You are on page 1of 14

REFERAT

BATU SALURAN KEMIH

MUTIARA FERINA
030.11.202

Ketrampilan Klinik Dasar


Departemen Ilmu Bedah
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Jakarta, 8 Oktober 2014

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Epidemiologi
Penyakit batu saluran kemih sudah dikenal sejak jaman Babilonia dan
zaman Mesir kuno sebagai salah satu buktinya adalah ditemukan batu pada
saluran kemih seorang mumi. Penyakit ini dapat menyerang penduduk di seluruh
dunia tidak terkecuali penduduk Indonesia. Di Amerika Serikat 5-10%
penduduknya menderita penyakit ini, sedangkan diseluruh dunia rata-rata terdapat
1-12% penduduk yang menderita batu saluran kemih. Penyakit ini merupakan tiga
penyakit terbanyak di bidang urologi disamping infeksi saluran kemih dan
pembesaran prostat benigna.1
1.2 Etiologi
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah
terjadinya batu saluran kemih pada seseorang. Faktor itu meliputi faktor intrinsik,
yaitu keadaan yang berasal dari tubuuh seorang dan faktor ekstrinsik yaitu faktor
yang berasal dari lingkungannya.
Faktor intrinsik adalah:
1. Keturunan
2. Umur: sering pada suia 30-50 tahun
3. Jenis kelamin: Pria tiga kali lebih banyak dibandingkan perempuan
Beberapa faktor ekstrinsik adalah:
1. Geografi
2. Iklim dan temperatur
3. Asupan air
4.Diet: banyak purin, oksalat, kalsium
5.Pekerjaan: pekerjaat yang kurang melakukan aktifitas.1

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Batu saluran kemih merupakan terbentuknya batu yang disebabkan oleh
pengendapan substansi yang terdapat dalam air kemih yang jumlahnya berlebihan
atau karena faktor lain yang mempengaruhi daya larut substansi.2
2.2 Jenis batu
Batu saluran kemih umumnya mengandung unsur: kalsium oksalat atau
kalsium fosfat, asam urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP), xanthyn, sistin,
dan silikat.1
2.2.1 Batu kalsium
Batu ginjal yang disebabkan oleh kalsium merupakan insiden terbanyak dari
semua jenis batu dan mempengaruhi hampir seluruh populasi didunia. Kelainan
metabolisme tubuh dapat mencetus terjadinya batu kalsium di saluran kemih
seperti hiperkalsiuria, hiperoksaluri, hipersitrauria dan lainnya. Penyakit penyerta
yang berhubungan dengan batu kalsium pada saluran kemih adalah hipertensi,
obesitas, serta pengurangan densitas tulang.3
Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya batu saluran kemih adalah:
1. Hiperkalsiuri: merupakan keadaan dimana kadar kalsium dalam urin melebihi
250 ml/ 24 jam pada wanita atau melebihi 275-300 ml/ 24 jam pada pria.
Definisi hiperkalsiuri juga dapat dikatakan jika ekskresi kalsium dalam urin
melebihi 4mg/ BBkg/ 24 jam atau konsentrasi urin melebihi 200mg/ liter.4
Terdapat 2 penyebab hiperkalsiuri, yaitu:
a. Hiperkalsiuri absobtif, yaitu terjadi peningkatan absorbsi kalsium melalui
usus.5
b. Hiperkalsiuri renal, yaitu adanya gangguan kemampuan reabsorbsi kalsium
melalui tubulus ginjal
c. Hiperkalsiuri resorptif, terjadi karena adanya peningkatan resorpsi kalsium
tulang

Tabel 1. Definisi Hiperkalsiuri4

2. Hiperoksaluri: ekskresi oksalat urin melebihi 45g/ 24 jam. Keadaan ini banyak
dijumapai pada pasien yang mengalami gangguan pada usus setelah menjalani
pembedahan usus dan pasien yang mengkonsumsi makanan yang kaya akan
oksalat, yaitu teh, kopi instan, minuman bersoda, kokoa, arbei, jeruk sitrun, dan
sayuran yang berwarna hijau terutama bayam.2
3. Hiperurikosuria: merupakan keadaan dimana eksresi asam urat dalam urin
melebihi 800mg/ 24 jam pada pria atau melebihi 750mg/ 24 jam pada wanita. 6
Asam urat yang berlebihan di dalam urin bertindak sebagai inti batu atau nidus
untuk terbentuknya batu kalsium oksalat. Sumber asam urat di dalam urin
berasal dari makanan yang mengandung banyak purin maupun yang berasal
dari endogen.
4. Hipositraturia: Di dalam urine, sitrat bereaksi dengan kalsium membentuk
kalsium sitrat, sehingga menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat atau
fosfat. Hal ini dimungkinkan karena ikatan kalsium sitrat lebih mudah larut
daripada kalsium oksalat. Oleh karena itu sitrat dapat bertindak sebagai
penghambat pembentukan batu kalsium. Hipositraturi dapat terjadi pada
penyakit asidosis tubuli ginjal, sindrom malabsobsi, atau pemakaian diuretik
golongan thiazide dalam jangka waktu lama.
5. Hipomagnesuria: magnesium bertindak sebagai penghambat timbulnya batu
kalsium, karena di dalam urin, magnesium bereaksi dengan oksalat menjadi
magnesium oksalat sehingga mencegah ikatan kalsium dengan oksalat.

Penyebab tersering adalah penyakit inflamasi usus (inflamatory bowel disease)


yang diikuti gangguan malabsorbsi.2
2.2.2 Batu asam urat
Prevalensi batu saluran kemih meningkat terutama yang disebabkan oleh
batu asam urat. Beberapa faktor risiko terjadinya pembentukan batu asam urat
dalam saluran kemih yaitu hiperurikosuria, volume urin yang berkurang dan
rendahnya ph pada urin. Pasien dengan hiperurikosuria sangat berisiko menderita
batu pada saluran kemih. Kondisi yang serupa yaitu penyakit mieloproliferatif,
resistensi insulin (Diabetes mellitus), Lesch-Nyhan syndrome.7
Asam urat relatif tidak larut dalam urine sehingga pada keadaan tertentu
mudah sekali membentuk kristal asam urat, dan selanjutnya membentuk batu
asam urat. Ukuran batu asam urat bervariasi mulai dari ukuran kecil sampai
ukuran besar sehingga membentuk Staghorn yang mengisi seluruh pelvikales
ginjal. Batu asam urat bentuknya halus dan bulat sehingga seringkali keluar
spontan.2
2.2.3 Batu struvit
Batu struvit disebut juga batu infeksi karena terbentuknya batu ini
disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah
kuman golongan pemecah urea yang dapat menghasilkan enzim urease dan
merubah urin menjadi suasana basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak.2
Suasana basa memudahkan garam-garam magnesium, amonium, fosfat dan
karbonat, membentuk batu magnesium amonium sulfas (MAP). Karena batu ini
terdiri atas 3 kation, batu jenis ini dikenal sebagai batu tripel Phospate.2
Kuman-kuman yang termasuk pemecah urea diantaranya adalah Proteus
spp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas dan Stafilokokus.2
2.2.4 Batu jenis lain
Batu sistin, batu xanthin, batu triamteren, dan batu silikat, sangat jarang
dijumpai. Batu sistin didapatkan karena kelainan metabolisme sistin yaitu
kelainan dalam absorbsi sistin di mukosa usus. Demikian batu xantin terbentuk
karena penyakit bawaan berupa defisiensi enzim xanthin oksidase yang
mengkatalisis perubahan hipoxanthi dan xanthin menjadi asam urat. Pemakaian

antasida yang mengandung silikat dalam berlebihan dan dalam jangka waktu yang
lama menyebabkan timbulnya batu silikat.2
2.3 Pembentukan batu
Secara teoritis batu dapat berbentuk di seluruh saluran kemih terutama pada
tempat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran urin (stasis urin), yaitu
pada sistem kalsises ginjal atau buli-buli.2
Secara pasti etiologi batu saluran kemih belum diketahui dan sampai
sekarang banyak teori dan faktor yang berpengaruh untuk terjadinya batu saluran
kemih, yaitu:
1. Teori supersaturasi
Supersaturasi air kemih dengan garam-garam pembentuk batu merupakan
dasar

penting

dan

merupakan

prasyarat

untuk

terjadinya

presipitasi

(pengendapan). Apabila kelarutan suatu produk tinggi dibandingkan titik


endapannya, maka akan terjadi supersaturasi sehingga menimbulkan terbentuknya
kristal dan pada akhirnya terbentukalah batu.8
Supersaturasi dan kristalisasi terjadi bila ada penambahan yang mengkristal
dalam air dalam ph dan suhu tertentu, sehingga suatu saat kejenuhan dan
selanjutnya terjadi kristal. Bertambahnya bahan yang dapat mengkristal yang
disekresikan oleh ginjal maka pada suatu saat akan terjadi kejenuhan sehingga
terjadi kristal. Proses kristalisasi dalam pembentukan batu saluran kemih
berdasarkan adanya 4 zona saturasi yaitu:
a. zona stabil, tidak ada pembentukan inti batu
b. zona stabil dari saturasi rendah, tidak ada pembentukan inti batu, disolusi dan
agregasi tidak terjadi.
b. zona metastabil, mungkin membesar tetapi tidak terjadi disolusi batu, bisa ada a
gregasi dan inhibitor mencegah kristalisasi.
c. zona saturasi tinggi, terbentuk inti batu spontan, batu cepat tumbuh dan
agregasi dan inhibitor tidak begitu efektif.1
2. Teori matrik
Di dalam air kemih terdapat protein yang berasal dari pemecahan
mitokondria sel tubulus renalis yang berbentuk laba-laba. Kristal batu oksalat

maupun kalsium fosfat akan menempel pada anyaman tersebut dan berada di selsel anyaman sehingga berbentuk batu. Matriks tersebut merupakan bahan yang
merangsang timbulnya batu.
3. Teori inhibitor
Walaupun orang yang memiliki kadar bahan pembentuk batu yang tinggi
belum tentu menderita batu saluran kemih. Hal ini disebabkan oleh karena adanya
inhibitor. Dikenal ada 2 jenis inhibitor yaitu asam sitrat, nefrokalsin, tammahorsefallglikoprotein dan inhibitor anorganik adalah pirofosfat, magnesium, dan
zinc.9
4. Teori epitaksi
Teori ini mengatakan bahwa kristal dapat menempel pada kristal lain yang
berbeda sehingga cepat membesar dan menjadi batu campuran.Keadaan ini sering
disebut nukleasi heterogen dan yang paling sering kalsium oksalat menempel kata
kristal asam urat.9
5. Teori kombinasi
Banyak akhli berpendapat bahwa batu saluran kemih terbentuk berdasarkan
campuran dan beberapa teori yang ada.9
2.4 Gambaran klinis
Batu saluran kemih dapat terjadi di semua bagian saluran kemih. sebanyak
97% batu saluran kemih dapat berada di parenkim, papila, kaliks, pelvis renalis,
serta ureter. Hanya 3% terdapat di buli dan uretra.8
Batu ginjal terbentuk pada tubuli ginjal kemudian berada di kaliks,
infudibulum, pelvis ginjal, dan bahkan bisa mengisi seluruh pelvis sehingga
disebut batu staghorn. Batu yang tidak terlalu besar didorong oleh peristaltik otot
pelviskaliks dan turun ke ureter menjadi batu ureter. Pada umumnya, batu dapat
keluar spontan sedangkan yang lebih besar sering kali tetap berada di ureter dan
menyebabkan radang (periuretritis) serta menimbulkan obstruksi kronis berupa
hifroureter atau hidronefrosis.10
Keluhan yang dirasakan pasien yang menderita batu di ginjal, pasien
merasakan nyeri yang kolik. Nyeri kolik terjadi karena meningkatnya peristaltik
itu

menyebabkan

tekanan

intraluminalnya

meningkat

sehingga

terjadi

perenggangan dari terminal saraf yang memberikan sensasi nyeri. Hematuria


sering kali dikeluhkan oleh pasien akibat trauma ada mukosa saluran kemih yang
disebabkan oleh batu.10
Pada pemeriksaan fisik terdapt nyeri ketok di daerah kostovetebra, teraba
ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis., terlihat tanda-tanda gagal ginjal, retensi
urin, dan jika disertai infeksi didapatkan demam/ menggigil.10
Batu buli-buli atau vesikolitiasis sering terjadi pada pasien yang menderita
gangguan miksi. Gejala khas batu buli-buli adalah berupa gejala iritasi antara lain
nyeri kencing/disuria hingga stranguri, perasaan tidak enak sewaktu kencing, dan
kencing tiba-tiba terhenti kemudian menjadi lancar kembali dengan perubahan
posisi tubuh. Nyeri pada saat miksi sering kali dirasakan pada ujung penis,
skrotum, perineum, pinggang, sampai kaki. Pada anak seringkali mengeluh
adanya enuresis nokturna, disamping sering menarik-narik penisnya (pada anak
laki-laki) atau menggosok-gosok vulva (pada anak perempuan).10
Batu uretra (uretrolitiasis) biasanya berasal dari batu ginjal/ ureter yang
turun ke buli-buli kemudian masuk ke uretra. Keluhan yang disampaikan adalah
miksi yang tiba-tiba terhenti. Jika batu berasal dari ureter (ureterolitiasis) yang
turun ke buli-buli lalu turun ke uretra, pasien sebelumnya memiliki riwayat
keluhan nyeri pinggang.10
2.5 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah lengkap ditujukan untuk mengetahui adanya infeksi.
Terdapat peningkatan kadar leukosit pada kasus urolithiasis yang mengalami
infeksi. Pemeriksaan kadar asam urat darah serta kadar kalsium darah juga dapat
mengetahui adanya hiperurisemia dan hiperkalsemia.11
Urinalisis juga diperlukan untuk mengetahui kadar asam urat dan kalsium
dalam darah. Selain itu mengetahui apakah terdapat infeksi atau tidak dengan
melihan apakah terdapat peningkatan kadar leukosit serta sel epitel pada sediaan
hapus. Pemeriksaan mikroskopis juka diperlukan untuk melihat apakah terdapat
hematuria mikroskopis.11
Foto polos abdomen bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya radioopak disaluran kemih. Batu-batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat

radio-opak dan yang paling sering dijumpai diantara batu jenis lain sedangkan
batu asam urat bersifat non-opak (radiolusent). Pielografi Intra Vena (IVU)
bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Selain itu IVU dapat
mendeteksi adanya batu semi-opak ataupun batu non-opak yang tidak dapat
terlihat oleh foto polos perut. Jika IVU belum dapat menjelaskan keadaan sistem
saluran kemih akibat adanya penurunan fungsi ginjal., sebagai penggantinya
adalah pielografi retrograd.10
Utrasonografi (USG) dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani
pemeriksaan IVU, yaitu pada keadaan-keadaan alergi terhadap bahan kontras, faal
ginjal yang menurun, dan pada wanita yang hamil. Pemeriksaan USG dapat
menilai adanya batu di ginjal, atau di buli-buli (yang ditunjukan sebagai echoic
shadow), hifronefrosis, pionefrosis, atau pengerutan ginjal.10

Gambar 1. Batu staghorn12

Gambar 2. Batu vesika urinaria12

Gambar 3. Ureterolitiasis12

Gambar 4. Batu pada ginjal12


2.6 Diagnosis
Standart evaluasi pada pasien harus mencakupi riwayat gejala serta
pemeriksaan fisik. Menentukan diagnosis pada batu saluran kemih harus disertai
pemeriksaan imaging selaian terdapat pemeriksan fisik secara klinis.13
2.7 Tatalaksana
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih secepatnya
harus dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit yang lebih parah. Indikasi
untuk melakukan tindakan atau terapi pada batu saluran kemih adalah jika batu
telah menimbulkan obstruksi, infeksi, atau harus diambil karena indikasi sosial.10
2.7.1 Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditunjukan untuk batu yang ukurannya kurang dari
5mm., karena diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan
bertujuan untuk mengurangi nyeri, memperlancar aliran urin dengan pemberian
diurertikum, dan minum banyak supaya dapat didorong keluar dari saluran
kemih.10
2.7.2 ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)
Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL) telah menjadi metode yang
paling sering digunakan dalam tatalaksana aktif batu ureter. ESWL didasarkan
pada prinsip bahwa gelombang kejut bertekanan tinggi akan melepaskan energi
ketika melewati area-area yang memiliki kepadatan akustik berbeda. Gelombang
kejut yang dibangkitkan di luar tubuh dapat difokuskan ke sebuah batu

menggunakan berbagai teknik geometrik. Gelombang kejut melewati tubuh dan


melepaskan energinya saat melewati sebuah batu. Tujuan dari metode ini adalah
untuk memecah batu menjadi partikel-partikel yang cukup kecil sehingga dapat
melewati ureter tanpa menimbulkan nyeri yang berat.14
Terapi ESWL untuk batu ini memberikan hasil memuaskan dan tidak
bergantung pada lokasi ataupun komposisi batu. Batu berukuran 10-20 mm pada
umumnya masih diterapi dengan ESWL sebagai lini pertama. Namun, hasil
ESWL dipengaruhi oleh komposisi dan lokasi sehingga faktor tersebut harus
dipertimbangkan. Tatalaksana batu berukuran 20-30 mm masih menjadi
kontroversi dan pemilihan modalitas terapi dipengaruhi oleh banyak faktor.15
Kontra indikasi absolut adalah : infeksi saluran kemih akut, gangguan
perdarahan yang tidak terkoreksi, kehamilan, sepsis serta obstruksi batu distal.
Kontra indikasi relatif untuk terapi ESWL adalah :
1. Status mental, meliputi kemampuan untuk bekerja sama dan mengerti prosedur.
2. Berat badan > 300 lb (150 kg) tidak memungkinkan gelombang kejut mencapai
batu, karena jarak antara F1 dan F2 melebihi spesifikasi lithotriptor. Pada pasien
seperti ini sebaiknya dilakukan simulasi lithotriptor terlebih dahulu
3. Pasien dengan deformitas spinal atau orthopedik, ginjal ektopik dan atau
malformasi ginjal (meliputi ginjal tapal kuda) mungkin mengalami kesulitan
dalam pengaturan

posisi yang sesuai untuk ESWL. Selain itu, abnormalitas

drainase intrarenal dapat menghambat pengeluaran fragmen yang dihasilkan oleh


ESWL
4. Masalah paru dan jantung yang sudah ada sebelumnya dan dapat diatasi dengan
anestesi
5. Pasien dengan pacemaker aman diterapi dengan ESWL, tetapi dengan perhatian
dan pertimbangan khusus.
6. Pasien dengan riwayat hipertensi, karena telah ditemukan peningkatan insidens
hematom perirenal pasca terapi.
7. Pasien dengan gangguan gastrointestinal, karena dapat mengalami eksaserbasi
pasca terapi walaupun jarang terjadi.14

2.7.3 Endorologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan
batu saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian
mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukan langsung ke
saluran kemih. Alat itu dimasukan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada
kulit. Proses pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik, dengan memakai
energi hidraulik, energi gelombang suara, atau dengan energi laser. Beberapa
tindakan endourologi itu adalah:
1. PNL (Percutaneous Nephro Lithopalaxy)
2. Litotripsi
3. Uteroskopi
4. Ekstraksi Dormia
2.8 Pencegahan
Setelah batu dikeluarkan dari saluran kemih, tindakan selanjutnya yang
tidak kalah pentingnya adalah upaya menghindari timbulnya kekambuhan. Angka
kekambuhan batu saluran kemih rata-rata 7%/ tahun atau kurang lebih 50% dalam
10 tahun. Pencegahan yang dilakukan adalah menghindari dehidrasi dengan
minum cukup dan diusahakan produksi urin sebanyak 2-3 liter per hari, diet untuk
mengurangi kadar zat komponen pembentuk batu, aktivitas harian yang cukup,
serta pemberian medika mentosa.10

DAFTAR PUSTAKA

1. Purnomo BB. Batu saluran kemih: komposisi batu. In: Dasar-dasar urologi, 3rd
ed. Jakarta: Sagung Seto; 2012: 89-93
2. Menon M, Resnick, Martin I. Urinary lithiasis : etiology and endourology. In:
Chambell's urology, 8th ed. Philadelphia: Saunder Company; 2002: 3230-92
3. Arrabal PMA, Arrabal MM, Garrido GJ. Calcium renal lithiasis: metabolic
diagnosis and medical treatment. Sao Paulo Med J 2013; 131:46-53
4. Leslie SW, ShaykhSF, Batuman V, Kaskel FJ, Langman CB, Neiberger R, et
al.Hypercalciuria.Available at:http://emedicine.medscape.com/article/2182757overview#showall. Accesed: October 07, 2014
5. Vezzoli G, Soldati L, Gambaro G. Update on primary primer hypercalsiuria
from genetic perspective. J Urol 2008; 179: 1676-82
6. Shekarriz B, Stoller ML, Eisner BH, Seftel AD, Talavera F, Wolf Js,et al.
Hyperuricosuria and gouty diathesis. Available at: http://emedicine.medscape.
com/article/444866-overview
7. Ngo TC, Assimos DG. Uric Acid Nephrolithiasis: Recent Progress and Future
Directions. Rev Urol 2007; 9: 17-27
8. Albrecht H, Hans GT, Andre J. Urinary Stones Diagnosis, Treatment, and
Prevention of Recurrence, 2nd ed. Switzerland: Karger; 2002
9. Drach, George W. Urinary Lithiasis. In: Chambell's urology, 5 th ed.
Philadelphia: Saunder Company; 1996: 1094-172
10. Purnomo BB. Batu ginjal dan ureter: komposisi batu. In: Dasar-dasar urologi,
3rd ed. Jakarta: Sagung Seto; 2012: 94-101
11. Gandasoebrata R. Penuntun Laboratorium Klinik, 1st ed. Jakarta: Dian Rakyat;
2013:15-6, 69-80
12. Bickle I, Jones J. Urolithiasis. Available at: http://radiopaedia.org/
articles/urolithiasis. Accessed: 8 october 2014
13. Trk C, Knoll T, Petrik A, Sarica K, Straub M. Guidlines on Urolithiasis. Eur
Urol 2011.

14. Grasso M, Giddens J. Extracorporeal Shockwave Lithotripsy. Available at :


www.emedicine.com, Last updated November 14, 2004
15. Paterson RF, Lifshitz DA, Kuo RL, et al. Shock Wave Lithotripsy
Monotherapy for Renal Calculi. Int Braz J Urol 2002; 28(4):291-301

You might also like