You are on page 1of 15

HUBUNGAN STUKTUR DAN AKTIVITAS OBAT

ANTISEPTIKA

Mata Kuliah :
Kimia Medisinal
Penyusun :
Adi prasetyo
Ena Sri Anjani
M Hisan abdilah
Rahayu damayanti
Vina Alviani

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI DAN FARMASI BOGOR


2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Dasar Teori
Obat antiinfeksi setempat adalah senyawa yang digunakan secara setempat untuk
menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme, baik pada jaringan hidup
maupun jaringan mati. Obat antiinfeksi setempat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
antiseptik dan desinfektan
Antiseptik adalah senyawa kimia yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan
atau membunuh mikroorganisme pada jaringan hidup, mempunyai efek membatasi dan
mencegah infeksi agar tidak menjadi lebih parah. Antiseptika digunakan pada permukaan

mukosa, kutan dan luka yang terinfeksi. Antiseptika yang ideal adalah dapat menghambat
pertumbuhan dan merusak sel-sel bakteri, spora bakteri jamur, virus dan protozoa, tanpa
merusak jaringan tubuh.
Antiseptika digunakan dalam bentuk sediaan tunggal atau digabungkan dengan
detergen, sabun, serbuk tabur, deodoran dan pasta gigi. Pada penggunaan secara setempat,
obat kadang-kadang menyebabkan iritasi kulit atau mukosa, dan menimbulkan reaksi alergi
atau dermatitis. Bila terserap obat menimbulkan toksisitas sistemik.
Antiseptik ideal adalah :
cepat bekerja terhadap jasad renik, mikroorganisme (baik spektrum rendah ataupun

spektrum luas tergantung pada penggunaanya).


tegangan permukaan rendah.
tetap aktif dengan adanya cairan tubuh.
tidak bersifat iritasi terhadap jaringan.
tidak menimbulkan alergi.
tidak menimbulkan toksisitas sistemik bila digunakan pada kulit atau jaringan lunak.
Desinfektan adalah senyawa klorida yang digunakan untuk membunuh mikroorganisme

(bakterisid), biasanya pada benda mati, dan dengan cepat menghasilkan efek letal yang tak
terpulihkan. Desinfektan digunakan secara luas untuk sanitasi atau rumah sakit.
Desinfektan ideal adalah :
Cepat membasmi mikroorganisme patogen yang potensial termasuk spora
Mempunyai daya penetrasi yang baik kedalam bahan organik.
Dapat bercampur dengan bahan organik (terutama sabun-sabun)
Tidak menjadi in aktif oleh jaringan hidup.
Tidak korosif.
Mempunyai nilai estetika (tidak menimbulkan noda, tidak berbau dan lain-lain).
Antiseptika dan desinfektan dapat merusak sel dengan cara koagulasi atau denaturasi
protein protoplasma sel, atau menyebabkan sel mengalami lisis, yaitu dengan mengubah
struktur membran sel sehingga menyebabkan kebocoran isi sel.

BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja senyawa antiseptika dan desinfektan sangat beragam dan secara skematik
dapat dilihat pada gambar
Gambar :
gambaran skematik mekanisme kerja dan sasaran utama antiseptika dan
Fenol
Formaldehid
Hg++
Timerodal
NaOCl

Fenol
Fenol
Etilen oksida
Sabun
Hg++
Cu++, Ag++
Klorheksidin
Klorheksidin
Formaldehid H2O2
alkohol
Glutaraldehid
Glutaraldehid I2
Etilen oksida Klorofor

Kadar rendah

Kadar tinggi
Dinding sel

lixis
Membran Sitoplasma

gugus-NH2 gugus-SH
Konstituen
Sitoplasma

Koagulasi

Sitoplasma
Kekuatan daya tahan Proton
ADN

gugus-COOH

vvvvvvv

ATPase membran
Sistem transpor elektron

Turunan akridin

klorheksidin

2,4-Dinitrofenol
Karbanilida
Salisilamida
Beberapa fenol

Senyawa kationik
heksaklorofen

Desinfektan

Mekanisme kerja antiseptika dan desinfekta dikelompokan sebagai berikut :


a. Penginaktifan enzim tertentu
Penginaktifan enzim tertentu adalah mekanisme umum dari senyawa antiseptika dan
desifektan, seperti turunan aldehida, anida, karbanilida, etilen oksida, halogen,
senyawa merkuri dan senyawa amonium kuartener.
Aldehida dan eltilen oksida bekerja dengan mengalkilasi secara lagsung gugus
nukleofil, seperti gugus-gugus amino, karboksil, hidroksil, fenol dan tiol, dari protein
sel bakteri.
O
Reaksi alkilasi di atas dijelaskan sebabagi berikut :
R CHO
Aldehida

+
ROH
gugus nukleotida
(hidroksil)

R CH OR

ROCH2CH2OH

OH

OH

H2C
O

ROH

H2C
Etil oksida

Reaksi alkilasi tersebut menyebabkan pemblokan sisi aktif dan pengubahan


konfirmasi enzim sehingga terjadi hambatan pertumbuhan sel bakteri.
Iodin secara langsung dapat mengadakan iodinasi rantai polipeptida protein sel
bakteri, mengoksidasi gugus tirosin dan sulfhidril protein, dan menyebabkan
penginaktifan protein enzim tertentu sehingga bakteri mengalami kematian.
Mekanisme reaksinya dijelaskan sebagai berikut :
OH

OH
CH2

I2

-(N-CH-CO)
CH2
-(NH-CH-CO)

I2

I2

b. Denaturasi protein
Turunan alkaloid, halogen dan halogenofor, senyawa merkuri, peroksida, turunan
fenol dan senyawa amonium kuarterner bekerja sebagai antiseptik dan desinfektan
dengan cara denaturasi dan koagulasi protein sel bakteri .
Turunan alkohol dapat menimbulkan denaturasi protein sel bakteri dan proses
tersebut memerlukan air. Hal ini ditunjang oleh fakta bahwa alkohol absolut, yang
tidak mengandung air, mempunyai aktivitas antibakteri jauh lebih rendah dibanding
alkohol yang mengandung air. Selain itu turunan alkohol juga menghambat sistem
fosforilasi dan efeknya terlihat jelas pada mitokondria, yaitu pada hubungan subtratnikotinamid adenin dinukleotida (NAD).
Turunan fenol berinteraksi dengan sel bakteri melalui proses adsorpsi yang
melibatkan ikatan hidrogen. Pada kadar rendah terbentuk kompleks protein fenol
dengan ikatan yang menyebabkan presipitasi serta denaturasi protein. Pada kadar
tinggi fenol menyebabkan koagulasi protein dan sel membran mengalami lisis.
Turunan peroksida adalah senyawa pengoksidasi dan kerjanya tergantung pada
kemampuan pelepasan oksigen aktif. Reaksi oksidasi ini mampu membunuh banyak
mikroorganisme.
c. Mengubah permeabilitas membran sel bakteri
Ini adalah model kerja turunan amin dan guanidin, turunan fenol dan senyawa
amonium kuarterner. Dengan mengubah permeabilitas membran sel bakteri,
senyawa-senyawa diatas menimbulkan kebocoran konstituen sel yang esensial
sehingga bakteri mengalami kematian.
Klorheksidin, suatu katoin aktif, dapat berikatan dengan gugus-gugus yang bermuatan
negatif pada dinding sel bakteri, menghasilkan netralisasi muatan, obat kemudian
diabsorpsi dan menyebabkan kerusakan dinding sel. Selain mekanisme kerja di atas
klorheksidin juga menyebabkan presipitasi protein plasma sel bakteri.

d. Interkalasi ke dalam ADN


Beberapa zat warna, seperti turunan trifenilmetan dan akridin, bekerja sebagai
antibakteri dengan mengikat secara kuat asam nukleat, menghambat sintesis ADN dan
menyebabkan perubahan kerangka mutasi pada sintesis protein.
Turunan trifenilmetan, seperti gentian violet dan turunan akridin, seperti akriflavin
adalah karbon aktif, dapat berkompetisi dengan ikatan hidrogen membentuk kompleks
yang tak terionisasi dengan gugus bermuatan negatif dari konstituen sel, terjadi
pemblokan proses biologis yang penting untuk kehidupan bakteri sehingga bakteri
mengalami kematian.
e. Pembentukan kelat
Beberapa turunan fenol, seperti heksaklorofen dan oksikuinolin, dapat membentuk
kelat dengan ion Fe dan Cu, kemudian bentuk kelat tersebut masuk ke dalm sel
bakteri. Kadar yang tinggi dari ion-ion logam didalam sel menyebabkan gangguan
fungsi enzim-enzim sehingga mikroorganisme mengalami kematian
Senyawa yang mempunyai aktivitas antiseptik dibagi menjadi sembilan kelompok, yaitu
turunan alkohol, amidin dan guanidin, zat warna, halogen, senyawa merkuri, senyawa fenol,
senyawa amonium kuarterner, senyawa perak dan turunan lain-lain.
A. Turunan alkohol
Turunan alkohol terutama digunakan untuk :
1. Antiseptik pada pembedahan dan pada kulit, contoh : etanol dan isopropil
alkohol
2. Pengawet, contoh: benzil alkohol, fenetil alkohol dan klorbutanol
3. Mensterilkan udara, dalam bentuk aerosol, contoh: etilen glikol, propilen
glikol dan trimetilen glikol
Hubungan struktur dan aktivitas
a. Pada turunan alkohol alifatik, dengan bertambahnya jumlah atom C, kelarutan
senyawa dalam air akan menurun dan kelarutan dalam lemak meningkat. Hal
menyebabkan kemampuan penetrasi ke dalam membran sel bakteri meningkat
sehingga meningkat pula aktivitas antiseptiknya, sampai pada jumlah atom C
tertentu.

Contoh : terhadap Stophylococcus aureus, jumlah atom C optimal = 5, sedang


terhadap Bacillus thyposus, jumlah ataom C optimal=8. Bila jumlah atom C
ditingkatkan lagi, aktivitasnya menurun secara drastis.
b. Adanya percabangan dapat meningkatkan kelarutan dalam air dan
menurunkan kelarutan dalam lemak sehingga penembusan membran sel
menurun dan aktivitasnya juga menurun .
Contoh : akibat primer lebih aktif dibanding alkohol sekunder, dan alkohol
sekunder lebih aktif dibanding alkohol tersier.
c. Adanya ikatan rangkap mempunyai efek serupa dengan adanya percabangan.
Contoh : alilalkohol mempunyai aktivitas antibakteri yang lebih rendah
dibanding n-propilalkohol.
Turunan alkohol yang sering digunakan sebagai antiseptik adalah etil alkohol dan
isopropil alcohol
B. Turunan amidin dan Guanidin
Contoh : klorheksidin glukonat ( Hibiscruh, Hibisol) dan klorheksidin asetat
(Hibitane, Bactigras).
Klorheksidin, adalah senyawa kationik, terutama digunakan sebagai antiseptik
kulit sebelum operasi, antiseptik luka dan desifektan alat-alat bedah. Klorheksidin
efektif terhadap bakteri gram-positif, gram-negatif dan jamur, terhadap spora
bakteri hanya efektif pada suhu tinggi.
Dosis : klorheksidin glukonat, larutan 4% dalam air atau larutan 0,5% dalam 70%

Cl

Cl

isopropil alkohol.
Klorheksidin asetat, larutan 0,02-0,5% dalam air, gliserin atau 70%alkohol .

NH

NH

NH

NH

NH-C-NH-C-NH-(CH2)6-NH-C-NH-C-NH
Klorheksidin
C. Senyawa Fenol
Contoh

fenol,

para-klorfenol,

diklorofen,

resorsinol,

timol,

eugenol,

heksaklorofen dan polikresulen (Albothyl).


Turunan fenol mempunyai efek antiseptik, anthelmintik, anestetik, keratolitik,
kaustik dan bekerja dengan mengendapkan protein sel bakteri. Turunan ini
terutama digunakan sebagai antiseptik, desinfektan, anthelmintik, dan keratolitik.

Hubungan struktur dan aktivitas


a. Fenol sendiri mempunyai efek antiseptik. Peningkatan sifat lipofil turunan
fenol akan meningkatkan aktivitas antiseptiknya.
b. Pemasukan gugus halogen, seperti klorin dan bromin, ke inti fenol akan
meningkatkan aktivitas antiseptik. Aktivitas ini lebih meningkat bila jumlah
halogen yang dimasukkan bertambah. Polihalogenasi fenol kurang berguna
karena senyawa mempunyai kelarutan dalam air sangat kecil dan tidak dapat
dibawa oleh cairan luar sel ke reseptor, sehingga aktivitasnya rendah.
Meskipun demikian pentaklorfenol dapat digunakan sebagai pengawet kayu
karena mempunyai efek antijamur tinggi.
Substitusi halogen pada posisi para dari fenol memberikan aktivitas yang lebih
besar dibanding pada posisi orto.
c. Pemasukan gugus nitro dapat meningkatkan aktivitas antiseptik sampai derajat
yang moderat.
d. Pemasukan gugus asam karboksilat dan asam sulfonat menurunkan aktivitas
antiseptik karena dapat meningkatkan kelarutan dalam air dan menurunkan
kelarutan dalam lemak sehingga penembusan ke membran sel bakteri
menurun.
e. Pemasukan gugus alkil atau gugus aromatik ke dalam struktur fenol, kresol,
resorsinol dan lain-lain, pada umumnya akan meningkatkan aktivitas
antibakteri dan menurunkan toksisitasnya. Struktur dan ukuran rantai alkil
menunjukkan efek yang berbeda. Rantai n-alkil lebih efektif dibanding rantai
isoalkil primer lebih efektif dibanding rantai alkil sekunder dan rantai alkil
sekunder lebih efektif dibanding rantai alkil tersier.
f. Pemasukan gugus alkoksi meningkatkan aktivitas antiseptik fenol.
Contoh :
1. Timol, isopropil m-kresol, berasal dari minyak timi, ynag terdapat pada
tanaman Thymus vulgaris. Larutan timol 0,01% dalam trikloretilen digunakan
sebagai antimikroba. Larutan 1% dalam alkohol digunakan sebagai antijamur,
terutama efektif terhadap ragi yang patogen. Dalam serbuk tabur kadar 2%,
timol digunakan untuk pengobatan infeksi cacing gelang.
2. Eugenol, 4-alil-2-metoksifenol, terdapat 82% dalam minyak cengkeh,
digunakan sebagai antiseptik pada obat kumur dan analgesik pada sakit gigi.
Adanya gugus para-alil dan orto-metoksi dapat menunjang aktivitas antisetik
dan anestetik. Eugenol mempunyai koefisien fenol =14,4.

D. Senyawa Merkuri
Senyawa merkuri dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
1. Merkuri anorganik, contoh : merkuri klorida (HgCl2), merkuro klorida
(kalomel = Hg2Cl2), merkuri oksida (HgO) kuning dan merkuri amonium
klorida (NH2HgCl).
2. Merkuri organik, contoh : fenilmerkuri nitrat, merbromin (merkurokrom),
nitromersol dan timerosal.
Senyawa merkuri mempunyai aktivitas antiseptik dan disinfektan. Merkuri
anorganik bersifat toksik, dan menimbulkan iritasi kulit sehingga sekarang jarang
digunakan sebagai antiseptik, tetapi masih digunakan sebagai pengawet dalam
industri. Senyawa merkuri organik dapat melepaskan ion merkuri secara perlahanlahan sehingga menunjukkan efek samping (toksisitas dan iritasi) yang lebih kecil
dibanding senyawa merkuri anorganik.
Contoh:
1. Timerosal, mudah larut dalam air, efek iritasi rendah dan mempunyai efek
bakteriostatik yang seragam. Larutan timerosal dalam air digunakan sebagai
antiseptik pada luka dengan kadar 1:1000, untuk iritasi uretra dengan kadar
1:5000 dan antiseptik pada membran mukosa hidung dengan kadar 1:2000.
Dalam bentuk salep dengan kadar 1:5000, timerosal digunakan untuk
antiseptik mata.

E. Golongan Zat Warna

Golongan zat warna dibagi menjadi dua kelompok yaitu turuna akridin dan
turunan difenilmetan.
1. Turunan Akridin
Contoh : akriflavin, aminakrin HCl dan proflavin
Turunan akridin adalah senyawa kation aktif, digunakan sebagai antiseptik
setempat pada permukaan mukosa kulit dan antiseptik luka. Turunan ini
efektif terhadap bakteri Gram-positif dan Gram-negatif.
Hubungan struktur dan aktivitas
a) Aktivitas antibakteri turunan akridin tergantung pada derajat ionisasi
senyawa.
3-Aminoakridin dan 9-aminoakridin bersifat lebih basa dibanding turunan
aminoakridin yang lain karena terjadi stabilisasi resonansi dari bentuk
terprotonasi. Bentuk terionisasinya makin besar (91% dan 100%) sehingga
makin efektif interaksinya dengan gugus anion protein sel bakteri.
Bentuk resonansi dari 3 dan 9- aminoakridin dijelaskan sebagai berikut:

b) Turunan akridin juga memerlukan bentuk dan ukuran molekul tertentu


serta kedudukan planar untuk memberikan aktivitas antibakteri maksimal.
Untuk menimbulkan aktivitas didapat bahwa luas daerah planar minimal
adalah 38 kuadrat.
4-Aminokuinolin dan 4-aminotetrahidroakridin mempunyai luas daerah
28 kuadrat, ternyata tidak menimbulkan efek antibakteri.
2. Turunan Trifenilmetan
Contoh : gentian violet dan malachite green.
Larutan 1-2% dari gentian violet digunakan secara setempat untuk pengobatan
kandidiasis (infeksi Candida albicans) pada vagina dan mulut bayi.
Hubungan struktur dan aktivitas

a) Bila salah satu gugus fenil dihilangkan aktivitasnya akan menurun.


b) Untuk aktivitas optimal diperlukan adanya gugus dimetilamino atau
dietilamino. Bila gugus tersebut diganti dengan gugus amonium kuartener
atau gugus lain, aktivitasnya akan menurun .

F. Halogen dan Halogenofor


Halogenofor adalah kompleks antara halogen dengan senyawa organik. Kompleks
klorin dan iodin dengan senyawa organik dinamakan klorofor dan iodofor.
Halogen dan halogenofor digunakan sebagai antiseptik dan desinfektan.
Klorin dan klorofor terutama digunakan sebagai difinfektan air, seperti air minum
dan air kolam renang, sedang iodin dan iodofor untuk antiseptik kulit sebelu
pembedahan dan antiseptik luka.
Contoh senyawa yang mengandung klorin : klorin dioksida, kloroksilenol,
oksiklorosen, natrium dan kalsium hipoklorit, dan triklosan.
Contoh senyawa yang mengandung iodin : larutan iodium, tingtura iodii dan
povidon-iodin.
1. Triklosan (septisol), 5-kloro-2-(2,4-diklorofenoksi)-fenol, adalah antibakteri
dengan spektrum luas, efektif terhadap Gram-positif dan Gram-negatif,
dermatofites dan Candida albicans.
Dosis setempat : krim 1%.

2. Larutan iodin, mengandung 2% iodin dan 2,4% NaI atau KI dalam air, sedang
tingtura iodii adalah larutan iodin yang mengandung 44-50% etanol. Larutan
iodin digunakan sebagai antiseptik kulit sebelum pembedahan dan antiseptik
luka.

3. Povidon-iodin (Betadine, isodine, Dansepta, Polydine), adalah kompleks


antara iodin dan polivinilpirolidon (PVP) yang mengandung 10% iodin. Tidak
seperti iodin, kompleks ini mudah larut dalam air dan dapat melepas iodin
secara perlahan-lahan sehingga masa kerja obat lebih panjang.

G. Turunan Lain-lain
Contoh: heksetidin (Bactidol).
Heksetidin, merupakan antibakteri dan antijamur dengan spektrum aktivitas
luas, mempunyai afinitas yang besar terhadap protein membran mukosa
sehingga masa kerjanya cukup panjang.
Mekanisme kerjanya adalah dengan mempengaruhi pembentukan tiamin yang
sangat penting untuk proses metabolisme mikroorganisme.
Heksitidin digunakan terutama untuk pengobatan ginggivitis dan periodontitis,
serta untuk mengontrol gejala tonsilitis dan faringitis.
Dosis sebagai obat kumur: larutan dalam alkohol 1%.

H. Turunan Amonium Kuartener


Contoh: benzalkonium klorida, benzatonium klorida, setrimid, setilpiridium
klorida, dequalinium klorida, domifen bromida dan benzoksonium klorida.
Turunan amonium kuarterner mempunyai efek bakterisid dan bakteriostatik
terhadap Gram-positif dan Gram-negatif, sejumlah jamur dan protozoa. Turunan ini
tidak aktif terhadap bakteri pembentuk spora, seperti Mycobacterium tuberculosis,
dan virus. Beberapa keuntungan penggunaan turunan amonium kuarterner sebagai
antisepik antara lain adalah toksisitasnya rendah, kelarutan dalam air besar, stabil
dalam larutan air, tidak berwarna dan tidak menimbulkan korosi pada alat logam.
Kerugiannya adalah senyawa menjadi tidak aktif dengan sabun dan surfaktan
anionik lain, surfaktan non ionik, ion Ca dan Mg, serum darah, makanan dan lain-lain
senyawa kompleks organic

I. Senyawa Perak
Contoh : perak nitrat, perak nitrat amoniakal, perak proteinatum ringan dan
perak sulfadiazin.
1. Perak nitrat, AgNO3 adalah garam yang mudah larut dalam air, digunakan
sebagai antiseptik pada mata bayi yang baru lahir (ophthalmia neonatorum) dan
pada luka bakar.
2. Perak nitrat amoniakal, digunakan secara luas dalam kedokteran gigi sebagai
antibakteri dan mengontrol karies gigi.
3. Perak proteinatum ringan (Argyrol), digunakan untuk pengobatan infeksi pada
membran mukosa, mata, saluran napas dan saluran seni. Bentuk kompleks
koloidal perak-protein ini tidak menimbulkan efek iritasi, korosi dan adstringen
seperti ynag ditimbulkan oleh senyawa perak yang mudah larut, seperti perak
nitrat.
4. Perak sulfadiazin (Burnazin, Dermazin, Silvadene), mempunyai toksisitas
rendah, digunakan terutama untuk pengobatan luka bakar.
Dosis krim : 1%, dioleskan sehari 2 kali.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Antiseptik adalah senyawa kimia yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan atau
membunuh mikroorganisme pada jaringan hidup
Mekanisme kerja antiseptika antara lain : penginaktifan enzim tertentu, denaturasi
protein, mrngubah permeabilitas membran sel bakteri, interkalasi ke dalam ADN, dan
pembentukan kelat
Hubungan struktur dan aktivitas pada antiseptik turunan alkohol yakni semakin
bertambahknya unsur C, maka kelarutan dalam minyak meningkat serta meningkat pula
aktivitas antiseptiknya
Hubungan struktur dan aktivitas pada senyawa fenol, pemasukan gugus halogen, gugus
nitro, gugus alkil atau aromatik dan gugus alkoksi pada inti fenol akan meningkatkan
aktifitas antiseptiknya. Sedangkan penambahan pemasukan gugus asam karboksilat dan
asam sulfonat akan menurunkan aktivitas antisetik.

Hubungan struktur dan aktivitas pada senyawa yang termasuk zat warna contohnya
gentian violet, bila salah satu gugus fenil dihilangkan aktivitasnya akan menurun.
Untuk mencapai aktivitas optimalperlu ditambahkan gugus dimetilamino. Tetapi
apabila gugus tersebut diganti dengan gugus amonium kuartener atau gugus lain, maka
aktivitasnya akan menurun

DAFTAR PUSTAKA

Dikutip dari http://www.academia.edu/8817573/makalah_kimia_medisinal pada tanggal 30


Desember 2015 pukul 21.00 WIB

You might also like