Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau bunyi yang berkisar dari
suara sederhana sampai suara berbicara mengenai klien sehingga klien berespon
terhadap suara atau bunyi tersebut( kliat, 2006 )
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara manusia, hewan, mesin, barang,
kejadian alamiah dan musik dalam keaadan sadar tanpa adanya rangsangan apapun
(maramis, 2005).
Halusinasi pendengaran adalah persepsi sensorik yang keliru melibatkan panca
indra pendengaran (isaac,2002).
2. Etiologi
Menurut stuart ( 2007) faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
a. faktor predisposisi
1) biologis
abnormalitas perkambangan syaraf berhubungan dengan respon neorologis yang
maladaftif baru mulai dipahami, ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian sebagai
berikut:
a) penelitian pencitraan otak sudah menunjukan keterlibatan otak yang lebih luas dalam
perkembangan skizofren
b) beberapa zat kimia diotak seperti dopamin neorotransmiter yang berlebihan
c)
2) Psikolagis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan
kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keaadan yang dapat mempengaruhi
gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang
hidup klien.
3) sosial budaya
kondisi ini mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti : kemiskinan, perang,
kerusuhan, bencana alam dan kehidupan yang terisolasi
b. faktor presipitasi
secara fisik klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya
hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan
tidak berdaya. Penilaian induvidu terhadap stressor dan maslah koping dapat
mengindikasi kemungkinnan kekambuhan (kelliat,2006).
Faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah :
1) biologis
ganngguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnomalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak akibat
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak
untuk diinterpretasikan.
2) Sterss lingkungan
Ambang toleransi terhadap sress yang berinteraksi terhadap stresor lingkungan
untuk menentukan terjadinya gangguan prilaku.
3) sumber koping.
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.
3. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala yang ditimbulkan pada individu yang mengalami halusinasi dengar:
a. Bicara, senyum dan tertawa sendiri.
b. Mengatakan mendengar suara.
c. Merusak diri sendiri / orang lain / lingkungan.
d. Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan hal yang tidak nyata.
e. Tidak dapat mremusatkan konsentrasi / perhatian.
f. Pembicaraan kacau kadang tidak masuk akal.
g. Sikap curiga dan bermusuhan.
h. Menarik diri, menghindar dari orang lain.
i. Sulit membuat keputusan.
j. Ketakutan.
f. Cenestetik
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan makanan
atau pembentukan urine.
g. Kinistetik
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
5. Tahapan halusinasi
a. fase I : klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa
bersalah dan takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenang kan
untuk meredakan ansietas. Disini klien tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai,
menggerakan lidah tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik sendiri.
b. fase II : pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan. Klien mulai lepas
kendali dan mungkin mencoba untuk mengendalikan jarak dirinya dengan sumber
yang dipersepsikan. Disini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf otonom
akibat ansietas seperti peningkatan tanda-tanda vital (denyut jantung, pernafasan dan
tekanan darah), asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan untuk
membedakan halusinasi dengan realita.
c.
menyerah pada halusinasi tersebut. Disni klien sukar berhubungan orang lain,
berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah dari orang lain dan berada
dalam kondisi yang sangat menegangkan terutama jika akan berhubungan dengan
orang lain.
d. fase IV : pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah
halusinasi. Disini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak mampu
berespon lebih dari 1 orang. Kondisi klien sangat membahayakan.
6. Rentang respon
Halusinasi merupakan salah satu respon maladatif individu yang berada
dalam rentang respon neurobiologi.
a.
pikiran logis : yaitu ide yang berjalan secara logis dan koheren.
b.
Persepsi akurat : yaitu proses diterimanya rangsang melalui panca indra yang
didahului oleh perhatian (attention) sehingga individu sadar tentang sesuatu yang ada
di dalam maupun diluar dirinya.
c.
Emosi konsisten : yaitu manifestasi perasaan yang konsisten atau afek keluar di
sertai banyak banyak komponen fisiologik dan biasanya berlangsung tidak lama.
d.
e.
f.
Proses pikir kadang tergantung (ilusi): yaitu menifestasi dari persepsi implus
eksternal melalui alat panca indra yang memproduksi gambaran sensorik pada area
tertentu diotak kemudian diinterpretasi sesuai dengan kejadian yang telah dialami
sebelumnya.
g.
Emosi berlebihan atau kurang : yaitu menisfatasi perasaan atau afek keluar
berlebihan atau kurang.
h. Perilaku atau tidak sesuai atau biasa : yaitu perilaku individu berupa tindakan nyata
dalam penyesuaian masalahnya tidak diterima oleh norma-norma sesial atau
berbudaya umum yang berlaku.
i.
Perilaku aneh atau tidak biasa : perilaku individu berupa tindakan nyata dalam
menyelesaikan masalahnya tidak diterima oleh norma-norma sosial atau budaya
umum yang berlaku.
j.
Menarik diri : yaitu percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain.
k. Isolasi sosial : menghindari dan dihindari oleh lingkungan sosial dalam berinteraksi.
Berdasarkan rentang diatas diketahui bahwa halusinasi merupakan respon
persepsi paling maladaptif. Jika klien sehat, persepsinya akurat, mampu
mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi yang
diterima melalui panca indra (pendengaran, penglihatan,penghidu,pengecapan, dan
perabaan), sedangkan klien dengan halusinasi mempersepsikan suatu stimulul panca
indra walaupun sebenarnya stimulas itu tidak ada.
7. pohon masalah
Risiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Isolasi
diri
sosial
menarik
kurang motivasi
Isolasi sosial pada yang usia lanjut, cacat, sakit kronis, tuntutan lingkungan
yang terlalu tinggi.
a.
Faktor psikologis
Mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan tinggi, menutup diri, ideal diri
tinggi, harga diri rendah, idintitas diri tidak jelas, krisis peran, gambaran diri negatif
dan koping deskruptif.
b. Faktor biologis
Adanya kegiatan terhadap fisik, berupa: atropi otak, pembesaran Vertikel,
perubahan besar dan bentuk sel bentuk sel korteks dan limbik.
c.
Faktor Genetik
Telah diketahui bahwa genetik schizofrenia di turunkan melalui kromosom
tertentu. Namun demikian kromosom yang berada yang menjadi faktor penentu
gangguan ini sampai sekarang masih dalam tahap penelitian. Diduga letak gen
skizoprenia adalah kromosom nomor enam, dan kontribusi genetik tambahan nomor
4, 8, 5, dan 22. anak kembar identik memiliki kemungkinan mengalami skizofrenia
sebesar 50% jika salah satunya mengalami skizofrenia, sementara jika dizyote
peluangnya sebesar 15%, seorang anak yang salah satu orang tuanya mengalami
skizofrenia berpeluang 15% mengalami skizofrenia, sementara bila kedua orang
tuanya skizofrenia maka perluangnya menjadi 35% .
b. faktor presipitasi
1) Kesehatan
Nutrisi dan tidur kurang, ketidakseimbangan irama sirkadian, kelelahan dan
infeksi, obat-obatan, system syaraf pusat,kurangnya latihan dan hambatan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan.
2) Lingkungan
Lingkungan sekitar yang memusuhi, masalah dalam rumah tangga,
kehilangan kebebasan hidup dalam melaksanakan pola aktifitas sehari-hari, sukar
dalam berhubungan dengan orang lain, isolasi sosial, kurangnya dukungan sosial,
tekanan kerja ( kurang tampil dalam berkerja), stigmasasi, kemiskinan, kurangnya
alat tranportasi dan ketidakmampuan mendapat pekerjaan.
3) Sikap
Merasa tidak mampu( harga diri rendah), putus asa ( tidak percaya diri),
merasa gagal ( kehilangan motovasi menggunakan keterampilan diri ), kehilangan
kendali diri ( demonstrasi), merasa punya kekuatan berkelebihan,, merasa malang
( tidak mampu memenuhi kebutuhan spiritual ), bertindak tidak seperti orang lain
dari segi usia maupun kebudayaan, rendahnya kemampuan sosialisasi, prilaku asertif,
prilaku kekerasan, ketidak adekuatan pengobatan dan ketidakadekuatan penanganan
gejala
c. prilaku
respon prilaku klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, rasa
tidak aman, gelisah, bingung, prilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu
mengambil keputusan, bicara inkoheren, bicara sendiri, tidak dapat membedakan
yang nyata dengan yang tidak nyata.Prilaku klien yang mengalami halusinasi sangat
tergantung pada jenis halusinasinya, meliputi:
a.
Isi halusinasi
Ini dapat ditanyakan , suara apa yang didengar, apa saja yang dikatakan suara
itu, jjika halusinasi auditorik. Apa bentuk bayangan yang dilihat oleh klien, jika
halusinasi visual, bau apa yang tercium, jika halusinasi penghidu, rasa apa yang
dikecap jika halusinasi pengecap, dan apa yang diraskan dipermukaan tubuh jika
halusinasii perabaan
Pencetus halusinasi
Perawat perlu mengidentifikasi situasi yang dialami sebelum halusinasi
muncul. Selain itu perawat perlu juga bisa mengobservasi apa yang dialami klien
menjelang munculnya halusinasi untuk memvalidasikan pernyataan klien.
d. Respon klien
Untuk menentukan sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi klien, bisa
dikaji dengan apa yang dilakukan klien saat mengalami halusinasi.
d.Mekanisme koping
1) regresi: menjadi malas beraktivitas sehari-hari
5). Diskusikan dengan klien apa yang dilakukan untuk mengatasi perasaan tersebut
6). Diskusikan tentang dampak yang
halusinasinya
7). Identifikas dengan klien cara atau tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi
- klien menyebutkan cara baru mengontrol halusinasi
Intervensi
1). Diskusikan cara yang digunakan klien
-klien dapat memilih dan memperagakan cara mengatasi halusinasinya:
1). Diskkusikan cara baru mengontrol halusinasi
-klien melaksanakan cara yang telah dipilih untuk mengendalikan
halusinasinya
1). Bantu klien memilih cara yang sudah dianjurkan dan dilatih untuk mencobanya
-klien mengikuti terapi aktivitas kelompok
1). Beri kesempatan klien untuk memilih cara mengontrol halusinasi
2). Pantau pelaksanaan cara yang dipilih jika berhasil beri pujian
3). Anjurkan klien untuk mengikuti terapi aktivitas kelompok
4). Buat kontrak yang jelas untuk pertamuan( waktu, tempat, dan topik)
-Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda gejala, prosos terjadinya halusinasi
dan tindakan untuk mengendalikan halusinasi
1). Diskusikan dengan keluarga
2). Diskusikan klien tentang manfaat dan erugian jika tidak minum obat , nama,
warna, dosis, cara, efek, terapi dan efek samping pengobatan
-klien mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar
1). Pantau kllien saat minum obat
-klien dapat menyebutkan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi
dengan dokter
1). Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar
2). Diskusikan akibat berhenti minum obot tanpa konsultasi
3). Anjurkan klien untuk konsultasi dengan dokter jika ingin berhenti minum
obat
BAB III
TINJAUAN KASUS
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Bina pelayanan keperawatan dan pelayanan medik departemen
kesehatan, 2007 di kutip dari http://lensapropesi.blogspot.com/2008/11/halusinasipenglihatan-trisnawati.html diambil tanggal 04 november 2010
Hawari,2001
dikutif
dari
http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/04/16/askep-
dikutip
dari
http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/04/16/askep-
dikutip
dari
http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/04/16/askep-
dikutip
dari
http://lensapropesi.blogspot.com/2008/11/halusinasi-
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Seiring meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta era globalisasi
dan arus informasi yang sangat pesat, serta lingkungan yang padat menimbulkan
perubahan kesehatan pada manusia baik fisik, mental, spiritual dan sosial. Individu
yang tidak dapat beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi, maka akan
menimbulkan gangguan kesehatan baik fisik maupun psikologi. (Depkes RI, 2000).
Kesehatan jiwa merupakan bagian dari kesehatan secara menyeluruh, bukan
sekedar terbebas dari gangguan jiwa, tetapi pemenuhan kebutuhan perasaan bahagia,
sehat, serta mampu menangani tantangan hidup. Sampai saat ini sering diidentikan
dengan raga yang prima, sementara, kondisi jiwa yang stabil tak terlalu banyak
diperhatikan, kesehatan jiwa masih dipandang sebelah mata. Pasalnya, selain tak
terlihat kasat mata pada awal gejalanya, belum banyak masyarakat yang menyadari
pentingnya menjaga kesehatan jiwa. Akibatnya, penyakit jiwa seringkali dideteksi
terlambat sehingga baru ditangani setelah kondisinya terlanjur parah, sebagian besar
masyarakat belum menyadari bahwa kesehatan mental adalah suatu kondisi yang
harus diperhatikan seperti halnya kesehatan fisik, psikis seseorang pun memiliki
kesinambungan antara sakit dan sehat, indikator sehatnya kondisi psikis seseorang
adalah hidup yang produktif dan berkualitas. (www.pdpersi.co.id).
Menurut WHO potensi seseorang mudah terserang gangguan jiwa memang
tinggi. Setiap saat, 450 juta orang diseluruh Dunia terkena dampak permasalahn jiwa,
B. Tujuan penulisan
Mahasiswa mampu
a. Melakukan pengkajian pada klien dengan gangguan Sensori persepsi Halusinasi
pendengaran.
b. Menentukan diagnosa keperawatan pada klien dengan gangguan sensori persepsi
c.
halusinasi.
Merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan sensori persepsi
d.
halusinasi pendengaran.
Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan sensori persepsi
halusinasi pendengaran.
e.
pendengaran
f. Mengidentipikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus pada klien
g.
Halusinasi pendengaran.
h. Mendokumentasikan Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan persepsi
halusinasi pendengaran.
C. Ruang lingkup
Pada makalah ini hanya akan membahas tentang Asuhan keperawatan dengan
gangguan persepsi halusinasi pendengaran.
D. Metode penulisan
Dalam punulisan makalah ilmiah, penuli menggunakan metode deskriptif yaitu
metode ilmiah yang bersifat mengumpulkan data, menganalisa serta menarik
kesimpulan yang selanjutnya akan di sajikan dalam bentuk narasi dan tabel yang
akan menjadi bahan pembahasan.
E. Sistematika penulisan
Adapun sestematika penulisan makalah ilmiah ini adalah terdiri dari : BAB I
pendahuluan yang meliputi latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode
penilisan dan sistematika penulisan, BAB II Tinjauan teori yang meliputi pengertian,
psikodinamika
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Halusinasi adalah merupakan ketidakmampuan individu dalam mengidentifikasi
dan menginterpretasikan stimulus sesuai dengan yang di terima melalui panca indra.
( Dep. Kes. RI 2000 ).
Halusinasi adalah gangguan persepsi tentang suatu objek atau gambaran dan
pikiran yang saling terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi
semua system pengindraan. Menurut ( Ermawati Dalami , S.Kp 2009).
Halusinasi adalah persepsi yang salah atau yang palsu tetapi tidak ada rangsangan
yang menimbulkan atau tidak ada objek. (Drs. Sunardi 2005 dalam Ermawati Dalami
, S.Kp 2009 hal 18 )
Halusinasi merupakan suatu kelompok
berbagai area fungsi individu, termasuk berpikir dan berkomunikasi menerima dan
menginterpretasikan realita merasakan dan mewujudkan emosi, dan berprilaku
dengan sikap yang dapat di terima secara sosial (Ann Isaacs 2004 hal 15)
B. Psikodinamika
1. Etiologi
Gambaran otak karena keracunan, obat halusinogeni, gangguan jiwa seperti
emosi tertentu dapat mengakibatkan ilusi, psikosis yang dapat menimbulkan persepsi
berbeda atu orang yang berasal dari sosial budaya yang berbeda.
2. Proses
yang terlihat. Merasakan sensasi listrikdatang dari tanah, benda mati atau orang lain.
4. Fase Halusinasi
Menurut tim kesehatan jiwa fakultas kedoktreran universitas Indonesia fasefase halusinasi tahun (2009 hal 20), karakteristik dan perilaku yang di tampilkan oleh
klien yang mengalami halusinasi adalah :
a. Fase I
Memberi nyaman tingkat ansietas sedang secara umum halusinasi merupakan
suatu kesenangan..
Karakteristik (non verbal )
1) Mengalami ansietas,kesepian, rasa bersalah dan ketakutan.
2) Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan ansietas.
3) Pikiran dan pengalaman sensori masih ada dalam kontrol kesadaran.
Perilaku klien
1)
2)
3)
4)
5)
b.
1)
2)
1)
2)
3)
4)
1)
2)
3)
4)
c. Fase III
1) Mengontrol
2) Tingkat kecemasan berat
3) Pengalaman sensori ( halusinasi ) tidak dapat di tolak
Karakteristik (psikotik )
d. Fase IV
1.
Menguasai tingkat kecerdasan, panik secara umum, diatur dan di pengaruhi oleh
halusinasi.
Karakteristik (psikotik)
4. Komplikasi
a. Muncul perilaku untuk mencederai diri sendiri dan lingkungan, yang di akibatkan
dari persapsi sensori palsu tanpa adanya stimulis eksternal.
b. Klien dengan halusinasi mengisolasi dirinya dengan orang lain karena tidak peka
terhadap sesuatu yang nyata dan tidak nyata.
maladaptif
Pikiran logis
Persepsi akurat
- Kelainan pikiran
- Halusinasi
Emosi konsisten
- Emosional berlebihan/dengan
Pengalaman kurang
Perilaku sosial
- Perilaku ganjil
Hubungan sosial
- Tidak mampu
mengatur emosi
- Ketidak teraturan
- Menarik diri
- Isolasi sosial
Keterangan gambar
1. Respon adaptif adalah : Respon yang dapat di terima oleh norma-norma social yang
berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika menghadapi
a.
b.
c.
d.
e.
a.
1)
2)
e.
Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang di alami oleh individu dan di terima
sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan yang negative
mengancam.
BAB III
TINJAUAN KASUS
a.
1. Pengkajian keperawatan
Faktor predisposisi ( Menurut Ermawati, s.kp 2009 hal 24 )
1) Biologis
Abnormalitas yang menyebabkan respon neoro biologi yang maladaptip termaksud
hal-hal berikut
a) Penelitian pencitraan otak yang menunjukan keterlibatan otak yang lebih luas dalam
perkembangan skizofrenia, lesi pada area frontal, temporal dan limbic
b)
Beberapa kimia otak dikaitkan dengan skizoprenia seperti
dopamine,
b. Faktor presipitasi
1) Biologis
2) Proyeksi
Stressor
biologi
yang
berhubungan
dengan
respon
neurobiology yang mal adaptif , termasuk gangguam dalam putaran umpan balik otak
yang mengatur proses impormasi dan abnormalisasi pada mekanisme pintu masuk
dalam otak yang mengakibatkan ketidak mampuan untuk selektip menghadapi
rangsangan.
2) Stres lingkungan
Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stress
yang berintraksi terhapap sressor lingkungna untuk menentukan terjadinya perilaku.
3)
Pemicu gejala
dengan
kesehatan
(gizi
buruk,
infeksi)
lingkungan
yang
Keinginan yang tidak dapat di toleransi, mencurahkan emosi pada orang lain karena
kesalahan yang di lakukan diri sendiri.
3) Menarik diri
Perilaku untuk menghindari interaksi dengan orang lain, klien lebih menyukai
e.
berdiam diri/menyendiri.
Sumber koping
Sumber koping individual harus di kaji dengan pemahaman
tentang pengaruh: gangguan otak pada perilaku, kekuatan dapat meliput modal,
seperti intelegensiatau kreativitas yangtinggi. Orang tua secara aktif mendidik anakanak dengan dewasa muda tentang keterampilankoping karena mereka biasanya tidak
hanya belajar dari pengamatan sumber keluarga dapat berupa pengetahuan tentang
penyakit, pinansial yang cukup, kesediaan waktu dan tenaga, dab kemampuan untuk
memberikan dukungan secara keseimbangan ( Gail W Stuart 2006 ) hal 249.
f.
Pemeriksaan diagnostik
Menurut ( Ann Isaacs 2004 ) Pemeriksaan diagnostik yang dapat di lakukan pada
klien dengan halusinasi adalah :
1) A
Pada pemeriksaan ini di dapatkan abnormalitas seperti : pembesaran ventrikel,
penurunan darah kortikal, terutama di kortek prefrontal, penurunan aktivitas
Pada tes ini di temukan adanya kurang identitas diri, salah interprestasi terhadap
realita dan menarik diri.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon aktual atau
potensial dari individu, keluarga, atau masyarakat terhapat masalah kesehatan atau
proses kehidupan. Rumusan diagnosa dapat berupa PE, yaitu permasalahan (P) yang
berhubungan dengan etiologi (E) dan keduanya berhubungan sebab akibat secara
ilmiah. Rumusan PES sam dengan PE hanya di tambah singtom (S) kegiatan atau
perilaku perawat yang di butuhkan dalam merumuskan diagnosis adalah
mengidentifikasi pola data, membandingkan data dengan keadaan adaptif
menganalisis dan mensintesis data, mengidentipikasi kebutuhan atau masalah klien,
mempalidasi dan menyusun masalah dengan klien, membuat pohon masalah,
merumuskan diagnosis keperawatan.
Adapun diagnosa keperawtan pada klien dengan Gangguan Sensori Persepsi :
Halusinasi Pendengaran yaitu :
a. Gangguan sensori persepsi : Halusinasi
b. Isolasi sosial
c. Reiko perilaku kekerasan
3. Perencanaan keperawatan
Perencanaan keperawatan terdiri dari tiga aspek, yaitu tujuan umum, tujuan
khusus dan rencana tindakan keperawatan. Tujuan umumberfokus pada penyelesaian
permasalahan (P) dari diagnosa tertentu.
Tujuan khusus berfokus pada penyelesaian etiologi (E) dari diagnose tertentu.
Tujuan khusus merupakan rumusan kemampuan yang perlu di capai dan di miliki
klien. Rencana tindakan keperawatan merupakan serangkai tindakan yang dapat
mencapai setiap tujuan khusus. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri
perawat, kerjasa dengan klien, kerja sama dengan keluarga, kerja sama dengan
a.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
1)
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
2)
Observasi tingkah laku klien terkait tingkah laku klien (Bicara dan tertawa tanpa
stimulus, memandang ke kiri atau kenan, kedepan seolah-olah ada teman bicara).
a) Tanyakan apakah klien mengalami sesuatu, jika klien menjawab ya, tanyakan apa
yang sedang di alaminya, katakana bahwa perawat percayaklien mengalami hal
tersebut, namun perawat tidak mengalaminya, katakana perawat akan membantu
b)
klien.
Diskusikan dengan klien apa yang di rasakan jika terjadi halusinasi dan beri
Mengidentifikasi bersama klien cara atu tindakan yang di lakukan jika terjadi
halusinasi
2) Diskusi kan manpaat cara yang di gunakan klien, jika bermanpaat berikan pujian
3) Diskusikan cara baru untuk memutuskan atau mengontrol timbulnya halusinasi,
katakana pada diri sendiri bahwa ini tidak nyata, menemui orang lain untuk
menceritakan yang membuatnya halusinasi, melaksanakan jadwal kegiatan seharihari, meminta teman, perawat, keluarga menyapa jika sedang berhalusinasi.
4) Bantu klien memilih dan melatih cara memutuskan halusinasi yang sudah yang
sudah di anjurkan dan di latih.
Buat kontrak dengan keluarga untuk pertemuan (wakru, tempat dan topi)
Diskusikan dengan keluarga (pada saat pertemuan keluarga /kunjungan rumah)
Pengertian halusinasi
Tanda dan gejala halusinasi
Proses terjadi halusinasi
Cara yang dapat di lakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasi
Obat-obat halusinasi
Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi di rumah (beri kegiatan, jangan
biarkan sendirian, maka bersama, berpergian bersama, memantau obat-obatan dan
g)
obat, klien dapat mendemontrasikan penggunaan obat dengan benar, klien dapat
menyebutkan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dokter.
Intevensi
1)
Diskusikan dengan klien tentang manpaat minum obat dan kerugian tidak minum
2)
3)
4)
5)
obat, nama, warna, dosis, cara, efek terapi dan samping penggunaan minumobat.
Pantau klien saat penggunaan obat
Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar
Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter
Anjurkan klien untuk konsultasi kepada dokter atau perawat, jika terjadi hal-hal
yang tidak di inginkan.
3.
Penatalaksanaan medik
a. Psikoparmakologi (Dep. Kes RI. 1999)
1)
Risperidone
a) Indikasi
Hendaya berat dalam fingsi-fungsi mental, bermanifestasi dalam gejala POSITIP :
Gangguan asosiasi pikiran, waham, halusinasi, perilaku yang tidak terkendali, dan
gejala NEGATIF : Gangguan perasaan, gangguan berhubungn sosial, gangguan
proses piker, tidak ada inisiatif, peri terbatas dan cenderung menyendiri
b)
Kontra indikasi
Penyakit hati,epilepsy, kelainan jantung, ketergantungan alkohol, Parkinson dan
gangguan kesadaran.
c) Efek samping
Kemampuan koknitif menurun, hipotensi, mulut kering, kesulitan miksi & defekasi,
hidung tersumbat, mata kabur, ganguan irama jantung, Parkinson.
2) Clorpromazine
a) Indikasi
Kontra indikasi
Hipersensitivitas, depresi berat, kegagalan hati atau ginjal berat.
c)
Efek samping
Efek anti koligernik (mulut kering, pandangan kabur, konstipasi, gangguan
gastrointestinal, ruam kulit, efek hormonal, penurunan libido, amenore, penambahan
berat badan, reduksi ambang kejang, agronulositosis, sindrom neuroleptik malignant
( SNM ).
3) Trihexypenidil
a) Indikasi
Parkinson, gangguan ekstrapiramidal yang di sebabkan oleh susunan saraf pusat
(SSP)
b) Kontra indikasi
Hipersensitivitas terhadap trihexypenidil, glaukoma angle closure, ileus paralitik,
hipertropi prostat.
c) Efek samping
Mulut kering, penglihatan kabur, mual, pusing, konstipasi, retensi urin, takikardi,
tekanan darah meningkat.
b. Penata laksanaan Keperawatan
1) TAK (Terapik Aktivitas Kelompok)
Terapi aktivitas kelompok merupakan kumpulan individu yang memiliki hungungan
satu dengan yang lain, yang di satukan dalam satu kelompok, dngan demikian
individu mengerti bahwa adanya hubungan timbak balik antara individu dengan
orang lain.
Tujuan dari TAK: (Menurut Wahyu Purwaningsih tahun 2009 hal 39)
a)
a)
kealpaan
yang
terjadi
selama
tahap
pengkajian,
analisa,
merasa senang
d. Klien dan keluarga dapat menggunakan sistem pendukung yang ada di masyarakat
e. Keluarga dapat menguraikan karakteristik penyakit dan mampu berperan serta dalam
program penyembuhan klien. ( Dep. Kes RI. 2000 hal 143)
Evaluasi dapat di lakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP, sebagai pola
piker.
S : Respon subjek klien terhadap tindakan keperawatan yang telah di lakukan
O : Respon objek klien terhadap tindakan keperawatan yang telah di lakukan
A : Analisa terhadap data subjek dan objek untuk menyimpulkan apakah masalah masih
ada/telah teratasi atau muncul masalah baru
P : Perencanaan tindak lanjut berdasarkan analisa respon klien