You are on page 1of 16

Bayi 6 bulan dengan Keluhan Gelisah, Muntah dan

Diare Akibat Susu Formula


Kelompok XIII
030.06.181 Nourma Yunita Sigiro
030.07.103 Helen Indah Rqmaasi P
030.08.231 Stefanry
030.08.232 Stephanie M. C.
030.08.234 Suci D. P
030.08.235 Suryo Nugroho S
030.08.236 Syahreza Manefo
030.08.239 Theresia
030.08.240 Tiara Rahmawati
030.08.251 Vilma Swari
030.08.252 Vithia Ghozalla
030.08.267 Zainal Abidin
030.08.299 Nurul Aina bt Tali

Jakarta
8 April 2010

BAB I
PENDAHULUAN

Susu merupakan protein yang spesifik untuk setiap species. Contohnya protein dalam
susu sapi hanya untuk usus sapi tapi belum tentu sesuai untuk usus manusia. Bagi
kebanyakan bayi, protein susu sapi merupakan protein asing yang pertama kali dikenalnya
saat bayi mendapatkan susu formula.
Susu sapi mengandung sedikitnya 20 komponen protein yang dapat merangsang
pembentukan antibodi pada manusia. Fraksi protein susu sapi ini terdiri dari casein dan whey.
Beberapa protein whey dapat mengalami denaturasi dengan pemanasan yang ekstensif,
namun tidak cukup dengan pasteurisasi rutin. Bahkan pasteurisasi rutin ini dapat
meningkatkan alergenitas beberapa jenis protein seperti beta-lakto globulin. Di samping itu,
jumlah komponen antigenik protein susu sapi juga akan meningkat pada proses pencernaan.
Dengan proses hidrolisis peptik, tiap fraksi protein dipecah paling sedikit menjadi 8 peptida
baru, sehingga akan didapatkan lebih dari 100 antigen baru yang potensial sebagai alergen,
walaupun lebih rendah dari protein aslinya. Berdasar uji klinis yang dilakukan, ternyata
kebanyakan pasien alergi susu sapi tidak hanya bereaksi terhadap satu jenis fraksi protein,
melainkan terhadap beberapa fraksi protein susu sapi.
Makanan yang masuk ke saluran cerna akan diproses untuk diserap dan digunakan
sebagai sumber energi dan pertumbuhan sel. Dalam proses ini mekanisme pertahanan tubuh,
berupa mekanisme imunologik dan non-imunologik, berperan untuk mencegah masuknya
antigen asing ke dalam tubuh. Antigen asing yang masuk dapat berupa bakteri, virus, parasit,
atau protein makanan.
Pada bayi, mekanisme pertahanan saluran cernanya belumlah matang. Faktor-faktor
yang menghambat masuknya protein susu sapi melalui lapisan epitel usus belum cukup,
sehingga akan banyak bahan alergenik yang menembusnya. Protein yang bersifat alergenik
ini kemudian masuk ke dalam sistem sirkulasi, dan selanjutnya sistem imun akan
mengenalinya sebagai benda asing dan menyerangnya, sehingga terjadilah gejala alergi.(1)

BAB II
LAPORAN KASUS

Seorang bayi lelaki berusia 6 bulan yang sebelumnya mendapat ASI eksklusif dibawa
ke poliklinik anak dengan keluhan gelisah dan menjerit setiap kali setelah diberi makanan
padat pertama berupa bubur susu. Ibu mengira bayi tidak suka bubur susu, karena itu diberi
susu formula, tetapi setelah minum, bayi justru tambah gelisah dan disertai muntah dan diare
berlendir berdarah.
Pada pemeriksaan fisik, bayi kompos mentis, suhu 37 C, nadi 100x/menit, respirasi
28x/menit, turgor kulit baik. Ubun- ubun besar sedikit cekung.
Keluarga pasien mempunyai riwayat alergi

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

NYERI PERUT
Reseptor rasa sakit pada traktus gastrointestinalis terletak pada saraf tidak bermielin
yang berasal dari sistem saraf autonom setinggi thorakal VIII- L I. Ini dikenal sebagai serabut
C dan akan meneruskan rasa sakit lebih difus dan lebih lama daripada rasa sakit yang
dihantarkan dari kulit oleh serabut A.(2)
Macam Nyeri Perut(3)
1.

Nyeri Viseral (Nyeri Sentral)


Terjadi bila terdapat rangsangan pada organ/struktur dalam rongga perut.
Peritoneum viseral yang menyelimuti organ perut dipersarafi oleh sistem saraf
autonom dan tidak peka terhadap rabaan atau pemotongan. Sehingga, sayatan/jahitan
pada usus dapat dilakukan tanpa dirasakan pasien. Akan tetapi, bila dilakukan
tarikan/regangan organ atau kontraksi otot berlebih menyebabkan iskemia (misal,
kolik atau radang, akan timbul nyeri). Nyeri ini tidak dapat ditunjukkan secara tepat
letak nyerinya.
Karena tidak disertai rangsang peritoneum, nyeri ini tidak dipengaruhi oleh gerakan,
sehingga penderita biasanya dapat aktif bergerak.

2.

Nyeri Somatik
Terjadi karena rangsangan pada bagian yang dipersarafi oleh saraf tepi, misal,
regangan peritoneum parietal dan luka pada dinding perut. Nyeri dirasakan seperti
ditusuk/disayat dan nyeri dapat ditunjukkan secara tepat letaknya dengan jari,
biasanya dekat dengan organ sumber nyeri. Rangsang yang menimbulkan nyeri ini
dapat berupa rabaan, tekanan, rangsang kimiawi atau proses radang. Gesekan antara
visera yang meradang akan menimbulkan rangsangan peritoneum dan menyebabkan
nyeri. Peradangannya sendiri maupun gesekan antara kedua peritoneum dapat
menyebabkan perubahan intensitas nyeri.
4

Sifat nyeri perut(3)


1.

Nyeri Alih
Terjadi jika suatu segmen persarafan melayani >1 daerah, misal, persarafan diafragma
berasal dari regio leher C 3-5 pindah ke bawah pada masa embrional, sehingga
rangsangan pada diafragma oleh perdarahan/peradangan akan dirasakan dibahu.

2.

Nyeri Radiasi
Nyeri menyebar dalam sistem/jalur anatomi yang sama, misal, kolik ureter atau kolik
pielum ginjal, biasanya dirasakan sampai ke alat kelamin luar (labium mayor (wanita)
atau testis). Kadang sukar dibedakan dari nyeri alih.

3.

Nyeri Proyeksi
Disebabkan rangsangan saraf sensorik akibat cedera/peradangan saraf.

4.

Nyeri Kontinyu
Akibat rangsangan pada peritoneum parietal yang terus menerus, misal, pada reaksi
radang. Pada pemeriksaan penderita peritonitis, ditemukan nyeri setempat. Otot
dinding perut menunjukkan defans muskuler secara refleks melindungi bagian
meradang dan menghindari gerakan atau tekanan setempat.

5.

Nyeri Kolik
Nyeri visceral akibat spasme otot polos berongga dan biasanya disebabkan hambatan
pasase dalam organ tersebut (obstruksi usus, batu ureter, batu empedu, peningkatan
tekanan intraluminer). Nyeri timbul karena hipoksia yang dialami jaringan dinding
saluran. Karena kontraksi ini berjeda maka kolik dirasakan hilang timbul. Fase awal
gangguan perdarahan dinding usus juga berupa nyeri kolik. Biasanya disertai perasaan
mual bahkan muntah. Saat serangan, penderita sangat gelisah, kadang bergulingguling ditempat tidur atau jalan. Trias kolik, tanda khas yang terdiri dari serangan
nyeri perut yang kumatan disertai mual atau muntah yang disertai gerak paksa.

6.

Nyeri Iskemik
5

Nyeri yang hebat, menetap, dan tidak menyurut. Merupakan tanda jaringan terancam
nekrosis. Lebih lanjut, tampak tanda intoksikasi umum seperti takikardia, merosotnya
keadaan umum, dan syok karena resorbsi toksin dari jaringan nekrosis.
Etiologi(4)
Pada garis besarnya , sakit perut berulang dapat dibagi menurut penyebab gastrointestinal dan
non gastro intestinal, dan keduanya dibagi lagi menjadi sakit perut bedah dan non bedah.
I. Sakit perut bedah
A. Dibawah umur 2 tahun
1. Abdominal
a. Ulkus peptikum perforasi
b. Obstruksi usus

Intussusepsi

Volvulus

Malrotasi

c.

Appendicitis

d.

NEC

2. Extra abdominal
a.

Hernia Inkarserata

II. Sakit perut non bedah


A.

Dibawah umur 2 tahun


1. Abdominal
a. Infeksi saluran cerna
2. Extra abdominal

a.

Pneumonia

b. Infeksi saluran kemih


B.

Diatas umur 2 tahun


1. Abdominal
a.

Intestinal

Infeksi (salmonella, shigella, Campylobacter)

Keracunan makanan

Collitis ulceratif

Minoch-schonlein purpura

b.

Liver and tractus billiaris

Hepatitis A dan B

Kolelitiasis

c.

Pancreas

d.

Acute Pancreatitis
Ginjal

UTI

Nefritis

Calculus

e.

Metabolik

Diabetic keto asidosis

2. Extra abdominal
a. Pneumonia
7

b. Herpes zoster
c. Osteomyelitis

Gambaran klinik(2)
Pada bayi dan anak manifestasi klinik sakit bergantung pada umur penderita. Pegangan yang
dipakai untuk menyatakan seorang bayi atau anak sakit perut antara lain:

UMUR
0-3 bulan

GAMBARAN KLINIS
Umumnya digambarkan dengan adanya
muntah

3 bulan- 2 tahun

Muntah tiba-tiba, menjerit, menangis tanpa


adanya trauma yang dapat menerangkan
terjadinya gejala

2- 5 tahun

Sudah dapat menyatakan sakit perut tetapi


lokalisasinya belum tepat

>5 tahun

Dapat menerangkan sifat dan lokasi yang


dirasakan sakit

COWS MILK ENTEROPATHY (1)


Definisi
Suatu kumpulan gejala yang mengenai banyak organ dan sistem tubuh yang
ditimbulkan oleh alergi terhadap susu sapi dengan keterlibatan mekanisme sistem imun.
Alergi terhadap protein susu sapi atau alergi terhadap susu formula yang mengandung protein
susu sapi merupakan suatu keadaan dimana seseorang memiliki sistem reaksi kekebalan
tubuh yang abnormal terhadap protein yang terdapat dalam susu sapi. Sistem kekebalan tubuh
bayi akan melawan protein yang terdapat dalam susu sapi sehingga gejala-gejala reaksi alergi
pun akan muncul.

Patofisiologi
Makanan yang masuk ke saluran cerna akan diproses untuk diserap dan digunakan
sebagai sumber energi dan pertumbuhan sel. Dalam proses ini, mekanisme pertahanan tubuh,
berupa mekanisme imunologik dan non imunologik, berperan untuk mencegah masuknya
antigen asing ke dalam tubuh. Antigen asing yang masuk dapat berupa bakteri, virus, atau
protein makanan.
Melalui mekanisme non-imunologik, pertahanan tubuh dilakukan dengan cara
pemecahan antigen yang ditelan oleh asam lambung dan enzim-enzim; sedangkan
pencegahan penetrasi antigen dilakukan oleh lapisan mukus dan peristaltik usus. Di lain
pihak, mekanisme imunologik berlangsung dengan cara pencegahan penetrasi antigen yang
masuk ke dalam lumen usus oleh IgA dan eliminasi antigen yang lolos ke dalam tubuh
melalui saluran gastrointestinal oleh IgA, IgG dan sistem retikulo endotelial.
Pada bayi, mekanisme pertahanan saluran cernanya belumlah matang. Faktor-faktor
yang menghambat masuknya protein susu sapi melalui lapisan epitel usus belum cukup,
sehingga akan banyak bahan alergenik yang menembusnya. Protein yang bersifat alergenik
ini kemudian masuk ke dalam sistem sirkulasi, dan selanjutnya sistem imun akan
mengenalinya sebagai benda asing dan menyerangnya, sehingga terjadilah gejala alergi.

Gejala klinis
Gejala klinis yang terjadi pada alergi susu sapi biasanya meliputi gejala di kulit,
saluran cerna, dan saluran napas. Namun sebagian besar gejala akan berupa gangguan pada
saluran cerna, karena saluran cerna merupakan organ yang pertama kali kontak dengan
makanan tersebut. Gejala alergi susu sapi pada saluran cerna yang paling sering timbul adalah
diare dan muntah. Gejala lain yang juga dapat terjadi berupa bengkak dan gatal - gatal di
bibir, kolik, obstruksi usus, konstipasi, refluks gastroesofagus, hematemesis, dan
hematokesia.

Alergen makanan ini dapat pula lolos melewati saluran cerna dan masuk ke dalam
sirkulasi sehingga selanjutnya mencetuskan reaksi pada sistem organ yang lain. Manifestasi
kulit seperti urtikaria akut, angioedema, dan dermatitis atopik juga dapat terjadi. Gejala
urtikaria dan angioedema dapat muncul hanya dalam beberapa menit saja, bila susu sapi
diminum dalam jumlah yang cukup untuk memprovokasi serangan alergi. Sedangkan gejala
9

yang merupakan bentuk dermatitis atopik, seperti eritema, pruritus, papul, ekskoriasi, dan
sebagainya biasanya muncul setelah beberapa jam atau hari.

Saluran napas dapat pula mengalami manifestasi alergi susu sapi. Reaksi yang terjadi
misalnya berupa asma, rinitis alergika, batuk, dan mengi. Walau demikian, gejala pada
saluran pernapasan ini biasanya tidak terjadi pada pasien yang tidak mengalami dermatitis
atopik. Gejala lain yang mungkin timbul pada bayi misalnya anemia, hipoproteinemia, dan
gagal tumbuh.

Gejala yang paling berat dan berbahaya dari alergi makanan, termasuk pula alergi
susu sapi adalah reaksi anafilaksis. Biasanya reaksi anafilaksis mulai timbul satu jam setelah
konsumsi makanan, dan gejala yang muncul awalnya berupa kemerahan pada kulit, urtikaria,
dan angioedema, selanjutnya terjadi nyeri perut, diare, bronkospasme hipotensi, dan syok.

10

BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama
: An. AA
Umur
: 6 bulan
Jenis Kelamin
: laki-laki
Alamat
: Jl. Tawakal IX/19
Pekerjaan
:II. ANAMNESIS
Keluhan Utama

: Gelisah dan menjerit setiap kali diberi makanan padat berupa bubur
susu.
Keluhan Tambahan : Muntah, diare, dan tambah gelisah setelah minum susu formula
Anamnesis Tambahan (dilakukan secara alloanamnesis)
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Timbulnya rasa sakit (tiba-tiba, makin lama makin berat, hilang timbul)
Onset dan lamanya sakit
Kualitas dan berat ringannya
Lokalisasi, frekuensi dan intensitas nyeri
Ciri-ciri muntah atau diare
Perubahan kebiasaan defekasi, konsistensi, dan warna feses
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah menderita penyakit apa sebelumnya
Apakan pernah dirawat sebelumnya
Riwayat trauma
c. Riwayat Keluarga
Riwayat alergi dalam keluarga

III.PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum
Kesadaran: Compos mentis
b. Tanda Vital :
Suhu : 37C
Denyut nadi : 100x/menit
Frekuensi pernapasan: 28x/menit
c. Inspeksi
Kulit: bercak-bercak/ bintik-bintik pada kulit
Dada: pergerakan dada, retraksi

11

Abdomen : pengamatan bentuk perut (asimetri, kembung, scapoid, gambaran

usus)
d. Palpasi
Distensi/ketegangan dinding perut baik sebelum atau sesudah rangsangan tangan
Mencari pembesaran organ intra abdominal
Nyeri tekan
e. Perkusi
f. Auskultasi
Abdomen : Bising Usus
IV. PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan darah rutin
b. Pemeriksaan Elektrolit
c. Pemeriksaan urin
d. Pemeriksaan tinja: kultur tinja
e. Foto polos abdomen (BNO)
Untuk melihat adanya obstruksi usus, massa
f. USG
g. Anal swab
h. Uji eliminasi dan provokasi
i. Uji kulit dan kadar IgE
untuk tes ada alergi makanan

V. DIAGNOSIS BANDING
1. Cows milk Enteropathy
2. Lactose intolerance
3. Intussusepsi
4. NEC
5. Gastroenteritis akut
Penyakit
Cows
Enteropathy

Gambaran Klinis
milk Nyeri

perut,

Etiologi

Diagnosis

diare, Alergi protein Anamnesis:

muntah, ada tanda-tanda susu sapi

riwayat

alergi.

dalam

Ada
atopi

keluarga

dan

riwayat

pemberian
makanan
Pemeriksaan
fisik:
ada
bercak/

ditemukan
bercakbintik12

bintik pada kulit


dan

gatal,

ada

tanda asma atau


mengi
Pemeriksaan
penunjang:

uji

eliminasi,
provokasi,
pemeriksaan
kadar IgE dan uji
kulit
Lactose
intolerance

Nyeri perut, diare yang Defisiensi

Pemeriksaan

lebih cair dan muntah enzim laktase Penunjang:


bila diberi susu.

sehingga

tes

reduksi tinja

laktosa kurang
dicerna
Intussusepsi

Nyeri perut mendadak, idiopatik

Pemeriksaan

saat serangan gelisah tak

Fisik:

dapat

terasa masa yang

ditenangkan,

palpasi

antara serangan tertidur

memanjang,

kecapaian,

terjadi peritonitis,

keluar

dari

lendir

anus
campur

timbul

darah, waktu serangan

bila
gejala

peritonitis

disertai muntah

Pemeriksaan
Penunjang:
Colok dubur dan
barium enema

NEC

Distensi abdomen, nyeri Iskemik, invasi Pemeriksaan


pada

dinding

perut, bakteri

muntah, illeus, diare

makanan
enteral

dan penunjang:
BNO, darah, tinja

13

Gastroenteritis

Mual,

akut(5)

perut, diare bisa diare Shigella,


air,

muntah,
berlendir

nyeri Salmonella,

Pemeriksaan
penunjang: biakan

atau Campylobacter tinja

berdarah

jejuni

VI. DIAGNOSIS KERJA


Cows milk Enteropathy
VII. PENATALAKSANAAN
VIII. PROGNOSIS
Ad vitam
: dubia ad bonam
Ad fungsionam
: dubia ad bonam
Ad sanationam
: dubia ad bonam

BAB V
KESIMPULAN

14

BAB V
DAFTAR PUSTAKA

1. Leman M, Ambarwati D. Alergi Susu Sapi sebagai Salah Satu Bentuk Alergi
Makanan pada Bayi dan Anak. Available at http:/leman.or.id/medika/alergi susu
sapi.htm. Accessed on April 7 th 2010.
2. Suraatmaja S [ed]. Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta : Sagung Seto ;
2005. p 189-200.
3. Sjamsuhidajat R, De Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC ; 2003. p 181- 6, 627-8.

15

4. Rudolph MA, Hoffman, Rudolph DC. Rudolphs Pediatric. 20th ed. Appleton and
Lange ; 1996. p 1029-31.
5. Behrman, Kliegman, Jenson. Nelson Textbook of Pediatric. 17th ed. Elsevier ; 2004. p
1272.

16

You might also like