You are on page 1of 34

HEMATOLOGI

PERSIAPAN SAMPEL DARAH


Dalam kegiatan pengumpulan sampel darah dikenal istilah
phlebotomy yang berarti proses mengeluarkan darah. Ada 3
macam cara memperoleh darah, yaitu : melalui tusukan vena
(venipuncture), tusukan kulit (skinpuncture) dan tusukan arteri
atau nadi. Venipuncture adalah cara yang paling umum
dilakukan, oleh karena itu istilah phlebotomy sering dikaitkan
dengan venipuncture.
Untuk Pemeriksaan (tes) darah atau plasma spesimen harus
dikumpulkan dalam sebuah tabung yang berisi antikoagulan

ANTIKOAGULAN
Antikoagulan adalah zat yang mencegah penggumpalan darah
dengan cara mengikat kalsium atau dengan menghambat
pembentukan trombin yang diperlukan untuk mengkonversi
fibrinogen menjadi fibrin dalam proses pembekuan .
Spesimen-antikoagulan harus dicampur segera setelah
pengambilan spesimen untuk mencegah pembentukan microclot.
Pencampuran yang lembut sangat penting untuk mencegah
hemolisis.
Setelah darah dimasukkan ke dalam tabung, segera lakukan
pencampuran/homogenisasi dengan cara membolak-balikkan
tabung dengan lembut sebanyak 6 kali untuk menghindari
penggumpalan trombosit dan pembentukan bekuan darah.

Ada berbagai jenis antikoagulan, masing-masing digunakan dalam jenis


pemeriksaan tertentu.
1. EDTA ( ethylenediaminetetraacetic acid, [CH2N(CH2CO2H)2]2 )
Garam sodium (natrium) yaitui dinatrium EDTA (Na2EDTA) atau potassium
(kalium) dipotassium EDTA (K2EDTA) konsentrasi 1 - 1,5 mg/ml darah,
mencegah koagulasi dengan cara mengikat atau mengkhelasi kalsium.
K2EDTA adalah yang paling baik dan dianjurkan oleh ICSH (International
Council for Standardization in Hematology) dan CLSI (Clinical and
Laboratory Standards Institute)
. Keunggulan EDTA memiliki tidak mempengaruhi sel-sel darah, sehingga ideal
untuk pengujian hematologi, seperti pemeriksaan hemoglobin, hematokrit,
KED, hitung lekosit, hitung trombosit, retikulosit, apusan darah, dsb.
. Bila jumlah EDTA kurang, darah dapat mengalami koagulasi
. Bila EDTA kelebihan, eritrosit mengalami krenasi, trombosit membesar dan
mengalami disintegrasi.

2. Trisodium citrate dihidrat (Na3C6H5O7 2 H2O )


Citrat bekerja dengan mengikat atau mengkhelasi kalsium. Trisodium sitrat dihidrat
3.2% buffered natrium sitrat (109 mmol/L) direkomendasikan untuk pengujian
koagulasi dan agregasi trombosit. Penggunaannya adalah 1 bagian citrate + 9 bagian
darah.
. Darah sitrat harus segera dicentrifuge selama 15 menit dengan kecepatan 1500 rpm
dan dianalisa maksimal 2 jam setelah sampling.
. Natrium sitrat konsentrasi 3,8% digunakan untuk pemeriksaan erythrocyte
sedimentation rate (ESR) atau KED/LED cara Westergreen. Penggunaannya adalah 1
bagian sitrat + 4 bagian darah.
3.Oksalat
. Natrium Oksalat (Na2C2O4bekerja dengan cara mengikat kalsium.
Penggunaannya 1 bagian oksalat + 9 bagian darah. Biasanya digunakan untuk
pembuatan adsorb plasma dalam pemeriksaan hemostasis.
. Kalium Oksalat NaF. Kombinasi ini digunakan pada pemeriksaan glukosa. Kalium
oksalat berfungsi sebagai antikoagulan dan NaF berfungsi sebagai antiglikolisis
dengan cara menghambat kerja enzim Phosphoenol pyruvate dan urease sehingga
kadar glukosa darah stabil.

4. Heparin
merupakan asam mukopolisacharida yang bekerja dengan cara
menghentikan pembentukan trombin dari prothrombin sehingga
menghentikan pembentukan fibrin dari fibrinogen.
Ada tiga macam heparin: ammonium heparin, lithium heparin dan sodium
heparin. Dari ketiga macam heparin tersebut, lithium heparin paling
banyak digunakan sebagai antikoagulan karena tidak mengganggu analisa
beberapa macam ion dalam darah.
Heparin banyak digunakan pada analisa kimia darah, enzim, kultur sel,
OFT (osmotic fragility test). Konsentrasi dalam penggunaan adalah :
15IU/mL +/- 2.5IU/mL atau 0.1 0.2 mg/ml darah. Heparin tidak
dianjurkan untuk pemeriksaan apusan darah karena menyebabkan latar
belakang biru.
Setelah dimasukkan dalam tabung, spesimen harus segera dihomogenisasi
6 kali dan dicentrifuge 1300-2000 rpm selama 10 menit kemudian plasma
siap dianalisa. Darah heparin harus dianalisa dalam waktu maksimal 2 jam
setelah sampling.

TES HEMATOLOGI RUTIN


Hitung darah lengkap -HDL- atau darah perifer lengkap DPL(complete blood count/full blood count/blood panel) adalah jenis
pemeriksan yang memberikan informasi tentang sel-sel darah
pasien.
HDL merupakan tes laboratorium yang paling umum dilakukan
sebagai tes skrining yang luas untuk memeriksa gangguan seperti
seperti anemia, infeksi, dan banyak penyakit lainnya.
Pemeriksaan darah lengkap yang sering dilakukan meliputi:
Hemoglobin
Jumlah sel darah merah
Indeks eritrosit
Hematokrit
Jumlah sel darah putih
Jumlah dan volume trombosit

HEMATOLOGI RUTIN

parameter
Hitung sel darah putih (x 103/L)
Hitung sel darah merah (x 106/L)
Hemoglobin (g/dl)
Hematokrit (%)
MCV (fL)
MCH (pg)
MCHC
RDW (%)
Hitung trombosit (x 103/L)

Laki-Laki
7.8 (4.411.3)

Perempuan

5.21 (4.525.90)

4.60 (4.105.10)

15.7 (14.017.5)
46 (4250)
88.0 (80.096.1)
30.4 (27.533.2)
34.4 (33.435.5)
13.1 (11.514.5)
311 (172450)

13.8 (12.315.3)
40 (3645)

HAEMOGLOBIN
Adalah molekul yang terdiri dari kandungan heme (Haem = Fe + protoporfirin
(mitokondria)) dan rantai polipeptida globin (Globin = rantai asam amino
(ribosom)) yang terdiri dari 141 molekul asam amino pada rantai alfa dan 146
molekul pada beta,gama, dan delta.
Kadar hemoglobin dapat dipengaruhi oleh tersedianya oksigen pada tempat
tinggal, misalnya Hb meningkat pada orang yang tinggal di tempat yang tinggi dari
permukaan laut(pada ketinggian 2 km dari permukaan laut, kadar hemoglobin kirakira 1 g/dl lebih tinggi) . Selain itu, Hb juga dipengaruhi oleh posisi pasien (berdiri
lebih tingg dari pada berbaring), variasi diurnal (tertinggi pagi hari).

No

Umur

Kadar Hb (g/dl)

Bayi baru lahir

13,6 19, 6

Anak usia 3 tahun

9,5 12,5

Pubertas

11,5 14,8

Dewasa laki-laki

13 16

Dewasa Perempuan

12 14

Penurunan Hb terdapat pada penderita: Anemia, kanker, penyakit ginjal,


pemberian cairan intravena berlebih, kehamilan, thalasemia, hemoglobinopati,
perdarahan, infeksi kronis, lekemia dan hodgkin. Dapat juga disebabkan oleh obat
seperti: Antibiotik, aspirin, antineoplastik(obat kanker), indometasin, sulfonamida,
primaquin, rifampin, dan trimetadion. Pada perempuan hamil terjadi hemodilusi
sehingga batas terendah nilai rujukan ditentukan 10 g/dl.
Peningkatan Hb terdapat pada pasien dehidrasi, polisitemia, PPOK, gagal jantung
kongesti, peningkatan kadar eritropoietin misal pada tumor hati dan ginjal yang
menghasilkan eritropoietin berlebihan dan luka bakar hebat. Obat yang dapat
meningkatkan Hb adalah metildopa dan gentamicin

JUMLAH SEL DARAH MERAH


Jumlah Sel darah merah (Red blood count/RBC) merupakan komponen
darah yang terbanyak dalam satu mililiter darah. Setiap orang memiliki
jutaan bahkan miliaran sel darah merah dalam tubuhnya.
Penghitungan sel darah merah digunakan untuk menentukan apakah kadar
sel darah merah rendah (anemia) atau tinggi (polisitemia).
Pada perhitungan sel darah merah, akan dinilai jumlah dan ukuran dari sel
darah merah,bentuk sel darah merah pun akan dievaluasi di bawah
mikroskop. Berguna dalam mendiagnosa anemia jenis anemia berikut
kemungkinan penyebabnya.

Hitung Eritrosit
Hitung eritrosit adalah jumlah eritrosit per milimeterkubik atau mikroliter
darah
Prinsip hitung eritrosit manual adalah darah diencerkan dalam larutan isotonis
untuk memudahkan menghitung eritrosit dan mencegah hemolisis
N
o
1
2
3
4
5
6

Umur

Jumlah

Bayi baru lahir


Anak usia 1-3 tahun
Anak usia 4-5 tahun
Anak usia 6-10 tahun
Dewasa perempuan
Dewasa laki-laki

4.30 6.30 (x106/L)


3.60 5.20 (x106/L)
3.70 5.70 (x106/L)
3.80 5.80 (x106/L)
3.80 4.80 (x106/L)
4.50 6.50 (x106/L)

Penurunan eritrosit : kehilangan darah (perdarahan), anemia, leukemia,


infeksi kronis, mieloma multipel, cairan per intra vena berlebih, gagal ginjal
kronis, kehamilan, hidrasi berlebihan
Peningkatan eritrosit : polisitemia vera, hemokonsentrasi/dehidrasi, dataran
tinggi, penyakit kardiovaskuler

INDEKS ERITROSIT
Mencakup parameter eritrosit, yaitu:
1.Mean cell / corpuscular volume (MCV) atau volume eritrosit rata-rata (VER)
MCV = Hematokrit (l/l) / Jumlah eritrosit (10 6/L) Normal 80-96 fl
2.Mean Cell Hemoglobin Content (MCH) atau hemoglobin eritrosit rata-rata (HER)
MCH (pg) = Hemoglobin (g/l) / Jumlah eritrosit (10 6/L) Normal 27-33 pg
3.Mean Cellular Hemoglobin Concentration (MCHC) atau konsentrasi hemoglobin
eritrosit rata-rata (KHER)
MCHC (g/dL) = konsentrasi hemoglobin (g/dL) / hematokrit (l/l) Normal 33-36
g/dL
4.Red Blood Cell Distribution Width (RDW)
RDW adalah perbedaan/variasi ukuran (luas) eritrosit. Nilai RDW berguna
memperkirakan terjadinya anemia dini, sebelum nilai MCV berubah dan sebelum
terjadi gejala. Peningkatan nilai RDW dapat dijumpai pada anemia defisiensi (zat
besi, asam folat, vit B12), anemia hemolitik, anemia sel sabit. Ukuran eritrosit
biasanya 6-8m, semakin tinggi variasi ukuran sel mengindikasikan adanya kelainan.
RDW = standar deviasi MCV / rata-rata MCV x 100 Nilai normal rujukan 11-15%

HEMATOKRIT
Hematokrit atau volume eritrosit yang dimampatkan (packed cell
volume, PCV) adalah persentase volume eritrosit dalam darah yang
dimampatkan dengan cara diputar pada kecepatan tertentu dan
dalam waktu tertentu. Tujuan dilakukannya uji ini adalah untuk
mengetahui konsentrasi eritrosit dalam darah.
Nilai normal HMT:
Anak
Laki-laki Dewasa
Perempuan Dewasa

: 33-38%
: 40-50%
: 36-44%

Penurunan HMT, terjadi dengan pasien yang mengalami


kehilangan darah akut, anemia, leukemia, penyakit hodgkins,
limfosarcoma, mieloma multiple, gagal ginjal kronik, sirosis
hepatitis, malnutrisi, defisiensi vit B dan C, kehamilan, SLE,
athritis reumatoid, dan ulkus peptikum.
Peningkatan HMT, terjadi pada hipovolemia, dehidrasi,
polisitemia vera, diare berat, asidosis diabetikum,emfisema paru,
iskemik serebral, eklamsia, efek pembedahan, dan luka bakar.

HITUNG LEUKOSIT
Terdapat dua metode yang digunakan dalam pemeriksaan hitung
leukosit, yaitu cara automatik menggunakan mesin penghitung sel
darah (hematology analyzer) dan cara manual dengan menggunakan
pipet leukosit, kamar hitung dan mikroskop.
Cara automatik lebih unggul dari cara pertama karena tekniknya lebih
mudah, waktu yang diperlukan lebih singkat dan kesalahannya lebih
kecil yaitu 2%, sedang pada cara manual kesalahannya sampai
10%.
Nilai normal leukosit:
: 9000-30.000/ L
Bayi baru lahir
bayi umur 12 jam :13.000 - 38.000 /l
: 9000-12.000/ l
Bayi / anak
: 4500 - 11.000/l
umur 21 tahun
: 4000-10.000/ L
Dewasa

Jumlah leukosit meningkat setelah melakukan aktifitas fisik yang


sedang, tetapi
jarang lebih dari 11.000/

Leukositosis : jumlah leukosit lebih dari nilai rujukan, Leukositosis dapat terjadi
secara fisiologik maupun patologik. Leukositosis yang fisiologik dijumpai pada kerja
fisik yang berat, gangguan emosi, kejang, takhikardi paroksismal, partus dan haid.
Peningkatan leukosit menunjukan :
Adanya proses infeksi atau radang akut, misalnya pneumonia, meningitis, apendisitis,
tuberkolosis, tonsilitis, dll.
Penyakit : Miokard infark, sirosis hepatis, luka bakar, kanker, leukemia, penyakit kolagen,
anemia hemolitik, anemia sel sabit , penyakit parasit, dan stress karena pembedahan ataupun
gangguan emosi.
Obat-obatan, misalnya: aspirin, prokainmid, alopurinol, kalium yodida, sulfonamide, haparin,
digitalis, epinefrin, litium, dan antibiotika terutama ampicillin, eritromisin, kanamisin,
metisilin, tetracycline, vankomisin, dan streptomycin.

Leukopenia adalah keadaan dimana jumlah leukosit kurang dari 5000/L darah.
Karena pada hitung jenis leukosit, netrofil adalah sel yang paling tinggi persentasinya
hampir selalu leukopenia disebabkan netropenia.
Penurunan jumlah leukosit
Penderita infeksi tertentu, terutama virus, malaria, alkoholik, SLE, reumaotid artritis, dan
penyakit hemopoetik(anemia aplastik, anemia perisiosa).
Penggunaan obat terutama asetaminofen, sulfonamide, PTU, barbiturate, kemoterapi kanker,
diazepam, diuretika, antidiabetika oral, indometasin, metildopa, rimpamfin, fenotiazin, dan
antibiotika.(penicilin, cefalosporin, dan kloramfenikol)

HITUNG JENIS LEUKOSIT


Hitung jenis leukosit digunakan untuk mengetahui jumlah berbagai
jenis leukosit.
Terdapat lima jenis leukosit, yang masing-masingnya memiliki
fungsi yang khusus dalam melawan patogen. Sel-sel itu adalah
neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil, dan basofil. Hasil hitung jenis
leukosit memberikan informasi yang lebih spesifik mengenai infeksi
dan proses penyakit.
Hitung jenis leukosit hanya menunjukkan jumlah relatif dari masingmasing jenis sel Untuk mendapatkan jumlah absolut dari masingmasing jenis sel maka nilai relatif (%) dikalikan jumlah leukosit total
(sel/l).
Pada anak limfosit lebih banyak dari netrofil segmen, sedang pada
orang dewasa kebalikannya

INTERPRETASI NILAI HITUNG JENIS LEUKOSIT


Jenis
Basofil

Eosinofil

Neutrofil

Limfosit

Nilai normal

Kurang dari nilai


normal
0,4-1%
inflamasi, leukemia, tahap
stress, kehamilan,
penyembuhan infeksi atau
hipersensitivitas,
40-100/L
inflamasi
hipertiroidisme
1-3%
Umumnya pada keadaan atopi/ stress, luka bakar, syok,
alergi dan infeksi parasit
hiperfungsi
100-300/L
adrenokortikal.
55-70%
Inflamasi, kerusakan jaringan, Infeksi virus,
peyakit Hodgkin, leukemia
autoimun/idiopatik,
(2500-7000/L)
mielositik, hemolytic disease of pengaruh obat-obatan
Bayi Baru Lahir 61%
newborn, kolesistitis akut,
Umur 1 tahun 2%
apendisitis, pancreatitis akut,
Segmen 50-65% (2500-6500/L)
pengaruh obat
Batang 0-5% (0-500/L)
20-40% , 1700-3500/L

Melebihi nilai normal

infeksi kronis dan virus

kanker, leukemia, gagal


ginjal, SLE, pemberian
steroid yang berlebihan

Infeksi virus, parasit, anemia


hemolitik, SLE< RA

Leukemia limfositik,
anemia aplastik

BBL 34% : 1 th 60%


6 th 42% ; 12 th 38%
Monosit

2-8% : 200-600/L
Anak 4-9%

HITUNG TROMBOSIT
Trombosit adalah komponen sel darah yang dihasilkan oleh jaringan haemopoetik,
dan berfungsi utama dalam proses pembekuan darah.
Penurunan sampai di bawah 100.000/L berpotensi untukterjadinya perdarahan
dan hambatan pembekuan darah.
Jumlah normal : 150.000 400.000 /L
Penurunan Jumlah:
Penyakit : myeloma multiple, kanker (tulang, saluran gastrointestinal, otak), leukemia
(limfositik, mielositik, monositik), anemia aplastik, penyakit hati (sirosis, hepatitis aktif
kronis), SLE, DIC, eklampsia, penyakit ginjal, demam rematik akut.
Pengaroh obat : antibiotik (kloromisetin, streptomisin), sulfonamide, aspirin (salisilat),
quinidin, quinine, asetazolamid (Diamox), amidopirin, diuretik tiazid, meprobamat
(Equanil), fenilbutazon (Butazolidin), tolbutamid (Orinase), injeksi vaksin, agen
kemoterapeutik.

Peningkatan Jumlah:
Penyakit : Polisitemia vera, trauma (fraktur, pembedahan), paskasplenektomi, karsinoma
metastatic, embolisme pulmonary, dataran tinggi, tuberculosis, retikulositosis, latihan fisik
berat.
Pengaruh obat : epinefrin (adrenalin

LAJU ENDAP DARAH (LED)


Laju endap darah (erithrocyte sedimentation rate, ESR) adalah kecepatan
sedimentasi eritrosit dalam darah yang belum membeku, dengan satuan mm/jam.
LED merupakan uji yang tidak spesifik. LED dijumpai meningkat selama proses
inflamasi akut, infeksi akut dan kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit
kolagen, rheumatoid, malignansi, dan kondisi stress fisiologis (misalnya
kehamilan).
Laju endap darah terutama mencerminkan perubahan protein plasma yang terjadi
pada infeksi akut maupun kronik, proses degenerasi dan penyakit
limfoproliferatif. Peningkatan laju endap darah merupakan respons yang tidak
spesifik terhadap kerusakan jaringan dan merupakan petunjuk adanya penyakit.
Selain pada keadaan patologik, laju endap darah yang cepat juga dapat dijumpai
pada keadaan-keadaan fisiologik seperti pada waktu haid, kehamilan setelah
bulan ketiga dan pada orang tua

PENYAKIT KELAINAN DARAH

Kelainan dan penyakit pada darah oleh faktor keturunan dan non keturunan.
1. Faktor Keturunan
Penyakit keturunan disebabkan oleh genetik, sbb :
a. Hemofilia Penyakit keturunan berupa darah yang keluar dari
pembuluh darah tidak dapat membeku.
b. Thalassemia Penyakit yang ditandai dengan bentuk sel darah merah
yang tidak beraturan. Akibatnya daya ikat terhadap oksigen dan karbon
dioksida kurang.
c. Sick Cell Anemia (SCA) Penyakit berupa kelainan sel darah merah
yang berbentuk seperti bulan sabit, akibatnya daya ikat terhadap oksigen
dan karbon dioksida berkurang.
2.

Faktor Non Keturunan


Kelainan darah ini disebabkan oleh faktor fisiologis. Di antaranya adalah:
a. Anemia disebabkan kandungan Hb rendah, berkurangnya sel darah
merah, atau menurunnya volume darah dari ukuran normal.
b. Anemia pernisiosa tubuh tidak mampu menyerap vitamin B - 12.
c. Leukemia (kanker darah) bertambahnya leukosit yang tidak
terkendali akibat kanker jaringan penghasil sel-sel darah putih.

TALASEMIA
Thalassemia adalah suatu penyakit kelainan darah bawaan yang
menyebabkan sel darah merah pecah (hemolisis).
Penyakit thalassemia disebabkan oleh adanya
kelainan/perubahan/mutasi pada gen globin alpha atau gen
globin beta sehingga produksi rantai globin tersebut berkurang
atau tidak ada.
Akibatnya produksi Hb berkurang dan sel darah merah mudah
sekali rusak atau umurnya lebih pendek dari sel darah normal
(120 hari). Bila kelainan pada gen globin alpha maka
penyakitnya disebut thalassemia alpha, sedangkan kelainan pada
gen globin beta akan menyebabkan penyakit thalassemia beta

ANEMIA
Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa
eritrosit (red cell mass) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk
membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah
merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer,
2002 : 935).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah
merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells
(hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 : 256).
Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau
penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit
atau gangguan fungsi tubuh dan perubahan patotisiologis

ANEMIA
Klasifikasi Anemia Menurut morfologi Mikro dan Makro menunjukkan
ukuran sel darah merah sedangkan kromik menunjukkan warnanya.
Ada tiga klasifikasi besar yaitu :
Anemia Normositik Normokrom adalah Ukuran dan bentuk sel-sel darah merah
normal serta mengandung hemoglobin dalam jumlah yang normal ( MCV dan
MCHC normal atau rendah .
Anemia Makrositik normokrom adalah Ukuran sel-sel darah merah lebih besar dari
normal tetapi konsentrasi hemoglobin normal ( MCV Meningkat,MCHC normal)
Anemia Mikrositik HipokromUkuran sel-sel darah merah kecil mengandung
Hemoglobin dalam jumlah yang kurang dari normal ( MCV maupun MCHC
kurang ).

Yang termasuk dalam kategori Anemia Mikrositik Hipokrom adalah Anemia


defisiensi bisa terjadi akibat kekurangan besi, pirodoksin atau tembaga.
Anemia Defisiensi Besi adalah keadaan dimana kandungan besi tubuh total
turun dibawah tingkat normal yang terjadi akibat tidak adanya besi yang
memadai untuk mensintesis Hemoglobin

ETIOLOGI ANEMIA
Menurut etiologinya, anemia dapat
diklasifikasikan menjadi 3 macam yaitu :
1. Gangguan produksi sel darah merah pada
sumsum tulang (hipoproliferasi),
2. Gangguan pematangan sel darah merah
(eritropoiesis yang tidak efektif),
3. Penurunan waktu hidup sel darah merah
(kehilangan darah atau hemolisis).

1.HIPOFLORIFERATIF
Hipoproliferatif merupakan penyebab anemia yang terbanyak.
Anemia hipoproliferatif ini dapat disebabkan karena:
a. Kerusakan sumsum tulang
Keadaan ini dapat disebabkan oleh obat-obatan, penyakit infiltratif (contohnya:
leukemia, limfoma), dan aplasia sumsum tulang.
b. Defisiensi besi
c. Stimulasi eritropoietin (EPO) yang inadekuat
Keadaan ini terjadi pada gangguan fungsi ginjal
d. Supresi produksi EPO yang disebabkan oleh sitokin inflamasi (misalnya: interleukin
1)
e. Penurunan kebutuhan jaringan terhadap oksigen (misalnya pada keadaan hipotiroid)
Pada jenis ini biasanya ditemukan eritrosit yang normokrom normositer, namun
dapat pula ditemukan gambaran eritrosit yang hipokrom mikrositer, yaitu pada
defisiensi besi ringan hingga sedang dan penyakit inflamasi. Kedua keadaan
tersebut dapat dibedakan melalui pemeriksaan persediaan dan penyimpanan zat besi

2. GANGGUAN PEMATANGAN
Pada keadaan anemia jenis ini biasanya ditemukan kadar retikulosit yang
rendah, gangguan morfologi sel (makrositik atau mikrositik), dan indeks
eritrosit yang abnormal. Gangguan pematangan dapat dikelompokkan menjadi
2 macam yaitu:
a. Gangguan pematangan inti
Pada keadaan ini biasanya ditmukan kelainan morfologi berupa makrositik.
Penyebab dari gangguan pematangan inti adalah defisiensi asam folat,
defisiensi vitamin B12, obat-obatan yang mempengaruhi metabolisme DNA
(seperti metotreksat, alkylating agent), dan myelodisplasia. Alkohol juga dapat
menyebabkan gangguan pematangan inti, namun keadaan ini lebih disebabkan
oleh defisiensi asam folat.
b. Gangguan pematangan sitoplasma
Pada keadaan ini biasanya ditmukan kelainan morfologi berupa mikrositik dan
hipokromik. Penyebab dari gangguan pematangan sitoplasma adalah defisiensi
besi yang berat, gangguan sintesa globin (misalnya pada thalasemia), dan
gangguan sintesa heme (misalnya pada anemia sideroblastik)

Hipokrom

Makrositik

Bintik basofil

Poikilositosis

Target sel

Gametosit

3. PENURUNAN WAKTU HIDUP SEL


Anemia jenis ini dapat disebabkan oleh kehilangan darah atau
hemolisis. Pada kedua keadaan ini akan didapatkan peningkatan jumlah
retikulosit. Kehilangan darah dapat terjadi secara akut maupun kronis.
Pada fase akut, belum ditemukan peningkatan retikulosit yang
bermakna karena diperlukan waktu untuk terjadinya peningkatan
eritropoietin dan proliferasi sel dari sumsum tulang. Sedangkan pada
fase kronis gambarannya akan menyerupai anemia defisiensi besi.
Gambaran dari anemia hemolitik dapat bermacam-macam, dapat akut
maupun kronis. Pada anemia hemolisis kronis, seperti pada sferositosis
herediter, pasien datang bukan karena keadaan anemia itu sendiri,
melainkan karena komplikasi yang ditimbulkan oleh pemecahan sel
darah merah dalam jangka waktu lama, seperti splenomegali, krisis
aplastik, dan batu empedu. Pada keadaan yang disebabkan karena
autoimun, hemolisis dapat terjadi secara episodik (self limiting).

Ring Form

Aglutinasi

Sel Sabit

Sferosit

Akantosit

Howell Joly Bodies

LEUKEMIA

Leukemia (kanker darah) adalah jenis penyakit kanker yang menyerang sel-sel
darah putih yang diproduksi oleh sumsum tulang (bone marrow).
Leukemia tanpa diketahui dengan jelas penyebabnya sumsum tulang
memproduksi sel darah putih yang berkembang tidak normal atau abnormal.
Normalnya, sel darah putih me-reproduksi ulang bila tubuh memerlukannya
atau ada tempat bagi sel darah itu sendiri. Tubuh manusia akan memberikan
tanda/signal secara teratur kapan sel darah diharapkan be-reproduksi kembali.
Pada kasus Leukemia (kanker darah), sel darah putih tidak merespon kepada
tanda/signal yang diberikan. Akhirnya produksi yang berlebihan tidak
terkontrol (abnormal) akan keluar dari sumsum tulang dan dapat ditemukan di
dalam darah perifer atau darah tepi. Seseorang dengan kondisi seperti ini
(Leukemia) akan menunjukkan beberapa gejala seperti; mudah terkena
penyakit infeksi, anemia dan perdarahan.

TERIMAKASIH

You might also like