).
Pernapasan : Pola napas, RR, batuk, sesak napas, wheezing, renchi, sputum
Tumbang
: BB, TB, BB Lahir, Tumbuh kembang riwayat imunisasi.
Pola Defekasi : BAK, BAB, Diare
Status Nutrisi : intake output makanan, nafsu makanan

9. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan darah tepi hanaya ditemukan adanya leukopeni.
b. Dalam sputum, sekresi nasal, sedimen urine dapat ditemukan adanya
multinucleated giant sel yang khas.
c. Pada pemeriksaan serologi dengan cara hemaglutination inhibition tesdan
complement fiksatior tes akan ditemukan adanya antibodi yang spesifik dalam
1-3 hari setelah timbulnya rash dan mencapai puncaknya pada 2-4minggu
kemudian. (Nurarif & Kusuma, 2015)
10. Prognosis
Pada umumnya prognosis baik, tetapi lebih buruk pada anak dengan keadaan
gizi buruk, anak yang menderita penyakit kronis atau bila disertai komplikasi.
11. Penatalaksanaan

a. Sesungguhnya tidak ada pengobatan yang spesifik untuk mengatasi campak.


Dengan istirahat yang cukup dan gizi yang baik, penyakit campak dapat
sembuh cepat tanpa menumbulkan komplikasi yang berbahaya pada kasus
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

yang ringan.
Umumnya dilakukan tindakan-tindakan sebagai berikut:
Isolasi untuk mencegah penularan
Tirah baring dalam ruangan yang temaran (agar tidak menyilaukan)
Jaga agar penderita tetap merasa hangat dan nyaman
Diet bergizi tinggi dan mudah dicerna
Asupan cairan harus cukup untuk mencegah dehidrasi
Kompres air hangat bila suhu badan tinggi
Obat-obat yang dapat diberika antara lain:
1) Vitamin A dosis tunggal
Di bawah 1 tahun 100.000 unit
Di atas 1 tahun 200.000 unit
2) Antibiotika
Antibiotika hanya diberikan bila terjadi komplikasi berupa infeksi sekunder
(seperti otitis media dan pnemonia)

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Berkikut ini adalah hal-hal yang harus dikaji dalam pemeriksaan pasien
dengan kasus Morbili, antara lain:
a Identitas diri
Meliputi nama anak, umur : rentan pada anak berumur 1-14 th dengan status
gizi yang kurang dan sering mengalami penyakit infeksi, jenis kelamin (L dan
P pervalensinya sama), suku bangsa, no register, tanggal masuk rumah sakit,
diagnosa medis.
b Keluhan utama
Anak masuk rumah sakit biasanya dengan keluhan adanya eritema di
belakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian
belakang bawah, badan panas, enantema (titik merah) di palatum durum dan
palatum mole.
c Riwayat kesehatan sekarang

Pada anak yang terinfeksi virus campak biasanya ditanyakan pada orang tua
atau anak tentang kapan timbulnya panas, batuk, konjungtivitis, koriza, bercak
koplik dan enantema serta upaya yang telah dilakukan untuk mengatasinya.
d Riwayat kesehatan dahulu
Anak belum pernah mendapatkan vaksinasi campak dan pernah kontak
dengan pasien campak.
e Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang terkena penyakit yang sama.
f Riwayat Imunisasi
Imunisasi apa saja yang sudah didapatkan misalnya BCG, POLIO I,II, III; DPT
I, II, III; dan campak.
g Kontak dengan orang yang terinfeksi
Apakah sebelumnya pasien pernah kontak secara langsung maupun tidak
langsung dengan penderita penyakit morbili.
h Pemeriksaan Fisik:
1) Mata
: Terdapat konjungtivitis, fotophobia
2) Kepala
: Sakit kepala
3) Hidung
: Banyak terdapat secret, influenza, rhinitis/koriza,
perdarahan hidung (pada stadium erupsi)
4) Mulut & bibir
: Mukosa bibir kering, stomatitis, batuk, mulut terasa pahit
5) Kulit
: Permukaan kulit (kering ), turgor kulit, rasa gatal, ruam
pada leher, muka, lengan dan kaki (pada stadium
konvalensi), eritema, panas (demam).
6) Pernapasan
: Pola napas, RR, batuk, sesak napas, wheezing, renchi,
sputum
7) Tumbang
: BB, TB, BB Lahir, Tumbuh kembang riwayat imunisasi.
8) Pola Defekasi
: BAK, BAB, Diare
9) Status Nutrisi
: intake output makanan, nafsu makanan
i Keadaan Umum: Kesadaran, TTV
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
b. Ketidakefektifan pola napas
c. Risiko kekurangan volume cairan
d. Hipertermia
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
f. Kerusakan integritas jaringan kulit
3. Intervensi
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan produksi sputum
yang berlebih
Data subjektif:
- Pasien mengatakan batuknya berdahak
- Pasien mengatakan sulit mengeluarkan dahaknya pada saat batuk
Data objektif:
- Batuk tidak efektif

- Terdengar suara napas tambahan


- Sputum dalam jumlah yang berlebihan
- Penurunan bunyi napas
Kriteria hasil:
- Mendemonstrasikan batuk efektif
- Suara napas bersih
- Tidak terdapat sianosis dan dispnea
- Jalan napas paten
Intervensi:
1) Kaji status pernapasan
2) Auskultasi suara napas, catat adanya suara napas tambahan
3) Keluarkan sputum dengan batu efektif dan suction (bila perlu)
4) Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
5) Monitor respirasi dan status O2
6) Lakukan fisioterapi dada bila perlu
7) Berikan posisi yang nyaman, semifowler atau fowler
8) Kolaborasi dalam pemberian nebulizer
b. Ketidakefektifan pola napas berhubundan dengan inflamasi saluran napas
Data subjektif:
- Pasien mengeluh susah bernapas dan terasa berat
- Pasien mengeluh sesak
Data objektif
- Dispnea, bradipnea, takipnea
- Napas pendek
- Pernapasan cuping hidung
- Perubahan kedalaman pernapasan
- Penggunaan otot aksesorius untuk bernapas
Tujuan: pasien menunjukkan status respirasi, ventilasi: pergerakan udara ke
dalam dan ke luar dari paru-paru normal
Kriteria hasil:
- Menunjukkan pola pernapasan efektif
- Kedalaman inspirasi dan kemudahan bernapas
- Ekspansi dada simetris
- Tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan
- Tidak terdapat bunyi pernapasan tambahan
- Tanda-tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, suhu,
dan pernapasan)
Intervensi:
1) Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
2) Pantu adanya sianosis
3) Beri posisi semifowler atau fowler pada pasien untuk memaksimalkan
4)
5)

6)
7)
8)

ventilasi
Keluarkan sekret (bila ada) dengan batuk efektif atau suction
Monitor respirasi dan status O2
Observasi tanda-tanda adanya hipoventilasi
Monitor pola pernapasan abnormal
Kolaborasi dalam pemberian bronkodilator dan terapi O 2

c. Risiko kekurangan volume cairan berhubundan dengan kehilangan cairan


berlebih (diare)
Data subjektif:
- Pasien mengeluh haus
- Pasien mengeluh lemas
- Pasien mengeluh mencret
- Pasien mengeluh muntah
Data objektif
- Turgor kulit jelek
- Perubahan produksi urine
- Penurunan pengisian vena (capillary refill)
- Volume dan tekanan nadi menurun
- Denyut nadi meningkat
- Demam
- Kulit kering, bibir kering, mata cekung, akral dingin
Tujuan: Tidak terjadi kekurangan volume cairan
Kriteria hasil
- Turgor kulit baik
- Produksi urine normal (0,5-1cc/kgBB/jam)
- Kulit lembab
- TTV dalam batas normal
- Mukosa mulut lembab
- Cairan masuk dan keluar seimbang
- Tidak pusing pada perubahan posisi
- Tidak haus
Intervensi:
1) Observasi penyebab kekurangan cairan : muntah, diare, kesulitan
menelan, kekurangan darah aktif, diuretic, depresi, kelelahan
2) Observasi TTV
3) Pantau tanda-tanda dehidrasi
4) Observasi pemasukan dan pengeluaran cairan bila kekurangan cairan
secara mendadak, ukur produksi urine setiap jam, berat jenis, dan
observasi warna urine.
5) Perhatikan : cairan yang masuk, kecepatan tetesan untuk mencegah
edema paru, dispneu, bila pasien terpasang infus
6) Pertahankan bedrest selama fase akut
7) Ajarkan tentang masukan cairan yang adekuat, tanda serta cara
mengatasi kurang cairan
8) Kolaborasi dalam pemberian cairan parenteral, obat sesuai indikasi,
dan observasi kadar Hb dan Ht
d. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
Data subjektif:
- Pasien mengeluh pusing
- Pasien mengeluh panas
Data objektif:
- Suhu tubuh meningkat di atas kisaran normal

- Pasien tampak gelisah


- Mukosa mulut kering
- Keringat berlebihan
- Frekuensi pernapasan meningkat
- Kejang
- Takikardi
- Kulit teraba panas
Tujuan: Suhu tubuh normal
Kriteria hasil:
- Suhu tubuh kisaran 36,5C 37,5C
- Bibir lembab
- Nadi normal
- Kulit tidak terasa panas
- Tidak ada gangguan neurologis ( kejang )
Intervensi:
1) Identifikasi penyebab atau factor yang dapat menimbulkan
peningkatan suhu tubuh: dehidrasi, infeksi, efek obat, hipertiroid.
2) Monitor suhu minimal setiap 2 jam
3) Monitor TD, nadi, dan RR
4) Monitor tanda-tanda hipertermi
5)
6)
7)
8)

Tingkatkan intake cairan dan nutrisi


Observasi cairan masuk dan keluar, hitung balance cairan
Observasi tanda kejang mendadak
Berikan kompres hangat
Anjurkan pasien untuk mengurangi aktivitas yang berlebihan bila suhu

naik/bedrest total.
9) Anjurkan dan bantu pasien menggunakan pakaian yang mudah
menyerap keringat.
10)Kolaborasi dalam pemberian antipiretik, antibiotik, dan pemeriksaan
penunjang.
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan asupan makanan yang kurang, anoreksia
Data subjektif:
- Pasien mengatakan mual atau muntah
- Pasien mengatakan tidak nafsu makan
- Pasien mengatakan susah makan
Data objektif:
- Mukosa mulut kering
- Vomitus
- Porsi makan yagn diberikan tidak dihabiskan
- Konjungtiva dan selaput lendir pucat
- Terdapat bercak-bercak merah pada mukosa mulut
Tujuan: pasien dapat memperbaiki status gizi (nutrisi) dalam jangka waktu
Kriteria hasil:
- BB meningkat
- Mual/muntah berkurang atau hilang
- Pasien dapat menghabiskan porsi makan yang diberikan

- Nafsu makan meningkat


- Pasien mengungkapkan kesediaan mematuhui diit
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
Intervensi:
1) Kaji pola makan pasien
2) Observasi mual muntah
3) Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat untuk kesembuhan
4) Kaji kemampuan untuk mengunyah dan menelan
5) Beri posisi semifowler atau fowler saat makan
6) Identifikasi faktor pencetus mual, muntah, diare, atau nyeri abdomen
7) Kaji makanan yang disukai dan yang tidak disukai
8) Sajikan makanan dalam keadaan hangat dan menarik
9) Bantu pasien untuk makan dan cata jumlah makanan yang dihabiskan
10)Lakukan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan
11) Kolaborasi dalam:
- Penatalaksanaan diit yang sesuai dengan ahli gizi
- Pemberian nutrisi parenteral
- Pemberian anti emetik
- Pemberian multivitamin
f. Kerusakan integritas jaringan kulit berhubungan dengan adanya rash
Data subjektif:
- Pasien mengatakan di tubuhnya muncul bintik-bintik merah
- Pasien mengeluh gatal
Data objektif:
- Tampak bintik-bintik merah di tubuh pasien
- Pasien tampak menggaruk bagian tubuhnya
- Terdapat lesi pada kulit
Kriteria hasil:
- Tidak terdapat luka/lesi pada jaringan kulit
- Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit
- Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan ( sensasi elatisitas,
temperatur, pigmentasi)
Intervensi:
1) Pantau kulit dari adanya: ruam dan lecet, warna dan suhu,
kelembaban dan kekeringan yang berlebih, area kemerahan dan
2)
3)
4)
5)

rusak.
Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan
Anjurkan klien untuk menghindari menggaruk dan menepuk kulit.
Balikkan atau ubah posisi dengan sering
Ajarkan anggota keluarga / memberi asuhan tentang tanda kerusakan

kulit, jika diperlukan.


6) Konsultasi pada ahli gizi tentang makanan tinggi protein, mineral,
kalori dan vitamin.

4. Implementasi

Implementasi keperawatan dilakukan dengan mengkaji respon aktual pasien


dengan menyususun prioritas intervensi mana yang akan didahulukan.
Implementasi dijalankan sesuai dengan indikasi yang terlihat dari respon pasien.
Intervensi atau perencanaanyang telah disusun tidak harus semuanya dilakukan,
namun perawat secara kritis harus dapat dengan bijak menentukan mana
inntervensi yang benar-benar harus dijalankan agar bisa mengatasi masalah
yang dialami pasien.
5. Evaluasi
Jika kriteria hasil telah tampak sesuai dengan yang diharapkan pada
inntervensi dan masalah keperawatan telah terselesaikan maka perawat terlebih
dahulu harus mengkaji secara holistik terkait kondisi aktual pasien tentang ada
atau tidaknya masalah baru yag muncul. Apabila semua masalah telah teratasi
maka perawat bersama keluarga bersama-sama berdiskusi untuk melakukan
perencanaan pemulangan. Perencanaan pemulangan merupakan keputusan
bersama yang diambil oleh perawat dan pasien dengan tujuan meningkatkan
kemandirian pasien untuk melakukan perawatan di rumah. Berikut hal-hal yang
harus dipastikan

oleh

perawat

kepad keluarga

pasien

terkait rencana

pemulangan:
a Jelaskan terapi yang diberikan : dosis, efek samping
b Melakukan imunisasi jika imunisasi belum lengkap sesuai dengan
prosedur
c Menekankan pentingnya kontrol ulang sesuai jadwal
d Informasikan jika terdapat tanda-tanda terjadinya kekambuhan

BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Morbili atau adalah penyakit anak yang menular yang lazim biasanya ditandai
dengan gejala-gejala utama ringan, ruam , demam, batuk, koriza, eritema, rasa
gatal, pembesaran kelenjar getah bening, di sudut mandibula dan di daerah leher
belakang, diare, muntah yang disebabkan oleh virus morbili yang tergolong
paramyxovirus, ditularkan dengan cara droplet atau kontak langsung dengan
penderita penyakit morbili atau campak.
Biasanya penyakit ini timbul pada masa anak dan kemudian menyebabkan
kekebalan seumur hidup. Bila seseorang wanita menderita morbili ketika ia hamil
1 atau 2 bulan, maka 50% kemungkinan akan mengalami abortus, bila ia
menderita morbili pada trimester I, II atau III maka ia akan mungkin melahirkan
seorang anak dengan kelainan bawaan atau seorang anak dengan BBLR atau
lahir mati atau anak yang kemudian meninggal sebelum usia 1 tahun.
Masa inkubasi penyakit berlangsung kurang lebih dari 10-20 hari yang dibagi
dalam 3 stadium yaitu, stadium kataral (prodormal), stadium erupsi, stadium
konvalesensi. Adapun komplikasi yang dapat terjadi akibat inveksi virus Morbili
yaitu, Otitis media akut, Pneumonia, Encefalitis, Bronkiolitis, Laringitis obstruksi
dan laringotrakhetis.
b. Saran
1) Bagi mahasiswa diharapkan dapat mengetahui penyakit morbili serta masalah
yang ditimbulkannya.
2) Bagi masyarakat diharapkan dapat menerapkan pola hidup sehat.

DAFTAR PUSTAKA
Herdmand, T. Heather. 2013. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 20122014. Jakarta: EGC
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Edisi pertama.
Jakarta:Salemba Medika
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC
Nurarif, Amin Huda dan Hardi Kusuma. 2015. Apliksi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 3.
Jogjakarta: Mediaction Publishing
Rampengan. 2007. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Edisi kedua. Jakarta: EGC
Suriadi dan Rita Yuliani. 2010. Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi kedua.
Jakarta: CV.Sagung Seto

You might also like