You are on page 1of 2

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ekosistem laut menyediakan sumber daya penting terutama makanan bagi
organisme-organisme laut dan jutaan orang lainnya. Perubahan ekosistem laut
secara langsung disebabkan oleh eksploitasi, polusi, dan perusakan habitat, atau
secara tidak langsung melalui perubahan iklim dan gangguan biogeokimia laut
(Worm et al., 2006). Sudah banyak lamun dan mangrove yang telah terkena efek
dari perubahan ekosistem tersebut, yang mengakibatkan banyak beberapa lamun
mati dikarenakan lamun sangat sensitif terhadap polusi.
Lamun (seagrass) adalah satu-satunya kelompok tumbuhan berbunga yang
terdapat di laut. Terdapat sekitar 50 jenis lamun di seluruh dunia, dimana di
Indonesia ditemukan sekitar 12 jenis, di antaranya Enhalus acoroides dan
Thalassia hemprichii. Lamun di perairan laut memiliki beberapa fungsi yaitu
sebagai produsen primer, sumber makanan bagi beberapa hewan seperti duyung
dan penyu (Romimohtarto dan Juwana, 2005).
Hutan mangrove merupakan varietas pantai tropis, yang didominasi oleh
beberapa spesies pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada
daerah pasang-surut pantai berlumpur. Hutan mangrove juga memiliki
fungsifungsi ekologis yang penting antara lain sebagai tempat pemijahan,
pengasuhan dan mencari makan bagi biota tertentu, selain itu hutan mangrove
juga mampu berperan sebagai penahan abrasi (Nybaken, 1992). Vegetasi hutan
mangrove di Indonesia memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi, yaitu sekitar
202 jenis (Bengen, 2001).
Hutan mangrove mempunyai tiga fungsi utama bagi kelestarian sumber daya
diantaranya fungsi fisik, fungsi biologi dan fungsi ekonomis. Fungsi-fungsi
tersebut sudah banyak sekali penyimpangan karena pihak yang kurang
bertanggung jawab, serta kebijakan dan pengelolaan pemerintah yang tidak tegas

sehingga sampai saat ini sebagian besar kawasan hutan mangrove itu berada pada
kondisi rusak, bahkan di beberapa daerah sangat memprihatinkan.

You might also like