You are on page 1of 23

ABSES PERIANAL

Dr. MUSLIM, Sp.B(K)BD

PENDAHULUAN
Abses

perianal merupakan infeksi


pada jaringan lunak sekitar saluran
anal, dengan pembentukan abses
rongga diskrit
Lokasi klasik abses anorectal
perianal 60%
ischiorectal 20%
intersphincteric 5%
supralevator 4%
submukosa 1%.

Kejadian

puncak dari abses anorektal


adalah di dekade ketiga dan
keempat kehidupan
Pria lebih sering terkena daripada
wanita, dengan dominasi lakiperempuan 2:01-3:01.

ANATOMI

Kanalis
anal
merupakan
bagian akhir dari usus besar
dan rektum, yang berawal
dari diafragma pelvis yang
melewati otot levator ani dan
berakhir dipinggiran anal.
Kanalis
ini
mempunyai
panjang sekitar 4 cm
kanalis anal memanjang dari
pinggiran anal ke cincin
anorektal.
Cincin
anorektal
sendiri
teraba
saat
pemeriksaan
rektal 1-1,5 cm di atas linea
dentata.

Sfingter
interna
merupakan
kelanjutan dari bagian dalam otot
polos
sirkuler
rectum
(otot
involunter) dan normalnya
berkontraksi saat istirahat.
Sfingter
eksternal merupakan
otot volunter
berlurik yang
terbagi
atas
3
putaran
membentuk
U
(subkutaneus,
superfisial, dan profunda) namun
bekerja sebagai satu kesatuan,
sfingter
ekternal
merupakan
kelanjutan dari otot-otot levator
dari dasar pubis, khususnya
otot puborektalis

DEFENISI

infeksi jaringan lunak di


sekitar
kanalis
analis,
dengan
pembentukan
rongga abses
Fistula
perianal
adalah
suatu
hubungan
yang
abnormal antara epitel dari
kanalis anal dan epidermis
dari kulit perianal.
Fistula
perianal
merupakan bentuk kronik
dari abses anorektal yang
tidak sembuh sehingga
membentuk traktus.

ETIOLOGI
Nonspecific

:
Cryptoglandular in origin.

Specific

:
Crohns
Ulcerative colitis
TB
Actinomycosis
Carcinoma
Trauma
Radiation
Foreign body
Lymphoma
Pelvic inflammation
Leukemia

NONSPECIFIC

Cryptoglandular

SPECIFIC

Crohns
Ulcerative colitis
TB
Actinomycosis
Carcinoma
Trauma
Radiation
Foreign body
Lymphoma
Pelvic inflammation
Leukemia

KLASIFIKASI

Intersfingteric
:
lebih
sering terjadi sekitar 70%
kasus, melewati internal
sfingter
ke
celah
intersfingteric
lalu
ke
perineum. Fistula jenis ini
diakibatkan oleh abses
perianal.

KLASIFIKASI

Transfingteric : pada 25%


kasus, berjalan dari ruang
intersfingteric
melewati
sfingter eksternal ke fossa
ischiorectal lalu ke perineum.
Fistula
jenis
ini
banyak
diakibatkan
oleh
abses
ischiorektal

KLASIFIKASI

Suprasfingteric : pada 5%
kasus,
melalui
ruang
intersfingteric
superior
diatas otot puborectalis ke
fossa ischiorectalis dan
perineum.

KLASIFIKASI

Extrasfingteric : hanya
pada 1% kasus, dari kulit
perianal melalui otot- otot
levator ani pada dinding
rectum tanpa melewati
mekanisme sfingter.

GOODSALLS RULE

Fistula dengan bukaan eksternal yang terletak


anterior dari garis transversal tengah anus akan
mengikuti garis radial lurus menuju linea dentata.
Fistulae dengan bukaan posterior dari garis
transversal akan mengikuti garis membelok menuju
garis tengah posterior.
Pengecualian untuk aturan ini bila bukaan eksternal
berjarak lebih dari tiga sentimeter dari pinggiran
anus.
Gambaran yang terakhir ini hampir selalu berasal
dari traktus primer atau sekunder dari garis tengah
posterior yang konsisten dengan abses tapal kuda
sebelumnya.

Goodsalls rule

PATOFISIOLOGI
Kelenjar

dubur biasanya berfungsi


untuk melumasi lubang anus.
Obstruksi dubur kriptus hasil dalam
stasis sekresi kelenjar dan, ketika
kemudian terinfeksi, supurasi dan
pembentukan abses dalam hasil
kelenjar dubur.

Seiring
membesarnya
abses,
abses
dapat
menyebar ke beberapa
arah.
Abses
perianal
adalah
manifestasi paling umum
dan
muncul
sebagai
pembengkakan yang nyeri
di ambang analis.
Menyebar
melalui
sphincter
eksternal
di
bawah tingkat puborectalis
menghasilkan
abses
iskiorektalis.

GEJALA KLINIS

Nyeri perianal mereka sering diperburuk oleh


gerakan dan tekanan perineum meningkat dari
duduk atau buang air besar.
Pemeriksaan fisik menunjukkan eritematosa,
kecil,berfluktuasi, subkutan massa di dekat
lubang anus.
Pasien dengan abses iskiorektalis sering hadir
dengan demam sistemik, menggigil, dan sakit
parah dan kepenuhan perirectal.
Tanda-tanda eksternal yang minimal dan dapat
mencakup eritema, indurasi, atau fluctuancy

DIAGNOSIS
Pemeriksaan penunjang
rektoskopi
untuk
menentukan
adanya karsinoma atau proktitis TB,
amuba, morbus Crohn.
Fistulografi dilakukan dengan injeksi
kontras melalui pembukaan internal,
diikuti
dengan
anteroposterior,
lateral dan gambaran X-ray oblik
untuk melihat jalur fistula.

Pemeriksaan lain yang bisa dilakukan adalah


EUA (Examination Under Anasthesia), CT Scan,
USG endoanal (digunakan untuk menentukan
hubungan antara traktus primer dengan
sfingter anal, untuk menentukan apakah
simpel atau kompleks dengan perpanjangan,
dan untuk menentukan lokasi bukaan primer)
MRI (sangat akurat dalam mengidentifikasi
bukaan internal dan traktus fistula).
MRI
menjadi
pilihan
utama
dalam
mengidentifikasi fistula yang kompleks.

FISTULOGRAFI
(ANTEROPOSTERIOR)

USG ENDOANAL

CT SCAN

PROGNOSIS
Setelah

operasi, risiko kekambuhan


fistula termasuk cukup tinggi yaitu
sekitar 21% (satu dari lima pasien
dengan fistula post operasi akan
mengalami kekambuhan).

You might also like