You are on page 1of 10

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


GAGAL GINJAL KRONIS DAN HEMODIALISA

Disusun guna memenuhi tugas pada Program Pendidikan Profesi Ners


Stase Keperawatan Medikal

oleh
Dwi Setyo Purnomo
115070201131003

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2016

LAPORAN PENDAHULUAN HEMODIALISA


Definisi
Hemodialisa merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien
dalam keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialisys jangka pendek
(beberapa hari hingga beberapa minggu) atau pasien dengan penyakit ginjal
stadium akhir atau end stage renal disease (ESRD) yang memerlukan terapi
jangka panjang atau permanen. Tujuan hemodialisa adalah untuk mengeluarkan
zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam darah dan mengeluarkan air yang
berlebihan

(Suharyanto

dan

Madjid,

2009).

Menurut

Nursalam

(2006)

hemodialisa adalah proses pembersihan darah oleh akumulasi sampah buangan.


Hemodialisa digunakan bagi pasien dengan tahap akhir gagal ginjal atau pasien
berpenyakit akut yang membutuhkan dialisis waktu singkat.
Tujuan
1. Membuang produk sisa metabolisme protein seperti urea, kreatinin dan
asam urat.
2. Membuang kelebihan air dengan mengetahui tekanan banding antara
darah dan bagian cairan, biasanya terdiri atas tekanan positif dan negatif
(penghisap) dalam kompartemen dialisat.
3. Mempertahankan atau mengembalikan sistem buffer tubuh.
4. Mempertahankan atau mengembalikan kadar elektrolit tubuh.
Indikasi
1. Gagal ginjal akut
2. Gagal ginjal kronik, bila laju filtrasi gromelurus kurang dari 5 ml/menit
3. Kalium serum lebih dari 6 mEq/l
4. Ureum lebih dari 200 mg/dl
5. PH darah kurang dari 7,1
6. Anuria berkepanjangan, lebih dari 5 hari
7. Intoksikasi obat dan zat kimia
8. Sindrom Hepatorenal

Bentuk / Gambaran Peralatan Yang Digunakan


1. Dialiser atau Ginjal Buatan
Terdiri dari membran semi permeabel yang memisahkan kompartemen darah
dan dialisat.
2. Dialisat atau Cairan Dialisis
Yaitu cairan yang terdiri dari air dan elektrolit utama dari serum normal.
Dialisat ini dibuat dalam sistem bersih dengan air kran dan bahan kimia
saring. Bukan merupakan sistem yang steril, karena bakteri terlalu besar
untuk melewati membran dan potensial terjadinya infeksi pada pasien
minimal. Karena bakteri dari produk sampingan dapat menyebabkan reaksi
pirogenik, khususnya pada membran permeabel yang besar, maka air untuk
dialisat harus aman secara bakteriologis. Konsentrat dialisat biasanya
disediakan oleh pabrik komersildan umumnya digunakan oleh unit kronis.
3. Sistem Pemberian Dialisat
Yaitu alat yang mengukur pembagian proporsi otomatis dan alat mengukur
serta pemantau menjamin dengan tepat kontrol rasio konsentrat-air.
4. Aksesori Peralatan
a. Perangkat Keras, terdiri dari :
- Pompa darah, pompa infus untuk mendeteksi heparin
- Alat pemonitor suhu tubuh apabila terjadi ketidakamanan konsentrasi
dialisat, perubahan tekanan udara dan kebocoran darah.
b. Perangkat Disposibel yang digunakan selain ginjal buatan :
- Selang dialisis yang digunakan untuk mengalirkan darah antara dialiser
dan pasien.
- Transfer tekanan untuk melindungi alat monitor dari pemajanan
terhadap darah.
- Kantong cairan garam untuk membersihkan sistem sebelum digunakan.
Persiapan Pra Dialisis
Tingkat

dan

kompleksitas

masalah-masalah

yang

timbul

selama

hemodialisa akan beragam diantara pasien-pasien dan tergantung pada


beberapa variabel. Untuk itu sebelum proses hemodialisa, perlu dikaji terlebih
dahulu tentang :
- Diagnosa penyakit
- Tahap penyakit

- Usia
- Masalah medis lain
- Nilai laboratorium
- Keseimbangan cairan dan elektrolit
- Keadaan emosi
Persiapan Peralatan
1. Jarum arteri
2. Selang normal saline
3. Dialiser
4. Bilik drip vena
5. Detektor
6. Port pemberian obat
7. Pemantau tekanan arteri
8. Pompa darah
9. Sistem pengalir dialiser
10. Pemantau tekanan vena
11. Jarum vena
12. Penginfus heparin
Prinsip Hemodialisa
a. Difusi
Adalah proses berpindahnya zat karena adanya perbedaan kadar di
dalam darah, makin banyak yang berpindah ke dialisat
b. Osmosis
Adalah proses berpindahnya air karena tenaga kimiawi yaitu perbedaan
osmolitas dan dialisat
c. Ultrafiltrasi
Adalah proses berpindahnya zar dan air karena perbedaan hidrostatik di
dalam darah dan dialisat
Pada hemodialisis, aliran darah yang penuh dengan toksin dan limbah
nitrogen dialihkan dari tubuh pasien ke dializer tempat darah tersebut dibersihkan
dan kemudian dikembalikan lagi ke tubuh pasien. Sebagian besar dializer
merupakan lempengan rata atau ginjal serat artificial berongga yang berisi ribuan
tubulus selofan yang halus dan bekerja sebagai membran semipermeabel. Aliran

darah akan melewati tubulus tersebut sementara cairan dialisat bersirkulasi di


sekelilingnya. Pertukaran limbah dari darah ke dalam cairan dialisat akan terjadi
melalui membrane semipermeabel tubulus (Brunner & Suddarth, 2002).
Terdapat tiga prinsip yang mendasari kerja hemodialisa, yaitu difusi,
osmosis, ultrafiltrasi. Toksin dan zat limbah di dalam darah dikeluarkan melalui
proses difusi dengan cara bergerak dari darah yang memiliki konsentrasi tinggi,
ke cairan dialisat dengan konsentrasi yang lebih rendah. Cairan dialisat tersusun
dari semua elektrolit yang penting dengan konsentrasi ekstrasel yang ideal.
Kelebihan cairan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses osmosis.
Pengeluaran air dapat dikendalikan dengan menciptakan gradien tekanan,
dimana air bergerak dari daerah dengan tekanan yang lebih tinggi (tubuh pasien)
ke tekanan yang lebih rendah (cairan dialisat). Gradient ini dapat ditingkatkan
melalui penambahan tekanan negative yang dikenal sebagai ultrafiltrasi pada
mesin dialisis. Tekanan negative diterapkan pada alat ini sebagai kekuatan
penghisap pada membran dan memfasilitasi pengeluaran air (Suharayanto dan
Madjid, 2009).

Akses pada Sirkulasi Darah Pasien


Akses pada sirkulasi darah pasien terdiri atas kateter subklavikula dan
femoralis, fistula, tandur.
1) Kateter subklavikula dan femoralis
Akses segera ke dalam sirkulasi darah pasien pada hemodialisis darurat
dicapai melalui kateterisasi subklavikula untuk pemakaian sementara. Kateter
femoralis dapat dimasukkan ke dalam pembuluh darah femoralis untuk
pemakaian segera dan sementara.
2) Fistula
Fistula yang lebih permanen dibuat melalui pembedahan (biasanya
dilakukan

pada

lengan

bawah)

dengan

cara

menghubungkan

atau

menyambung (anastomosis) pembuluh arteri dengan vena secara side to side


(dihubungkan antara ujung dan sisi pembuluh darah). Fistula tersebut
membutuhkan waktu 4 sampai 6 minggu menjadi matang sebelum siap
digunakan. Waktu ini diperlukan untuk memberikan kesempatan agar fistula
pulih dan segmenvena fistula berdilatasi dengan baik sehingga dapat
menerima jarum berlumen besar dengan ukuran 14-16. Jarum ditusukkan ke
dalam pembuluh darah agar cukup banyak aliran darah yang akan mengalir
melalui dializer. Segmen vena fistula digunakan untuk memasukkan kembali
(reinfus) darah yang sudah didialisis.
3) Tandur
Dalam menyediakan lumen sebagai tempat penusukan jarum dialisis,
sebuah tandur dapat dibuat dengan cara menjahit sepotong pembuluh arteri

atau vena dari sapi, material Gore-tex (heterograft) atau tandur vena safena
dari pasien sendiri. Biasanya tandur tersebut dibuat bila pembuluh darah
pasien sendiri tidak cocok untuk dijadikan fistula.
Sistem Kerja Dializer
Terdapat 2 (dua) tipe dasar dializer (Suharyanto dan Madjid, 2009), yaitu :
a. Pararel plate dialyzer
Pararel plate dializer, terdiri dari dua lapisan selotan yang dijepit oleh dua
penyokong. Darah mengalir melalui lapisan-lapisan membran, dan cairan
dialisa dapat mengalir dalam arah yang sama seperti darah, atau dengan
daerah berlawanan.
b. Hollow Fiber atau capillary dialyzer
Darah mengalir melalui bagian tengah tabung-tabung kecil, dan cairan dialisa
membasahi bagian luarnya. Aliran cairan dialisa berlawanan dengan arah
aliran darah. Suatu sistem dialisa terdiri dari dua sirkuit, satu untuk darah dan
satu lagi untuk cairan dialisa. Bila sistem ini bekerja, darah mengalir dari
penderita melalui tabung plastik (jalur arteri), melalui dializer hollow fiber dan
kembali ke penderita melalui jalur vena.
Dialisat kemudian dimasukkan ke dalam dializer, dimana cairan akan
mengalir di luar serabut berongga sebelum keluar melalui drainase.
Keseimbangan antara darah dan dialisat terjadi di sepanjang membrane
dialisis melalui proses difusi, osmosis dan ultrafiltrasi.
Komposisi cairan dialisis diatur sedemikian rupa sehingga mendekati
komposisi ion darah normal, dan sedikit dimodifikasi agar memperbaiki
gangguan cairan dan elektrolit yang sering menyertai gagal ginjal. Unsurunsur yang umum terdiri dari Na+, K+, Ca++, Mg++, Cl-, asetat dan glukosa.
Urea, kreatinin, asam urat, dan fosfat dapat berdifusi dengan mudah dari
darah ke dalam cairan dialisis karena unsur-unsur ini tidak terdapat dalam
cairan dialisis. Natrium asetat yang lebih tinggi konsentrasinya dalam cairan
dialisis, akan berdifusi ke dalam darah. Tujuan menambahkan asetat adalah
untuk mengoreksi asidosis penderita uremia. Asetat dimetabolisme oleh
tubuh penderita menjadi bikarbonat. Glikosa dalam konsentrasi yang rendah
(200 mg/100 ml) ditambahkan ke dalam bak dialisis untuk mencegah difusi
glukosa ke dalam bak dialisis yang dapat mengakibatkan kehilangan kalori.

Heparin secara terus menerus dimasukkan pada jalur arteri melalui infuse
lambat untuk mencegah pembekuan. Bekuan darah dan gelembung udara
dalam jalur vena akan menghalangi udara atau bekuan darah kembali ke
aliran

darah.

Waktu yang

dibutuhkan

seseorang

untuk

melakukan

hemodialisa adalah tiga kali seminggu, dengan setiap kali hemodialisa 3


sampai 5 jam.
Frekuensi Hemodialisa
Frekuensi, tergantung kepada banyaknya fungsi ginjal yang tersisa, tetapi
sebagian besar penderita menjalani dialisa sebanyak 3 kali/Minggu.
Program dialisa dikatakan berhasil jika :
a. Penderita kembali menjalani hidup normal
b. Penderita kembali menjalani diet yang normal
c. Jumlah sel darah merah sulit di toleransi
d. Tekanan darah normal
e. Tidak terdapat kerusakan saraf yang progresif
Dialisa bisa digunakan sebagai pengobatan jangka panjang untuk gagal
ginjal kronis atau sebagai pengobatan sementara sebelum penderita menjalani
pencangkokan ginjal. Pada gagal ginjal akut, dialisa dilakukan hanya selama
beberapa hari atau beberapa Minggu, sampai fungsi ginjal kembali normal.
Komplikasi :
Komplikasi terapi dialisis sendiri dapat mencakup hal-hal berikut (Brunner
& Suddarth, 2002) :
a. Hipotensi dapat terjadi selama terapi dialisis ketika cairan dikeluarkan.
b. Emboli udara merupakan komplikasi yang jarang tetapi dapat saja terjadi jika
udara memasuki sistem vaskuler pasien.
c. Nyeri dada dapat terjadi karena pCO2 menurun bersamaan dengan
terjadinya sirkulasi darah di luar tubuh.
d. Pruritus dapat terjadi selama terapi dialisis ketika produk akhir metabolisme
meninggalkan kulit.
e. Gangguan keseimbangan dialisis terjadi karena perpindahan cairan serebral
dan muncul sebagai serangan kejang. Komplikasi ini kemungkinan terjadinya
lebih besar jika terdapat gejala uremia yang berat.

f.

Kram otot yang nyeri terjadi ketika cairan dan elektrolit dengan cepat
meninggalkan ruang ekstrasel.

g. Mual dan muntah merupakan peristiwa yang sering terjadi.


h. Pembekuan darah
Pembekuan darah bisa disebabkan karena dosis pemberian heparin yang
tidak sesuai ataupun kecepatan putaran darah yang lambat.
KOMPLIKASI NYERI DADA AKIBAT HEMODIALISA PADA PASIEN DENGAN
CKD
Penurunan GFR dapat dideteksi dengan mendapatkan urin 24 jam untuk
pemeriksaan klirens kreatinin. Akibt dari penurunan GFR, maka klirens kretinin
akan menurun, kreatinin akan meningkat, dan nitrogen urea darah (BUN) juga
akan meningkat. Gangguan klirens renal adalah masalah muncul pada gagal
ginjal sebagai akibat dari penurunan jumlah glumeruli yang berfungsi, yang
menyebabkan penurunan klirens (substansi darah yang seharusnya dibersihkan
oleh ginjal). Ginjal kehilangan kemampuan untuk mengkonsentrasikan atau
mengencerkan urin secara normal yang mengakibatkan terjadinya retensi cairan
dan natrium. Ginjal tidak mampu membuang limbah sehingga hasil metabolisme
dan zat toksik kembali ke peredaran darah dan produksi substansi tertimbun
dalam darah dan mengakibatkan sindrom uremik. Terjadi penahanan cairan dan
natrium dapat meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal jantung kongestif
dan hipertensi.
Dilakukan dialysis untuk menggantikan fungsi ginjal dalam menetralisir
elektrolit dan cairan dalam tubuh. Penggunaan larutan dialisat asetat sebagai
dialisat standart untuk mengoreksi asidosis uremikum yang dan untuk
mengimbangi kehilangan bikarbonat secara difusi selama HD. Salah satu
komplikasi yang ditimbulkan dar proses hemodialisa adalah munculnya nyeri
dada akibat adanya ultrafiltrasi yang cepat dan volume tinggi dapat
menyebabkan penarikan cairan yang berlebihan dan cepat ke dalam dialiser
sehingga menyebabkan penurunan volume cairan, penurunan PCO 2, elektrolit
dalam tubuh yang bersama dengan terjadinya sirkulasi darah diluar tubuh dapat
mengakibatkan hipovolemik dan dapat terjadi nyeri dada pada pasien dengan
CKD.

DAFTAR PUSTAKA
Bulechek GM, Butcher HW, Dochterman JM. 2008. Nursing Intervention
Classification (NIC) ed5. St Louis: Mosby Elsevier.
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologied 3. Jakarta: EGC.
Davey, P. 2005. At A Glance Medicine. Jakarta: Erlangga.
Herdman H. 2012. NANDA International Nursing Diagnoses: Definitions and
Classifications 2012-2014. Oxford: Wiley Blacwell.
Mitchell, et al. 2008. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit ed.7. Jakarta: EGC.
Morrhead S, Johnson M, Maas ML, Swanson E. 2008. Nursing Outcomes
Classification (NOC) ed4. St Louis: Mosby Elsevier.
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC
Suyono, Slamet. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I II. Jakarta.:
Balai Penerbit FKUI
Williams, SH., Hopper. 2003. Understanding Medical Surgical Nursing.
Philadelphia: Davis Comp.

You might also like