You are on page 1of 11

BAB I

PENDAHULUAN
Antibodi

antifosfolipid

pertamakali

ditemukan

sebagai

suatu

antibodi yang terikat pada komplemen dan bereaksi dengan ekstrak


jantung sapi , ditemukan pada penderiyta sipilis tahun 1906. Namun
sindroma antifosfolipid pertama kali dijelaskan oleh hughes Harris dan
Gharavi pada tahun 1986.Sindroma antifosfolipid merupakan kelainan
trombofilia yang didapat. Pada sindroma ini ditemukan autoantibodi yang
dihasilka oleh fosfolipid dan protein yang terikat fosfolipid . ( Stefanus
2009, Amaydia 2009)
Sindrome antifosfoipid dapat mengakibatkan kegagalan kehamilan
karena adanya antiposfolipid yang mengakibatkan trombosis. Komplikasi
yang bisa terjadi adalah kematian janin dan preeklampsia
Untuk

diagnosa APS telah ditetapkan konsensus yaitu adanya

trombosis dan morbiditas kehamilan. Kehamilan dengan kematian janin,


preeklampsia atau persalinan prematur maka dianjurkan pemeriksaan
laboratorium. Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah uji serologis.
Perencanaan kehamilan pada APS sesuai dengan algoritma
managemen tatalaksana APS maka sejak perencanaan kehamilan pasin
sudah diberikan terapi obat inisial. Selama kehamilan penting untuk
pemeriksaan kehamilan dan penilaian kesejahteraan janin.
Pada makalah ini akan dibahas mengenai sindom antifosfolipid
sindrom, mulai dari definisi hingga penatalaksanaan APS tersebut.

BAB II
SIDROMA ANTIFOSFOLIPID
A. Definisi
Sindroma antifosfolipid (APS)

adalah sindroma dengan

karakteristik adanya trombosis vaskuler ( arterial atau vena) dan/


atau morbiditas kehamilan yang berhubungan dengan tingginya
antibodi terhadap plasma protein yang berikatan dengan fosfolipid
anion ( antibodi antifosfolipid aPL) .( Branch 2003, amaylia 2009,
Tripodi 2011, keeling et Al 2012)
B. Etiologi
Sindroma

antifosfolipid

dapat

terjadi

primer

ataupun

sekunder . APS primer terjadi pada pasien tanpa bukti klinis terkena
penyakit autoimun tetapi mengenai sistem vaskuler seperti
trombosis . APS sekunder terjadi berhubungan dengan penyakit
autoimun seperti LES . ( Stefanus 2009)
C. Patofisiologi
Banyak pasien dengan lupus memiliki antibodi didalam
darahnya yang secara spesifik ditujukan melawan kardiolipin atau
protein

pengikat

fosfolipid

misalnya

2-glikoprotein

(apolipoprotein H) . Antibodi antikardiolipin tampaknya berikatan


langsung dengan

2-glikoprotein 1, dan protein-protein ini

berfungsi sebagai ko-faktor dalam reaksi antigen-antibodi ini.


(Cunningham 2010)
1. Patofisiologi secara umum
Mekanisme yang berperan dalam terjadinya APS adalah :
(Amaylia 2009, Cunningham 2010,Saigal et al 2010)
a. Aktifitas utama 2-glikoprotein 1 meningkatkan aktivasi dan
adhesi trombosit ke endotel . 2-glikoprotein 1 secara
kompetitf menghambat terikatnya faktor pembekuan darah
2

terutama faktor XII dan kompleks protrombin ke permuykaan


fosfolipid bermuatan negatif dan mencegah aktivasi kaskade
koagulasi .
b. Adanya aktivasi endotel vaskuler yang akan meningkatkan
adhesi monosit dan trombosis.
2-glikoprotein 1 berperan dalam implantasi , karena protein
ini berperan dalam implantasi, karena diketahui bahwa
protein ini mengikat heparin . Selain itu , sel-sel tropoblastik
memiliki tempat pengikat mirip heparin.
C. Inhibisi aktivitas protein C, protein S dan factor-faktor
koagulasi lain. Pada penderita dengan antibodi antifosfolipid
dapat ditemukan juga antibodi terhadap heparin/heparan
sulfat,

protrombin,

platelet-activating

factor,

tissue-

typeplasminogen activator, protein S, annexin (2, IV dan V),


tromboplastin,

oxidized

low

density

lipoprotein,

trombomodulin, kininogen, factor VII, VIIa dan XII.5


D. Peningkatan ekspresi tissue faktor dan aktivasi prokoagulan
pada permukaan monosit
E. Penurunan aneksin V
2. Patofisiologi dalam kehamilan
a. Membran sinsitiotrofoblas
mengandung

lemak

atau

mengkin

sel

endotel

mengalami

yang

kerusakan

langsung oleh pengikatan antibodi ke 2-glikoprotein 1 atau


aneksin V . Hal ini menghambat kerja membran sel untuk
melindungi sinsitiotrofoblas dan endotel dan menyebabkan
terpajannya membran basal . Trombosit yang rusak akan
melekat ke membran basal endotel dan sinsitiotropoblas
yang terpajan sehingga menyebabkan terbentuknya trombus
( Rand dkk 1997,1998) .
b. APS mengurangi produksi vasodilator prostaglandin E 2 oleh
desidua .
c. Penurunan aktivasi protein C atau S serta peningkatan
ringan aktivasi protrombin. ( Cunningham 2010)

Bagan1. Patogenesis trombosis pada APS (Dikutip dari Irastorza 2010)


berupa trombosininggian kadar antibodi anti post poipid
(Afengakibatka

C. Diagnosis
Dalam

konsensus

internasional,

sindrom

APS

didiagnosa

berdasarkan kriteria gejala kinis dan pemeriksaan laboratorium


(Cunningham 2010)
1. Kriteria klinis
Trombosis vaskular

a. 1 atau lebih episode trombosis vena, arterial atau pembuluh


darah kecil dan /atau morbiditas kehamilan
b. trombosis : dibuktikan dengan pemeriksaan imaging atau
histologi
c. Untuk konfirmasi histologi , trombosis terjadi tanpa inflamasi
pada dinding vena.
Morbiditas kehamilan
a. morbiditas kehamilan satu atau lebih kematian fetus dengan
morfologi normal pada usia > 10 minggu kehamilan, atau
b. satu atau lebih kelahiran prematur sebelum usia 34 minggu
karena eklampsi, preeklamsi atau insufisiensi plasenta, atau
c. tiga atau lebih kematian embrio (< 10 minggu) , tanpa
adanya kelainan kromosom ayah dan ibu atau kelainan
anatomi ibu atau penyebab hormonal
2. Kriteria laboratorium :
a. IgG dan/atau IgM anticardiolipin antibodi dengan titer
moderat atau tinggi (>40 unit GPL atau MPL atau >99th
persentil)
b. Antibodi 2- glikoprotein 1 IgG atau IgM isotipe dengan titer
> 99th persentil
c. Adanya aktivitas lupus antikoagulan
Adanya aPL pada 2 atau lebih pemeriksaan dengan jarak
minimal 12 minggu dan tidak lebih dari 5 tahun sebelum terjadinya
manifestasi klinis.
D. Pemeriksaan laboratorium
Sejumlah

indikasi

untuk

melakukan

pemeriksaan

laboratorium antara lain adalah :


-

Kematian janin berulang

Kematian janin trimester kedua dan ketiga yang tidak jelas


sebabnya

Preeklampsia berat

Trombosis vena atau arteri

Hambatan janin yang tidak jelas penyebabnya

Penyakit jaringan ikat atau autoimun

Uji serologis untuk sifilis positif palsu

Pemeriksaan autoantibodi positif

Tedapat

beberapa

jenis

pemeriksaan

serologis

yang

telah

ditambahkan untuk deteksi atau membuat diagnosis sindrom


antifosfolipid antara lain :
-

Uji lupus antikoagulan

Uji antibodi aCL dan aPS

Uji dilute Russel viper venom test ( dRTTV)

Prosedur netralisasi trombosit (Platelet neutralization procedure)

aCL atau PS ELISA

Uji anti 2GPI.


IgG aCL yang high positif dan atau uji lupus antikoagulan

yang positif akan menegakkan diagnosis sindrome antifosfolipid


pada pasien dengan manifestasi klinik . IgM aCL saja kemungkinan
tidak dapat digunakan untuk menunjang diagnosis sindrom
antifosfolipid.
aCL ELISA yang merupakan uji umum untuk diagnosis APS ,
melibatkan serum bovine dalam sistem pengujiannya sebagai
sumber dari kofaktor (2-GPI) . Uji dapat mendeteksi dengan baik
infeksious maupun kofaktor dependen atau antibodi autoimun.
ELISA untuk antibodi aCL dan aPS dapat digunakan untuk skrining
antibodi antifosfolipid dalam rentang yang luas .Hasil negatif
disertai gejala klinis trombosis akan membutuhkan uji tambahan
dengan pemeriksaan yang lebih spesifik seperti anti-cofaktor
ELISA. Antibodi terhadap kofaktor 2-GPI lebih spesifik untuk
trombosis daripada aCL atau aPS. Apabila hasil anti 2-GPI ELISA

negatif , maka direomendasikan uji penanda resiko trombosis lain.


Namun bila hasilnya positif berarti telah menunjukkan kondisi
sindrom antifosfolipid. ( Stefanus 2009)
llp Bagan 2.

Laboratoriu
m
APS
(Dikutip dari
Stefanus
2009)
E. Penatalaks
anaan

Penatalaksanaan yang ideal untuk APS adalah :


1. Meningkatkan luaran ibu dan janin dengan mencegah terjadinya
preeklampsia, persalinan preterm dan insuffisiensi plasenta.
2. Menekan atau menurunkan terjadinya trombosis pada ibu
Pemeriksaan

lengkap

antibodi

antifosfolipid

,termasuk

pemeriksaan anticardiolipin lupus antikoagulan , harus dilakukan


sebelum

perencanaan

kehamilan.

Kunjungan

antenatal,

setidaknya setiap 2-4 minggu sekali pada trimester kedua


kehamilan
Tujuan

dan

dari

setiap

perawatan

1-2
prenatal

minggu
pada

sesudahnya.

kedua

dan

ketiga

trimester adalah observasi ketat pada ibu , termasuk pengawasan


terjadinya hipertensi, proteinuria dan fitur lain dari preeklamsi.
Penilaian
USG

kesejahteraan

dilakukan

untuk

janin
menilai

juga

sangat

pertumbuhan

penting.
janin

dan

volume air ketuban dan penilaian fetal surveilan .Penilaian fetal


surveilans harus dimulai pada usia kehamilan 32 minggu,
atau sebelumnya jika diduga terjadi insufisiensi plasenta, dan harus
terus dilakukan setidaknya setiap minggu sampai melahirkan.

Penilaian Doppler dapat digunakan untuk menilai risiko preeklampsia, insufisiensi plasenta atau pertumbuhan janin terhambat,
dan dilakukan setelah minggu ke-20 kehamilan. Wanita dengan
lupus eritematosus sistemik harus melakukan kontrol kehamilan
yang teratur setiap 2-4 minggu sekali.
Aspirin dan heparin dosis rendah adalah terapi pilihan untuk
sindrom antifosfolipid pada kehamilan. Pemberian heparin biasanya
dimulai pada trimester awal terlebih dulu setelah adanya embrio
hidup

ditunjukkan

oleh

ultrasonografi.

merekomendasikan pemberian aspirin

peneliti

karena dapat bermanfaat

pada tahap awal implantasi.(Branch 2003)


Tabel 1. Terapi APS e

Kebanyakan

Wanita dengan antifosfolipid lipid


sindrome

memutuskan

untuk

hamil

Konsultasi

prekonsepsi dengan

dokter

kandungan

dan

rematologi
Aspirin dosis rendah

USG transvaginal untuk konfirmasi


ebrio

pada

kehamilan

5,5-6,5

minggu

Terapi Heparin dosis inisial

Antenatal care

Tes diagnosis

Kunjungan prenatal setiap 2-4 minggu

USG setiap3-4 minggu sekali,

sampai kehamilan 20-24 minggu. Lalu

dimulai pd kehamilan 17-20

dilanjutkan setiap 1-2 minggu sekali.

minggu.

Pengawasan

Penilaian

kematian

janin,

preeklampsia, IUGR

perkembangan

janindan volume air ketuban

Kunjungan

reumatologi

setiap

2-4

Test fetal surveilans pada 30-

minggu

32 minggu atau jika dicurigai


insufisiensi plasenta

Bagan 3 Algoritma managemen APS


(Dikutip dari Branch 2007)

DAFTAR PUSTAKA
Amaylia , Sindroma antifosfolitik: Pendekatan Diagnostik dan Terapi.Sub
bagian Hematologi onkologi klinik . Bandung. 2009
Branch et al. Antiphospolipid Sydrome. Gabbe .Obstetrics Normal and
Problem. L 5th Ed. Pregnancies, Churchill Livingstone Philadelphia. 2007
Cunningham FG,et al. Connective tissue Disorders. In: Williams
Obstetrics. 23st ed. McGraw Hill Companies. New York. 2010.
Branch et al, Antiphospolipid Sydrome: Obstetric Diagnosis , management
and

Controversies.

The

American

Collage

of

Obstetricians

and

Gynecologist
Irastorza. Antiphospolipid syndrome . published online. 2010
Keeling. Guilines on the investigation and mangement of antiphospholipid
syndrome. British journal of haematology. 2012
Saigal, Antiphospolipid Antibodi Syndrome. Japi 2010.
Stefanus. Hubungan sindrome antifosfolipid dan Gangguan kehamilan.
Majalah kedokteran volume 8. 2009
Tripoli. , Antiphospolipid Sydrome:laboratory detection, mechanisms of
action and treatment. Journal of internal medicine. 2011

10

11

You might also like