Professional Documents
Culture Documents
Normal
26.000
600
18.000
4.900
870
12
50
800
54.000
180.000
Reabsorpsi
25.850
566
17.850
4.900
460
1
49
800
53.400
179.000
Ekskresi
150
90
150
0
410
12
5
0
700
1.000
Sekresi
50
1
4
100
-
Satuan
m Eq
m Eq
m Eq
m Eq
m Mol
m Mol
m Mol
m Mol
m Osl
ml
ETIOLOGI
Penyebab dari gagal ginjal kronik antara lain :
Infeksi, Penyakit peradangan, Penyakit vaskuler hipersensitif, Gangguan jaringan
penyambung, Gangguan kongenital dan herediter, Gangguan metabolisme, Nefropatik
toksik, Nefropati obstruksi
serum meningkat
melebihi kadar normal. Dan gejala yang timbul nokturia dan poliuria (akibat
kegagalan pemekatan urine)
Stadium III
Payah ginjal stadium akhir
Kerusakan massa nefron sekitar 90% (nilai GFR 10% dari normal). BUN
meningkat, klieren kreatinin 5- 10 ml/menit. Pasien oliguria. Gejala lebih parah
karena ginjal tak sanggup lagi mempertahankan homeostasis cairan dan
elektrolit dalam tubuh. Azotemia dan anemia lebih berat, Nokturia, Gangguan
cairan dan elektrolit, kesulitan dalam beraktivitas.
Stadium IV
Tidak terjadi homeotasis, Keluhan pada semua sistem, Fungsi ginjal residu
kurang dari 5 % dari normal.
Permasalahan fisiologis yang disebabkan oleh CRF
1. Ketidakseimbangan cairan
Mula-mula ginjal kehilangan fungsinya sehingga tidak mampu memekatkan urine
(hipothenuria) dan kehilangan cairan yang berlebihan (poliuria). Hipothenuria
tidak disebabkan atau berhubungan dengan penurunan jumlah nefron, tetapi oleh
peningkatan beban zat tiap nefron. Hal ini terjadi karena keutuhan nefron yang
membawa zat tersebut dan kelebihan air untuk nefron-nefron tersebut tidak dapat
berfungsi lama. Terjadi osmotik diuretik, menyebabkan seseorang menjadi
dehidrasi.
Jika jumlah nefron yang tidak berfungsi meningkat maka ginjal tidak mampu
menyaring urine (isothenuria). Pada tahap ini glomerulus menjadi kaku dan plasma
tidak dapat difilter dengan mudah melalui tubulus. Maka akan terjadi kelebihan
cairan dengan retensi air dan natrium.
2. Ketidaseimbangan Natrium
Ketidaseimbangan natrium merupakan masalah yang serium dimana ginjal dapat
mengeluarkan sedikitnya 20-30 mEq natrium setiap hari atau dapat meningkat
sampai 200 mEq perhari. Variasi kehilangan natrium berhubungan dengan intact
nephron theory. Dengan kata lain, bila terjadi kerusakan nefron maka tidak
terjadi pertukaran natrium. Nefron menerima kelebihan natrium sehingga
menyebabkan GFR menurun dan dehidrasi. Kehilangan natrium lebih meningkat
pada gangguan gastrointstinal, terutama muntah dan diare. Keadaan ini
memperburuk hiponatremia dan dehidrasi. Pada CRF yang berat keseimbangan
natrium dapat dipertahankan meskipun terjadi kehilangan yang fleksibel nilai
natrium. Orang sehat dapat pula meningkat di atas 500 mEq/hari. Bila GFR
menurun di bawah 25-30 ml/menit, maka ekskresi natrium kurang lebih 25
mEq/hari, maksimal ekskresinya 150-200 mEq/hari. Pada keadaan ini natrium
dalam diet dibatasi 1-1,5 gram/hari.
3. Ketidakseimbangan Kalium
Jika keseimbangan cairan dan asidosis metabolik terkontrol maka hiperkalemia
jarang terjadi sebelum stadium IV. Keseimbangan kalium berhubungan dengan
sekresi aldosteron. Selama output urine dipertahankan kadar kalium biasanya
terpelihara. Hiperkaliemia terjadi karena pemasukan kalium yang berlebihan,
tulang.
Akibatnya
asidosis
metabolik
memungkinkan
terjadinya
osteodistrophy.
5. Ketidakseimbangan Magnesium
Magnesium pada tahap awal CRF adalah normal, tetapi menurun secara progresif
dalam ekskresi urine menyebabkan akumulasi. Kombinasi penurunan ekskresi dan
intake yang berlebihan mengakibatkan henti napas dan jantung.
6. Ketidakseimbangan Calsium dan Fospor
Secara normal calsium dan pospor dipertahankan oleh parathyroid hormon yang
menyebabkan ginjal mereabsorbsi kalsium, mobilisasi calsium dari tulang dan
depresi resorbsi tubuler dari pospor. Bila fungsi ginjal menurun 20-25 % dari
normal,
hiperpospatemia
dan
hipocalsemia
terjadi
sehingga
timbul
Defisiensi folat
8. Ureum kreatinin
Urea yang merupakan hasil metabolik protein meningkat (terakumulasi). Kadar
BUN bukan indikator yang tepat dari penyakit ginjal sebab peningkatan BUN
dapat terjadi pada penurunan GFR dan peningkatan intake protein. Tetapi
kreatinin serum adalah indikator yang lebih baik pada gagal ginjal sebab kreatinin
diekskresikan sama dengan jumlah yang diproduksi tubuh.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Laboratorium
Penilaian CRF dengan ganguan yang serius dapat dilakukan dengan pemerikasaan
laboratorium, seperti : Kadar serum sodium/natrium dan potassium/kalium, pH,
kadar serum phospor, kadar Hb, hematokrit, kadar urea nitrogen dalam darah
(BUN), serum dan konsentrasi kreatinin urin, urinalisis.
Pada stadium yang cepat pada insufisiesi ginjal, analisa urine dapat menunjang dan
sebagai indikator untuk melihat kelainan fungsi ginjal. Batas kreatinin urin ratarata dari urine tampung selama 24 jam. Analisa urine rutin dapat dilakukan pada
stadium gagal ginjal yang mana dijumpai produksi urin yang tidak normal. Dengan
urin analisa juga dapat menunjukkan kadar protein, glukosa, RBCs/eritrosit, dan
WBCs/leukosit serta penurunan osmolaritas urin. Pada gagal ginjal yang progresif
dapat terjadi output urin yang kurang dan frekuensi urin menurun.
Monitor kadar BUN dan kadar creatinin sangat penting bagi pasien dengan gagal
ginjal. Urea nitrogen adalah produk akhir dari metabolisme protein serta urea yang
harus dikeluarkan oleh ginjal. Normal kadar BUN dan kreatinin sekitar 20 : 1. Bila
ada peningkatan BUN selalu diindikasikan adanya dehidrasi dan kelebihan intake
protein.
2. Pemeriksaan Radiologi
Berberapa pemeriksaan radiologi yang biasa digunanakan utntuk mengetahui
gangguan fungsi ginjal antara lain:
3. Biopsi Ginjal
Untuk mengdiagnosa kelainann ginjal dengan mengambil jaringan ginjal lalu dianalisa.
Biasanya biopsi dilakukan pada kasus golomerulonepritis, neprotik sindom, penyakit
ginjal bawaan, ARF, dan perencanaan transplantasi ginjal.
PENATALAKSANAAN
Pada umunya keadaan sudah sedemikian rupa sehingga etiologi tidak dapat diobati
lagi.
Usaha
harus
ditujukan
untuk
mengurangi
gejala,
mencegah
Neuropati timbul pada keadaan yang lebih lanjut. Biasanya neuropati ini sukar
diatasi dan merupakan salah satu indikasi untuk dialisis. Pada pasien yang sudah
dialisispun neuropati masih dapat timbul.
9. Dialisis
Dasar dialisis adalah adanya darah yang mengalir dibatasi selaput semi permiabel
dengan suatu cairan (cairan dialisis) yang dibuat sedemikiam rupa sehingga
komposisi elektrolitnya sama dengan darah normal. Dengan demikian diharapkan
bahwa zat-zat yang tidak diinginkan dari dalam darah akan berpindah ke cairan
dialisis dan kalau perlu air juga dapat ditarik kecairan dialisis. Tindakan dialisis ada
dua macam yaitu hemodialisis dan peritoneal dialisis yang merupakan tindakan
pengganti fungsi faal ginjal sementara yaitu faal pengeluaran/sekresi, sedangkan
fungsi endokrinnya tidak ditanggulangi.
10. Transplantasi
Dengan pencangkokkan ginjal yang sehat ke pembuluh darah pasien CRF maka
seluruh faal ginjal diganti oleh ginjal yang baru. Ginjal yang sesuai harus
memenuhi beberapa persaratan, dan persyaratan yang utama adalah bahwa ginjal
tersebut diambil dari orang/mayat yang ditinjau dari segi imunologik sama dengan
pasien. Pemilihan dari segi imunologik ini terutama dengan pemeriksaan HLA .
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Pada dasarnya pengkajian yang dilakukan menganut konsep perawatan secara holistic.
Pengkajian dilakukan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Pada kasus ini akan
dibahas khusus hal hal sebagai berikut :
1. Ginjal (Renal)
Data data yang ditemukan :
Oliguria (produksi urine kurang dari 400 cc/ 24jam), Anuria (Produksi urine
kurang dari 100 cc / 24 Jam), Infeksi (WBC s , Bacterimia), Sediment urine
mengandung : RBCs , granular, hialyn.
2. Cardiovaskuler
Data data yang ditemukan
Edema, Hipertensi, Anemia (Normochromik, Normositik), CHF (Gagal
Jantung Kongestif), Pericarditis, Dysrhytmias, Cardiomegali, Athreslerosis.
3. Dermatologic :
Data data yang ditemukan
Pruritis, Excoriations
4. Electrolit
Kemungkinan data yang ditemukan :
Kalium , hydrogen, Natrium, Phosfat, Magnesium : Meningkat sedangkan
Bicarbonat dan calcium menurun.
5. Gastrointestinal
Data - data yang ditemukan :
Anorexia ( Nafsu makan berkurang / tidak ada), Mual, Muntah, Stomatitis,
Gingivitis, Stomatitis, Nafas bau ureum, Metalick taste (Rasa pengecapan
seperti logam), Hematemesisi dan melena, Diare atau konstipasi, Osephagitis,
Gastritis
6. Metabolick
Data data yang ditemukan :
Peningkatan BUN dan serum kreatinin, Peningkatan asam urat, Intoleransi
karbohidrat dan gangguan toleransi glukosa, Gangguan pemecahan insulin,
Hypertriglyceridemia, Acidosis, Tetany
7. Neurologic
Data data yang ditemukan :
: None
volume
cairan
berhubungan
dengan
ketidakmampuan
ginjal
: None
Data Subyektif
taste,
Data Obyektif
: None
Data Obyektif
WBC, Culture urine, darah dan sputum positif adanya agent infeksi .
5. Resiko tinggi terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek
uremia.
Data Subyektif
Data Obyektif
Data Obyektif
Data Obyektif
TUJUAN KEPERAWATAN
1. Perfusi ginjal akan diperbaiki atau dipertahankan dalam batas yang dapat
ditoleransi
2. Keseimbangan cairan dan elektrolit terpenuhi.
ginjal untuk
Kelebihan
volume
cairan
berhubungan
dengan
ketidakmampuan
ginjal
(Termasuk bunyi napas) tiap 6-8 jam, Kaji status mental, Monitor oedema,
distensi vena jugularis, refleks hepato jugular, Ukur CVP dan PAWP.
Rasional : Untuk mengidentifikasi status gangguan cairan dan elektrolit.
2) Monitor data laboratorium : Serum Natrium, Kalium, Clorida dan bicarbonat.
Rasional : Untuk mengidentifikasikan acumulasinya elektrolit.
3) Monitor ECG
Rasional : Peningkatan atau penurunan Kalium
dihubungkan dengan
protein calori.
1)
2)
3)
Berikan makanan sesuai diet yang dianjurkan dan modifikasi sesuai kesukaan
Klien.
Rasional : Meningkatkan kebuthan Nutrisi klien sesuai diet .
4)
Bantu atau anjurkan pasien untuk melakukan oral hygiene sebelum makan.
Rasional : Menghilangkan rasa tidak enak dalam mulut sebelum makan.
5)
6)
Kolaborasi denga ahli diet untuk pemberian diit yang tepat bagi pasien.
Rasional : Kerjasama dengan profesi lain akan meningkatan hasil kerja yang
baik. Pasien dengan GGK butuh diit yang tepat untuk perbaikan
keadaan dan fungsi ginjalnya.
2)
3)
4)
Pertahankan kebersihan diri, status nutrisi yang adekuat dan istirahat yang
cukup.
Kebiasaan hidup yang sehat membantu mencegah infeksi.
2)
3)
4)
5)
6)
Kaji status neurologic : Orientasi terhadap waktu, tempat dan orang : Pola
tidur ; Tingkat kesadaran dan ktivitas motorik (kejang)
3)
4)
Menurunkan
kemungkinan
terjadinya
disorientasi
dan
6)
Sempatkan waktu anda untuk bersama sama klien, tanyakan klien dengan
kalimat terbuka.
Rasional : Mencegah kehikangan memori pada pasien
7)
DAFTAR PUSTAKA
Brundage Dorothy (1991), Renal Disorders Mosby Year Bok, Inc.
Purnawan Junadi,(1982), Kapita Selekta Kedokteran , Edisi ke 2. Media
Aeskulapius, FKUI 1982.
Soeparman (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI 1990.
Sylvia Anderson Price (1990) Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Alih Bahasa Adji Dharma, Edisi II.
Marllyn E. Doengoes (1987), Nursing Care Plan , Fa. Davis Company,
Philadelpia.