Professional Documents
Culture Documents
MUTIARA FERINA
030.11.202
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Epidemiologi
Penyakit batu saluran kemih sudah dikenal sejak jaman Babilonia dan
zaman Mesir kuno sebagai salah satu buktinya adalah ditemukan batu pada
saluran kemih seorang mumi. Penyakit ini dapat menyerang penduduk di seluruh
dunia tidak terkecuali penduduk Indonesia. Di Amerika Serikat 5-10%
penduduknya menderita penyakit ini, sedangkan diseluruh dunia rata-rata terdapat
1-12% penduduk yang menderita batu saluran kemih. Penyakit ini merupakan tiga
penyakit terbanyak di bidang urologi disamping infeksi saluran kemih dan
pembesaran prostat benigna.1
1.2 Etiologi
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah
terjadinya batu saluran kemih pada seseorang. Faktor itu meliputi faktor intrinsik,
yaitu keadaan yang berasal dari tubuuh seorang dan faktor ekstrinsik yaitu faktor
yang berasal dari lingkungannya.
Faktor intrinsik adalah:
1. Keturunan
2. Umur: sering pada suia 30-50 tahun
3. Jenis kelamin: Pria tiga kali lebih banyak dibandingkan perempuan
Beberapa faktor ekstrinsik adalah:
1. Geografi
2. Iklim dan temperatur
3. Asupan air
4.Diet: banyak purin, oksalat, kalsium
5.Pekerjaan: pekerjaat yang kurang melakukan aktifitas.1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Batu saluran kemih merupakan terbentuknya batu yang disebabkan oleh
pengendapan substansi yang terdapat dalam air kemih yang jumlahnya berlebihan
atau karena faktor lain yang mempengaruhi daya larut substansi.2
2.2 Jenis batu
Batu saluran kemih umumnya mengandung unsur: kalsium oksalat atau
kalsium fosfat, asam urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP), xanthyn, sistin,
dan silikat.1
2.2.1 Batu kalsium
Batu ginjal yang disebabkan oleh kalsium merupakan insiden terbanyak dari
semua jenis batu dan mempengaruhi hampir seluruh populasi didunia. Kelainan
metabolisme tubuh dapat mencetus terjadinya batu kalsium di saluran kemih
seperti hiperkalsiuria, hiperoksaluri, hipersitrauria dan lainnya. Penyakit penyerta
yang berhubungan dengan batu kalsium pada saluran kemih adalah hipertensi,
obesitas, serta pengurangan densitas tulang.3
Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya batu saluran kemih adalah:
1. Hiperkalsiuri: merupakan keadaan dimana kadar kalsium dalam urin melebihi
250 ml/ 24 jam pada wanita atau melebihi 275-300 ml/ 24 jam pada pria.
Definisi hiperkalsiuri juga dapat dikatakan jika ekskresi kalsium dalam urin
melebihi 4mg/ BBkg/ 24 jam atau konsentrasi urin melebihi 200mg/ liter.4
Terdapat 2 penyebab hiperkalsiuri, yaitu:
a. Hiperkalsiuri absobtif, yaitu terjadi peningkatan absorbsi kalsium melalui
usus.5
b. Hiperkalsiuri renal, yaitu adanya gangguan kemampuan reabsorbsi kalsium
melalui tubulus ginjal
c. Hiperkalsiuri resorptif, terjadi karena adanya peningkatan resorpsi kalsium
tulang
2. Hiperoksaluri: ekskresi oksalat urin melebihi 45g/ 24 jam. Keadaan ini banyak
dijumapai pada pasien yang mengalami gangguan pada usus setelah menjalani
pembedahan usus dan pasien yang mengkonsumsi makanan yang kaya akan
oksalat, yaitu teh, kopi instan, minuman bersoda, kokoa, arbei, jeruk sitrun, dan
sayuran yang berwarna hijau terutama bayam.2
3. Hiperurikosuria: merupakan keadaan dimana eksresi asam urat dalam urin
melebihi 800mg/ 24 jam pada pria atau melebihi 750mg/ 24 jam pada wanita. 6
Asam urat yang berlebihan di dalam urin bertindak sebagai inti batu atau nidus
untuk terbentuknya batu kalsium oksalat. Sumber asam urat di dalam urin
berasal dari makanan yang mengandung banyak purin maupun yang berasal
dari endogen.
4. Hipositraturia: Di dalam urine, sitrat bereaksi dengan kalsium membentuk
kalsium sitrat, sehingga menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat atau
fosfat. Hal ini dimungkinkan karena ikatan kalsium sitrat lebih mudah larut
daripada kalsium oksalat. Oleh karena itu sitrat dapat bertindak sebagai
penghambat pembentukan batu kalsium. Hipositraturi dapat terjadi pada
penyakit asidosis tubuli ginjal, sindrom malabsobsi, atau pemakaian diuretik
golongan thiazide dalam jangka waktu lama.
5. Hipomagnesuria: magnesium bertindak sebagai penghambat timbulnya batu
kalsium, karena di dalam urin, magnesium bereaksi dengan oksalat menjadi
magnesium oksalat sehingga mencegah ikatan kalsium dengan oksalat.
antasida yang mengandung silikat dalam berlebihan dan dalam jangka waktu yang
lama menyebabkan timbulnya batu silikat.2
2.3 Pembentukan batu
Secara teoritis batu dapat berbentuk di seluruh saluran kemih terutama pada
tempat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran urin (stasis urin), yaitu
pada sistem kalsises ginjal atau buli-buli.2
Secara pasti etiologi batu saluran kemih belum diketahui dan sampai
sekarang banyak teori dan faktor yang berpengaruh untuk terjadinya batu saluran
kemih, yaitu:
1. Teori supersaturasi
Supersaturasi air kemih dengan garam-garam pembentuk batu merupakan
dasar
penting
dan
merupakan
prasyarat
untuk
terjadinya
presipitasi
maupun kalsium fosfat akan menempel pada anyaman tersebut dan berada di selsel anyaman sehingga berbentuk batu. Matriks tersebut merupakan bahan yang
merangsang timbulnya batu.
3. Teori inhibitor
Walaupun orang yang memiliki kadar bahan pembentuk batu yang tinggi
belum tentu menderita batu saluran kemih. Hal ini disebabkan oleh karena adanya
inhibitor. Dikenal ada 2 jenis inhibitor yaitu asam sitrat, nefrokalsin, tammahorsefallglikoprotein dan inhibitor anorganik adalah pirofosfat, magnesium, dan
zinc.9
4. Teori epitaksi
Teori ini mengatakan bahwa kristal dapat menempel pada kristal lain yang
berbeda sehingga cepat membesar dan menjadi batu campuran.Keadaan ini sering
disebut nukleasi heterogen dan yang paling sering kalsium oksalat menempel kata
kristal asam urat.9
5. Teori kombinasi
Banyak akhli berpendapat bahwa batu saluran kemih terbentuk berdasarkan
campuran dan beberapa teori yang ada.9
2.4 Gambaran klinis
Batu saluran kemih dapat terjadi di semua bagian saluran kemih. sebanyak
97% batu saluran kemih dapat berada di parenkim, papila, kaliks, pelvis renalis,
serta ureter. Hanya 3% terdapat di buli dan uretra.8
Batu ginjal terbentuk pada tubuli ginjal kemudian berada di kaliks,
infudibulum, pelvis ginjal, dan bahkan bisa mengisi seluruh pelvis sehingga
disebut batu staghorn. Batu yang tidak terlalu besar didorong oleh peristaltik otot
pelviskaliks dan turun ke ureter menjadi batu ureter. Pada umumnya, batu dapat
keluar spontan sedangkan yang lebih besar sering kali tetap berada di ureter dan
menyebabkan radang (periuretritis) serta menimbulkan obstruksi kronis berupa
hifroureter atau hidronefrosis.10
Keluhan yang dirasakan pasien yang menderita batu di ginjal, pasien
merasakan nyeri yang kolik. Nyeri kolik terjadi karena meningkatnya peristaltik
itu
menyebabkan
tekanan
intraluminalnya
meningkat
sehingga
terjadi
radio-opak dan yang paling sering dijumpai diantara batu jenis lain sedangkan
batu asam urat bersifat non-opak (radiolusent). Pielografi Intra Vena (IVU)
bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Selain itu IVU dapat
mendeteksi adanya batu semi-opak ataupun batu non-opak yang tidak dapat
terlihat oleh foto polos perut. Jika IVU belum dapat menjelaskan keadaan sistem
saluran kemih akibat adanya penurunan fungsi ginjal., sebagai penggantinya
adalah pielografi retrograd.10
Utrasonografi (USG) dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani
pemeriksaan IVU, yaitu pada keadaan-keadaan alergi terhadap bahan kontras, faal
ginjal yang menurun, dan pada wanita yang hamil. Pemeriksaan USG dapat
menilai adanya batu di ginjal, atau di buli-buli (yang ditunjukan sebagai echoic
shadow), hifronefrosis, pionefrosis, atau pengerutan ginjal.10
Gambar 3. Ureterolitiasis12
2.7.3 Endorologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan
batu saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian
mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukan langsung ke
saluran kemih. Alat itu dimasukan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada
kulit. Proses pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik, dengan memakai
energi hidraulik, energi gelombang suara, atau dengan energi laser. Beberapa
tindakan endourologi itu adalah:
1. PNL (Percutaneous Nephro Lithopalaxy)
2. Litotripsi
3. Uteroskopi
4. Ekstraksi Dormia
2.8 Pencegahan
Setelah batu dikeluarkan dari saluran kemih, tindakan selanjutnya yang
tidak kalah pentingnya adalah upaya menghindari timbulnya kekambuhan. Angka
kekambuhan batu saluran kemih rata-rata 7%/ tahun atau kurang lebih 50% dalam
10 tahun. Pencegahan yang dilakukan adalah menghindari dehidrasi dengan
minum cukup dan diusahakan produksi urin sebanyak 2-3 liter per hari, diet untuk
mengurangi kadar zat komponen pembentuk batu, aktivitas harian yang cukup,
serta pemberian medika mentosa.10
DAFTAR PUSTAKA
1. Purnomo BB. Batu saluran kemih: komposisi batu. In: Dasar-dasar urologi, 3rd
ed. Jakarta: Sagung Seto; 2012: 89-93
2. Menon M, Resnick, Martin I. Urinary lithiasis : etiology and endourology. In:
Chambell's urology, 8th ed. Philadelphia: Saunder Company; 2002: 3230-92
3. Arrabal PMA, Arrabal MM, Garrido GJ. Calcium renal lithiasis: metabolic
diagnosis and medical treatment. Sao Paulo Med J 2013; 131:46-53
4. Leslie SW, ShaykhSF, Batuman V, Kaskel FJ, Langman CB, Neiberger R, et
al.Hypercalciuria.Available at:http://emedicine.medscape.com/article/2182757overview#showall. Accesed: October 07, 2014
5. Vezzoli G, Soldati L, Gambaro G. Update on primary primer hypercalsiuria
from genetic perspective. J Urol 2008; 179: 1676-82
6. Shekarriz B, Stoller ML, Eisner BH, Seftel AD, Talavera F, Wolf Js,et al.
Hyperuricosuria and gouty diathesis. Available at: http://emedicine.medscape.
com/article/444866-overview
7. Ngo TC, Assimos DG. Uric Acid Nephrolithiasis: Recent Progress and Future
Directions. Rev Urol 2007; 9: 17-27
8. Albrecht H, Hans GT, Andre J. Urinary Stones Diagnosis, Treatment, and
Prevention of Recurrence, 2nd ed. Switzerland: Karger; 2002
9. Drach, George W. Urinary Lithiasis. In: Chambell's urology, 5 th ed.
Philadelphia: Saunder Company; 1996: 1094-172
10. Purnomo BB. Batu ginjal dan ureter: komposisi batu. In: Dasar-dasar urologi,
3rd ed. Jakarta: Sagung Seto; 2012: 94-101
11. Gandasoebrata R. Penuntun Laboratorium Klinik, 1st ed. Jakarta: Dian Rakyat;
2013:15-6, 69-80
12. Bickle I, Jones J. Urolithiasis. Available at: http://radiopaedia.org/
articles/urolithiasis. Accessed: 8 october 2014
13. Trk C, Knoll T, Petrik A, Sarica K, Straub M. Guidlines on Urolithiasis. Eur
Urol 2011.