You are on page 1of 35

HASIL PENELITIAN

Judul

: Analisis Kadar Pemanis Aspartam Pada Minuman


Serbuk Yang Beredar Di Kota Palu dengan Metode
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT).

Nama

: Risky Kumala Sary

Stambuk

: 07 09 084

Koordinator

: Drs. Joni Tandi,M.Kes,Apt

Pembimbing Utama

: Drs. Gazali,Apt

Pembimbing Pertama : Dra. Hj. Sri Mulyani, M.Si

BAB I
PENDAHULUAN

Konsumsi gula dunia cenderung meningkat sejalan perkembangan


populasi dan peningkatan taraf hidup terutama di negara-negara maju.
Di lain pihak, dengan alasan kesehatan, konsumen berusaha mencari pemanis
yang tidak menghasilkan kalori agar mereka tetap dapat menikmati rasa
manis tanpa takut m e n j a d i g e m u k a t a u m e n i m b u l k a n r e s p o n
glikemik (peningkatan kadar gula darah). Industri pangan dan
farmasi

berlomba-lomba

menciptakan

p e m a n i s - pemanis sintetik

bebas kalori. Pemanis yang dihasilkan nantinya diharapkan dapat mengganti


sukrosa (gula tebu), glukosa atau gula-gula lain yang berkalori tinggi,
mendukung usaha konsumen untuk mengontrol berat badan,

m e n e k a n k a d a r glukosa darah, mengurangi sedapat mungkin karies gigi yang


diakibatkan konsumsi gula, akan tetapi tetap dapat menikmati rasa manis.
Sebelum dipasarkan perlu terlebih dahulu harus dilakukan
evaluasi meliputi mutu sensorik (rasa manis, ada tidaknya rasa pahit, ada
tidaknya bau), keamanan, pengaruhnya terhadap zat-zat lain dalam bahan
pangan, stabilitas dalam proses dan pengolahan pangan. Tren terbaru,
industri pangan mulai menggunakan kombinasi beberapa pemanis buatan
sekaligus, karena dinilai lebih murah sehingga produsen dapat memperoleh
untung yang lebih banyak tanpa memikirkan dampak bagi kesehatan konsumen.
Industri pangan di Indonesia sudah lama mengenal pemanis buatan sakarin,
siklamat dan aspartam. Penggunaannya sangat k e t a t , b a h k a n d i
negara-negara

tertentu

sudah

dilarang

karena

menurut

p e n e l i t i a n p e m a n i s t e r s e b u t b e r s i f a t k a r s i n o g e n i k . As p a r t a m
banyak digunakan pada industri pangan di Indonesia, khususnya untuk produk
makanan dan minuman diet yang merupakan b a h a n p e m a n i s u n t u k d i e t
y a n g t e r b u a t d a r i s e n y a w a pembentuk protein dan rendah kalori,selain
itu juga memberikan rasa manis yang sangat menyerupai rasa manis
gula. Penggunaannya dalam produk-produk minuman ringan, kue, dan
makanan l a i n n ya t e l a h a d a d i l e b i h d a r i 1 0 0 n e g a r a , n a m u n ,
h i n g g a s a a t i n i t i n g k a t k e a m a n a n aspartam masih diperdebatkan.1,2
Di Indonesia aspartam diatur melalui Departemen Kesehatan Republik
Indonesia dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
722/Menkes/Per/IX/1988 tidak menyebutkan jumlah aspartam yang boleh

ditambahkan ke dalam bahan pangan. Hal ini berarti bahwa aspartam masih
dianggap aman untuk dikonsumsi. Pada tahun 2004, penggunaan aspartam telah
diatur kembali melalui SNI 01-6993-2004 bahwa kadar maksimum aspartam
dalam minuman ringan adalah 600 mg/kg (ppm).
Penggunaan aspartam diperbolehkan dalam minuman ringan namun
kadarnya tidak boleh melebihi 600 ppm. Minuman serbuk yang beredar di kota
Palu yang menggunakan aspartam sebagai pemanis dapat dilihat pada komposisi
kemasannya.
Penjaminan mutu dan keamanan penggunaan aspartam pada minuman
serbuk dilakukan pemerintah dengan pengawasan tehadap produk tersebut melalui
pengawasan pre market dan post market. Pengawasan pre market bertujuan untuk
mengetahui keamanan produk sebelum dipasarkan sedangkan pengawasan post
market bertujuan untuk melihat konsistensi dan kepatuhan produsen.
Sesuai hasil survei dan wawancara dengan pihak terkait diketahui bahwa
tidak semua minuman serbuk yang beredar di kota Palu telah dilakukan
pengawasan post market (penelitian) mengenai kandungan aspartam. Penelitian
hanya dilakukan satu kali dalam setahun karena keterbatasan dana dan tenaga
sedangkan produsen dapat memproduksi lebih dari satu kali setahun, informasi
dapat dilihat melalui pengamatan pada kode produksi yang tertera pada kemasan.
Pemerintah melakukan penarikan semua produk minuman serbuk sesuai
dengan nomor kode produksi apabila dalam pengawasan post market (penelitian)
ditemukan penggunaan aspartam melebihi 600 ppm.

Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi permasalahan adalah


apakah kandungan pemanis aspartam dalam minuman serbuk yang beredar di kota
Palu sudah memenuhi syarat yang telah ditentukan sesuai dengan SNI 01-69932004.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar pemanis aspartam yang
digunakan dalam minuman serbuk serta memastikan bahwa pemanis aspartam
yang ditambahkan kedalam minuman serbuk memenuhi syarat untuk dikonsumsi.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat
dan pemerintah tentang kadar pemanis aspartam dalam produk minuman serbuk
yang beredar di kota Palu.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen di
laboratorium dengan menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) ,
persyaratan yang dijadikan acuan adalah SNI 01-6993-2004.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Pemanis Buatan3,4,5,6,7
Zat pemanis berfungsi untuk penambah rasa manis pada makanan dan
minuman. Zat pemanis dikelompokkan menjadi dua, yaitu bahan pemanis
alami dan sintesis. Zat pemanis alami berfungsi juga sebagai sumber energi,
jika kita mengonsumsi pemanis alami secara berlebihan kita akan
mengalami resiko kegemukan. Adapun pemanis buatan atau sintetik tidak
dapat dicerna oleh tubuh manusia sehingga tidak berfungsi sebagai energi.
Pemanis buatan memiliki tingkat kemanisan yang lebih tinggi dibandingkan
pemanis alami, walaupun pemanis buatan memiliki kelebihan dibandingkan
pemanis alami tetap perlu menghindari konsumsi yang berlebihan karena
dapat memberikan efek samping bagi kesehatan.
Pemanis buatan merupakan zat sintetik yang menawarkan rasa manis
gula dengan jumlah kalori yang lebih sedikit. Pemanis sintetik merupakan
zat yang dapat menimbulkan rasa manis atau dapat membantu mempertajam
penerimaan terhadap rasa manis tersebut, sedangkan kalori yang
dihasilkannya jauh lebih rendah daripada gula. Pemanis buatan, jauh lebih
manis dibandingkan gula. Karena itu, jumlah yang diperlukan juga lebih
sedikit. Produk-produk yang dibuat dengan pemanis buatan mengandung
kalori yang lebih rendah dibandingkan produk yang dibuat dengan gula.

Karena itu, pemanis buatan seringkali digunakan sebagai bagian dari diet
untuk menurunkan atau mengontrol berat badan.
Pengidap diabetes juga bisa menggunakan jenis pemanis ini karena bisa
memaniskan makanan tanpa menaikkan kadar gula darah. Tapi, bukan
berarti anda bisa mengonsumsi makanan sesuka hati. Beberapa produk yang
mengandung pemanis buatan, seperti yogurt bebas gula, masih bisa
mempengaruhi kadar gula karena kandungan karbohidrat dan protein di
dalamnya.
Beberapa

makanan

dengan

label

'bebas

gula',

kemungkinan

mengandung pemanis (seperti sorbitol dan mannitol) yang mengandung


kalori dan bisa mempengaruhi kadar gula darah. Beberapa produk bebas
gula juga mengandung tepung, yang juga bisa meningkatkan kadar gula
darah. Selain itu, makanan yang mengandung pemanis buatan mengandung
kalori yang bisa melemahkan kemampuan seseorang menurunkan berat
badan dan mengontrol gula darah.
Ahli Gizi dari Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia Dr Lanny Lestiani menyatakan bahwa jumlah asupan maksimum
gula yang diperkenankan untuk pria sebesar 100 kalori (enam sendok teh)
per hari dan wanita sekitar 150 kalori (sembilan sendok teh) per hari. Orang
dengan aktivitas tinggi membutuhkan asupan lebih tinggi, sementara
semakin tua, kebutuhan gula semakin rendah. Sementara Kementerian
Kesehatan menganjurkan pembatasan konsumsi gula sampai 5 persen dari
jumlah kecukupan energi atau sekitar 3-4 sendok makan setiap hari.

Konsumen berusaha mencari pemanis yang tidak menghasilkan kalori


agar mereka tetap dapat menikmati rasa manis tanpa takut menjadi gemuk
atau menimbulkan respon glikemik (peningkatan kadar gula darah). Industri
pangan dan farmasi berlomba-lomba menciptakan pemanis-pemanis sintetik
bebas kalori. Pemanis yang dihasilkan nantinya diharapkan dapat mengganti
sukrosa (gula tebu), glukosa atau gula-gula lain yang berkalori tinggi,
mendukung usaha konsumen untuk mengontrol berat badan, menekan kadar
glukosa darah, mengurangi sedapat mungkin karies gigi yang diakibatkan
konsumsi gula, akan tetapi tetap dapat menikmati rasa manis.Penetapan
jenis pemanis yang diijinkan dan batas ADI di Indonesia lebih mengacu
peraturan yang dikeluarkan oleh US Food and Drug Administration (FDA)
atau Codex Alimentarius Commission (CAC). Pertimbangannya adalah
bahwa kategori pangan sistem CAC telah dikenal dan digunakan sebagai
acuan oleh banyak negara dalam komunikasi perdagangannya. Banyak
aspek yang dijadikan pertimbangan dalam menentukan jenis pemanis buatan
yang diijinkan untuk digunakan dalam produk makanan, antara lain nilai
kalori, tingkat kemanisan, sifat toksik, pengaruhnya terhadap metabolisme,
gula darah, dan organ tubuh manusia. Beberapa hasil penelitian
menunjukkan bahwa bila dikonsumsi berlebihan atau secara berkelanjutan
beberapa jenis pemanis membawa efek samping yang membahayakan
kesehatan manusia. Oleh sebab itu selain ketentuan mengenai penggunaan
pemanis buatan juga harus disertai dengan batasan jumlah maksimum

penggunannya.

Beberapa

jenis

pemanis

buatan

yang

diijinkan

penggunaannya di Indonesia, yaitu:


1) Alitam dengan rumus kimia C14H25N3O4S.2,5 H2O atau L--Aspartil-N[2,2,4,4-tetrametil-3- trietanil]-D-alanin amida, hidrat, merupakan senyawa
yang disintesis dari asam amino Lasam aspartat, D-alanin, dan senyawa
amida yang disintesis dari 2,2,4,4-tetra metiltienanilamin. Alitam dapat
dicerna oleh enzim dalam saluran pencernaan dan diserap oleh usus berkisar
antara 78-93 % dan dihidrolisis menjadi asam aspartat dan alanin amida.
Sedangkan sisa alitam yang dikonsumsi yaitu sebanyak 7-22% dikeluarkan
melalui feses. Asam aspartat hasil hidrolisis selanjutnya dimetabolisme oleh
tubuh dan alanin amida dikeluarkan melalui urin sebagai isomer sulfoksida,
sulfon, atau terkonjugasi dengan asam glukoronat. Oleh karena itu, Calorie
Control Council (CCC) menyebutkan alitam aman dikonsumsi manusia.
Beberapa Negara seperti Australia, New Zealand, Meksiko, dan RRC telah
mengijinkan penggunaan alitam sebagai pemanis untuk berbagai produk
pangan. Meskipun telah dinyatakan aman oleh CAC, Alitam belum diijinkan
penggunaannya di Eropa.
2) Acesulfame-K: dengan rumus kimia C4H4KNO4S atau garam kalium dari
6- methyl-1,2,3-oxathiazin-4(3H)-one-2,2-dioxide atau garam Kalium dari
3,4-dihydro- 6-methyl-1,2,3-oxathiazin-4-one-2,2 di- oxide merupakan
senyawa yang tidak berbau, berbentuk tepung kristal berwarna putih, mudah
larut dalam air dan berasa manis dengan tingkat kemanisan relatif sebesar
200 kali tingkat kemanisan sukrosa tetapi tidak berkalori. Kombinasi

penggunaan acesulfame-K dengan asam aspartat dan natrium siklamat


bersifat sinergis dalam mempertegas rasa manis gula. Beberapa kajian
memperlihatkan bahwa acesulfame-K tidak dapat dicerna, bersifat non
glikemik dan non kariogenik, sehingga JECFA menyatakan aman untuk
dikonsumsi manusia sebagai pemanis buatan dengan ADI sebanyak 15
mg/kg berat badan. CAC mengatur maksimum penggunaan acesulfame-K
pada berbagai produk pangan berkisar antara 200 sampai dengan 1000
mg/kg produk. Sementara US Code of Federal Regulation (CFR) mengatur
maksimum penggunaan acesulfam-K pada berbagai produk pangan dalam
Good Manufacturing Practices (GMP). Sedangkan Food Standards
Australia New Zealand (FSANZ) mengatur maksimum penggunaan
acesulfame-K pada berbagai produk pangan Penerapan Standar Penggunaan
Pemanis Buatan (Indrie A, Qanitah, Surjana) berkisar antara 200 sampai
dengan 3000 mg/kg produk. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa
acesulfame-K berbahaya bagi penderita phenylketonuria karena dapat
menyebabkan resiko penurunan fungsi otak.
3) Aspartam atau Aspartil fenilalanin metil ester (APM) dengan rumus
kimia C14H18N2O5 atau 3-amino-N(-carbomethoxy-phenethyl) succinamic
acid, N-L--aspartyl-Lphenylalanine- 1-methyl ester merupakan senyawa
yang tidak berbau, berbentuk tepung kristal berwarna putih, sedikit larut
dalam air, dan berasa manis. Kombinasi penggunaan aspartam dengan
pemanis buatan lain dianjurkan terutama untuk produk-produk pangan
dalam mempertegas cita-rasa buah. Kajian digestive dari Monsanto

memperlihatkan bahwa aspartam dimetabolisme dan terurai secara cepat


menjadi asam amino, asam aspartat, fenilalanin, dan metanol, sehingga
dapat meningkatkan kadar fenilalanin dalam darah. Oleh karena itu, pada
label perlu dicantumkan peringatan khusus bagi penderita fenilketonuria.
Aspartam dapat menimbulkan gangguan tidur dan migrain bagi yang
sensitif. Penggunaan aspartam sesuai dengan petunjuk FDA dinilai aman
bagi wanita hamil.CAC mengatur maksimum penggunaan aspartam pada
berbagai produk pangan berkisar antara 500 sampai dengan 5500 mg/kg
produk. Sementara CFR mengatur penggunaan aspartam tidak lebih dari
0,5% dari berat bahan siap dipanggang atau dari formulasi akhir khususnya
untuk produk pangan yang dipanggang.
4) Neotam dengan rumus kimia C20H30N2O5 atau L-phenylalanine, N-[N(3,3-

dimethylbutyl)-L--aspartyl]-L-phenylalanine

1-methyl

ester

merupakan senyawa yang bersih, berbentuk tepung kristal berwarna putih,


penegas cita-rasa yang unik dan memiliki tingkat kelarutan dalam air sama
dengan aspartam. Neotam termasuk pemanis non-nutritif yaitu tidak
memiliki nilai kalori. Penggunaan neotam dalam produk pangan dapat
dilakukan secara tunggal maupun kombinasi dengan pemanis lain seperti
aspartam, garam acesulfame, siklamat, sukralosa, dan sakarin. Neotam dapat
berfungsi sebagai penegas cita rasa terutama cita rasa buah. Kajian digestive
memperlihatkan bahwa neotam terurai secara cepat dan dibuang sempurna
tanpa akumulasi oleh tubuh melalui metabolismenormal. Hasil kajian
komprehensif penggunaan neotam pada binatang dan manusia termasuk

10

anak-anak, wanita hamil, penderita diabetes memperlihatkan bahwa neotam


aman dikonsumsi manusia. Kajian JECFA pada bulan Juni tahun 2003 di
Roma, Italia menyatakan bahwa ADI untuk neotam adalah sebanyak 0
sampai dengan 2 mg/kg berat badan. FDA dan FSANZ telah menyetujui
penggunaan neotam sebagai pemanis dan pencita rasa. Meskipun telah
dinyatakan aman oleh CAC, Neotam tidak diijinkan penggunaannya di
Eropa.
5) Sakarin sebagai pemanis buatan biasanya dalam bentuk garam berupa
kalsium,

kalium,

dan

natrium

sakarin

dengan

rumus

kimia

(C14H8CaN2O6S2.3H2O), (C7H4KNO3S.2H2O), dan (C7H4NaNO3S.2H2O).


Secara umum, garam sakarin berbentuk kristal putih, tidak berbau atau
berbau aromatik lemah, dan mudah larut dalam air, serta berasa manis.
Kombinasi penggunaannya dengan pemanis buatan rendah kalori lainnya
bersifat sinergis. Sakarin tidak dimetabolisme oleh tubuh, lambat diserap
oleh usus, dan cepat dikeluarkan melalui urin tanpa perubahan. Hasil
penelitian menyebutkan bahwa sakarin tidak bereaksi dengan DNA, tidak
bersifat karsinogenik, tidak menyebabkan karies gigi, dan cocok bagi
penderita diabetes. Sakarin dapat menimbulkan reaksi dermatologis bagi
anakanak yang alergi terhadap sulfa, berpotensi memacu pertumbuhan
tumor dan bersifat karsinogenik. Pada tahun 1977, penggunaan sakarin
pernah dilarang oleh FDA dikarenakan adanya hasil penelitian pada hewan
yang menunjukkan bahwa sakarin dapat memacu pertumbuhan tumor.
Namun, hasil penelitian tersebut mendapat bantahan karena pada

11

kenyataannya dosis sakarin yang diberikan pada hewan percobaan melebihi


dosis yang dapat dikonsumsi manusia, yaitu setara dengan 850 kaleng
minuman soda diet (UPMC, 2003). Sejak bulan Desember 2000, FDA telah
menghilangkan kewajiban pelabelan pada produk pangan yang mengandung
sakarin, dan 100 negara telah mengijinkan penggunaannya. CAC mengatur
maksimum penggunaan sakarin pada berbagai produk pangan berkisar
antara 80 - 5.000 mg/kg produk. Saat ini, meskipun sakarin telah dinyatakan
aman untuk dikonsumsi, namun di USA sendiri penggunaannya dalam
produk pangan masih sangat dibatasi (Kroger et al., 2006).
6) Siklamat atau cyclohexylsulfamic acid (C 6H13NO3S) sebagai pemanis
buatan digunakan dalam bentuk garam kalsium, kalium, dan natrium
siklamat. Secara umum, garam siklamat berbentuk kristal putih, tidak
berbau, tidak berwarna, dan mudah larut dalam air dan etanol, serta berasa
manis. Kombinasi penggunaan siklamat dengan sakarin dan atau
acesulfame-K bersifat sinergis, dan kompatibel dengan pencitarasa dan
bahan pengawet. Pemberian siklamat dengan dosis yang sangat tinggi pada
tikus percobaan dapat menyebabkan tumor kandung kemih, paru, hati, dan
limpa, serta menyebabkan kerusakan genetik dan atropi testikular. Informasi
yang dikumpulkan oleh CCC (Calorie Control Council) menyebutkan
bahwa konsumsi siklamat tidak menyebabkan kanker dan non mutagenik.
Pada tahun 1984, FDA menyatakan bahwa siklamat tidak bersifat
karsinogenik. Meskipun FDA, JECFA dan CAC menyatakan bahwa
siklamat aman untuk dikonsumsi, namun Kanada dan USA tidak

12

mengizinkan penggunaan siklamat sebagai bahan tambahan pangan


(BPOM, 2004).
7) Sukralosa adalah triklorodisakarida yaitu 1,6- Dichloro- 1,6- dideoxy-D-fructofuranosyl - 4-chloro-4-deoxy--D-galactopyranoside atau 4,1,6trichlorogalactosucrose dengan rumus kimia C12H19Cl3O8 merupakan
senyawa berbentuk kristal berwarna putih; tidak berbau; mudah larut dalam
air, methanol dan alcohol; sedikit larut dalam etil asetat, serta berasa manis
tanpa purna rasa yang tidak diinginkan. Sukralosa tidak digunakan sebagai
sumber energi oleh tubuh karena tidak terurai sebagaimana halnya dengan
sukrosa. Sukralosa tidak dapat dicerna, dan langsung dikeluarkan oleh tubuh
tanpa perubahan. Hal tersebut menempatkan sukralosa dalam golongan
Generally Recognized as Safe (GRAS), sehingga aman dikonsumsi wanita
hamil dan menyusui serta anak-anak segala usia. Sukralosa teruji tidak
menyebabkan karies gigi, perubahan genetik, cacat bawaan, dan kanker.
Selanjutnya sukralosa tidak pula berpengaruh terhadap perubahan genetik,
metabolisme karbohidrat, reproduksi pria dan wanita serta terhadap sistem
kekebalan. Oleh karena itu, maka sukralosa sangat bermanfaat sebagai
pengganti gula bagipenderita diabetes baik tipe I maupun II.

2.2

Uraian Umum aspartam 8,9,10,11,12,13,14,15


Aspartam ditemukan pada tahun 1965 oleh James Schslatte sebagai
hasil percobaan yang gagal dan merupakan dipeptida yang dibuat dari hasil
penggabungan asam aspartat dan fenilalanina, dimana fenilalanina

13

merupakan senyawa yang berfungsi sebagai penghantar atau penyampai


pesan pada sistem saraf otak.

Gambar 2.1 Struktur kimia Aspartam


Aspartam merupakan pemanis sintetis non-karbohidrat, aspartylphenylalanine-1-methyl ester, atau merupakan bentuk metil ester dari
dipeptida dua asam amino yaitu asam amino asam aspartat dan asam amino
essensial fenilalanina, dijual dengan nama dagang komersial seperti Equal,
Nutrasweet dan Canderel dan telah digunakan di hampir 6.000 produk
makanan dan minuman di seluruh dunia. Nama kimianya adalah N-(L-Aspartyl)-L-phenylalanine,1-methyl ester dengan rumus kimia C14H18N2O5.
Massa molekul aspartam adalah 294,301 g/mol dan titik lebur 246-247 C.
Tahun 1981 aspartam mendapat persetujuan dari Food and Drug
Administration (FDA) untuk digunakan pada beberapa jenis makanan
melalui penelitian ilmiah yang harus ditinjau terlebih dahulu. Setelah
dinyatakan aman untuk dikonsumsi, barulah FDA mau menyetujuinya. FDA
telah melakukan evaluasi terhadap pemakaian aspartam dalam makanan dan
minuman sebanyak 26 kali sejak pertama kali menyetujui penggunaannya,
dari bukti-bukti ilmiah yang ada, maka sejak tahun 1996 FDA menyetujui
penggunaan aspartam sebagai pemanis buatan yang dapat digunakan dalam
semua makanan dan minuman.

14

Dewasa ini aspartam telah ada dalam berbagai bentuk, seperti cair,
granular, enkapsulasi dan juga tepung sehingga dapat digunakan dalam
berbagai bentuk dan jenis makanan maupun minuman. Bentuk enkapsulasi
bersifat tahan panas sehingga dapat digunakan untuk produk-produk yang
memerlukan suhu tinggi dalam pembuatannya.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) RI Nomor 722
tahun 1988, Aspartam dan siklamat merupakan pemanis buatan yang
diizinkan untuk digunakan dalam pembuatan produk makanan. Berdasarkan
SNI 01-6993-2004, dan telah ditetapkan kadar maksimum aspartam dalam
minuman ringan adalah 600 mg/kg (ppm), dan Acceptable Daily Intake
(ADI) untuk aspartam adalah 50 mg/kg berat badan dengan nilai kalori 4
kkal/g atau setara dengan 1,67 kJ/g.
Keunggulan aspartam yaitu mempunyai energi yang sangat rendah,
mempunyai cita rasa manis mirip gula, tanpa rasa pahit, tidak merusak gigi,
menguatkan cita rasa buah-buahan pada makanan dan minuman, dapat
digunakan sebagai pemanis pada makanan atau minuman pada penderita
diabetes.
Aspartam digunakan dalam pemanis di meja dalam campuran kering
ramuan minuman dan dalam makanan yang diproses tanpa penggunaan
panas. Senyawa ini mengalami metabolisme dalam tubuh menjadi
fenilalanina, asam aspartat dan methanol. Faktor pembatas utama dalam
penggunaan aspartam ialah ketidakstabilannya terhadap panas.

15

Aspartam tidak boleh dikonsumsi untuk orang dengan kelainan


phenylketourea

karena

memiliki

"kelainan

bawaan"

dalam

hal

memetabolismenya karena tersusun oleh asam amino sehingga di dalam


tubuh akan mengalami metabolisme seperti halnya asam amino pada
umumnya. Bagi penderita penyakit keturunan yang berhubungan dengan
kelemahan mental (phenil keton urea/PKU) dilarang untuk mengonsumsi
aspartam karena adanya fenilalanin yang tidak dapat dimetabolisme oleh
penyakit tersebut. Jika aspartam dikonsumsi oleh orang dengan kelainan
phenylketonurea maka akan menimbulkan dampak negative diantaranya
memicu gangguan jaringan otak manusia, menimbulkan sakit kepala,
kejang-kejang, mati persendian, mual-mual, kejang otot, hingga akibat
paling tragis kematian.

2.4

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi 16,17,18


2.4.1 Dasar Teori
Sejak diketemukannya teknik pemisahan kromatografi oleh
Mikhail Semenovich Tsweet (1872 1919), teknik analisis
kromatografi ini kemudian berkembang menjadi kromatografi cairan
dan kromatografi plannar. Walaupun ada berbagai cara untuk
mengklasifikasikan teknik teknik kromatografi, dasar yang sering
digunakan dari penamaan fasa fasa yang digunakan (fasa gerak
fasa diam) misalnya : gas-liquid (GLC : gas liquid chromatography),
gas solid (GSC : gas solid chromatography). Tetapi pada dasarnya

16

metoda kromatografi dapat dikelompokkan dengan cara sebagian


berdasarkan tipe fasa dan sebagian oleh mekanisme distribusi fasanya.
Berdasarkan wujud fasa gerak yang digunakan, klasifikasi besar
kromatografi ada 2 ( dua ) macam yaitu : kromatografi gas dan
kromatografi cairan. Fasa diam pada kromatografi cairan biasanya
dimasukkan kedalam kolom atau berupa bidang atau plat, yang berupa
kolom terdiri dari dua jenis yaitu : kolom tertutup contohnya KCKT (
Kromatografi cair kinerja tinggi ) dan kolom terbuka ( kromatografi
cairan konvesional/Tsweet ), kromatografi plannar juga terdiri dari dua
jenis yaitu kromatografi lapis tipis dan kromatografi kertas.
Kromatografi cair kinerja tinggi berdasarkan pada teori
kromatografi cair adalah proses dimana fase geraknya adalah cairan
yang bergerak melalui fase diam. Kromatografi cair kinerja tinggi
adalah teknik kromatografi cair dimana larutan dipompa melalui
kolom pada tekanan 4000 psi. Kromatografi cair kinerja tinggi
membutuhkan peralatan yang lebih rumit dan umumnya merupakan
metode dengan resolusi tinggi yang dapat mengidentifikasi serta
menetapkan kuantitatif analit dalam jumlah yang sangat kecil. Sejak
dikembangkan pada tahun 1960 dan dikenalkan secara komersil pada
tahun 1969, kromatografi cair kinerja tinggi menjadi salah satu
metode yang paling cepat berkembang dan paling penting dalam
laboratorium modern. Keterbatasan metode KCKT untuk identifikasi
senyawa, kecuali jika KCKT dihubungkan dengan spectrometer

17

massa, keterbatasan lainnya adalah jika sampelnya sangat kompleks


maka resolusi yang baik sulit diperoleh.
2.4.2 Prinsip kerja
Prinsip kerja kromatografi cair kinerja tinggi tidak berbeda
dengan prinsip kromatografi, dimana analit harus terdapat di dalam
fase gerak untuk bermigrasi melalui sistem kromatografi. Oleh karena
itu, kecepatan merupakan fungsi dari keseimbangan distribusi, maka
komponen komponen yang berinteraksi kuat dengan fase diam dan
akan bermigrasi lebih lambat dibandingkan dengan yang berinteraksi
kuat dengan fase gerak. Pemisahan komponen komponen
disebabkan perbedaan kecepatan migrasi sebagai hasil dari perbedaan
di dalam keseimbangan distribusi masing masing komponen
diantara fase diam dan fase gerak. Pemisahan analit diterima oleh
detektor secara langsung, hasil detektor berupa sinyal elektrik.
Pemisahan solut-solut

ini diatur oleh distribusi solute dalam fase

gerak dan fase diam


2.4.3 Peralatan
Setelah mengalami perubahan dan perkembangan sesuai dengan
waktu sejak ditemukannya teknis analisis dengan kromatografi cairan,
peralatan atau komponen system kromatografi cairan juga semakin
canggih, tetapi untuk menentukan jenis peralatan yang sesuai dengan
jenis analisis yang rutin atau sering dilakukan sebaiknya dilakukan
dengan cermat supaya tidak membeli system yang mahal yang tidak

18

perlu digunakan. Beberapa panduan yang biasa dilakukan untuk


menentukan jenis system instrument KCKT adalah sebagai berikut :
1.

Rumit tidaknya komponen cuplikan yang dianalisis

2.

Jenis analisis yang dilakukan

3.

Konsentrasi cuplikan yang dianalisis

4.

Jumlah analisis yang dilakukan perhari

Secara lengkap skema peralatan kromatografi cair kinerja tinggi sebagai


berikut

Gambar 2.2 Diagram Alat KCKT


Untuk mengetahui perlu tidaknya komponen komponen sistem tersebut
ada pada KCKT, perlu diketahui kegunaan tiap tiap komponen sistem tersebut
sebagai berikut :

19

1.

Solvent reservoit
Sesuai

dengan

namanya,

fungsi solvent reservoir adalah

menampung fase gerak yang akan dialirkan kedalam kolom dengan bantuan
pompa. Solven reservoir biasanya terbuat dari gelas dengan volume yang
bervariasi bergantung dari jumlah atau volume fase gerak yang dibutuhkan,
untuk analisis yang sederhana yaitu cara analisis isokratik yang berarti dari
awal sampai akhir analisis komposisi fase gerak adalah sama cukup
diperlukan satu solven reservoir, sedangkan untuk analisis gradient yaitu
analisis yang memerlukan perubahan komposisi fase gerak, maka
diperlukan solven reservoir lebih dari satu bergantung pada jumlah
komposisi fase geraknya.
2.

Pompa
Fungsi pompa untuk mendorong fase gerak masuk kedalam kolom.
Tekanan pompa yang diperlukan harus cukup tinggi .karena kolom KCKT
berisi partikel partikel yang sangat kecil, pada dasarnya pompa KCKT
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

3.

1.

Dapat memompakan fase gerak secara constant

2.

Mempunyai batas tekanan maksimum yang cukup tinggi

3.

Inert terhadap pelarut - pelarut organic

4.

Mempunyai noise yang rendah

5.

Cara kerja sederhana

Injektor

20

Fungsi

untuk

memasukkan sampel dengan bantuan syringe.

Injektor dikatakan baik, apabila :


1.

Dapat memasukkan sampel kedalam kolom sesempi mungkin

2.

Memiliki keberulangan yang tinggi

3.

Dapat digunakan pada situasi dimana tekanan balik pada kolom


relative tinggi

4.
4.

Mudah digunakan

Kolom
Kolom pada sistem Kromatografi cair kinerja tinggi merupakan jantung
dari sistem tersebut, karena didalam kolomlah terjadi pemisahan komponen
komponen cuplikan, berhasil tidaknya suatu analisis tergantung kolom
yang digunakan, bagian penting yang ada pada kolom adalah pipa kolom
dan isi atau partikel yang berada didalam kolom yang disebut sebagai fasa
diam.
Penggunaan kolom haruslah secara berhati-hati supaya kolom dapat
berumur panjang gunakan kolom pengaman yang dipasang sebelum kolom
analitik , kolom pengaman ini berisi kemasan yang sama dengan kolom
analitik, namun dengan ukuran kolom lebih pendek dengan ukuran partikel
lebih besar, kolom umumnya terbuat dari stainlesteel dan biasanya
dioperasikan pada temperature kamar. Kolom setelah selesai digunakan
harus selalu dicuci tujuannya untuk menghilangkan pengotor pengotor
yang berasal dari cuplikan, selain itu perlu diperhatikan tentang
penyimpanan kolom yang tidak digunakan lagi tapi masih mempunyai

21

kondisi yang baik harus disimpan sebaik baiknya dengan cara kolom
dimasukkan dalam solven organik atau air disesuaikan dengan jenis
kolomnya dan dijaga jangan sampai kering supaya kinerja kolom tidak
terganggu, selain penyimpanan yang baik kolom harus dihindarkan dari
goncangan dan suhu yang tinggi.
5.

Detektor
Fungsi detektor dalam kromatografi cair kinerja tinggi adalah untuk
mendeteksi komponen komponen cuplikan hasil pemisahan kolom secara
kualitatif dan kuantitatif

bergantung pada kebutuhan analisis. Detektor

KCKT yang baik harus mempunyai sensivitas yang cukup tinggi atau
mempunyai limit deteksi yang sangat kecil, sehingga dapat memberikan
perubahan sinyal yang besar pada perubahan konsentrasi komponen
cuplikan yang kecil. Detektor yang sensitive akan sangat membantu analisis
kuantitatif maupun kualitatif terutama untuk trace analysis
6.

Rekorder/Pencatatan
Sistem kromatografi cair kinerja tinggi memerlukan rekorder sebagai
sistem pencatatan yang berkualitas baik dan mampu menampilkan
kromatogram dengan jelas, tepat dan cukup peka.Alat tersebut harus mampu
menampilkan puncak puncak kromatogram dengan jelas dan tidak
terganggu dengan nois listrik.
Perkembangan alat

pencatat untuk KCKT modern juga telah

berkembang cukup pesat, diantaranya adalah integrator yang selain mampu


menggambarkan kromatogram dengan jelas juga langsung menghitung

22

waktu retensi serta luas puncak masing- masing puncak dalam


kromatogram, selain itu untuk menampilkan kromatogram hasil analisis
juga bias digunakan komputer dengan program tertentu sehingga dapat
mencetak dan menyimpan data kromatogram yang dipilih.

2.4.3 Analisis Kualitatif dan Kuantitatif


Analisis kualitatif dengan metode KCKT bersifat relative, artinya
diperlukan standar yang identitasnya diketahui dengan pasti. Dasar
identifikasi melalui parameter waktu retensi dan volume retensi yaitu
volume fase gerak yang diperlukan untuk mengelusi suatu komponen dalam
kolom.
Analisis kuantitafif dengan metode KCKT memiliki persyaratan
sebagai berikut
1. Identitas komponen yang dianalisis harus ditetapkan atau sudah
diketahui
2.

Pemisahan komponen yang dianalisis dapat dilakukan

3.

Preparasi sampel bersifat boleh ulang

4.

Kemurnian standar yang digunakan diketahui

5.

Fase diam yang digunakan bersifat boleh ulang

Selanjutnya, dasar analisis adalah luas puncak senyawa sebanding


dengan konsentrasinya.
2.4.4 Kegunaan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

23

KCKT dengan prinsip kromatografi adsorpsi banyak digunakan pada


industri farmasi dan peptisida. KCKT merupakan suatu metode pemisahan
yang canggih dalam analisis farmasi yang dapat digunakan untuk uji
identitas, uji kemurnian dan penetapan kadar. Zat zat dengan kepolaran
berbeda, yaitu antara sedikit polar sampai polar dapat dipisahkan dengan
KCKT berdasarkan partisi cair cair.

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1

Populasi dan Sampel

24

Populasi dalam penelitian ini adalah minuman serbuk yang beredar di


kota Palu, yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah minuman
serbuk yang mengandung aspartam. Dari hasil survei lapangan didapatkan
ada tiga jenis minuman serbuk yang mengandung aspartam, sehingga yang
dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah ketiga jenis minuman serbuk
tersebut.

3.2

Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari 2012 di
laboratorium Pangan dan Bahan Berbahaya Balai POM Palu.

3.3

Alat dan Bahan


3.3.1 Alat yang digunakan
1. Gelas piala
2. Gelas ukur
3. KCKT
4. Labu tentukur
5. Neraca analitik
6. Pipet volum
7. Rak tabung reaksi
8. Spoit kaca 10 ml dilengkapi dengan filter holder diameter 13 mm
9. Sonikator
10. Syring injector 100 L

25

11. Tabung reaksi


3.3.2 Bahan yang digunakan
1. Aqua demineralisasi
2. Asam fosfat ( Merck )
3. Asetonitril
4. Baku aspartam
5. Kertas saring
6. Membran filter 0,45 m tipe cellulose nitrte dan PTFE
7. Natrium dihidrogen fosfat
8. Sampel minuman serbuk

3.4

Prosedur Penelitian 19,20,21


1. Pembuatan Fase Gerak
Sejumlah 0,68995 g NaH2PO4 ditimbang saksama dimasukkan ke dalam
labu ukur 1000 mL ditambahkan aqua demineralisasi sampai 500 mL,
diukur pH = 2,6 menggunakan pH meter kemudian tambahkan 106,0606
mL asetonitril, kocok. Saring menggunakan pompa vakum lalu sonikasi.

2. Pembuatan Larutan Baku


Sejumlah lebih kurang 50 mg aspartam baku, ditimbang saksama
dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 mL, ditambah fase gerak sampai
tanda batas, dikocok sampai larut kemudian dipipet 10 mL dimasukkan

26

ke dalam labu tentukur 25 mL dan ditambah fase gerak hingga tanda,


kocok (A).
Sejumlah 0,5; 1; 2; 3; 4 dan 3,0 mL A, dipipet, masing-masing secara
terpisah dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 mL dan ditambah fase
gerak hingga tanda, dikocok dan disaring dengan penyaringan membrane
0,45 m lalu disonikasi (B).
3. Pembuatan Larutan Uji
Sejumlah lebih kurang 2,5 g sampel ditimbang saksama, dimasukkan ke
dalam labu tentukur 25 mL ditambah fase gerak hingga tanda, dikocok
sampai larut, kemudian diencerkan dengan cara dipipet 0,5 mL masukkan
ke dalam labu tentukur 25 mL dan ditambahkan fase gerak sampai tanda
lalu disaring dengan penyaring membrane 0,45 m dan disonikasi (C).
4. Cara Penetapan
Larutan B dan C masing masing disuntikkan secara terpisah dan
dilakukan Kromatografi

cair kinerja tinggi dengan kondisi sebagai

berikut:
Kolom

: Oktadesilsilan dengan partikel 10L, 150 mm X 60 mm


atau kolom lain yang setara

Fase gerak

: dapar natrium dihidrogen fosfat 10 mMol (pH 2,6)


asetronotil (82,5 : 17,5)

Laju aliran

: 1,2 mL/menit

Detektor

: Ultraviolet pada panjang gelombang 210 nm

Volume Penyuntikan : 20 L

27

Kadar aspartam dihitung menggunakan persamaan garis Y= bx + a

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1

Hasil Penelitian

28

Penelitian

ini

mengambil

sampel

minuman

serbuk

yang

mengandung aspartam yang beredar di kota Palu untuk diteliti kadar


aspartamnya. Kategori pengambilan sampel adalah sebagai berikut.
1. Pabrik yang sama
2. Nomor batch yang sama
3. Kemasan yang sama
4. Tanggal kadaluarsa yang sama
5. Tanggal kadaluarsa yang masih lama
Hasil analisis kadar aspartam pada minuman serbuk yang beredar di
kota Palu dengan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi yang dilakukan
secara triplo dapat dilihat pada table dibawah ini.
Tabel 4.1 Hasil Analisis Baku Pemanis Aspartam
Konsentrasi
(ppm)
7,5766

373535

Waktu retensi
(menit)
5,158

15,1532

644688

5,172

30,3064

1283003

5,204

45,4596

1948505

5,176

60,6128

2564015

5,153

Luas Puncak

75,7660
3251903
5,111
Tabel 4.2 Hasil Analisis Kualitatif Pemanis Aspartam pada Minuman Serbuk
yang Beredar di Kota Palu
Kode Sampel

Waktu retensi (menit)

A1

5,284

A2

5,321

29

Tabel 4.3

A3

5,282

B1

5,302

B2

5,304

B3

5,312

C1

5,318

C2

5,304

C3

5,318

Hasil Analisis Kuantitatif Pemanis Aspartam pada Minuman


Serbuk yang Beredar di Kota Palu

Kode
Sampel

Bobot
Sampel (g)

Fp

Area

Kadar
Pengulangan
(ppm)

A1

2,7779

1250

458183

325,68

A2

2,6540

1250

443722

329,62

A3
B1

2,5678
2,8424

1250
1250

437213
494914

335,45
197,14

B2

2,2856

1250

377186

184,66

B3
C1

2,7711
2,5269

1250
1250

472636
499857

192,72
313,70

C2

2,5743

1250

517025

318,95

C3

2,7711

1250

514989

295,08

Keterangan

Kadar
Ratarata
(ppm)

Ket

330,57

MS

190,90

MS

316,32

MS

Fp : Faktor pengenceran
MS : Memenuhi Syarat (sesuai dengan persyaratan SNI 01-6993-2004)

30

4.2

Pembahasan
Penelitian ini menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
(KCKT), dimana fase diam adalah oktadesilsilan sedangkan fase gerak
adalah dapar natrium dihidrogen fosfat dan asetonitril, didasarkan pada
metode analisis yang umum digunakan untuk penetapan kadar aspartam
dalam sediaan pemanis buatan secara KCKT.
Fase gerak yang terdiri dari dapar fosfat dan asetonitril memberikan
hasil uji yang optimal dalam analisis aspartam karena selain dapat
melarutkan

aspartam,

tidak

merusak

kolom

juga

menghasilkan

kromatogram yang baik. Larutan baku atau baku pembanding dibuat sebagai
pembanding sampel dan untuk mengetahui area kerja dimana dari baku
induk, dibuat baku inter dan baku seri yang datanya akan dimasukkan dalam
kurva kalibrasi sehingga terbentuk area kerja. Pada pembuatan larutan uji,
dilakukan pengenceran terhadap sampel karena terdapat bias yang terlalu
jauh antara sampel dan baku seri sehingga tujuan dari pengenceran tersebut
agar larutan uji masuk di area kerja.
Prinsip dasar dari penelitian ini adalah aspartam sebagai analit, larut
dalam fase gerak yang di bawa oleh pompa dan memasuki kolom, kemudian
dengan adanya perbedaan kecepatan migrasi komponen komponen yang
masuk ke dalam kolom maka terjadi pemisahan yang kemudian akan
dideteksi oleh detector dan dikirim ke rekorder untuk memperoleh hasil
dalam bentuk kromatogram.

31

Berdasarkan hasil analisis kualitatif diketahui bahwa sampel minuman


serbuk mengandung aspartam yang dapat dilihat dari luas puncak dan waktu
retensi dimana waktu retensi pada kromatogram sampel sama dengan atau
mendekati waktu retensi baku aspartam. Waktu retensi baku aspartam pada
konsentrasi 7,5766 ppm; 15,1532 ppm; 30,3064 ppm; 45,4596 ppm;
60,6128 ppm; dan 75,7660 ppm masing masing adalah 5,158 menit; 5,172
menit; 5,204 menit; 5,176 menit; 5,153 menit; dan 5,111 menit, sedangkan
waktu retensi untuk sampel adalah A1 = 5,284 menit; A2 = 5,321 menit; A3
= 5,282 menit; B1 = 5,302 menit; B2 = 5,304 menit; B3 = 5,312 menit; C1 =
5,318 menit; C2 = 5,304 menit; C3 = 5,318 menit. Waktu retensi sampel yang
mendekati waktu retensi baku aspartam tersebut menunjukan bahwa sampel
dalam penelitian ini positif mengandung pemanis aspartam, kemudian untuk
menentukan berapa kadar pemanis aspartam yang ada di dalam sampel
maka dilakukan analisis kuantitatif.
Analisis kuantitatif dihitung menggunakan persamaan regresi linear
yaitu y = a + bx, dimana a = 20488,3178 dan b = 42332,0186 yang
diperoleh dari perhitungan regresi linear konsentrasi baku aspartam dengan
masing masing area pada masing masing waktu retensi. Kadar pemanis
aspartam rata rata yang diperoleh adalah sampel A = 330,57; sampel B =
190,90; dan sampel C = 316,32. Berdasarkan kadar pemanis aspartam yang
diperoleh dari analisis kuantitatif, maka dapat diketahui bahwa ketiga
sampel minuman serbuk memenuhi syarat untuk dikonsumsi sesuai dengan

32

SNI 01-6993-2004 yang menyatakan bahwa kadar maksimum aspartam


dalam minuman ringan adalah 600 mg/kg (ppm).
Saat ini aspartam telah digunakan dalam berbagai bentuk dan jenis
makanan maupun minuman. Aspartam adalah bahan pemanis yang terbuat
dari fenilalanin, asparginat dan methanol. Aspartam 200 kali lebih manis
dari gula tanpa nilai energi yang tinggi seperti gula. Berdasarkan FDA
(Food and Drug Administration) jumlah konsumsi aspartam perhari
maksimal 50 mg/kg berat badan. Keunggulan aspartam yaitu mempunyai
energi yang sangat rendah, mempunyai cita rasa manis mirip gula, tanpa
rasa pahit, tidak merusak gigi, menguatkan cita rasa buah-buahan pada
makanan dan minuman, dapat digunakan sebagai pemanis pada makanan
atau minuman pada penderita diabetes. Aspartam tidak dapat dikonsumsi
melebihi kadar maksimal yang telah ditentukan karena dapat menimbulkan
efek samping diantaranya nyeri kepala dan lambung, pusing, mual, muntah
dan perubahan suasana jiwa, selain itu aspartam tidak boleh dikonsumsi
untuk orang dengan kelainan phenylketourea karena memiliki "kelainan
bawaan" dalam hal memetabolismenya karena tersusun oleh asam amino
sehingga di dalam tubuh akan mengalami metabolisme seperti halnya asam
amino

pada

umumnya.

Bagi

penderita

penyakit

keturunan

yang

berhubungan dengan kelemahan mental (phenil keton urea/PKU) dilarang


untuk mengonsumsi aspartam karena adanya fenilalanin yang tidak dapat
dimetabolisme oleh penyakit tersebut. Jika aspartam dikonsumsi oleh orang
dengan kelainan phenylketonurea maka akan menimbulkan dampak

33

negative

diantaranya

memicu

gangguan

jaringan

otak

manusia,

menimbulkan sakit kepala, kejang-kejang, mati persendian, mual-mual,


kejang otot, hingga akibat paling tragis kematian. Mengingat metabolism
dan efek samping yang ditimbulkan, masyarakat perlu berhati hati dalam
mengkonsumsi minuman serbuk yang mengandung aspartam.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis kadar pemanis aspartam pada minuman serbuk
yang berear di kota Palu dengan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi,
dapat disimpulkan bahwa :

34

1. Kadar pemanis aspartam rata rata pada sampel A adalah 330,57 ppm,
sampel B adalah 190,90 ppm dan sampel C adalah 316,32 ppm.
2. Kadar pemanis aspartam pada sampel minuman serbuk yang beredar di
kota Palu memenuhi syarat sesuai SNI 01-6993-2004.

5.2 Saran
1.

Sebaiknya konsumen harus lebih berhati - hati dan waspada terhadap


penggunaan pemanis buatan dalam produk pangan.

2.

Pemerintah

dalam

hal

ini

Balai

POM

berkewajiban

untuk

mensosialisasikan mengenai aspek keamanan pemanis buatan kepada


masyarakat awam, sehingga masyarakat memiliki dasar pertimbangan
yang kuat untuk memilih produk pangan yang aman untuk dikonsumsi.

35

You might also like