Professional Documents
Culture Documents
1. Pengertian
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar
hemoglobin dan hematokrit di bawah normal.
Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan merupakan
pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh dan perubahan patotisiologis
yang mendasar yang diuraikan melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan
informasi laboratorium.
2. Anatomi dan Fisiologi
Gambar komponen darah
Darah adalah cairan di dalam pembuluh darah yang mempunyai fungsi sangat penting dalam
tubuh yaitu transportasi. Darah mempunyai dua komponen yaitu komponen padat dan komponen
cair. Fungsi transportasi darah adalah membawa dan mengantarkan nutrisi dan oksigen dari usus
dan paru-paru kepada sel diseluruh tubuh dan mengangkut sisa-sisa metabolisme ke ogan-organ
pembuangan. Darah juga membawa dan menghantar hormon-hormon dari kelenjar endokrin ke
organ sasarannya. Ia mengangkut enzim, zat buffer, elektrolit, dan berbagai zat kimia untuk
didistribusikan ke seluruh tubuh.
Peran penting dilakukan juga oleh sel darah, yaitu pengaturan suhu tubuh karena dengan cara
konduksi ia membawa panas tubuh dari pusat-pusat produksi panas untuk didistribusikan ke
seluruh tubuh dan ke permukaan tubuh yang pada akhirnya diatur pelepasannya dalam upaya
homeostatis suhu (termoregulasi). Jumlah darah manusia bervariasi tergantung berat badan
seseorang. Rata-rata jumlah darah adalah 70cc/kgBB. Bagian padat darah terdiri dari eritrosit,
leukosit dan trombosit. Bagian padat darah merupakan 45% dari seluruh volume darah, 55%
adalah plasma yang merupakan komponen cair darah.
a. Sel darah merah atau eritrosit
Bentuknya bulat pipih dengan cekungan di tengahnya. Sel darah merah normal tidak mempunyai
inti sel, diameternya 7 mikron yang bersifat kenyal sehingga bisa berubah bentuk menyesuaikan
pembuluh darah yabg dilaluinya.
Sel darah merah dibuat di dalam sumsum tulang. Rata-rata umur hidup sel darah merah sekitar
105-120 hari. Kemudian sel menjadi usang dan dihancurkan dalam system retikuloendoteal.
Terutama di limfa dan hati. Globin dan globulin diubah menjadi asam amino untuk digunakan
sebagai protein dalam jaringan dan zat besi dalam hem dari hemoglobin diubah menjadi glirubin
dan bili verdin yang berwarna kehijau-hijauan. Jumlah hemoglobin pada laki-laki 14-16% dan
pada wanita 12-14%.
b. Sel darah putih atau leukosit
Fungsi utama sel darah putih adalah sebagai pertahanan tubuh dengan cara menghancurkan
antigen (kuman, virus, toksin) yang masuk. Ada 5 jenis leukosit :
1) Neutrofil (65%-75%)
2) Eosinofil (2%-5%)
3) Basofil (0,5%-1%)
4) Limfosit (20%-25%)
5) Monosit (3%-8%)
Leukosit berwarna kuning dan bentuknya lebih besar dari sel darah merah, tetapi jumlahnya
lebih kecil.
Leukosit sebagai bala tentara pertahanan dikerahkan ke tempat-tempat terjadi infeksi dan
jumlahnya pu dapat dilipatgandakan dalam keadaan infeksi. Leukosit bersama-sama dengan
system makrofag jaringan yaitu hepar,limfa, sumsum tulang, alveoli paru serta kelenjar getah
melakukan fagositosis terhadap kuman atau virus yang masuk. Jumlah leukosit adalah 50009000/mm3 darah. Bila jumlah leukosit berkurang disebut leukopenia. Sedangkan bila tubuh tidak
membuat leukosit sama sekali disebut Agranulositosis.
c. Trombosit atau keping-keping darah
Trombosit berbentuk keeping-keping yang merupakan bagian-bagian kecil dari sel yang besar
yang membuatnya yaitu megakaryosit. Trombosit dibuat di sumsum tulang, paru-paru dan limfa.
Ukurannya kecil sekitar 2-4 mikron. Umur peredarannya hanya berkisar 10 hari.
Trombosit mempunyai kemampuan untuk melakukan :
1) Daya aglutinasi (membeku atau menggumpal)
2) Daya adesi (saling melekat)
3) Daya agregasi (berkelompok)
4) Jumlah trombosit di dalam tubuh antara 150.000-350.000 keping/mm3 darah.
Fungsi trombosit yaitu :
a. Hemostasis (penghentian aliran darah/ perdarahan)
b. Pembekuan darah
Bila ada kerusakan pembuluh darah, trombosit akan berkumpul di daerah tersebut dan menutup
lubang bocoran dengan cara saling melekat, berkelompok dan menggumpalyang kemudian
dilanjutkan dengan proses pembekuan darah.
Trombosit mempunyai dua zat, prostaglandin dan tromboxan yang akan keluar bila ada
kerusakan pembuluh darah. Zat ini juga dapat menimbulkan efek vasokontriksi sehingga aliran
darah berkuang dan membantu proses pembekuan darah.
d. Plasma
Plasma terdiri dari 91-92% air yang berperan sebagai medium transfor dan 7-9% terdiri dari zat
padat (protein seperti albumin, globulin, fibrinogen, juga ada unsure natrium, kalium, kalsium,
fosfor, bese, asam amino, kolesterol, glukosa, dan enzim). Albumin yang dibentuk di hati
merupakan 53% dari seluruh protein serum, berperan dalam mempertahankan volume darah
dengan menjaga tekanan osmotic koloid,pH dan keseimbangan elektrolit.
3. Klasifikasi
Anemia dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara. Pendekatan fisiologis akan menuntun
apakah defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh efek produksi sel darah merah atau
(anemia hipoproliferatifa ) atau oleh dekstruksi sel darah merah (anemia hemolitika).
Anemia hipoproliferatif
A. Anemia aplastik
Anemia aplastik disebabkan oleh penurunan precursor dalam sumsum tulang dan penggantian
sumsu tulang dengan lemak. Dapat terjadi secara congenital maupun didapat. Dapat juga
idiopatik ( dalam hal ini, tanpa penyebab yang jelas ), dan merupakan penyebab utama. Berbagai
macam infeksi dan kehamilan dapat mencetuskannya, atau dapat pula disebabkan oleh obat.
Bahan kimia, atau kerusakan radiasi. Bahan yang sering menyebabkan aplasia sumsum tulang
meliputi benzene dan turunan benzene ( misalnya perekat pesawat terbang ), obat anti tumor
seperti nitrogen mustard, anti metabolic termasuk meotrexate dan 6-merkaptopurin, dan berbagai
bahan toksit seperti arsen anorganik.
Dalam berbagai keadaan, anemia aplastik terjadi saat obat atau bahan kimia masuk dalam jumlah
toksit. Namun, pada beberapa orang dapat timbul pada dosis yang dianjurkan untuk pengobatan.
Kasus terakhir dapat dianggap sebagai reaksi obat idiosinkrasia pada orang yang sangat peka
dengan alasan yang tidak jelas. Apabila pejanannya segera dihentikan dapat diharapkan
penyembuhan yang segera dan sempurna.
Karena terjadi penurunan jumlah sel dalam sumsum tulang, asprirasi sumsum tulang sering
hanya menghasilkan beberapa tetes darah. Maka perlu dilakukan biopsy untuk menentukan
beratnya penurunan element sumsum normal dan penggantian oleh lemak. Abnormalitas
mungkin terjadi pada sel stem, perkursor granulosit, eritrosit, dan trombosit. Akibatnya, terjadi
pansitopenia ( defisiensi semua komponen element darah)
Awitan anemia aplastik biasanya khas yaitu bertahap, ditandai oleh kelemahan, pucat, sesak
nafas pada saat latihan, dan manifestasi anemia lainnya. Perdarahan abnormal akibat
trombositopenia merupakan gejala satu satunya pada sepertiga pasien. Apabila granulosit juga
terlibat, pasien biasanya mengalami demam, faringitis akut, atau berbagai bentuk lain sepsis dan
perdarahan. Tanda fisik selain pucat dan perdarahan kulit, biasanya tidak jelas. Pemeriksaan
hitung darah menunjukan adanya defisiensi berbagai jenis sel darah. Ada 2 metode penanganan
yang saat ini sering dilakukan yaitu : transplantasi sumsum tulang dan pemberian terapi imuno
supresif dengan globulin anti timosit ( ATG )
B. Anemia pada penyakit ginjal
Derajat anemia yang terjadi pada pasien dengan penyakit ginjal tahap akhir sangat berfariasi,
tetapi secara umum terjadi pada pasien dengan nitrogen urea darah yang lebih dari 10mg/dl.
Hematokrit biasanya menurun sampai antara 20 % dan 30%, meskipun pada beberapa kasus
jarang mencapai dibawah 15%.
Anemia ini disebabkan oleh menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun defisiensi
eritropoetin. Beberapa eritropoetin terbukti diproduksi diluar ginjal, karena terdapat eritropoesis
yang masih terus berlangsung, bahkan pada pasien yang ginjalnya telah diangkat
C. Anemia pada penyakit kronis
Berbagai penyait inflamasi kronis berhubungan dengan anemia jenis normositik normokromik
( sel darah merah dengan ukuran dan warna yang abnormal ). Kelainan ini meliputi arthritis
rematoid, abses paru, osteomielitis, tuberculosis, dan berbagai keganasan.
Anemia biasanya ringan, berkembang secara bertahap selama 6- 8 minggu dan normal kembali
pada kadar hematokrit kurang dari 25%. Hemoglobin jarang turun sampai dibawah 9 g/dl dan
sumsum tulang mempunyai peningkatan selularitas normal dengan peningkatan cadangan besi.
Pasien tidak menimbulkan gejala dan tidak memerlukan penanganan untuk anemia nya. Dengan
keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya besi sumsum tulang digunakan untuk
membuat darah, sehingga hemoglobin meningkat
D. Anemia defisiensi besi
Anemia defisiensi besi adalah keadaan dimana keadaan kandungan besi tubuh total turun
dibawah tingkat normal. Penyebab tersering defisiensi besi pada pria dan wanita pasca
menopouese adalah perdarahan atau malabsorpsi, terutama setelah reseksi gaster. Pada wanita
premenopouse adalah menoragia atau pendarahan menstruasi berlebih. Pasien dengan
alkoholisme kronis sering mengalami ketidak cukupan asupan besi dan kehilangan besi akibat
kehilangan darah dari traktus gastrointestinal dan menimbulkan anemia.
Orang yang mengalami defisiensi besi mengalami penurunan angka hemoglobin dan sel darah
merah. Nilai hemoglobin berkurang dibanding hitung sel darah merah, oleh sebab itu sel darah
merah cendrung lebih kecil dan relative kurang pigment nya, artinya hipokromik. Hipokromia
merupakan penanda defisiensi besi. Penyebab defisiensi besi adalah kegagalan pasien
mencernakan atau mengabsorpsi besi diet yang adekuat untuk mengkompensasi kebutuhan besi
sehubungan dengan pertumbuhan tubuh atau untuk menggantikan kehilangan darah setelah
pendarahan, baik pendarahan yang fisiologis, maupun patologis.
E. Anemia megaloblastik
Disebabkan oleh defisiensi B12 dan asam folat menunjukan perubahan yang sama antara
sumsum tulang dan darah tetapi kedua vitamin tersebut esensial bagi sintesis DNA normal. Pada
setiap kasus, terjadi hyperplasia sumsum tulang, dan precursor eritroid dan myeloid besar dan
aneh; beberapa mengalami multi nukleasi. Tetapi, beberapa sel ini mati dalam sumsum tulang,
sehingga jumlah sel matang yang menimbulkan sumsum tulang menjadi sedikit, terjadilah
pansitopenia. Pada keadaan lanjut, hb dapat turun 4-5g/dl, hitung se darah putih 2000-3000 per
mm3, dan hitungan trombosit kurang dari 50000 mm3 .sel darah merah besar dan PMN
hipersegmen.
F. Defisiensi vitamin B12
Dapat terjadi dalam berbagai bentuk. Gangguan ini jarang sebagai akibat asupan diet yang tidak
addekuat, namun dapat terjadi pada vegetarian yang tidak makan daging sama sekali. Gangguan
absorpsi traktus GI lebih sering terjadi.
G. Defisiensi asam folat
Merupakan vitamin lain yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah yang normal.
Simpanan folat dalam tubuh jauh leih kecil dibandingkan vitamin B12.sehinga lebih sering di
jumpai defisiensi folat dalam diet. Alcohol meningkatkan kebutuhan akan asam folat, dan pada
saaat yang sama, orang yang menderita alkoholisme biasanya makan makanan yang kurang
mengandung vitamin. Kebutuhan asam folat juga meningkat pada orang yang menderita anemia
hemolitik dan pada wanita hamil.
Anemia hemolitika
Pada anemia ini eritrosit memiliki rentang usia yang memendek. Sumsum tulang biasanya
mampu mengkompensasi sebagian dengan memproduksi sel darah merah baru tiga kali atau
lebih dibanding kecepatan normal. Konsekuensinya semua anemia jenis ini mempunyai
gambaran laboratories yang sama : 1. Jumlah retikulosit meningkat, 2. Fraksi bilirubin indirek
meningkat dan 3. Haptoglobin biasanya rendah . sumsum tulang menjadi hiperseluler akibat
proliferasi eritrosit.
4. Etiologi
Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk sintesis
eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya merupakan akibat dari
beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik, penyakit kronik, keracunan obat, dan
sebagainya.
abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan
berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih,
lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain
adalah munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata bawah).
Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang.
Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung.
7. Pemeriksaan Diasnotik
Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun.
Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume korpuskular rerata)
dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik
(DB), peningkatan (AP). Pansitopenia (aplastik).
Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons sumsum tulang
terhadap kehilangan darah/hemolisis).
Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat mengindikasikan tipe
khusus anemia).
LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan kerusakan sel
darah merah : atau penyakit malignasi.
Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal : pada tipe
anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek.
Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat (hemolitik)
atau menurun (aplastik).
Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi (hemolitik)
Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.
Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).
Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan defisiensi
masukan/absorpsi
Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)
TBC serum : meningkat (DB)
Feritin serum : meningkat (DB)
Masa perdarahan : memanjang (aplastik)
LDH serum : menurun (DB)
Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)
Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster, menunjukkan perdarahan
akut / kronis (DB).
Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam hidroklorik
bebas (AP).
Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam jumlah,
ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal: peningkatan megaloblas (AP),
lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik).
Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan GI
8. Penatalaksanaan Medis
Tindakan umum :
Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang.
(aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB).
Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi)
kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus,
menipis, tumbuh uban secara premature (AP).
3) Integritas ego
Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya penolakan
transfusi darah.
Tanda : depresi.
4) Eleminasi
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB). Hematemesis,
feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine.
Tanda : distensi abdomen.
5) Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk sereal
tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah,
dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka
terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12).
Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas
(DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan
sudut mulut pecah. (DB).
6) Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi.
Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk,
kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu berespons,
lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari
lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda
Romberg positif, paralysis (AP).
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
8) Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
9) Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi; baik
terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap
dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk,
sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan
ekimosis (aplastik).
10) Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB). Hilang libido
(pria dan wanita). Imppoten.
Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun potensial
berdasarkan data yang telah dikumpulkan.
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan anemia meliputi
1) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
(pengiriman) dan kebutuhan.
2) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder
(penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan)).
3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk
pembentukan sel darah merah.
4) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
5) Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah interpretasi
informasi ; tidak mengenal sumber informasi.
3. Intervensi/Implementasi keperawatan
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun
pada tahap perencanaan.
Intervensi dan implementasi keperawatan pasien dengan anemia adalah :
1) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
(pengiriman) dan kebutuhan.
Tujuan : dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
Kriteria hasil : melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari)
menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi, pernapasan, dan tekanan
darah masih dalam rentang normal.
INTERVENSI & IMPLEMENTASI
a. Kaji kemampuan ADL pasien.
Rasional : mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan.
b. Kaji kehilangan atau gangguankeseimbangan, gaya jalan dan kelemahan otot.
Rasional : menunjukkan perubahan neurology karena defisiensi vitamin B12 mempengaruhi
keamanan pasien/risiko cedera.
c. Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas.
Rasional : manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah
oksigen adekuat ke jaringan.
d. Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara bising,
pertahankan tirah baring bila di indikasikan.
Rasional : meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan
regangan jantung dan paru.
e. Gunakan teknik menghemat energi, anjurkan pasien istirahat bila terjadi
kelelahan dan kelemahan, anjurkan pasien melakukan aktivitas semampunya
(tanpa memaksakan diri).
Rasional : meningkatkan aktivitas secara bertahap sampai normal dan memperbaiki tonus
otot/stamina tanpa kelemahan. Meingkatkan harga diri dan rasa terkontrol.
2) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder
(penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan)).
Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil : mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi.
meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau eritema, dan demam.
INTERVENSI & IMPLEMENTASI
a. Tingkatkan cuci tangan yang baik ; oleh pemberi perawatan dan pasien.
Rasional : mencegah kontaminasi silang/kolonisasi bacterial. Catatan : pasien dengan anemia
berat/aplastik dapat berisiko akibat flora normal kulit.
b. Berikan perawatan kulit, perianal dan oral dengan cermat.
Rasional : menurunkan risiko kerusakan kulit/jaringan dan infeksi.
c. Pantau/batasi pengunjung. Berikan isolasi bila memungkinkan.
Rasional : membatasi pemajanan pada bakteri/infeksi. Perlindungan isolasi
dibutuhkan pada anemia aplastik, bila respons imun sangat terganggu.
d. Pantau suhu tubuh. Catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa demam.
Rasional : adanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan evaluasi/pengobatan.
e. Berikan antiseptic topical ; antibioticsistemik (kolaborasi).
Rasional : mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan kolonisasi atau untuk
pengobatan proses infeksi local.
3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang
diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil : menunujukkan peningkatan/mempertahankan berat badan dengan nilai
laboratorium normal.
tidak mengalami tanda mal nutrisi.
Menununjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan
berat badan yang sesuai.
INTERVENSI & IMPLEMENTASI
a. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai.
Rasional : mengidentifikasi defisiensi, memudahkan intervensi.
b. Observasi dan catat masukkan makanan pasien.
Rasional : mengawasi masukkan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.
c. Timbang berat badan setiap hari.
Rasional : mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi
d. nutrisi. Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering dan atau makan diantara waktu makan.
Rasional : menurunkan kelemahan, meningkatkan pemasukkan dan mencegah distensi gaster.
e. Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan dan gejala lain yang berhubungan.
Rasional : gejala GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.
f. Berikan dan Bantu hygiene mulut yang baik ; sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi
halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci mulut yang di encerkan bila mukosa oral
luka.
Rasional : meningkatkan nafsu makan dan pemasukkan oral. Menurunkan pertumbuhan bakteri,
meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut khusus mungkin diperlukan bila
jaringan rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat.
g. Kolaborasi pada ahli gizi untuk rencana diet.
Rasional : membantu dalam rencana diet untuk memenuhi kebutuhan individual.
Kolaborasi ; berikan obat sesuai indikasi.
Rasional : kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia dan atau adanyan masukkan oral
yang buruk dan defisiensi yang diidentifikasi.
4) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
Tujuan : peningkatan perfusi jaringan
Kriteria hasil : - menunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil.
INTERVENSI & IMPLEMENTASI
a. Awasi tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa,
dasar kuku.
Rasional : memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan membantu
menetukan kebutuhan intervensi.
b. Tinggikan kepala tempat tidur sesuaitoleransi.
Rasional : meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk
c. kebutuhan seluler. Catatan : kontraindikasi bila ada hipotensi. Awasi upaya pernapasan ;
auskultasi bunyi napas perhatikan bunyi adventisius.
Rasional : dispnea, gemericik menununjukkan gangguan jantung karena regangan jantung
lama/peningkatan kompensasi curah jantung.
d. Selidiki keluhan nyeri dada/palpitasi.
Rasional : iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/ potensial risiko infark.
e. Kolaborasi pengawasan hasil pemeriksaan laboraturium. Berikan sel darah
merah lengkap/packed produk darah sesuai indikasi.
Rasional : mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan /respons terhadap terapi.
Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
Rasional : memaksimalkan transport oksigen ke jaringan.
5) Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah interpretasi
informasi ; tidak mengenal sumber informasi.
Tujuan : pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana
pengobatan.
Kriteria hasil : pasien menyatakan pemahamannya proses penyakit dan penatalaksanaan
penyakit.
mengidentifikasi factor penyebab.
Melakukan tiindakan yang perlu/perubahan pola hidup.
INTERVENSI & IMPLEMENTASI
a. Berikan informasi tentang anemia spesifik. Diskusikan kenyataan bahwa terapi
tergantung pada tipe dan beratnya anemia.
Rasional : memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat pilihan yang tepat.
Menurunkan ansietas dan dapat meningkatkan kerjasama dalam program terapi.
b. Tinjau tujuan dan persiapan untuk pemeriksaan diagnostic.
Rasional : ansietas/ketakutan tentang ketidaktahuan meningkatkan stress, selanjutnya
meningkatkan beban jantung. Pengetahuan menurunkan ansietas.
c. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
Rasional : megetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang
penyakitnya.
d. Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang.
Rasional : dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan
merasa tenang dan mengurangi rasa cemas.
e. Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanan nya.
Rasional : diet dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan.
f. Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah
diberikan.
Rasional : mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan
dari tindakan yang dilakukan.
4. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien dengan
tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan
pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya.
Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah :
1). pasien dapat mempertahankan / meningkatkan ambulasi/aktivitas.
2). infeksi tidak terjadi.
3). kebutuhan nutrisi terpenuhi.
4). Peningkatan perfusi jaringan.
5). Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana
pengobatan.