Kecenderungan pembelajaran masa depan telah mengubah pendekatan
pembelajaran tradisional ke arah pembelajaran masa depan yang disebut sebagai pembelajaran abad pengetahuan, bahwa orang dapat belajar: di mana saja, artinya orang dapat belajar di ruang kelas/kuliah, di perpustakaan, di rumah, atau di jalan; kapan saja, tidak sesuai yang dijadwalkan bisa pagi, siang sore atau malam; dengan siapa saja, melalui guru, pakar, teman, anak, keluarga atau masyarakat; melalui sumber belajar apa saja, melalui buku teks, majalah, koran, internet, CD ROM, radio, televisi, dan sebagainya. Ciri-ciri pembelajaran pada abad pengetahuan, yaitu: guru sebagai fasilitator, pembimbing dan konsultan, guru sebagai kawan belajar, belajar diarahkan oleh orang yang belajar, belajar secara terbuka, fleksibel sesuai keperluan, belajar terutama berdasarkan proyek dan masalah, berorientasi pada dunia empirik dengan tindakan nyata, metode penyelidikan dan perancangan, menemukan dan menciptakan, kolaboratif, berfokus pada masyarakat, hasilnya terbuka, keanekaragaman yang kreatif, komputer sebagai peralatan semua jenis belajar, interaksi multimedia yang dinamis, serta komunikasi yang tidak terbatas. Untuk merekayasa sistem pembelajaran pada abad pengetahuan ini, perlu pula dipahami hakikat, terminologi atau pengertian tentang pembelajaran. Kata pembelajaran, sekarang ini, lebih banyak digunakan untuk mengganti kata pengajaran. Padahal, pembelajaran memiliki makna yang berbeda dibandingkan dengan pengajaran. Pembelajaran merujuk ke memfasilitasi belajar, sedangkan pengajaran merujuk ke arah mengajar (interaksi dengan pengajar sebagai sumber belajar utama). Pembelajaran lebih menekankan pada upaya menata lingkungan di luar diri pebelajar (faktor eksternal), agar terjadi proses belajar (faktor internal). Sedangkan pengajaran lebih menekankan pada proses mengajar-belajar dengan pengajar (guru) sebagai aktor utama, atau dibarengi dengan media sebagai alat bantu atau alat peraga lainnya. Orang yang belajar disebut pebelajar (learner). Siapa saja orang yang belajar, disebut pebelajar, entah itu siswa, mahasiswa, taruna AKABRI, dosen, manajer, atau siapa saja. Sumber belajar merupakan sumber utama untuk menstimulasi terjadinya proses belajar sedangkan proses agar terjadi belajar disebut pembelajaran. Sasaran utama pembelajaran adalah merekayasa faktor-faktor eksternal dan lingkungan sebagai sumber belajar agar mendorong prakarsa belajar. Dengan demikian, pembelajaran adalah upaya menata lingkungan sebagai sumber belajar agar terjadi proses belajar pada diri si pebelajar. Upaya menata lingkungan dilakukan dengan menyediakan sumber-sumber belajar, misalnya: guru, buku teks, bahan pembelajaran, orang sumber, televisi, VCD, radio-kaset, majalah, koran, internet, CD ROM, lingkungan dan bahkan juga temannya
sendiri. Ukuran keberhasilan pembelajaran adalah proses terjadinya interaksi
antara pebelajar yang belajar dengan pembelajar. Bukan terletak pada pengajar yang menyampaikan informasi (mengajar?). Dengan demikian, rekayasa pembelajaran yang utama adalah penyediaan sumber-sumber belajar. Guru bukan satu-satunya sumber belajar, ia hanya salah satu bagian dari sumber belajar. Semua sumber-sumber belajar dirancang agar dapat mendorong prakarsa dan proses belajar menjadi lebih efektif, efisien, dan menarik, agar pebelajar tetap betah untuk terus belajar. Oleh karena itu, fungsi guru akan berubah ke arah guru sebagai pengelola pembelajaran. Fungsi guru yaitu merancang penyediaan sumber-sumber belajar agar belajar menjadi lebih mudah, lebih cepat, lebih menarik, dan lebih menyenangkan. Dalam merekayasa sistem pembelajaran yang optimal, ada delapan faktor yang saling berinteraksi, yaitu: (1) pebelajar (siswa, mahasiswa, santri, karyawan, masyarakat?), (2) isi (apa isi yang diajarkan: fakta, konsep, prinsip, pemecahan masalah dsb?), (3) tujuan (pengetahuan, sikap, perilaku?), (4) lingkungan belajar (di kelas, laboratorium, perpustakaan, lapangan?), (5) pembelajar (siapa pembelajaranya?), (6) sumber belajar (buku, majalah, koran, VCD, komputer, radio?), (7) strategi (pengelolaan, penyampaian, organisasi), dan (8) evaluasi (tes lisan, tes tertulis, menyusun karya tulis, porto folio, dan memecahkan masalah?). Pada setiap peristiwa pembelajaran baik yang di lakukan di sekolah maupun di luar sekolah, kedelapan faktor ini harus menjadi pertimbangan utama. Dalam berbagai kajian dan penelitian dinyatakan bahwa pendidikan merupakan indikator kejayaan bangsa, demikian pula guru memegang peran penting dalam membelajarkan para peserta didik (learner). Oleh karena itu, pembelajaran yang dilakukan guru menjadi indikator kunci keberhasilan pendidikan. Memasuki abad dua puluh satu ini, guru sebagai sumber belajar utama dirasa tidak memadai lagi, sumber belajar guru harus terintegrasi dengan sumber belajar lain, yaitu sumber belajar cetak, audia, audio visual, dan komputer. Bahkan perlu juga memanfaatkan handphone sebagai mobile learning. Guru masa depan dalam kegiatan pembelajaran dapat berfungsi sebagai seniman (artist) dan ilmuwan (scientist) dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran dan mengelola sumber-sumber belajar yang sengaja dirancang dan dimanfaatkan. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan, sikap, dan keterampilan guru dalam merancang pembelajaran terutama dalam upaya memecahkan masalah atau mengaplikasikan dalam rancangan pembelajaran mata pelajaran agar kualitas pembelajaran meningkat yang sensitif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang di kenal dengan Pembelajaran Berbasis Blended Learning (PPBL). Dengan PBPL maka pembelajaran bukan hanya berbasis pada tatap muka, tetapi dikombinasikan dengan sumber yang bersifat Offline maupun Online.
Upaya penerapan teknologi khususnya teknologi informasi dan komunikasi
dibidang Pendidikan salah satunya ditandai dengan hadirnya situs Dogmit. Dogmit dapat dijelaskan sebagai berikut : a.Dogmit merupakan penyampaian informasi,komukasi,pendidikan,pelatihan secara online. b.Dogmit menyajikan seperangka alat,teknologi yang dapat memperkaya nilai belajar sehingga dapat memperkaya nilai belajar sehingga dapat menjawab tantangan era globalisasi c.Dogmit idak berarti menggantikan model konvensional belajar didalam kelas,tetapi memper kuat model belajar tersebut melalui pengembangan teknologi pendidikan. d.Dogmit memungkinkan proses pembelajaran yang fleksibel tanpa terbatas oleh waktu,tempat dan jarak. Sebagai peserta Dogmit angkatan 4,7,13,19.25 dan angkatan 1 Di tahun 2016,peserta dogmit diharapakan terus mengikuti kegiatan diklat ini karena dogmit ini sesui dengan kebutuhan guru,siswa dalam proses KBM di kelas.Bagi peserta diklat yang baru jelas tidak mendapatkan materi diklat sebelumnya. Mudah mudahan diklat kedepan, materi diklat yang sebelumnya tetap ada pada materi diklat,contohnya membuat email,google drive dll. HIDUP DOGMIT INDONESIA !!!