Professional Documents
Culture Documents
Dalam sistem etika Barat ini, ada tiga teori etika yang akan dibahas antara lain:
1. Teori Teleologi
Teleologi berasal dari akar kata Yunani telos, yang berarti akhir, tujuan, maksud,
dan logos, perkataan. Teleologi adalah ajaran yang menerangkan segala sesuatu dan
segala kejadian menuju pada tujuan tertentu. Istilah teleologi dikemukakan oleh Christian
Wolff, seorang filsuf Jerman abad ke-18. Teleologi merupakan sebuah studi tentang
gejala-gejala yang memperlihatkan keteraturan, rancangan, tujuan, akhir, maksud,
kecenderungan, sasaran, arah, dan bagaimana hal-hal ini dicapai dalam suatu proses
perkembangan. Dalam arti umum, teleologi merupakan sebuah studi filosofis mengenai
bukti perencanaan, fungsi, atau tujuan di alam maupun dalam sejarah. Dalam bidang lain,
teleologi
merupakan
ajaran
filosofis-religius
tentang
eksistensi
tujuan
dan
Egoisme
Inti pandangan egoisme adalah bahwa tindakan dari setiap orang pada dasarnya
bertujuan untuk mengejar pribadi dan memajukan dirinya sendiri. Perilaku yang dapat
diterima tergantung pada konsekuensinya. Inti pandangan egoisme adalah bahwa tindakan
dari setiap orang pada dasarnya bertujuan untuk mengejar pribadi dan memajukan dirinya
sendiri. Satu-satunya tujuan tindakan moral setiap orang adalah mengejar kepentingan
pribadi dan memajukan dirinya. Egoisme ini baru menjadi persoalan serius ketika ia
cenderung menjadi hedonistis, yaitu ketika kebahagiaan dan kepentingan pribadi
diterjemahkan semata-mata sebagai kenikmatan fisik yg bersifat vulgar. Memaksimalkan
kepentingan kita terkait erat dengan akibat yang kita terima.
Seseorang tidak mempunyai kewajiban moral selain untuk menjalankan apa yang
paling baik bagi kita sendiri. Jadi, menurut egoisme etis, seseorang tidak mempunyai
kewajiban alami terhadap orang lain. Meski mementingkan diri sendiri, bukan berarti
egoisme etis menafikan tindakan menolong. Mereka yang egoisme etis tetap saja
menolong orang lain, asal kepentingan diri itu bertautan dengan kepentingan orang lain.
Atau menolong yang lain merupakan tindakan efektif untuk menciptrakan keuntungan
bagi diri sendiri. Menolong di sini adalah tindakan berpengharapan, bukan tindakan yang
ikhlas tanpa berharap pamrih tertentu.
Contoh: R.Budi dan Michael Hartono, misalnya, memiliki kekayaan US$ 11 miliar dan
menempati perigkat pertama. Kekayaan ini diperoleh dari antara lain kelapa sawit dan
industri rokok (Djarum). Angka kekayaan ini cukup tinggi jika dibandingkan dengan total
kekayaan 40 orangterkaya sebanyak US$ 71 miliar. sesungguhnya sudah bisa melihat
karakter egoisme etis pada mereka. Yang mana? Jikalau mereka altruisme, bisa dipastikan
tak akan berbisnis rokok. Orang-orang altruisme akan berpikir rokok merupakan
komoditas yang mematikan banyak orang, maka harus dicegah utnuk memperbanyak
alat pembunuh itu. Sebaliknya, egoisme etis mengabaikan rokok yang disepadankan
dengan alat pembunuh. Egoisme etis harus meneguhkan hati, Ini cuma bisnis, jadi harus
diabaikan dampak-dampak yang ditimbulkan. Salah sendiri orang lain mau membeli
rokok sang pembunuh ini.
b.
Utilitarianism
Semakin tinggi kegunaannya maka semakin tinggi nilainya. Berasal dari bahasa
latin utilis yang berarti bermanfaat. Menurut teori ini suatu perbuatan adalah baik jika
membawa manfaat, tapi manfaat itu harus menyangkut bukan saja satu dua orang
melainkan masyarakat sebagai keseluruhan. Sebaliknya, yang jahat atau buruk adalah
yang tak bermanfaat, tak berfaedah, dan merugikan. Karena itu, baik buruknya perilaku
dan perbuatan ditetapkan dari segi berguna, berfaedah, dan menguntungkan atau tidak.
Dari prinsip ini, tersusunlah teori tujuan perbuatan.
Contoh: Industri rokok menolong kemajuan olahraga dengan menggelontorkan dana
sebanyak-banyaknya, namun berpengharapan para penggila olahraga ini (pemain atau
penonton) menjadi perokok aktif maupun pasif. Jelas, menolong yang dilakukan adalah
berdasarkan keterpautan kepentingan diri sendiri.
2. Teori Deontologi
Teori Deontologi yaitu : berasal dari bahasa Yunani, Deon berarti tugas
dan logos berarti pengetahhuan. Sehingga Etika Deontologi menekankan kewajiban
manusia untuk bertindak secara baik. Suatu tindakan itu baik bukan dinilai dan
dibenarkan berdasarkan akibatnya atau tujuan baik dari tindakanyang dilakukan,
melainkan berdasarkan tindakan itu sendiri sebagai baik pada diri sendiri. Dengan kata
lainnya, bahwa tindakan itu bernilai moral karena tindakan itu dilaksanakan terlepas dari
tujuan atau akibat dari tindkan itu. Contoh: jika seseorang diberi tugas dan
melaksanakanny sesuai dengan tugas maka itu dianggap benar, sedang dikatakan salah
jika tidak melaksanakan tugas
Teori ini menafikan konsep Teori Teleologikal karena golongan deontologist ini ialah
golongan yang tidak percaya dengan akibat. Teori ini menegaskan bahwa betul atau
salahnya sesuatu tindakan itu tidak berdasarkan atau ditentukan oleh akibat-akibat
tindakan tersebut. Mengikut teori ini, nilai moral suatu tindakan tidak boleh dinilai ke atas
kesudahannya iaitu hasil atau kebaikan yang akan didapati kerana kesudahan sesuatu
tindakan adalah tidak jelas dan tidak dapat ditentukan hasilnya semasa tindakan tersebut
dibuat tetapi bergantung pada niat seseorang itu yang membuat keputusan atau melakukan
tindakan.
Immanuel Kant, seorang ahli falsafah German (1724-1804) yang pernah mengajar di
University of Konigsberg di bahagian barat Rusia merupakan seorang ahli falsafah yang
sering dikaitkan dengan Teori Deontologikal ini. Hal ini kerana, beliau percaya bahawa
apa yang memberi nilai moral kepada sesuatu tindakan bukan akibatnya kerana akibatakibat tindakan kita tidak sentiasa berada di bawah kawalan kita tetapi motif atau niat
tindakan kita adalah di bawah kawalan kita. Oleh itu, kita harus bertanggungjawab secara
moral atas motif kita untuk membuat kebaikan atau keburukan.
Teori Deontologikal ini terbagi kepada dua aspek yaitu deontologikal tindakan
(eksistensialisme) dan deontologikal peraturan (prinsip kewajiban). Eksistensialisme
bermaksud kebebasan moral bertindak tanpa amanah, paksaan dan larangan iaitu
merangkumi aspek kebebasan; kebebasan jasmani, kebebasan kehendak dan kebebasan
moral. Eksistensialisme berasal daripada perkataan existent yang bermaksud wujud atau
ada. Deontologikal tindakan ini dipelopori oleh Jean Paul Satre yang menekankan
kebebasan iaitu manusia bebas memilih tindakannya. Individu bebas buat pilihan atau
keputusan moral dan tidak membenarkan pilihan atau keputusannya dipengaruhi orang
lain.
Eksistensialisme juga dikaitkan dengan pilihan moral (First Hand Choice) iaitu
membuat pilihan terus dari akal rasional berdasarkan kepada sesuatu keputusan moral
yang sentiasa berubah, tidak universal, bersifat subjektif, tidak mutlak, tidak kekal dan
individualistik. Contohnya, seseorang individu tidak dilahirkan terus untuk menjadi guru,
tetapi merupakan pilihan individu tersebut untuk menjadi guru atau pekerjaan lain. Begitu
juga dengan pelaksaan tindakan lain oleh seseorang yang dirasakan yakin dan betul untuk
dilaksanakan. Aspek ini mementingkan kebebasan individu untuk memilih tanpa
dipengaruhi oleh faktor lain tetapi masih dalam konteks rasional membuat pemilihan.
Prinsip kewajiban pula membawa maksud sesuatu tindakan dianggap bermoral jika
dilakukan dengan kerelaan hati atau tanggungjawab yang diakui. Arti kata lain, prinsip ini
menegaskan tanggungjawab dilaksanakan semata-mata karena amalan itu merupakan
kewajipan. Sebagi contoh, menunaikan janji yang telah dikotakan. Seorang ayah yang
telah berjanji akan memberi hadiah atau ganjaran kepada anaknya sekiranya berjaya di
dalam peperiksaan, perlu menunaikan janjinya. Jika tidak si anak akan hilang
kepercayaan terhadap ayahnya dan berputus asa untuk meneruskan kejayaannya kerana
janji yang dikotakan tidak dilaksanakan. Bagi mengambil sesuatu tindakan bermoral, kita
perlu mempraktikkan formula berikut:
Kebebasan + Keadilan + Kebijaksanaan + Pilihan (rujukan Maxim) = Tindakan Bermoral.
Tekad baik dapat diterangkan lebih jelas dengan tindakan manusia dalam melakukan
tugas dan tanggungjawabnya semata-mata kerana desakan nilai dalaman yang
dipanggil good will atau tekad baik dan bukan disebabkan oleh motif-motif lain seperti
ganjaran, hukuman atau tekanan. Jika seseorang melakukan tugas dan tanggungjawabnya
disebabkan keseronokan, simpati atau kasihan tetapi bukan disebabkan good will, maka
tindakannya dikatakan tidak mempunyai nilai moral walaupun mendapat sanjungan dan
pujian.
Prinsip kewajiban terbagi kepada dua kategori iaitu categorikal imperative (perintah
mutlak)
dan practical
imperative. Categorical
imperative atau
perintah
mutlak
diterima secara umum, dapat menghormati manusia dan pihak yang bertanggungjawab
sanggup
diperlakukan
sedemikian
sekiranya
dia
berada
dalam
kedudukan
1.
kesamaan kesempatan bagi semua terhadap pilihan-pilihan yang ada (diketahui) untuk
kemakmuran mereka. Teori ini percaya bahwa moralitas akan tumbuh subur dari
maksimalisasi kebebasan individu.
2.
3.
4.
RelativismTeori ini berpendapat bahwa etika itu bersifat relatif, jawaban dari etika
itu tergantung dari situasinya. Dasar pemikiran teori ini adalah bahwa tidak ada kriteria
universal untuk menentukan perbuatan etis. Setiap individu mempunyai kriteria sendirisendiri dan berbeda setiap budaya dan negara.
5.
Teori Hak (right)Nilai dasar yang dianut dalam teori in adalah kebebasan.
Perbuatan etis harus didasarkan pada hak individu terhadap kebebasan memilih. Setiap
individu memiliki hak moral yang tidak dapat ditawar.
Pengertian Pragmatisme
Pragmatisme mempunyai akar kata dari bahasa Yunani yaitu pragmatikos, yang
dalam bahasa Latin menjadi pragmaticus. Arti harfiahdari pragmatikos adalah cakap dan
berpengalaman dalam urusan hukum, perkara Negara, dan dagang. Kata tersebut dalam
bahasa Inggris menjadi kata pragmatic ,yang berarti berkaitan dengan hal-hal praktis atau
sejalandengan aliran filsafat pragmatisme. Karena itu, pragmatisme dapat berartisekadar
pendekatan terhadap masalah hidup apa adanya dan secara praktis, bukan teoritis atau
ideal, hasilnya dapat dimanfaatkan, langsung berhubungan dengan tindakan, bukan
spekulasi atau abstraksi.
1.
pengakuan kebenaran objektif dengan kriterium praktik, tetapi apa yang memenuhi
kepentingan-kepentingan subjektif individu.
2.
3.
Baik
dan
buruk
Sesuatu hal dikatakan baik bila ia mendatangkan rahmat, dan memberikan perasaan senang,
atau
bahagia
(Sesuatu
dikatakan
baik
bila
ia
dihargai
secara
positif)
Sedangkan buruk merupakan segala yang tercela. Perbuatan buruk berarti perbuatan yang
bertentangan dengan norma-norma masyarakat yang berlaku.
Cara
Penilaian
Baik
Dan
Buruk
Menurut Ajaran Agama, Adat Kebiasaan, Kebahagiaan, Bisikan Hati (Intuisi), Evolusi,
Utilitarisme, Paham Eudaemonisme, Aliran Pragmatisme, Aliran Positivisme, Aliran
Naturalisme, Aliran Vitalisme, Aliran Idealisme, Aliran Eksistensialisme, Aliran Marxisme,
Aliran Komunisme. Kriteria perbuatan baik atau buruk yang akan diuraikan di bawah ini
sebatas berbagai aliran atau faham yang pernah dan terus berkembang sampai saat ini.
Khusus penilaian perbuatan baik dan buruk menurut agama, adapt kebiasaan, dan
kebudayaan tidak akan dibahas disini.
Faham
Kebahagiaan
(Hedonisme)
Tingkah laku atau perbuatan yang melahirkan kebahagiaan dan kenikmatan/kelezatan. Ada
tiga sudut pandang dari faham ini yaitu (1) hedonisme individualistik/egostik hedonism yang
menilai bahwa jika suatu keputusan baik bagi pribadinya maka disebut baik, sedangkan jika
keputusan tersebut tidak baik maka itulah yang buruk; (2) hedonisme rasional/rationalistic
hedonism yang berpendapat bahwa kebahagian atau kelezatan individu itu haruslah
berdasarkan pertimbangan akal sehat; dan (3) universalistic hedonism yang menyatakan
bahwa yang menjadi tolok ukur apakah suatu perbuatan itu baik atau buruk adalah mengacu
kepada akibat perbuatan itu melahirkan kesenangan atau kebahagiaan kepada seluruh
makhluk.
Bisikan
Hati
(Intuisi)
Bisikan hati adalah kekuatan batin yang dapat mengidentifikasi apakah sesuatu perbuatan itu
baik atau buruk tanpa terlebih dahulu melihat akibat yang ditimbulkan perbuatan itu. Faham
ini merupakan bantahan terhadap faham hedonisme. Tujuan utama dari aliran ini adalah
keutamaan, keunggulan, keistimewaan yang dapat juga diartikan sebagai kebaikan budi
pekerti
Evolusi
Paham ini berpendapat bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini selalu (secara
berangsur-angsur) mengalami perubahan yaitu berkembang menuju kea rah kesempurnaan.
Dengan mengadopsi teori Darwin (ingat konsep selection of nature, struggle for life, dan
survival for the fittest) Alexander mengungkapkan bahwa nilai moral harus selalu
berkompetisi dengan nilai yang lainnya, bahkan dengan segala yang ada di ala mini, dan nilai
moral yang bertahanlah (tetap) yang dikatakan dengan baik, dan nilai-nilai yang tidak
bertahan (kalah dengan perjuangan antar nilai) dipandang sebagai buruk.
Paham Eudaemonisme
Prinsip pokok faham ini adalah kebahagiaan bagi diri sendiri dan kebahagiaan bagi orang
lain. Menurut Aristoteles, untuk mencapai eudaemonia ini diperlukan 4 hal yaitu (1)
kesehatan, kebebasan, kemerdekaan, kekayaan dan kekuasaan, (2) kemauaan, (3) perbuatan
baik, dan (4) pengetahuan batiniah.
Aliran Pragmatisme
Aliran ini menititkberatkan pada hal-hal yang berguna dari diri sendiri baik yang bersifat
moral maupun material. Yang menjadi titik beratnya adalah pengalaman, oleh karena itu
penganut faham ini tidak mengenal istilah kebenaran sebab kebenaran bersifat abstrak dan
tidak akan diperoleh dalam dunia empiris.
Aliran Naturalisme
Yang menjadi ukuran baik atau buruk adalah :apakah sesuai dengan keadaan alam, apabila
alami maka itu dikatakan baik, sedangkan apabila tidak alami dipandang buruk. Jean Jack
Rousseau mengemukakan bahwa kemajuan, pengetahuan dan kebudayaan adalah menjadi
perusak alam semesta.
Aliran Vitalisme
Aliran ini merupakan bantahan terhadap aliran natiralisme sebab menurut faham vitalisme
yang menjadi ukuran baik dan buruk itu bukan alam tetapi vitae atau hidup (yang sangat
diperlukan untuk hidup). Aliran ini terdiri dari dua kelompok yaitu (1) vitalisme pessimistis
(negative vitalistis) dan (2) vitalisme optimistime. Kelompok pertama terkenal dengan
ungkapan homo homini lupus artinya manusia adalah serigala bagi manusia yang lain.
Sedangkan menurut aliran kedua perang adalah halal, sebab orang yang berperang itulah
(yang menang) yang akan memegang kekuasaan. Tokoh terkenal aliran vitalisme adalah F.
Niettsche yang banyak memberikan pengaruh terhadap Adolf Hitler.
Aliran Gessingnungsethik
Diprakarsai oleh Albert Schweitzer, seorang ahli Teolog, Musik, Medik, Filsuf, dan Etika.
Yang terpenting menurut aliran ini adalah penghormatan akan kehidupan, yaitu sedapat
mungkin setiap makhluk harus saling menolong dan berlaku baik. Ukuran kebaikannya
adalah pemelihataan akan kehidupan, dan yang buruk adalah setiap usaha yang berakibat
kebinasaan dan menghalangi-halangi hidup.
Aliran Idealisme
Sangat mementingkan eksistensi akal pikiran manusia sebab pikiran manusialah yang
menjadi sumber ide. Ungkapan terkenal dari aliran ini adalah segala yang ada hanyalah yang
tiada sebab yang ada itu hanyalah gambaran/perwujudan dari alam pikiran (bersifat tiruan).
Sebaik apapun tiruan tidak akan seindah aslinya (yaitu ide). Jadi yang bai itu hanya apa yang
ada di dalam ide itu sendiri.
Aliran Eksistensialisme
Etika Eksistensialisme berpandangan bahwa eksistensi di atas dunia selalu terkait pada
keputusan-keputusan individu, Artinya, andaikan individu tidak mengambil suatu keputusan
maka pastilah tidak ada yang terjadi. Individu sangat menentukan terhadao sesuatu yang baik,
terutama sekali bagi kepentingan dirinya. Ungkapan dari aliran ini adalah Truth is
subjectivity atau kebenaran terletak pada pribadinya maka disebutlah baik, dan sebaliknya
apabila
keputusan
itu
tidak
baik
bagi
pribadinya
maka
itulah
yang
buruk.
Aliran Marxisme
Berdasarkan Dialectical Materialsme yaitu segala sesuatu yang ada dikuasai oleh keadaan
material dan keadaan material pun juga harus mengikuti jalan dialektikal itu. Aliran ini
memegang motto segala sesuatu jalan dapatlah dibenarkan asalkan saja jalan dapat ditempuh
untuk mencapai sesuatu tujuan. Jadi apapun dapat dipandang baik asalkan dapat
menyampaikan/menghantar kepada tujuan
C.
Pengembangan
Nilai
Nilai
Etika
Pengembangan nilai-nilai etika inti menyiratkan keyakinan tentang apa saja sifat-sifat
karakter dan bagaimana caranya menjadi pribadi yang benar dan baik secara moral. Etika
adalah aturan dasar yang digunakan untuk memperoleh seluruh nilai-nilai yang lain. Seluruh
keyakinan tentang apa yang benar dan salah adalah nilai-nilai etika. Nilai etika inti bersifat
universal dan objektif. Nilai-nilai yang menyediakan standar-standar karakter baik dan etika
eksternal dan bersifat sepanjang masa.
Nilai-nilai etika inti menurut Thomas Lickona adalah nilai-nilai yang menjunjung tinggi hak
azasi manusia dan memperkokoh martabat manusia. Nilai-nilai yang berlaku berlaku secara
universal di seluruh dunia. Nilai-nilai inti menyuguhkan tanggung jawab sipil dalam alam
demokrasi demikian juga dipahami oleh pribadi-pribadi rasional dalam kebudayaan yang
berbeda. Nilai-nilai moral itu mencakup kejujuran dan tanggungjawab yang menjadi
kewajiban dalam bertindak sekalipun hal itu tidak kita inginkan. Secara universal nilai-nilai
etika inti meliputi: kesalehan (piety), keterpercayaan (trustworthiness), hormat (respect),
tanggung
jawab
(responsibility),
kewarganegaraan (citizenship).
keadilan
(fairness),
kepedulian
(caring),
dan
Kesalehan berarti percaya kepada Tuhan dan memiliki komitmen untuk melaksanakannya,
yakni ibadah kepada Tuhan, menghormati sesama manusia, dan melestarikan dan menjaga
lingkungan sebagai habitat hidup. Keterpercayaan berarti menjadi percaya pada dan atau
percaya dalam. Keterpercayaan meliputi sifat-sifat seperti integritas, keteguhan hati,
kejujuran, kebenaran, ketulusan hati, terus terang, andal, menepati janji, dan loyalitas.
Percaya adalah esensi bagi hubungan yang bermakna, abadi dan menghargai pertemanan, dan
perkumpulan (asosiasi) sukses di perguruan tinggi, dalam aktivitas ekstra-kurikuler dan
tempat kerja.
Hormat memiliki makna yang setara dengan menghargai semua orang, menghargai martabat,
privasi, dan kebebasan orang lain, santun, dan toleran atas perbedaan. Esensi hormat adalah
menunjukkan kesungguhan dalam menghargai seseorang dan diri sendiri. Memperlakukan
orang dengan hormat berarti menghargai keamanan dan kebahagiaan seseorang. Hormat
bekerja sesuai dengan kaidah-kaidah luhur (the golden rule), memperlakukan orang lain
sebagaimana memperlakukan diri sendiri.
Tanggung jawab berarti menjadi pribadi yang terhormat, melakukan tugas secara
bertanggung jawab, menjadi pribadi yang bertanggung jawab, melakukan tanggung jawab
terbaik demi keunggulan, dan berlatih mengendalikan diri.Tanggung jawab berarti kesadaran
untuk melaksanakan hak dan kewajiban secara seimbang, mengetahui apa yang dilakukan
(dan yang tidak dilakukan), dan akibat-akibat yang ditimbulkannya. Tanggung jawab secara
literer berarti kemampuan menanggapi. Tanggung jawab dimaknai tugas atau kewajiban
positif kita. Tanggung jawab memanggil kita untuk memenuhi komitmen, campur tangan
ketika diperlukan untuk menegakkan apa yang benar, dan membenahi apa yang salah.
Tanggung jawab menggambarkan tentang keandalan atau keterpercayaan, kemampuan untuk
melakukan tugas-tugas dan memenuhi kewajiban baik di rumah, di tempat kerja, dan di
lingkungan masyarakat atau komunitas. Seseorang dapat dinilai bertanggung jawab jika ia
dapat melakukan pekerjaannya bagi kelompoknya. Terdapat tiga kategori tanggung jawab,
yakni tanggung jawab yang berpusat pada norma atau tanggung jawab kolektif (bertindak
sesuai dengan nilai-nilai kelompok tertentu), tanggung jawab empatik atau tanggung jawab
personal (digerakkan oleh penderitaan lain), dan tanggung jawab prinsipal atau tanggung
jawab sosial (komitmen terhadap etika universal).
Adil berarti bersifat atau bersikap tidak memihak dan konsisten terhadap orang lain, bersedia
mendengar dan terbuka terhadap pandangan yang berbeda, dan mengikuti prosedur yang adil
terhadap orang lain dalam situasi yang ada. Kepedulian adalah esensi dari nilai etika. Peduli
terhadap nilai, terhadap cinta, kehormatan, memiliki penghargaan tinggi dan berperhatian
terhadap makhluk lain, komunitas, kota, negara, dan dunia. Kepedulian, dan kebajikan rasa
kasih, berjasa, berbuat baik, mementingkan orang lain, kedermawanan, murah hati, dan
kebersamaan adalah esensi etika.
Kewarganegaraan, dalam hal ini kewarganegaraan yang baik, berarti memiliki rasa hormat
terhadap hukum dan adat istiadat suatu negara, menghargai bendera dan segala simbol,
melakukan gotong-royong membantu komunitas, bermain sesuai aturan masyarakat, dan
menghargai figur penguasa dan representasinya. Kewarganegaraan dimaknai sebagai tugas,
hak, perilaku dan tanggung jawab warga negara. Tidak satu pun dari nilai-nilai inti itu dapat
diajarkan secara terpisah, hanya dalam suatu kombinasi dan penyatuan ke seluruh mata
kuliah yang diajarkan di perguruan tinggi dapat memberi hasil positif. Oleh karenanya, suatu
pendekatan
sistem
diperlukan
untuknya.
Kesimpulan
A.
Hakikat
Pendidikan
Etika
dan
Moral
dimaksudkan sebagai adat istiadat atau tata krama. Etika tidak mempunyai pretensi untuk
secara langsung dapat membuat manusia menjadi lebih baik. Etika adalah pemikiran
sistematis tentang moralitas, dimana yang dihasilkannya secara langsung bukan kebaikan,
melainkan suatu pengertian yang lebih mendasar dan kritis. Orang hanya dapat menjadi
manusia utuh kalau semua nilai atas jasmani tidak asing baginya, yaitu nilainilai kebenaran
dan pengetahuan, kesosialan, tanggung jawab moral, estetis danreligius. Suatu usaha sangat
berharga untuk menyusun nilai-nilai dan menjelaskan makna bagi manusia dilakukan oleh
Max Scheler dikemukan sebagai berikut: mengembangkan diri, melepaskan diri dan
menerima
B.
diri.
Pengertian
Baik
dan
buruk
Sesuatu hal dikatakan baik bila ia mendatangkan rahmat, dan Sedangkan buruk merupakan
segala
Cara
yang
Penilaian
tercela.
Baik
Dan
Buruk
Untuk menilai sesuatu itu baik atau buruk dapat ditelaah melalui beberapa faham maupun
aliran seperti faham Kebahagiaan, Bisikan Hati (Intuisi), Evolusi, Utilitarisme, Paham
Eudaemonisme, Aliran Pragmatisme, Aliran Positivisme, Aliran Naturalisme, Aliran
Vitalisme, Aliran Idealisme, Aliran Eksistensialisme, Aliran Marxisme, Aliran Komunisme.
C.
Pengembangan
Nilai
Nilai
Etika
Etika adalah aturan dasar yang digunakan untuk memperoleh seluruh nilai-nilai yang lain.
Seluruh keyakinan tentang apa yang benar dan salah adalah nilai-nilai etika. Nilai etika inti
bersifat universal dan objektif. Nilai-nilai yang menyediakan standar-standar karakter baik
dan etika eksternal dan bersifat sepanjang masa. Nilai-nilai etika inti menurut Thomas
Lickona adalah nilai-nilai yang menjunjung tinggi hak azasi manusia dan memperkokoh
martabat manusia. Nilai-nilai yang berlaku berlaku secara universal di seluruh dunia. Secara
universal nilai-nilai etika inti meliputi: kesalehan (piety), keterpercayaan (trustworthiness),
hormat (respect), tanggung jawab (responsibility), keadilan (fairness), kepedulian (caring),
dan
kewarganegaraan
(citizenship).
Kesalehan berarti percaya kepada Tuhan dan memiliki komitmen untuk melaksanakannya,
yakni ibadah kepada Tuhan, menghormati sesama manusia, dan melestarikan dan menjaga
lingkungan sebagai habitat hidup. Keterpercayaan berarti menjadi percaya pada dan atau
orang
lain
dalam
situasi
yang
ada.
Kepedulian adalah esensi dari nilai etika. Kewarganegaraan, dalam hal ini kewarganegaraan
yang baik, berarti memiliki rasa hormat terhadap hukum dan adat istiadat suatu negara,
menghargai bendera dan segala simbol, melakukan gotong-royong membantu komunitas,
bermain sesuai aturan masyarakat, dan menghargai figur penguasa dan representasinya.
Kewarganegaraan dimaknai sebagai tugas, hak, perilaku dan tanggung jawab warga negara.
Saran
Badan merupakan kubur jiwa, sehingga jika manusia menginginkan jiwanya bebas dari badan
maka dia perlu menempuh jalan pembersihan. Jadi etika merupakan bagian penting dalam
pendidikan.
Pendidikan
kewarganegaraan
memberikan
kontribusi
penting
dalam
menyadarkan diri untuk tetap beretika dan eksis menjunjung kebersamaan serta saling
menghormati. Maka pendidikan harus tetap ditingkatkan untuk mewujudkan etika yang
sempurna.
1.
Aliran ini berpendirian bahwa sesuatu dalam dunia ini menuju kepada suatu tujuan dengan
memenuhi panggilan nature/alam setiap sesuatu akan dapat sampai kepada
kesempurnaan. Yang menjadi ukuran baik dan buruknya perbuatan manusia adalah
perbuatan yang sesuai dengan fitrajh / naluri manusia itu sendiri.
Yang menjadi ukuran baik atau buruk adalah :apakah sesuai dengan keadaan alam,
apabila alami maka itu dikatakan baik, sedangkan apabila tidak alami dipandang buruk.
Aliran hedonisme berpendapat bahwa aliran baik dan buruk adalah kebahagiaan karenanya
suatu perbuatan dapat mendatangkan kebahagiaan maka perbuatan itu baik dan sebaliknya
perbuatan itu buruk apabila mendatangkan penderitaan.
Menurut aliran ini, setiap manusia selalu menginginkan kebahagiaan yang merupakan
dorongan daripada tabiatnya dan ternyata kebahagiaan merupakan tujuan akhir dari hidup
manusia, oleh karenanya jalan yang mengantarkan ke arahnya dipandang sebagai
keutamaan (perbuatan mulia / baik).
Maksud dari kebahagiaan dari aliran ini adalah hedone, yakni kelezatan, kenikmatan, dan
kepuasan rasa serta terhindar dari penderitaan. Ada juga yang mengartikan kelezatan
adalah ketentraman jiwa yang berarti keimbangan badan.
Oleh karena itu,menurut aliran ini kelezatan merupakan ukuran dari perbuatan, jadi
perbuatan dipandang baik menurut kadar kelezatan yang terdapat pada perbuatan yang
dilakukan seseorang dan sebaliknya perbuatan itu buruk menurut kadar penderitaan yang
ada pada diri seseorang tersebut.
Aliran hedonisme, bahkan tidak hanya mengajarkan agar manusia mencari kelezatan,
karena pada dasarnya tiap-tiap perbuatan ini tidak sunyi dari kelezatan tetapi aliran ini justru
menyatakan hendaklah manusia itu mencari sebesar-besar kelezatan, dan seandainya dia
disuruh memilih diantara beberapa perbuatan wajib ia memilih yang paling besar
kelezatannya.
Maksud paham ini adalah manusia hendaknya mencari kelezatan sebesar-besarnya. Dan
setiap perbuatannya diarahkan pada kelezatan. Jika terjadi keraguan dalam memilih suatu
perbuatan harus diperhitungkan banyak sedikitnya kelezatan dan kepedihannya. Sesuatu
yang baik apabila diri seorang yang melakukan perbuatan mengarah kepada tujuan.
Aliran hedonisme terbagi menjadi dua, yaitu:
a.
Egoistic Hedonisme
Dalam aliran ini dinyatakan bahaw ukuran kebaikan adalah kelezatan diri pribadi orang yang
berbuat. Karena itu, dalam aliran ini mengharuskan kepada para pengikutnya agar
mengerahkan segala perbuatannya untuk mengahasilkan kelezatan tersebut yang sebesarbesarnya.
b.
Universalistic Hedonisme
Aliran ini mendasarkan ukuran baik dan buruk pada kebahagiaan umum. Aliran ini
mengharusakan agar manusia dalam hidupnya mencari kebahagiaan yang sebesarbesarnya untuk sesama manusia dan bahkan pada sekalian mahkluk yang berperasaan.
Jadi baik buruknya sesuatu didasarkan atas ada kesenangan atau tidaknya sesuatu itu bagi
umat manusia. Kalau memang sesuatu itu lebih banyak kelezatannya dan membawa
kemanfaatan maka hal itu baik tapi sebaliknya kalau membawa akibat penderitaan maka hal
itu berarti buruk.
3.
Paham ini berpendapat bahwa yang baik adalah yang bermanfaat hasilnya dan yang buruk
hasilnya tidak bermanfaat. Manfaat disini adalah kebahagiaan untuk sebanyak-banyak
manusia dari segi jumlah atau nilai.
Maksud dari paham ini adalah agar manusia dapat mencari kebahagiaan sebesar-besarnya
untuk sesama manusia atau semua mahkluk yang memiliki perasaan.
Kelezatan menurut paham ini bukan kelezatan yang melakukan perbuatan itu saja tetapi
kelezatan semua orang yang ada hubungannya dengan perbuatan itu. Wajib bagi si
pembuat dikala menghitung buah perbuatannya, jangan sampai berat sebelah darinya tetapi
harus menjadikan sama antara kebaikan dirinya dan kebaikan orang lain.
4.
Wujud yang paling dalam arti kenyataan (hakikat) ialah kerohanian. Seorang berbuat
baik pada prinsipnya bukan karena dianjurkan oleh orang lain melainkan timbul dari dirinya
sendiri dan rasa kewajiban.
b.
Faktor yang paling penting mempengaruhi manusia adalah kemauan yang melahirkan
Dari kemauan yang baik itulah dihubungkan dengan sesuatu hal yang
Perbuatan baik menurut aliran ini adalah orang yang kuat, dapat memaksakan dan
menekankan kehendaknya. Agar berlaku dan ditaati oleh orang-orang yang lemah. Manusia
hendaknya mempunyai daya hidup atau vitalita untuk menguasai dunia dan keselamatan
manusia tergantung daya hidupnya.
Aliran ini merupakan bantahan terhadap aliran naturalism sebab menurut faham vitalisme
yang menjadi ukuran baik dan buruk itu bukan alam tetapi vitae atau hidup (yang sangat
diperlukan untuk hidup). Aliran ini terdiri dari dua kelompok yaitu (1) vitalisme pessimistis
(negative vitalistis) dan (2) vitalisme optimistis. Kelompok pertama terkenal dengan
ungkapan homo homini lupus artinya manusia adalah serigala bagi manusia yang lain.
Sedangkan menurut aliran kedua perang adalah halal, sebab orang yang berperang itulah
(yang menang) yang akan memegang kekuasaan. Tokoh terkenal aliran vitalisme adalah F.
Niettsche yang banyak memberikan pengaruh terhadap Adolf Hitler.
6.
Aliran ini menyatakan bahwa baik dan buruknya perbuatan sekarang tergantung dari
ketaantan terhadap ajaran Tuhan lewat kitab sucinya. Hanya saja aliran ini tidak
menyebutkan dengan jelas Tuhan dan Kitab sucinya.
Yang menjadi ukuran baik-buruknya perbuatan manusia adalah didasarkan kepada ajaran
Tuhan. Segala perbuatan yang diperintah Tuhan itu perbuatan yang baik dan segala
perbuatan yang dilarang oleh Tuhan itu perbuatan buruk.
Etika
Teleologi
dari kata Yunani, telos = tujuan, Mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan
yang mau dicapai dengan tindakan itu, atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh
tindakan
itu.
Dua
aliran
etika
teleologi
Egoisme
:
Etis
Utilitarianisme
Egoisme
Etis
Inti pandangan egoisme adalah bahwa tindakan dari setiap orang pada dasarnya bertujuan
untuk
mengejar
pribadi
dan
memajukan
dirinya
sendiri.
Utilitarianisme
berasal
dari
bahasa
latin
utilis
yang
berarti
bermanfaat.
Menurut teori ini suatu perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat itu harus
menyangkut bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan.
Contoh : kewajiban untuk menepati janji
b.
Deontologi
Dalam pemahaman teori Deontologi memang terkesan berbeda dengan Utilitarisme. Jika
dalam Utilitarisme menggantungkan moralitas perbuatan pada konsekuensi, maka dalam
Deontologi benar-benar melepaskan sama sekali moralitas dari konsekuensi perbuatan.
Deontologi ( Deontology ) berasal dari kata dalam Bahasa Yunani yaitu : deon yang artinya
adalah kewajiban. Dalam suatu perbuatan pasti ada konsekuensinya, dalam hal ini
konsekuensi perbuatan tidak boleh menjadi pertimbangan. Perbuatan menjadi baik bukan
dilihat dari hasilnya melainkan karena perbuatan tersebut wajib dilakukan. Deontologi
menekankan perbuatan tidak dihalalkan karena tujuannya. Tujuan yang baik tidak menjadi
perbuatan itu juga baik. Di sini kita tidak boleh melakukan suatu perbuatan jahat agar
sesuatu yang dihasilkan itu baik, karena dalam Teori Deontologi kewajiban itu tidak bisa
ditawar
lagi
karena
ini
merupakan
suatu
keharusan.
Contoh : kita tidak boleh mencuri, berbohong kepada orang lain melalui ucapan dan
perbuatan.
c.
Teori
Hak
Teori hak adalah pendekatan yang paling banyak dipakai untuk mengevaluasi baik buruknya
suatu
perbuatan
dan
perilaku.
Teori
Keutamaan
adalah disposisi watak yang telah diperoleh seseorang dan memungkinkan dia untuk
bertingkah
laku
baik
secara
moral.
Contoh
Kebijaksanaan,
mengambil
misalnya,
merupakan
keputusan
suatu
tepat
keutamaan
yang
dalam
membuat
setiap
seseorang
situasi.
Keadilan adalah keutamaan lain yang membuat seseorang selalu memberikan kepada
sesama
apa
yang
menjadi
haknya.
Suka bekerja keras adalah keutamaan yang membuat seseorang mengatasi kecenderungan
spontan untuk bermalas malasan. Ada banyak keutamaan semacam ini. Seseorang adalah
orang
yang
baik
jika
memiliki
keutamaan.
k suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian .
Memahami akhlak adalah masalah fundamental dalam islam
Kelemahan manusia dalam berakhlak , biasanya dapat di pengaruhi oleh etika dan
lingkungan. Manusia itu tidak mempunyai etika yang baik maka dapat dikatakan manusia itu
mempunyai sifat buruk. Dan faktor lingkungan lebih dominan karena manusia itu
cenderung berkeinginan sama seperti lingkungannya.
C.
Aliran Hedonisme
Aliran hedorisme bahwa norma baik dan buruk adalah kebahagiaan karenanya suatu
perbuatan apabila mendatangkan kebahagiaan maka perbuatan itu baik dan
sebaliknya perbuatan buruk apabila mendatangkan keburukan. Setiap manusia
menginginkan kebahagian, yang merupakan tujuan akhir dari hidup manusia. Oleh karenanya
3. Aliran Naturalisme
Ukuran baik buruknya perbuatan manusia menurut aliran naturalisme adalah
perbuatan yang sesuai dengan fitrah manusia. Baik mengenai fitrah lahir maupun fitrah batin.
Aliran ini menganggap bahwa kebahagiaan yang menjadi tujuan dari setiap manusia di dapat
dengan jalan memenuhi panggilan natural atau kejadian manusia itu sendiri.
4. Aliran Teologi
Aliran ini berpendapat bahwa yang menjadi ukuran baik dan buruknya perbuatan
manusia di dasrkan atas ajaran tuhan. Segala perbuatan yang diperintahkan tuhan itulah yang
baik dan segala perbuatan yang di larang tuhan itulah perbuatan yang buruk.
5.Aliran Vitalisme
Perbuatan baik menurut aliran ini ialah aliran yang kuat, dapat . memaksakan
dan menekankan kehendaknya agar berlaku dan di taati oleh orang yang lemah. Manusia
hendaknya memiliki daya hidup(vitalita) yang dapt menguasai dunia dan keselamatan
manusia tergantung atas daya hidupnya.
6. Aliran Utilitarisme
Paham ini menyatakan bahwa ini, sebesar-besarnya kelezatan untuk bilangan yang
terbesar, yaitu suatu kebahagiaan harus menjadi pokok pandangan setiap orang dan
keutamaanya di sebut keutamaan yang apabila membuahkan kelezatan bagi orang banyak.
Kelezatan batin, tubuh dan akal.[5]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akhlak adalah budi pekerti, kelakuan atau perbuatan baik buruk seseorang baik
secara lahir dan batin. Islam menjadikan akhlak sebagai ukuran kualitas imannya dan bukti
sebagai buah dari ibadah kepada Allah SWT. Etika dalam Islam merupakan ajaran yang
sesuai dengan islam karena nilai-nilai islam telah menjiwai dan mewarnai corak
kepribadian.Berbicara tentang baik buruk, menjadi ukuran baik dan buruknya adalah akal.
Etika juga dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk memecahkan
masalah agar mereka berbudi pikiran serta hidup menjadi baik.
Pendidikan etika dapat diwujudkan dalam berbagai cara baik yang positif atau negatif
:
a. Cara positif
Memberi teladan yang baik
Latihan memberi kebiasaan yang baik
Memberi perintah
Memberi pujian
Hadiah
b. Cara negatif
Mencela
Hukuman
Larangan