Professional Documents
Culture Documents
Stress hormones
Stress hormones
Hiperglikemia
Diuresi osmotik
Hiperosmolar darah
Proses pemekatan
Glukoseria
Poliuria
dehidrasi
Penumpukan keton
Keseimbangan
Kesadaran
Rangsangan metabolis
Kalium berkurang
terganggu
anaerob
Asidosis
Nutrisi
Gangguan keseimbangan
Cairan
4) Gejala klinis
(1) Pernafasan cepat dan dalam (kusmaul)
(2) Dehidrasi (tugor kulit berkurang, lidah dan bibir kering)
(3) Kadang disertai hipovolani sampai shock.
(4) Poliurta, polidipsi.
(5) Muntah-muntah.
5) Komplikasi
(1) Timbul keadaan hipoksemia dan ARDS
Oleh karena rehidran yang berlebih, gagal, jantung kiri, atau perubahan
pereabilitas kapiler.
(2) Hipertrigliseridemia.
(3) Hipoglekemia, hipokalemia, hiperkloremia edema otak.
6) Diagnosis
Kriteria diagnosis KAD adalah :
PH < 7,35
7) Penatalaksanaan
Prinsip peyebutan KAD adalah
(1) Penggantian cairan dan garam yang hilang.
(2) Menekan lipolisis pada sel lemak dan glukoneogenesis pada sel hati dengan
pemberian insulin.
(3) Mengatasi stress sebagai pensetor KAD.
(4) Mengembalikan keadaan fisiologis normal dan menyadari pentingnya
pemantauan serta penyesuaian pengobatan.
Cairan
Dehidrasi dan hiperosmolaritas diatasi secepatnya dengan cairan garam
fisiologis, pilihan berkisar antara NaCl 0,9 % atau NaCl 0,45 % tergantung
dari ada tidaknya hipotensi dan tinggi rendahnya kadar natrium. Pada
umumnya diperlukan 1 2 liter dalam jam pertama. Bila kadar glukosa <
200 mg % maka perlu diberikan larutan glukosa (5 % atau 10 %). Pedoman
untuk menilai hidrasi adalah turgor jaringan, TD, keluaran urine dan
pemantauan keseimbangan cairan.
Insulin
Insulin baru diberikan pada jam kedua. Pemberian insulin dosis rendah terus
menerus, IV dianjurkan karena pengontrolan dosis insulin menjadi lebih
mudah, penurunan kadar glukosa lebih halus, efek insulin cepat menghilang,
masuknya kalium ke intra sel lebih lambat dan komplikasi hipoglikemia dan
hipokulemia lebih jarang.
Glukosa
Setelah rehidrasi awal dalam 2 jenis pertama, biasanya kadar glukosa darah
akan turun. Selanjutnya dengan pemberian insulin diharapkan terjadi
penurunan kadar glukosa sekitar 60 mg/jam. Bila kadar glukosa mencapai
200 mg % maka dapat dimulai infus yang mengandung glukosa, perlu
diingat bahwa tujuan terapi KAD bukan untuk menormalkan kadar glukosa
tetapi untuk menekan ketogenesis.
Bikarbonat
Saat ini bikarbonat hanya diberikan bila PH < 7,1 atau bikarbonat serum
< 9 mEq/I
LANDASAN ASKEP
1. Pengkajian
(1) Biodata
Biasanya lebih banyak pada jenis kelamin perempuan dari pada laki-laki.
(2) Keluhan utama
Penurunan kesadaran, poliuria
(3) RPS
Mula-mula politagi, poliuna dan BB naik kemudian polidepsi, poliuria dan
BB turun yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya, bahkan dapat disusul
dengan mual muntah.
(4) RPD
Biasanya ada riwayat pankreatitis kronis dan glukosaria.
(5) RPK
Adanya keturunan keluarga yang menderita DM.
(6) RPSS
Biasanya mengalami stress, ketergantungan pada orang lain, lemas, peka
rangsang.
(7) Activity Daily Life
7.1 Nutrisi : mual, muntah, hilang nafsu makan, tidak mengikuti diet dan
sering merasa haus
7.2 Eliminasi : perubahan pola berkemih (poliuria), nokluria.
7.3 Aktivitas : lemah, letih, sulit bergerak / berjalan.
Suhu
Respirasi
: Takipnea
Nadi
TD
: Hipertensi
(2) Fisik
Kepala
Leher
Thorax
Abdomen
Ekstremitas
: Luka gangren.
(3) Penunjang
Laborat
EKG
Fotothorak
3. Diagnosa Keperawatan
(1) Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit sehubungan dengan diuresis
osmosis (dari hiperglikimia).
(2) Gangguan pertukaran gas sehubungan dengan peningkatan produksi keton
akibat peningkatan katabolisme tubuh sekunder terhadap penurunan insulin.
(3) Gangguan
pemenuhan
kebutuhan
nutrisi
(kurang
dari
kebutuhan)
Dehidrasi
berat/reabsorbsi
Na
akibat
sekresi
dan
gangguan
keseimbangan
cairan
dapat
DAFTAR PUSTAKA
Dongoes, E Marlyn, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 2, EGC : Jakarta.
Mansjoer, Arief, (1999), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 2, EGC : Jakarta.
Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, Edisi I, EGC : Jakarta.