You are on page 1of 23

Laporan Pendahuluan

HEMATEMESIS MELENA
Oleh ; Subhan

Pengertian
Hematemesis adalah muntah darah dan melena adalah pengeluaran faeses atau
tinja yang berwarna hitam seperti ter yang disebabkan oleh adanya perdarahan saluran
makan bagian atas. Warna hematemesis tergantung pada lamanya hubungan atau
kontak antara drah dengan asam lambung dan besar kecilnya perdarahan, sehingga
dapat berwarna seperti kopi atau kemerah-merahan dan bergumpal-gumpal.
Biasanya terjadi hematemesis bila ada perdarahan di daerah proksimal jejunun
dan melena dapat terjadi tersendiri atau bersama-sama dengan hematemesis. Paling
sedikit terjadi perdarahan sebanyak 50-100 ml, baru dijumpai keadaan melena.
Banyaknya darah yang keluar selama hematemesis atau melena sulit dipakai sebagai
patokan untuk menduga besar kecilnya perdarahan saluran makan bagian atas.
Hematemesis dan melena merupakan suatu keadaan yang gawat dan memerlukan
perawatan segera di rumah sakit.
Penyebab perdarahan saluran makan bagian atas
Kelainan esofagus: varise, esofagitis, keganasan.
Kelainan lambung dan duodenum: tukak lambung dan duodenum, keganasan dan lainlain.
Penyakit darah: leukemia, DIC (disseminated intravascular coagulation), purpura
trombositopenia dan lain-lain.
Penyakit sistemik lainnya: uremik, dan lain-lain.
Pemakaian obat-obatan yang ulserogenik: golongan salisilat, kortikosteroid, alkohol,
dan lai-lain.
Penting sekali menentukan penyebab dan tempat asal perdarahan saluran makan
bagian atas, karena terdapat perbedaan usaha penanggulangan setiap macam
perdarahan saluran makan bagian atas. Penyebab perdarahan saluran makan bagian
atas yang terbanyak dijumpai di Indonesia adalah pecahnya varises esofagus dengan
rata-rata 45-50 % seluruh perdarahan saluran makan bagian atas (Hilmy 1971: 58 %)
Diagnosis
Anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium

Dilakukan anmnesis yang teliti dan bila keadaan umum penderita lamah atau
kesadaran menurun maka dapat diambil aloanamnesis. Perlu ditanyakan riwayat
penyakit dahulu, misalnya hepatitis, penyakit hati menahun, alkoholisme, penyakit
lambung, pemakaian obat-obat ulserogenik dan penyakit darah seperti: leukemia dan
lain-lain. Biasanya pada perdarahan saluran makan bagian atas yang disebabkan
pecahnya varises esofagus tidak dijumpai adanya keluhan rasa nyeri atau pedih di
daerah epigastrium dan gejala hematemesis timbul secara mendadak. Dari hasil
anamnesis sudah dapat diperkirakan jumlah perdarahan yang keluar dengan memakai
takara yang praktis seperti berapa gelas, berapa kaleng dan lain-lain.
Pemeriksaan fisik penderita perdarahan saluran makan bagian atas yang perlu
diperhatikan adalah keadaan umum, kesadaran, nadi, tekanan darah, tanda-tanda
anemia dan gejala-gejala hipovolemik agar dengan segera diketahui keadaan yang
lebih serius seperti adanya rejatan atau kegagalan fungsi hati. Disamping itu dicari
tanda-tanda hipertensi portal dan sirosis hepatis, seperti spider naevi, ginekomasti,
eritema palmaris, caput medusae, adanya kolateral, asites, hepatosplenomegali dan
edema tungkai.
Pemeriksaan laboratorium seperti kadar hemoglobin, hematokrit, leukosit, sediaan
darah hapus, golongan darah dan uji fungsi hati segera dilakukan secara berkala untuk
dapat mengikuti perkembangan penderita.
Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan radiologik dilakukan dengan pemeriksaan esofagogram untuk daerah
esofagus dan diteruskan dengan pemeriksaan double contrast pada lambung dan
duodenum.
Pemeriksaan tersebut dilakukan pada berbagai posisi terutama pada daerah 1/3 distal
esofagus, kardia dan fundus lambung untuk mencari ada/tidaknya varises. Untuk
mendapatkan hasil yang diharapkan, dianjurkan pemeriksaan radiologik ini sedini
mungkin, dan sebaiknya segera setelah hematemesis berhenti.
Pemeriksaan endoskopik
Dengan adanya berbagai macam tipe fiberendoskop, maka pemeriksaan secara
endoskopik menjadi sangat penting untuk menentukan dengan tepat tempat asal dan
sumber perdarahan. Keuntungan lain dari pemeriksaan endoskopik adalah dapat
dilakukan pengambilan foto untuk dokumentasi, aspirasi cairan, dan biopsi untuk
pemeriksaan sitopatologik. Pada perdarahan saluran makan bagian atas yang sedang

berlangsung, pemeriksaan endoskopik dapat dilakukan secara darurat atau sedini


mungkin setelah hematemesis berhenti.
Pemeriksaan ultrasonografi dan scanning hati
Pemeriksaan dengan ultrasonografi atau scanning hati dapat mendeteksi penyakit hati
kronik seperti sirosis hati yang mungkin sebagai penyebab perdarahan saluran makan
bagian atas. Pemeriksaan ini memerlukan peralatan dan tenaga khusus yang sampai
sekarang hanya terdapat dikota besar saja.
Terapi
Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas harus sedini mungkin dan
sebaiknya diraat di rumah sakit

untuk mendapatkan pengawasan yang teliti dan

pertolongan yang lebih baik. Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian
atas meliputi :
1. Pengawasan dan pengobatan umum

Penderita harus diistirahatkan mutlak, obat-obat yang menimbulkan efek


sedatif morfin, meperidin dan paraldehid sebaiknya dihindarkan.

Penderita dipuasakan selama perdarahan masih berlangsung dan bila


perdarahan berhenti dapat diberikan makanan cair.

Infus cairan langsung dipasang dan diberilan larutan garam fisiologis


selama belum tersedia darah.

Pengawasan terhadap tekanan darah, nadi, kesadaran penderita dan bila


perlu dipasang CVP monitor.

Pemeriksaan kadar hemoglobin dan hematokrit perlu dilakukan untuk


mengikuti keadaan perdarahan.

Transfusi darah diperlukan untuk menggati darah yang hilang dan


mempertahankan kadar hemoglobin 50-70 % harga normal.

Pemberian obat-obatan hemostatik seperti vitamin K, 4 x 10 mg/hari,


karbasokrom (Adona AC), antasida dan golongan H2 reseptor antagonis
(simetidin atau ranitidin) berguna untuk menanggulangi perdarahan.

Dilakukan klisma atau lavemen dengan air biasa disertai pemberian


antibiotika yang tidak diserap oleh usus, sebagai tindadakan sterilisasi
usus. Tindakan ini dilakukan untuk mencegah terjadinya peningkatan
produksi amoniak oleh bakteri usus, dan ini dapat menimbulkan
ensefalopati hepatik.

2. Pemasangan pipa naso-gastrik


Tujuan pemasangan pipa naso gastrik adalah untuk aspirasi cairan lambung,
lavage (kumbah lambung) dengan air , dan pemberian obat-obatan. Pemberian air
pada kumbah lambung akan menyebabkan vasokontriksi lokal sehingga
diharapkan terjadi penurunan aliran darah di mukosa lambung, dengan demikian
perdarahan akan berhenti. Kumbah lambung ini akan dilakukan berulang kali
memakai air sebanyak 100- 150 ml sampai cairan aspirasi berwarna jernih dan bila
perlu tindakan ini dapat diulang setiap 1-2 jam. Pemeriksaan endoskopi dapat
segera dilakukan setelah cairan aspirasi lambung sudah jernih.
3. Pemberian pitresin (vasopresin)
Pitresin mempunyai efek vasokoktriksi, pada pemberian pitresin per infus akan
mengakibatkan kontriksi pembuluh darah dan splanknikus sehingga menurunkan
tekanan vena porta, dengan demikian diharapkan perdarahan varises dapat
berhenti. Perlu diingat bahwa pitresin dapat menrangsang otot polos sehingga
dapat terjadi vasokontriksi koroner, karena itu harus berhati-hati dengan
pemakaian obat tersebut terutama pada penderita penyakit jantung iskemik.
Karena itu perlu pemeriksaan elektrokardiogram dan anamnesis terhadap
kemungkinan adanya penyakit jantung koroner/iskemik.
4. Pemasangan balon SB Tube
Dilakukan pemasangan balon SB tube untuk penderita perdarahan akibat
pecahnya varises. Sebaiknya pemasangan SB tube dilakukan sesudah penderita
tenang dan kooperatif, sehingga penderita dapat diberitahu dan dijelaskan makna
pemakaian alat tersebut, cara pemasangannya dan kemungkinan kerja ikutan yang
dapat timbul pada waktu dan selama pemasangan.
Beberapa peneliti mendapatkan hasil yang baik dengan pemakaian SB tube ini
dalam menanggulangi perdarahan saluran makan bagian atas akibat pecahnya
varises esofagus. Komplikasi pemasangan SB tube yang berat seperti laserasi dan
ruptur esofagus, obstruksi jalan napas tidak pernah dijumpai.
5. Pemakaian bahan sklerotik
Bahan sklerotik sodium morrhuate 5 % sebanyak 5 ml atau sotrdecol 3 %
sebanyak 3 ml dengan bantuan fiberendoskop yang fleksibel disuntikan
dipermukaan varises kemudian ditekan dengan balon SB tube. Tindakan ini tidak
memerlukan narkose umum dan dapat diulang beberapa kali. Cara pengobatan ini
sudah mulai populer dan merupakan salah satu pengobatan yang baru dalam
menanggulangi perdarahan saluran makan bagian atas yang disebabkan pecahnya
varises esofagus.

6. Tindakan operasi
Bila usaha-usaha penanggulangan perdarahan diatas mengalami kegagalan dan
perdarahan tetap berlangsung, maka dapat dipikirkan tindakan operasi . Tindakan
operasi yang basa dilakukan adalah : ligasi varises esofagus, transeksi esofagus,
pintasan porto-kaval.
Operasi efektif dianjurkan setelah 6 minggu perdarahan berhenti dan fungsi hari
membaik.
Prognosis
Pada umumnya penderita dengan perdarahan saluran makan bagian atas yang
disebabkan pecahnya varises esofagus mempunyai faal hati yang buruk/.terganggu
sehingga setiap perdarahan baik besar maupun kecil mengakibatkan kegagalan hati
yang berat. Banyak faktor yang mempengaruhi prognosis penderita seperti faktor
umur, kadar Hb, tekanan darah selama perawatan, dan lain-lain. Hasil penelitian
Hernomo menunjukan bahwa angka kematian penderita dengan perdarahan saluran
makan bagian atas dipengaruhi oleh faktor kadar Hb waktu dirawat, terjadi/tidaknya
perdarahan ulang, keadaan hati, seperti ikterus, encefalopati dan golongan menurut
kriteria Child.
Mengingat tingginya angka kematian dan sukarnya dalam menanggulangi perdarahan
sakuran makan bagian atas maka perlu dipertimbangkan tindakan yang bersifat
preventif terutama untuk mencegah terjadinya sirosis hati.
PENGKAJIAN HEMATEMESIS DAN MELENA
A. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat mengidap :
Penyakit Hepatitis kronis, cirrochis hepatis, hepatoma, ulkus peptikum
2. Kanker saluran pencernaan bagian atas
3. Riwayat penyakit darah, misalnya DIC
4. Riwayat penggunaan obat-obat ulserogenik
5. Kebiasaan/gaya hidup :
Alkoholisme, kebiasaan makan
B. Pengkajian Umum
1. Intake : anorexia, mual, muntah, penurunan berat badan.
2. Eliminasi :

BAB :

konstipasi atau diare, adakah melena (warna darah hitam, konsistensi pekat,
jumlahnya)

BAK :

warna gelap, konsistensi pekat


3. Neurosensori :
adanya penurunan kesadaran (bingung, halusinasi, koma).
4. Respirasi :
sesak, dyspnoe, hipoxia
5. Aktifitas :
lemah, lelah, letargi, penurunan tonus otot
C. Pengkajian Fisik
1. Kesadaran, tekanan darah, nadi, temperatur, respirasi
2. Inspeksi :
Mata : conjungtiva (ada tidaknya anemis)
Mulut : adanya isi lambung yang bercampur darah
Ekstremitas : ujung-ujung jari pucat
Kulit : dingin
3. Auskultasi :
Paru
Jantung : irama cepat atau lambat
Usus : peristaltik menurun
4. Perkusi :
Abdomen : terdengar sonor, kembung atau tidak
Reflek patela : menurun
5. Studi diagnostik
Pemeriksaan darah : Hb, Ht, RBC, Protrombin, Fibrinogen, BUN, serum,
amonoiak, albumin.
Pemeriksaan urin : BJ, warna, kepekatan
Pemeriksaan penunjang : esophagoscopy, endoscopy, USG, CT Scan.
D. Pengkajian Khusus
Pengkajian Kebutuhan Fisiologis
1. Oksigen
Yang dikaji adalah :

Jumlah serta warna darah hematemesis.

Warna kecoklatan : darah dari lambung kemungkinan masih tertinggal,


potensial aspirasi.

Posisi tidur klien : untuk mencegah adanya muntah masuk ke jalan


nafas, mencegah renjatan.

Tanda-tanda renjatan : bisa terjadi apabila jumlah darah > 500 cc dan
terjadi secara kontinyu.

Jumlah perdarahan : observasi tanda-tanda hemodinamik yaitu tekanan darah, nadi,


pernapasan, temperatur. Biasanya tekanan darah (sistolik) 110 mmHg, pernafasan
cepat, nadi 110 x/menit, suhu antara 38 - 39 derajat Celcius, kulit dingin pucat atau
cyanosis pada bibir, ujung-ujung ekstremitas, sirkulasi darah ke ginjal berkurang,
menyebabkan urine berkurang.
2. Cairan
Keadaan yang perlu dikaji pada klien dengan hematemesis melena yang
berhubungan dengan kebutuhan cairan yaitu jumlah perdarahan yang terjadi.
Jumlah darah akan menentukan cairan pengganti.
Dikaji : macam perdarahan/cara pengeluaran darah untuk menentukan lokasi
perdarahan serta jenis pembuluh darah yang pecah. Perdarahan yang terjadi
secara tiba-tiba, warna darah merah segar, serta keluarnya secara kontinyu
menggambarkan perdarahan yang terjadi pada saluran pencernaan bagian atas
dan terjadi pecahnya pembuluh darah arteri. Jika fase emergency sudah berlalu,
pada fase berikutnya lakukan pengkajian terhadap :

Keseimbangan intake output. Pengkajian ini dilakukan pada klien


hematemesis melena yang disebabkan oleh pecahnya varices esofagus
sebagai akibat dari cirrochis hepatis yang sering mengalami asites dan
edema.

Pemberian cairan infus yang diberikan pada klien.

Output urine dan catat jumlahnya per 24 jam.

Tanda-tanda dehidrasi seperti turgor kulit yang menurun, mata cekung,


jumlah urin yang sedikit. Untuk klien dengan hemetemesis melena sering
mengalami gangguan fungsi ginjal.

3. Nutrisi
Dikaji :

Kemampuan klien untuk beradaptasi dengan diit : 3 hari I cair


selanjutnya makanan lunak.

Pola makan klien

BB sebelum terjadi perdarahan

Kebersihan mulut : karena hemetemesis dan melena, sisa-sisa


perdarahan

\dapat menjadi sumber infeksi yang menimbulkan ketidaknyamanan.\

4. Temperatur
Klien dengan hematemesis melena pada umumnya mengalami kenaikan temperatur
sekitar 38 - 39 derajat Celcius. Pada keadaan pre renjatan temperatur kulit menjadi
dingin sebagai akibat gangguan sirkulasi. Penumpukan sisa perdarahan merupakan
sumber infeksi pada saluran cerna sehingga suhu tubuh klien dapat meningkat.
Selain itu pemberian infus yang lama juga dapat menjadi sumber infeksi yang
menyebabkan suhu tubuh klien meningkat.
5. Eliminasi
Pada klien hematemesis melena pada umumnya mengalami gangguan eliminasi.
Yang perlu dikaji adalah :

Jumlah serta cara pengeluaran akibat fungsi ginjal terganggu. Urine berkurang
dan biasanya dilakukan perawatan tirah baring.

Defikasi, perlu dicatat jumlah, warna dan konsistensinya.

6. Perlindungan
Latar belakang sosio ekonomi klien, karena pada hematemesis melena perlu
dilakukan beberapa tindakan sebagai penegakan diagnosa dan terapi bagi klien.
7. Kebutuhan Fisik dan Psiologis
Perlindungan terhadap bahaya infeksi. Perlu dikaji : kebersihan diri, kebersihan
lingkungan klien, kebersihan alat-alat tenun, mempersiapkan dan melakukan
pembilasan lambung, cara pemasangan dan perawatan pipa lambung, cara
persiapan dan pemberian injeksi IV atau IM.
Perlindungan terhadap bahaya komplikasi :

Kaji persiapan pemeriksaan endoscopy (informed concern).

Persiapan yang berhubungan dengan pengambilan/pemeriksaan


darah.

8. Diagnosa Keperawatan yang biasa muncul adalah:

Defisit volume cairan sehubungan dengan perdarahan (kehilangan secara


aktif)

Potensial gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan hipovolemik


karena perdarahan.

Tidak efektifnya pola napas sehubungan dengan asites dan menurunnya


pengembangan diafragma.

Potensial inferksi sehubungan dengan berkurangnya sel darah putih.

Gangguan rasa nyaman: nyeri sehubungan dengan rasa panas/terbakar


pada mukosa lambung dan rongga mulut. atau spasme otot dinding perut.

Kurangnya pengetahuan sehubungan dengan kurangnya informasi tentang


penyakitnya.

Kecemasan sehubungan dengan penyakitnya.

Risiko tinggi terjadinya gangguan kesadaaran.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

DIAGNOSA
KEPERAWATAN
T U J U AN
Resiko Tinggi kurang Kebutuhan cairan terpenuhi i.

INTERVENSI
RASIONAL
Ukur dan catat pemasukkan Dokumentasi yang akurat membantu

volume

dan pengeluaran.

cairan

sehubungan

dengan Kriteria :
Tanda

perdarahan
Data Subyektif :

vital

dalam

batas
Monitor vital sign

Klien puassa , merasa

Turgor kulit normal.

haus, sering berkeringat

Membran mukosa lembab.

mulut

kering,

muntah

darah sering (3 kali)


dirumah

sakit,

berak

darah campur kencing


berwarna

Produksi

urine
darah

dan

output
berah

Keluarnya darah yang berlebihan dap


laborasi :

hipovelemia, kolaps sirkulasi.

Monitor cairan parentral


Penurunan

darah berhenti

volume cairan petensial

dehidrasi, kolaps kardiovaskuler tidak sei

merah

kecoklatan.

Hipotensi, tachikardi, peningkatan resp


indikasi kekurangan cairan.

seimbang
Muntah

kebut

mempengaruhi tindakan selanjutnya.

normal.

Data Obyektif : mukosa

kehilangan cairan atau memenuhi

dan elektrolit.

Monitor laboratorium ;
Hb, Hct

Anemia, Hct rendah terjadi akibat kehilan


saat muntah darah dan berak darah

Daftar Pustaka
Soeparman: Ilmu penyakit dalam Jilid II, FK-UI, Jakarta. 1984
Long, Phips, Medical surgical nursing, Philadelphia, WB. Sounders. 1991
Junadi, P. et all, Kapita selekta, Media Aesculapius, FK-UI, Jakarta. 1984

Laporan Kasus :
ASUHAN KEPERAWATAN SIROSIS HEPATIS PADA TN.R
DI RUANG INTERNA I RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA
Nama mahasiswa

: Subhan

Tempat praktek

: Ruang Perawatan Interna I

Tanggal praktek

: 10 -14 Juni 2002

Tanggal Pengkaian

: 11 Juni 2001

Pengkajian
I.

Biodata.
A.

Identitas pasien.
1.

Nama

: Tn. R (laki-laki , 57 tahun).

2.

Suku/bangsa

3.

Agama

: Islam

4.

Status perkawinan

: Kawin

5.

Pendidikan/pekerjaan

: SLTA/Swasta

6.

Bahasa yang digunakan

: Indonesia

7.

Alamat

: Gryo Wage Asry II/ E.28

: Jawa/Indonesia.

Surabaya.
8.
B.

Kiriman dari

: Poliklinik Hepatologi

Penanggung jawab pasien :


Istri dan Anak - Anak

II.

Alasan masuk rumah sakit


A.

Keluhan Utama : Nyeri perut bagian atas ( regio I & II ).

B.

Riwayat Keluhan utama : . Perut terasa sakit sejak 2 hari sebelum


masuk Rumah Sakit,panas (+), pusing (+), mual (+).

III.

Riwayat kesehatan.
A.

Riwayat kesehatan sebelum sakit ini : Pasien dinyatakan sirosis hati


sejak 1 tahun yang lalu ( juni 2001 ) dan kontrol rutin di poliklinik hepatologi.

B.

Riwayat kesehatan keluarga : orang tua, saudara kandung ayah/ibu,


saudara kandung pasien tidak ada yang menderita penyakit keturunan.

IV.

Informasi khusus
A.

Masa balita : tidak dikaji

B.

Klien wanita : tidak dikaji

V.

Aktivitas hidup sehari hari :


Aktivitas sehari-hari
A.
Makan
dan
minum
1.

Pre-masuk rumah sakit

Di rumah sakit

Pola makan 3 kali/hari, Saat ini klien tidak ada nafsu


Nutris

semua makanan disukai, dan makan


tidak

ada

makanan

pantangan.
Minum air putih dengan Saat ini klien dibatasi minum
2.

Minu

jumlah - 2-3 gelas/hari

karena asites.

m
B.

Eliminasi

BAB 1 X/hari, tidak ada Saat dikaji, pasien BAB dan


kelainan. BAK 2 Xhari dan BAK lancar.

C. Istirahat dan tidur

tidak ada kelainan.


Pasien bisa istirahat

D. Aktivitas

tidur.
Pasien

bekerja

dan Pasien kurang istirahat dan

tidur, karena nyeri perut.


sebagai Pasien mengatakan tidak bisa

swasta.

melakukan aktivitasnya karena


lemah,

merasa

lelah

berjalan,sehingga
E. Kebersihan diri

kalau

kebutuhan

pasien diantu.
Mandi dua kali/hari, dan Sebagian kegiatan perawatan
tidak ada hambatan dalam diri pasien dibantu.

F. Rekreasi

melakukan perawatan diri.


Hobinya adalah olah raga

Tidak dapat melakukan

tennis lantai.

VI.

Psikososial.
A.

Psikologis : pasien nampak cemas karena memikirkan penyakitnya.


Klien menanyakan apakah penyakitnya dapat sembuh atau tidak karena sering
kambuh. Terhadap penyakitnya ini pasien mengatakan bahwa ini merupakan
cobaan baginya. Masalah konsep diri adalah bahwa pasien sebagai kepala
keluarhga Keadaan emosi pasien adalah baik. Dengan mekanisme koping
adalah pasrah kepada keadaan sekarang ini.

B.

Sosial : hubungan dengan anggota keluarga, istri dan anak sangat


harmonis dimana pasien ditunggu oleh istri dan anaknya secara bergantian.

15

C.

Spiritual : di rumah melakukan sholat 5 waktu, sedangkan di rumah


sakit pasien tidak melakukan, hanya berdoa dalam hati.

VII. Pemeriksaan fisik


A.

Keadaan umum : pasien nampak sakit sedang, lemah. Kesadaran


kompos mentis, GCS : 4-5-6, T 110/70 mmHg, N 88 x/menit, S 36 5 0C, RR 24
X/menit.

B.

Head to toe :
1.

Kepala. Bentuk bulat, dan ukuran normal, kulit kepala bersih.

2.

Rambut. Rambut lurus, nampak rapih.

3.

Mata (penglihatan). Ketajaman penglihatan dapat melihat,


konjungtiva anemis, sclera ikterus, udem palpebra ,untuk membaca
menggunakan alat bantu kacamata.

4.

Hidung (penciuman). Bentuk dan posisi normal, tidak ada


deviasi septum, epistaksis, rhinoroe, peradangan mukosa dan polip. Fungsi
penciuman normal.

5.

Telinga (pendengaran). Serumen dan cairan, perdarahan dan


otorhoe, peradangan, pemakaian alat bantu, semuanya tidak ditemukan
pada pasien. Ketajaman pendengaran dan fungsi pendengaran normal.

6.

Mulut dan gigi. Tidak ada bau mulut, perdarahan dan


peradangan tidak ada, menggunakan gigi palsu.

7.

Leher. Kelenjar getah bening tidak membesar, dapat diraba,


tekanan

vena

jugularis

tidak

meningkat,

dan

tidak

ada

kaku

kuduk/tengkuk.
8.

Thoraks. Bentuk normal. .

9.

Abdomen. Inspeksi ada asites, distensi, membesar palpasi


hati dan limpa tidak teraba, bengkak ada nyeri tekan, perkusi bunyi redup,
bising usus positif.

10.

Repoduksi
Tidak dikaji.

11.

Ekstremitas
Pergerakan sendi bebas, pada tangan kiri terpasang infus,kaki bengkak.

12.

Integumen-otot-tulang
Kulit : warna kuning, akral hangat.
Turgor baik,kapilari refill time 5 detik
Tulang belakang : dalam batas normal

16

VIII. Pemeriksaan penunjang


A.

Laboratorium
Tanggal 7 6 2002 : Px fungsi ascites sel :
Jumlah sel : 950 sel
-

mono 90 %

poly 10 %

Tanggal 10-6-2002 : Albumin 4,36


Tanggal 10 6 2002 : darah lengkap: Hb 9,2 gr/dl, Leukosit 9,6 x 10 9/L,
trombosit 56 x10 /L, GDA 104 mg/dl, SGOT 103 U/L, BUN 13 mg/dl.
Kalium serum : 0,96 mg/dl, Natrium 139 mcq/L, klorida 36,1 mcq/L
.
B.

Radiologi : tanggal ; 10-6- 2002 : kesimpulan : Normal

C.

USG

: Sirosis

.Terapi : tanggal 11 6 2002 :


-

Infus Nacl / glucose

Albumin 1kaleng ( 100cc )

Cefotaxime 3x1 gr

Ranitidin

2x1amp

Carpiton

100 0 0

Lasix

10-0

Analisa Data
DATA

PENYEBAB

Subyektif

MASALAH

Pembentukan nodul

Pasien mengatakan nafsu


makan menurun,

parenchin hati
Menurun sel hati yang

Obyektif

progresif, meluasnya
makan

yang

habis

2-3

disediakan

pemenuhan

kebutuhan Nutrisi

mual,

perut terasa sebah.


Porsi

Gangguan

jaringan fibrosis

sendok,pasien

tidak

mau

Syndroma kegagalan faal

makan,sclera

anemis,

Hb

hati

9,2, alb.4,36 GDA 104, BB

( ikterus,ascites)

56 kg.
Mengeluh

pusing,

dan

Menekan lambung

lemah
Nafsu makan menurun
( asupan makan berkurang )
Intoleransi aktifitas
Nutrisi
Kerusakan pembuluh darah
hepatik
Meningkat tahanan aliran
darah
Meningkat tekanan portal
hepatic
Subyektif
Pasien mengatakan merasa

Hipersplenisme

lelah kalau berjalan.


Obyektif :

Anemia

Ascites,
berbaring

klien

hanya

ditempat

tidur,

sesak tidur terlentang, USG:


Sirosis,

GDA

104,

110/70mmHg, N 88x/m, P
24x/m

Intoleransi aktifitas

Subyektif
Klien mengeluh pusing dan
cepat

lelah kurang

tenaga

penglihatan

berkunang-kunang
.
Obyektif
Skelera amemis, Hb 9,2,
Kapilari refill time 5 detik,
saat turun dari tempat tidur
klien tampak kelelahan.

Subyektif
Klien mengeluh nyeri perut
bagian atas, skala 4-6 (skala
0-10)
Obyektif :

Tampak
memegan

menahan

sakit

g per

utnya, T 110/70 mmHg ,


N 88 x/m, P 24x/m

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan kadar hemoglobin
akibat perdarahan.
2. Resiko tinggi gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan perdarahan
esofagus dan intake tidak adekuat.

3. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan oleh karena perdarahan


dan penurunan kondisi tubuh.
4. Resiko gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan status puasa, mual-mual
dan penurunan nafsu makan.

RENCANA KEPERAWATAN
NO
1

DIAGNOSA
TINDAKAN
RASIONAL
Resiko
gangguan 1. Catat
karakteristik 1. Membantu
dalam
keseimbangan cairan

muntah/ drainase.

membedakan

b.d. perdarahan aktif 2. Awasi tanda-tanda vital.


dan

intake

tak 3. Catat

respon

distres

gaster.

fisiologis 2. Sebagai

indikasi

adekuat.

klien terhadap perdarahan.

perkembangan

Tujuan: setelah diberi

(gelisah,

kebutuhan cairan.

perawatan selama 2

berkeringat,

jam,

takikardia).

kebutuhan

cairan terpenuhi:

4. Awasi

Kriteria hasil:
-

pucat,

takipnea, 3. Mengukur
berat/lamamya

masukan

dan

haluaran casiran.

Tanda
stabil

dan

Akral hangat

tempat tidur.

Turgor baik

Mukosa

tinggikan

lembab

pedoman

penggantian cairan.

kepala 5. Mengurangi
intra

6. Kolaborasi:

perdarahan.
4. Memberikan

vital 5. Pertahankan tirah baring

episode

tekanan

abdominal

dan

mencegah refluks gaster.

Berikan cairan RL
20 tetes

GC tiap 6 jam

Berikan

obat-

obatan: Transamin
3 x 1 amp, Vitamin
Gangguan

K 3 x 1 amp.
perfusi 1. Observasi keluhan pusing, 1. Perubahan menunjukan

jaringan

b.d.

hipovolemia

dan

penurunan

ketidakadekuatan
perfusi cerebral.

kadar 2. Lakukan

hemoglobin
Tujuan:

kesadaran.

pengukuran 2. Menunjukan

tanda vital tiap 2 jam


Setelah 3. Kaji keadaan kulit: dingin,

perawatan 1 x 24 jam

sianosis,

perfusi

pengisian kapiler.

adekuat.

jaringan

adekuatnyan
keseimbangan cairan.

keringat, 3. Vasokontriksi

4. Catat haluaran urine

indikasi

adalah

respon sinpatis terhadap


penurunan

vuloma

20

Krietria hasil:
-

5. Kolaborasi:

tanda

vital

sirkulasi.

Berikan oksigen

4. Penurunan perfusi dapat

stabil

Berikasn cairan IV

menyebabkan

Akral hangat

Siapkan transfusi

ginjal.

GDA normal

Haluaran

gagal

urine
adekuat.
Cemas berhubungan 1. Awasi respon fisiologis: 1. Mengidentifikasi tingakt
berhubungan dengan

takipnea,

perubahan

pusing.

status

kesehatan

palipitasi,

2. Mengidentifikasi

dan 2. Catat perubahan perilaku:

ancaman

terhadap

perdarahan

kecemasan.

gelisah, menolak, depresi.


3. Dorong

untuk

Tujuan: setelah diberi

mengungkapkan

tentang

tindakan selama 2

kecemasan dan ketakutan.

jam, klien bebas dari 4. Jelaskan tentang proses

penyimpangan perilaku.
3. Memudahkan

membantu memecahklan
masalah.
4. meningkatkan
pemahaman klien.

kecemasan

penyakitnya,

Kriteria hasil:

pengobatan dan rencana 5. Dapat

mampu

program

tindakan.
5. Libatkan keluarga dalam

kan perasaan

membantu perawatan.
6. Motivasi

Menunjukan

rileks.
Resiko
perubahan
nutrisi kurang dari
kebutuhan

b.d.

penurunan

nafsu

makan,

mual

masukan

dan
tidak

adekuat.

relaksasi

memberikan

dorongan moril terhadap

mengungkap
.

dalam

melakukan
dengan

nafas

lien.
6. Mengurangi ketegangan
dan membantu koping
klien

dalam.
1. Kaji karakteristik cairan 1. Identifikasi perdarahan.
NG

2. Pengganti intake nutrisi

2. Selama

puasa,

dan cairan.

pertahankan cairan Intra 3. Pemberian bubur halus


vena dengan tetesan 20

mencegah

tetes.

lambung.

3. Apabila cairan NG jernih 4. Memenuhi

distensi
kebutuhan

Tujuan: setelah diberi

4 x, berikan makanan

tubuh dan meningkatkan

perawatan 2 x 24

bubur

daya tahan tubuh.

jam,

bertahap

kebutuhan

nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil:

halus

secara

4. Jadwalkan diet tinggi


kalori dan protein

5. Perlu perencanaan diet


untuk

memenuhi

kebutuhan nutrisi.

21

BB stabil.

Menunjukan
peningkatan
nafsu makan.

5. Kolaborasi
- Rujuk ke ahli gizi.

TINDAKAN DAN EVALUASI PERAWATAN


TGL

DIAGNOSA

TINDAKAN

EVALUASI

12/12/200 Resiko gangguan 1. Momonitor perdarahan: lewat Subyektif :


1
14.00

keseimbangan
cairan

NG dan melena.

Pasien

2. Melakukan gastric cooling

keringat dingin, bibir


terasa

20.00

beruhubungan

3. engobservasi vital sign

WIB

dengan

4. Mengawasi tetesan infus. Infus haus,

perdarahan

dan

mengeluh

RL netes 20 tetes.

kering

dan
pasien

mengatakan

belum

intake yang tidak 5. Memonitor perubahan fisiologis BAK


adekuat.

akral dingin, berkeringat dingin Obyektif :


+.

NG

cairan

warna

6. Memonitor keadaan kulit dan hitam, Melena tidak


mukosa: turgor baik, mukosa ada, Gastri Coolling
agak kering.

(+)

7. ukur intake dan output

warna

hitam.

Tekanan

darah

110/70, turgor kulit


kurang

elastis,

mukosa

kering,

pasien belum BAK


Analisa :
Resiko

terjadinya

gangguan
kesimbangan cairan
Perencanaan :
Rencana
Resiko

1. Mengobservasi

dipertahankan
tingkat Subyektif :

Gangguan

kesadaran: kesadaran compos Pasien

perfusi

mentis, orientasi baik.

jaringan

berhubungan

pusing,

akral dingin, keringat dingin, Obyektif :

keurangan

sianosis.

dan

mengeluh
keringat

2. Menobservasi keadaan kulit: dingin,

dengan
voluma

tetap

Akral dingin. Hb, 7,8

cairan 3. Memberikan transfusi PRC 1 gram %, konjungtiva

penurunan

kadar
hemoglobin.

kolf. Darah I reaksi +, II _.


4. .Mengecek hemoblobin, HB 6.

pucat,

keringat

dingin, pasien belum


BAB.
Analisa

Kemungkinan
terjadinya

gangguan

keseimbangan cairan
masih bisa terjadi.
Perencanaan :
Rencana

tetap

dipertahankan
Cemas

1. Menjelaskan

berhubungan

tentang

proses Subyektif

terjadinya perdarahan.

dengan

Menyatakan

2. Memotivasi keluarga agar tetap pemahaman terhadap

perubahan status

mendampingi dan mendoakan keadaan

kesehatan

agar klien cepat sembuh.

dengan

adanya 3. Memotivasi

perdarahan.

klien

penyakitnya.
untuk Obyektif

menyampaikan perasaannya.

Klien nampak rileks.

4. Mengevaluasi keadaan tidur dan Analisa


istirahat.

Masalah teratasi
Perencanan :
Intervensi
dipertahankan selama
hari hari perawatan
pasien.

13/12/200 Resiko gangguan 1. Momonitor perdarahan: lewat Subyektif :


1
07..00

keseimbangan
cairan

NG dan melena.

Klien

2. Melakukan gastric cooling

merasa lebih segar


setelah dirawat sehari

14.00

beruhubungan

3. engobservasi vital sign

WIB

dengan

4. Mengawasi tetesan infus. Infus dan

perdarahan

dan

mengatakan

RL netes 20 tetes.

diberi

pengobatan.

intake yang tidak 5. Memonitor perubahan fisiologis Obyektif :


adekuat.

akral dingin, berkeringat dingin Gastric


+.

Cooling

cairan lambung tidak

6. Memonitor keadaan kulit dan hitam

lagi,

tidak

mukosa: turgor baik, mukosa keringat dingin, akral


agak kering.
7. ukur intake dan output

hangat,

masih

ditransfusi PRC bag


II

25

Analisa :
Masalah

teratasi

sebagian.
Perencanaan :
Rencana
tetap

intervensi

dipertahankan

sampai
teratasi.
Subyektif :

Gangguan
perfusi

jaringan 1. Mengobservasi

tingkat Pasien

berhubungan

kesadaran: kesadaran compos tidak

dengan

mentis, orientasi baik.

keurangan
voluma
dan

masalah

mengatakan
pusing

lagi,

merasa lebih segar.

2. Menobservasi keadaan kulit: Obyektif :


cairan

penurunan

kadar
hemoglobin.

akral dingin, keringat dingin, Hb


sianosis.

SAHLI

transfusi bag II 9,8

3. Memberikan transfusi PRC 1 gram


kolf. Darah I reaksi +, II _.
4. Mengukur

post

Hb

Sahli

transfusi hemoblobin.

%.

Akral

hangat, tidak keringat


post dingin,

kesadaran

CM, GCS 4,5,6


Analisa :
Masalah teratasi
Perencanaan.
Rencana

tetap

dipertahankan
diperhatikan

dan
selama

perawatan pasien.

You might also like