You are on page 1of 33

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau bunyi yang berkisar dari
suara sederhana sampai suara berbicara mengenai klien sehingga klien berespon
terhadap suara atau bunyi tersebut( kliat, 2006 )
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara manusia, hewan, mesin, barang,
kejadian alamiah dan musik dalam keaadan sadar tanpa adanya rangsangan apapun
(maramis, 2005).
Halusinasi pendengaran adalah persepsi sensorik yang keliru melibatkan panca
indra pendengaran (isaac,2002).
2. Etiologi
Menurut stuart ( 2007) faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
a. faktor predisposisi
1) biologis
abnormalitas perkambangan syaraf berhubungan dengan respon neorologis yang
maladaftif baru mulai dipahami, ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian sebagai
berikut:
a) penelitian pencitraan otak sudah menunjukan keterlibatan otak yang lebih luas dalam
perkembangan skizofren
b) beberapa zat kimia diotak seperti dopamin neorotransmiter yang berlebihan
c)

pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukan terjadinya atropi


yang signifikan pada otak manusia.

2) Psikolagis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan
kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keaadan yang dapat mempengaruhi

gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang
hidup klien.
3) sosial budaya
kondisi ini mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti : kemiskinan, perang,
kerusuhan, bencana alam dan kehidupan yang terisolasi
b. faktor presipitasi
secara fisik klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya
hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan
tidak berdaya. Penilaian induvidu terhadap stressor dan maslah koping dapat
mengindikasi kemungkinnan kekambuhan (kelliat,2006).
Faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah :
1) biologis
ganngguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnomalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak akibat
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak
untuk diinterpretasikan.
2) Sterss lingkungan
Ambang toleransi terhadap sress yang berinteraksi terhadap stresor lingkungan
untuk menentukan terjadinya gangguan prilaku.
3) sumber koping.
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.
3. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala yang ditimbulkan pada individu yang mengalami halusinasi dengar:
a. Bicara, senyum dan tertawa sendiri.
b. Mengatakan mendengar suara.
c. Merusak diri sendiri / orang lain / lingkungan.
d. Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan hal yang tidak nyata.
e. Tidak dapat mremusatkan konsentrasi / perhatian.
f. Pembicaraan kacau kadang tidak masuk akal.
g. Sikap curiga dan bermusuhan.
h. Menarik diri, menghindar dari orang lain.
i. Sulit membuat keputusan.
j. Ketakutan.

k. Mudah tersinggung, jengkel, mudah marah.


l. Menyalahkan diri sendiri / orang lain.
m. Tidak mampu melaksanakan asuhan mandiri : mandi, berpakaian.
n. Muka merah kadang pucat.
o. Ekspresi wajah tegang
p. Tekanan sdarah meningkat.
q. Nadi cepat.
r. Banyak keringat.
4. Jenis halusinasi
menurut stuart (2007) halusinasi terdiri dari dua jenis:
a. pendengaran
mendengar suara atau kebisingan, paling sering mendengar suara orang. Suara
berbentuk kebinsingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara
tentang klien, bahkan sampai ada percakapan lengkap antara dua orang yang
mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien mendengar perkataan
bahwa klien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang dapat membahayakan.
b. penglihatan
stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar kartun,
bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan biasa yang menyenangkan atau
menakut ksn seperti melihat monster.
c. penghidu
membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses umumnya bau-bauan
yang tidak menyenang kan. Halusinasi penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang ,
atau dimensia.
d. Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
e. perabaan
mengalami nyeri atau ketidak nyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa tesentrum
listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.

f. Cenestetik
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan makanan
atau pembentukan urine.
g. Kinistetik
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
5. Tahapan halusinasi
a. fase I : klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa
bersalah dan takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenang kan
untuk meredakan ansietas. Disini klien tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai,
menggerakan lidah tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik sendiri.
b. fase II : pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan. Klien mulai lepas
kendali dan mungkin mencoba untuk mengendalikan jarak dirinya dengan sumber
yang dipersepsikan. Disini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf otonom
akibat ansietas seperti peningkatan tanda-tanda vital (denyut jantung, pernafasan dan
tekanan darah), asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan untuk
membedakan halusinasi dengan realita.
c.

fase III : klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan

menyerah pada halusinasi tersebut. Disni klien sukar berhubungan orang lain,
berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah dari orang lain dan berada
dalam kondisi yang sangat menegangkan terutama jika akan berhubungan dengan
orang lain.
d. fase IV : pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah
halusinasi. Disini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak mampu
berespon lebih dari 1 orang. Kondisi klien sangat membahayakan.
6. Rentang respon
Halusinasi merupakan salah satu respon maladatif individu yang berada
dalam rentang respon neurobiologi.
a.

pikiran logis : yaitu ide yang berjalan secara logis dan koheren.

b.

Persepsi akurat : yaitu proses diterimanya rangsang melalui panca indra yang
didahului oleh perhatian (attention) sehingga individu sadar tentang sesuatu yang ada
di dalam maupun diluar dirinya.

c.

Emosi konsisten : yaitu manifestasi perasaan yang konsisten atau afek keluar di
sertai banyak banyak komponen fisiologik dan biasanya berlangsung tidak lama.

d.

Perilaku sesuai : perilaku individu berupa tindakan nyata dalam penyelesaian


masalah masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya umum yang
belaku.

e.

Hubungan sosial harmonis : yaitu hubungan yang dinamis menyangkut hubungan


antar individu dan individu, individu dan kelompok dalam bentuk kerja sama.

f.

Proses pikir kadang tergantung (ilusi): yaitu menifestasi dari persepsi implus
eksternal melalui alat panca indra yang memproduksi gambaran sensorik pada area
tertentu diotak kemudian diinterpretasi sesuai dengan kejadian yang telah dialami
sebelumnya.

g.

Emosi berlebihan atau kurang : yaitu menisfatasi perasaan atau afek keluar
berlebihan atau kurang.

h. Perilaku atau tidak sesuai atau biasa : yaitu perilaku individu berupa tindakan nyata
dalam penyesuaian masalahnya tidak diterima oleh norma-norma sesial atau
berbudaya umum yang berlaku.
i.

Perilaku aneh atau tidak biasa : perilaku individu berupa tindakan nyata dalam
menyelesaikan masalahnya tidak diterima oleh norma-norma sosial atau budaya
umum yang berlaku.

j.

Menarik diri : yaitu percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain.

k. Isolasi sosial : menghindari dan dihindari oleh lingkungan sosial dalam berinteraksi.
Berdasarkan rentang diatas diketahui bahwa halusinasi merupakan respon
persepsi paling maladaptif. Jika klien sehat, persepsinya akurat, mampu
mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi yang
diterima melalui panca indra (pendengaran, penglihatan,penghidu,pengecapan, dan
perabaan), sedangkan klien dengan halusinasi mempersepsikan suatu stimulul panca
indra walaupun sebenarnya stimulas itu tidak ada.

7. pohon masalah
Risiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Perubahan persepsi sensori : halusinasi

defisit perawatan diri

Isolasi
diri

sosial

menarik

kurang motivasi

Gangguan konsep diri : HDR


B.Asuhan Keperawatan
a. faktor predisposisi
1) faktor perkembangan telambat
a). Usia bayi tidak terpenuhi kebutuhan makanan, minuman dan rasa aman
b.) usia balita, tidak terpenuhi kebutuhan otonomi.
c.) usia sekolah mengalami peristiwa yang tidak terselesaikan.
2) faktor komunikasi dalam keluarga
a.) komunikasi peran ganda
b.) tidak ada komunikasi
c.) tidak ada kehangatan
d.) komunikasi dengan emosi berlebihan
e.) komunikasi tertutup
f.) orang tua yang membandingkan anak-anaknya, orang tua yang otoritas dan
komplik orang tua.
3) Faktor sosialisasi budaya

Isolasi sosial pada yang usia lanjut, cacat, sakit kronis, tuntutan lingkungan
yang terlalu tinggi.
a.

Faktor psikologis
Mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan tinggi, menutup diri, ideal diri
tinggi, harga diri rendah, idintitas diri tidak jelas, krisis peran, gambaran diri negatif
dan koping deskruptif.

b. Faktor biologis
Adanya kegiatan terhadap fisik, berupa: atropi otak, pembesaran Vertikel,
perubahan besar dan bentuk sel bentuk sel korteks dan limbik.
c.

Faktor Genetik
Telah diketahui bahwa genetik schizofrenia di turunkan melalui kromosom
tertentu. Namun demikian kromosom yang berada yang menjadi faktor penentu
gangguan ini sampai sekarang masih dalam tahap penelitian. Diduga letak gen
skizoprenia adalah kromosom nomor enam, dan kontribusi genetik tambahan nomor
4, 8, 5, dan 22. anak kembar identik memiliki kemungkinan mengalami skizofrenia
sebesar 50% jika salah satunya mengalami skizofrenia, sementara jika dizyote
peluangnya sebesar 15%, seorang anak yang salah satu orang tuanya mengalami
skizofrenia berpeluang 15% mengalami skizofrenia, sementara bila kedua orang
tuanya skizofrenia maka perluangnya menjadi 35% .

b. faktor presipitasi
1) Kesehatan
Nutrisi dan tidur kurang, ketidakseimbangan irama sirkadian, kelelahan dan
infeksi, obat-obatan, system syaraf pusat,kurangnya latihan dan hambatan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan.
2) Lingkungan
Lingkungan sekitar yang memusuhi, masalah dalam rumah tangga,
kehilangan kebebasan hidup dalam melaksanakan pola aktifitas sehari-hari, sukar
dalam berhubungan dengan orang lain, isolasi sosial, kurangnya dukungan sosial,
tekanan kerja ( kurang tampil dalam berkerja), stigmasasi, kemiskinan, kurangnya
alat tranportasi dan ketidakmampuan mendapat pekerjaan.
3) Sikap

Merasa tidak mampu( harga diri rendah), putus asa ( tidak percaya diri),
merasa gagal ( kehilangan motovasi menggunakan keterampilan diri ), kehilangan
kendali diri ( demonstrasi), merasa punya kekuatan berkelebihan,, merasa malang
( tidak mampu memenuhi kebutuhan spiritual ), bertindak tidak seperti orang lain
dari segi usia maupun kebudayaan, rendahnya kemampuan sosialisasi, prilaku asertif,
prilaku kekerasan, ketidak adekuatan pengobatan dan ketidakadekuatan penanganan
gejala
c. prilaku
respon prilaku klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, rasa
tidak aman, gelisah, bingung, prilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu
mengambil keputusan, bicara inkoheren, bicara sendiri, tidak dapat membedakan
yang nyata dengan yang tidak nyata.Prilaku klien yang mengalami halusinasi sangat
tergantung pada jenis halusinasinya, meliputi:
a.

Isi halusinasi
Ini dapat ditanyakan , suara apa yang didengar, apa saja yang dikatakan suara
itu, jjika halusinasi auditorik. Apa bentuk bayangan yang dilihat oleh klien, jika
halusinasi visual, bau apa yang tercium, jika halusinasi penghidu, rasa apa yang
dikecap jika halusinasi pengecap, dan apa yang diraskan dipermukaan tubuh jika
halusinasii perabaan

b. Waktu dan frekuensi


Ini dapat ditanyakan kepada klien kapan pengalaman halusinasi muncul, berapa
kali sehari, seminggu, sebulan pengalaman halusinasi itu muncul.
c.

Pencetus halusinasi
Perawat perlu mengidentifikasi situasi yang dialami sebelum halusinasi
muncul. Selain itu perawat perlu juga bisa mengobservasi apa yang dialami klien
menjelang munculnya halusinasi untuk memvalidasikan pernyataan klien.

d. Respon klien
Untuk menentukan sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi klien, bisa
dikaji dengan apa yang dilakukan klien saat mengalami halusinasi.
d.Mekanisme koping
1) regresi: menjadi malas beraktivitas sehari-hari

2) proyeksi: menjelaskan perubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk


mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain
3) menarik diri: sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal
e.Masalah keperawatan
1). Perubahan persepsi sensori: halusinasi pendengaran
2). Risiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
3). isolasi sosial: menarik diri
4). Gangguan konsep diri: HDR
5). Intoleransi aktivitas
6). Difisit perawatan diri
f.Diagnosa Keperawatan
1). perubahan persepsi sensori: halusinasi
2). Risiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
3). isolasi sosial: menarik diri
4). Gangguan konsep diri: HDR
5). Defisit perawatan diri
g.Intervensi Keperawatan
diagnosa: perubahan persepsi sensori halusinasi: pendengaran
Tujuan umum:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 minggu perubahan persepsi
sensori: halusinasi teratasi.
Tujuan khusus:
intervensi
1). Bina hubungan saling percaya dengan klien dengan menggunakan komunikasi
teraupetik yaitu sapa klien dengan ramah, baik secara verbal maupun non verabal.
Perkenalkan nama perawat, tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang
disenangi klien, buat kontrak dengan jelas tujukan sikap jujur dengan menepati janji
setiap kali interaksi.
2). Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
3). Observasi tingkah laku klien dan halusinasinya( halusinasi pendengaran ),
4). Diskuaikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadinya halusinasi

5). Diskusikan dengan klien apa yang dilakukan untuk mengatasi perasaan tersebut
6). Diskusikan tentang dampak yang

akan dialami bila klien menikmati

halusinasinya
7). Identifikas dengan klien cara atau tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi
- klien menyebutkan cara baru mengontrol halusinasi
Intervensi
1). Diskusikan cara yang digunakan klien
-klien dapat memilih dan memperagakan cara mengatasi halusinasinya:
1). Diskkusikan cara baru mengontrol halusinasi
-klien melaksanakan cara yang telah dipilih untuk mengendalikan
halusinasinya
1). Bantu klien memilih cara yang sudah dianjurkan dan dilatih untuk mencobanya
-klien mengikuti terapi aktivitas kelompok
1). Beri kesempatan klien untuk memilih cara mengontrol halusinasi
2). Pantau pelaksanaan cara yang dipilih jika berhasil beri pujian
3). Anjurkan klien untuk mengikuti terapi aktivitas kelompok
4). Buat kontrak yang jelas untuk pertamuan( waktu, tempat, dan topik)
-Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda gejala, prosos terjadinya halusinasi
dan tindakan untuk mengendalikan halusinasi
1). Diskusikan dengan keluarga
2). Diskusikan klien tentang manfaat dan erugian jika tidak minum obat , nama,
warna, dosis, cara, efek, terapi dan efek samping pengobatan
-klien mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar
1). Pantau kllien saat minum obat
-klien dapat menyebutkan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi
dengan dokter
1). Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar
2). Diskusikan akibat berhenti minum obot tanpa konsultasi
3). Anjurkan klien untuk konsultasi dengan dokter jika ingin berhenti minum
obat
BAB III

TINJAUAN KASUS
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Bina pelayanan keperawatan dan pelayanan medik departemen
kesehatan, 2007 di kutip dari http://lensapropesi.blogspot.com/2008/11/halusinasipenglihatan-trisnawati.html diambil tanggal 04 november 2010
Hawari,2001

dikutif

dari

http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/04/16/askep-

halusinasi diambil tanggal 04 november 2010


Isaacs,2002

dikutip

dari

http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/04/16/askep-

halusinasi diambil tanggal 04 november 2010


Keliat,2006

dikutip

dari

http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/04/16/askep-

halusinasi di ambil tanggal 04 november 2010


Keliat, budi anna.(2006) proses keperawatan kesehatan jiwa.jakarta:penerbit buku
kedokteran EGC
Maramis, 2005 dikutip dari http://lensapropesi.blogspot.com/2008/11/halusinasipenglihatan-trisnawati.html diambil tanggal 04 november 2010
Menkes,2005

dikutip

dari

http://lensapropesi.blogspot.com/2008/11/halusinasi-

penglihatan-trisnawati.html diambil tanggal 04 november 2010


Diktat Panduan Pengkajian Keperawatan dan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi
Praktek Keperawatan Jiwa Mahasiswa Program D III di RSJ Tampan Propinsi Riau.
Marlyyn E. Doengos Rencana Asuhan Keperawatan psikiatri editor bahasa indonesia,
Monica ester. Jakarta: EGC 2006

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Seiring meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta era globalisasi
dan arus informasi yang sangat pesat, serta lingkungan yang padat menimbulkan
perubahan kesehatan pada manusia baik fisik, mental, spiritual dan sosial. Individu
yang tidak dapat beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi, maka akan
menimbulkan gangguan kesehatan baik fisik maupun psikologi. (Depkes RI, 2000).
Kesehatan jiwa merupakan bagian dari kesehatan secara menyeluruh, bukan
sekedar terbebas dari gangguan jiwa, tetapi pemenuhan kebutuhan perasaan bahagia,
sehat, serta mampu menangani tantangan hidup. Sampai saat ini sering diidentikan
dengan raga yang prima, sementara, kondisi jiwa yang stabil tak terlalu banyak
diperhatikan, kesehatan jiwa masih dipandang sebelah mata. Pasalnya, selain tak
terlihat kasat mata pada awal gejalanya, belum banyak masyarakat yang menyadari
pentingnya menjaga kesehatan jiwa. Akibatnya, penyakit jiwa seringkali dideteksi
terlambat sehingga baru ditangani setelah kondisinya terlanjur parah, sebagian besar
masyarakat belum menyadari bahwa kesehatan mental adalah suatu kondisi yang
harus diperhatikan seperti halnya kesehatan fisik, psikis seseorang pun memiliki
kesinambungan antara sakit dan sehat, indikator sehatnya kondisi psikis seseorang
adalah hidup yang produktif dan berkualitas. (www.pdpersi.co.id).
Menurut WHO potensi seseorang mudah terserang gangguan jiwa memang
tinggi. Setiap saat, 450 juta orang diseluruh Dunia terkena dampak permasalahn jiwa,

saraf maupun perilaku. (www.pikiran-rakyat.com). Di Amerika Serikat prevalensi


skizoprenia dilaporkan bervariasi dari 1 sampai 1,5 persen dengan angka insiden 1
per 10.000 orang per tahun. (http://psikologi.infogue.com). Sedangkan di Indonesia
jumlah penduduk yang mengalami gangguan jiwa diperkirakan terus meningkat,
bahkan khusus untuk gangguan jiwa berat, jumlahnya bisa mencapai 6 juta orang,
data tersebut berdasar riset kesehatan dasar, menurut riset itu, jumlah penduduk
Indonesia yang terkena gangguan jiwa berat mencapai 1-3 persen diantara total
penduduk, jika penduduk indonesia diasumsikan sekitar 200 juta, 3 persen dari
jumlah itu adalah 6 juta orang. (http://www.gamexeon.com/forum/). Sementara di
DKI Jakarta angka kecenderungan kejadian gangguan kejiwaan adalah 1 persen dari
jumlah penduduknya, sehingga jika jumlah penduduk Jakarta 9 juta orang maka
terdapat 9.000 orang yang menderita gangguan jiwa. (www.pdpersi.co.id).
Berdasarkan catatan medik yang didapatkan dari ruangan merak di rumah
sakit jiwa Dr. Soeharto Heedjan Jakarta, terhitung dari bulan september sampai
desember 2009.terdapat 63 klien dengan kasus halusinasi sebanyak 44 klien (27.82
%), isolasi sosial 10 klien ( 63.6 % ) harga diri rendah sebanyak 8 klien ( 51.1 % )
rersiko perilaku kekerasan sebanyak 1 klien ( 7,1 % ). Halusinasi merupakan ketidak
mampuan klien menilai dan berespon pada rialita dan merespon pada realitas, klien
tidak dapat membedakan keadaan dengan kenyataan. Sadangkan dampak yang akan
terjadi adalah klien sering menyendiri, melamun dan menjadi pendiam. Derajat
bahaya halusinasi tergantung pada isi, frekuensi, dan intensitas halusinasi yang dapat
mengakibatkn ancaman baik terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan sampai
menimbullkan kematian.

Dilihat dari permasalahan di atas, maka peran perawat dalam menanggulangi


halusinasi sangat penting dilihat dari aspek prepentif yaitu upaya pencegahan degan
mengajarkan upayacara mengatasi masalah individu dan keluarga, aspek promotif
yaitu peningkatan kesehatan dengan memberikan pendidikan kesehan kepada klien
dan keluarga, aspek kuratif yaitu merencanakan dan implementasikan rencana
tindakan keperawatan dan pemberian pengobatan sesuai indikasi dan aspek
rehabilitatif yaitu perawat berperan dalam menikdak lanjut klien dengan halusinasi
melalui Home visit.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengambil Asuhan
keperawatan sebagai bentuk aplikasi langsung pada klien. Oleh karena itu, makalah
ilmiah ini berjudul Asuhan keperawatan pada Tn. K dengan gangguan sensori
persepsi halusinasi pendengaran di ruang merak Rumah Sakit Jiwa Soeharto Heedjan
Jakarta. Lalu yang menjadi permasalahan sekarang, bagai mana asuhan keperawatn
pada klien gangguan sensori persepsi halusinasi pendengaran dengan Tn. K yang di
laksanakan di Rumah Sakit jiwa Soeharto Heerdjan, Jakarta.

B. Tujuan penulisan
Mahasiswa mampu
a. Melakukan pengkajian pada klien dengan gangguan Sensori persepsi Halusinasi
pendengaran.
b. Menentukan diagnosa keperawatan pada klien dengan gangguan sensori persepsi
c.

halusinasi.
Merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan sensori persepsi

d.

halusinasi pendengaran.
Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan sensori persepsi
halusinasi pendengaran.

e.

Melakukan evaluasi pada klien dengan gangguan sensori persepsi halusinasi

pendengaran
f. Mengidentipikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus pada klien
g.

dengan gangguan sensori persepsi halusinasi pendengaran.


Mengidentifikasi factor-faktor pendukung, penghambat serta dapat mencapai
solusinya pemecahan masalah pada klien dengan gangguan sensori persepsi

Halusinasi pendengaran.
h. Mendokumentasikan Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan persepsi
halusinasi pendengaran.

C. Ruang lingkup
Pada makalah ini hanya akan membahas tentang Asuhan keperawatan dengan
gangguan persepsi halusinasi pendengaran.

D. Metode penulisan
Dalam punulisan makalah ilmiah, penuli menggunakan metode deskriptif yaitu
metode ilmiah yang bersifat mengumpulkan data, menganalisa serta menarik
kesimpulan yang selanjutnya akan di sajikan dalam bentuk narasi dan tabel yang
akan menjadi bahan pembahasan.

E. Sistematika penulisan
Adapun sestematika penulisan makalah ilmiah ini adalah terdiri dari : BAB I
pendahuluan yang meliputi latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode
penilisan dan sistematika penulisan, BAB II Tinjauan teori yang meliputi pengertian,
psikodinamika

(etiologi, jenis-jenis,tahap-tahap,komplikasi),rentang responn dan

askep yang meliputi (pengkajian,diagnose,perencanaan, pelaksanaan, evaluasi), BAB

III Tinjauan kasus yang membahas tentang pengkajian, diagnose keperawatan,


perencanaan, tindakan keperawatan dam evaluasi.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Halusinasi adalah merupakan ketidakmampuan individu dalam mengidentifikasi
dan menginterpretasikan stimulus sesuai dengan yang di terima melalui panca indra.
( Dep. Kes. RI 2000 ).
Halusinasi adalah gangguan persepsi tentang suatu objek atau gambaran dan
pikiran yang saling terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi
semua system pengindraan. Menurut ( Ermawati Dalami , S.Kp 2009).
Halusinasi adalah persepsi yang salah atau yang palsu tetapi tidak ada rangsangan
yang menimbulkan atau tidak ada objek. (Drs. Sunardi 2005 dalam Ermawati Dalami
, S.Kp 2009 hal 18 )
Halusinasi merupakan suatu kelompok

reaksi psikotik yang mempengaruhi

berbagai area fungsi individu, termasuk berpikir dan berkomunikasi menerima dan
menginterpretasikan realita merasakan dan mewujudkan emosi, dan berprilaku
dengan sikap yang dapat di terima secara sosial (Ann Isaacs 2004 hal 15)

B. Psikodinamika
1. Etiologi
Gambaran otak karena keracunan, obat halusinogeni, gangguan jiwa seperti
emosi tertentu dapat mengakibatkan ilusi, psikosis yang dapat menimbulkan persepsi
berbeda atu orang yang berasal dari sosial budaya yang berbeda.
2. Proses

Halusinasi terjadi apabila yang bersangkutan mempunyai kesan tertentu tentang


sesuatu, padahal kenyataan tidak terdapat rangsangan apapun atau tidak terjadi
sesuatu apapun atau bentuk kesalahan pengamatan tanpa objetivitas pengindraan
tidak di sertai stimulus fisik yang adekuat.
3. Jenis jenis halusinasi
Jenis- jenis halusinasi menurut Stuart and Sundeen dalam Ermawati Dalami ,
S.Kp 2009 hal 19 adalah :
a. Halusinasi pendengaran (Auditori )
Halusinasi yang seolah-olah mendengar suara, paling sering suara orang. Suara dapat
berkisar dari suara yang sederhana sampai suara orang yang berbicara mengenai
klien, klien mendengar orang sedang membicarakan apa ya ng sedang dipikirkan
oleh klien dan memerintah untuk melakukan suatudan kadang-kang melakukan yang
yang bahaya.
b. Halusinasi penglihatan (Visual )
Halusinasi yang merupakan stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya,
gambaran geometris, gambar kartun dan atau panorama yang luas dan kompleks.
Penglihatan dapat berupa seseatu yang menyenagkan..
c. Halusinasi penghidu ( Alfaktori )
Halusinasi yang seolah-olah mencium bau busuk, amis atau bau yang menjijikan
seperti darah, urin atau feses. Halusinasi penghidu khususnya berhubungan dengan
stroke, tumor, kejang dan dimensial.
d. Halusinasi pengecap ( gustatori )
Halusinasi yang seolah-olah merasakan suatu yang busuk, amis dan menjijikan
e.

seperti, darah, urin feses.


Halusinasi peraba ( tartil )
Halusinasi yang seolah-olah mengalami rasa sakit atau tidak enak secara stimulus

yang terlihat. Merasakan sensasi listrikdatang dari tanah, benda mati atau orang lain.
4. Fase Halusinasi

Menurut tim kesehatan jiwa fakultas kedoktreran universitas Indonesia fasefase halusinasi tahun (2009 hal 20), karakteristik dan perilaku yang di tampilkan oleh
klien yang mengalami halusinasi adalah :
a. Fase I
Memberi nyaman tingkat ansietas sedang secara umum halusinasi merupakan
suatu kesenangan..
Karakteristik (non verbal )
1) Mengalami ansietas,kesepian, rasa bersalah dan ketakutan.
2) Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan ansietas.
3) Pikiran dan pengalaman sensori masih ada dalam kontrol kesadaran.
Perilaku klien
1)
2)
3)
4)
5)
b.
1)
2)

Tersenyum atau tertawa sendiri


Menggerakkan bibir tanpa suara
Pergerakan mata yang cepat
Respon verbal yang lambat
Diam dan berkonsentrasi
Fase II
Menyalahkan
Tingkat kecemasan berat secara umum halusinasi menyebabkan rasa antipasti
Karakteristik ( non verbal )

1)
2)
3)
4)

Pengalaman sensori menakutkan


Merasa di lecahkan oleh pengalaman sensoritersebut
Mulai merasa kehilangan kontrol
Menarik diri dari orang lain
Perilaku klien

1)
2)
3)
4)

Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah


Perhatian dengan lingkungan berkurang
Konsentrasi terhadap pengalaman sensorinya
Kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dengan realitas

c. Fase III
1) Mengontrol
2) Tingkat kecemasan berat
3) Pengalaman sensori ( halusinasi ) tidak dapat di tolak
Karakteristik (psikotik )

1) Klien menyerah dan menerima pengalaman sensorinya (halusinasi )


2) Isi halusinasi menjadi atraktik
3) Kesepian bila pengalaman social berakhir
Perilaku klien
1)
2)
3)
4)

Perintah halusinasi di tandai


Sulit berhubungan dengan orang lain
Perhatian dengan lingkungan kurang atau hanya beberapa detik
Tidak tau mengikuti perintah dari perawa, tampak tremor dan berkeringat

d. Fase IV
1.

Menguasai tingkat kecerdasan, panik secara umum, diatur dan di pengaruhi oleh
halusinasi.
Karakteristik (psikotik)

1. Pengalaman sensori menjadi mengancam


2. Halusinasi dapat menjadi beberapa jam atau beberapa hari
Perilaku klien
1. Perilaku panik
2. Potensial untuk bunuh diri atau membunuh
3. Tindak kekerasan agitasi, menarik atau katatonik

4. Komplikasi
a. Muncul perilaku untuk mencederai diri sendiri dan lingkungan, yang di akibatkan
dari persapsi sensori palsu tanpa adanya stimulis eksternal.
b. Klien dengan halusinasi mengisolasi dirinya dengan orang lain karena tidak peka
terhadap sesuatu yang nyata dan tidak nyata.

C. Rentang Respon Neuro biologi (Menurut Gawil W Stuart 2006 )


Respon adaptif
Respon
-

maladaptif
Pikiran logis
Persepsi akurat

- Pikiran kadang menyimpang


- Ilusi

- Kelainan pikiran
- Halusinasi

Emosi konsisten
- Emosional berlebihan/dengan
Pengalaman kurang
Perilaku sosial
- Perilaku ganjil
Hubungan sosial

- Tidak mampu
mengatur emosi
- Ketidak teraturan
- Menarik diri

- Isolasi sosial
Keterangan gambar
1. Respon adaptif adalah : Respon yang dapat di terima oleh norma-norma social yang
berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika menghadapi
a.
b.
c.
d.
e.
a.
1)
2)

suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut.respon adaptif adalah :


Pikiran logis
Pandangan yang mengarah pada kenyataan
Persepsi akurat
Pandangan yang tepat pada kenyataan
Emosi konsisten
Dengan pengalaman perasaan yang timbul dari pengalaman ahli
Perilaku sosial
Sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas kewajaran
Hubungan sosial
Proses suatu intreraksi dengan orang lain dan lingkungan
Respon psikososial meliputi
Proserpikir adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan.
Ilusi adalah intepretasi atau penilaian yang salah tentang penerapan yang benar-

benar terjadi (objek nyata ) karena rangsangan panca indra.


3) Emosi berlebuhan atau berkurang
4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas kewajaran
5) Menarik diri yaitu percobaan untuk menghindar interaksi dengan orang lain.
2. Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah yang
menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan, adapun respon
maladaptif ini meliputi :
a. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh di pertahankan walaupun
tidak di yakini oleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan social.
b. Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal yang tidak
realita atau tidak ada.
c. Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati
d. Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu perilakuyang tidak teratur

e.

Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang di alami oleh individu dan di terima
sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan yang negative
mengancam.

BAB III
TINJAUAN KASUS

a.

1. Pengkajian keperawatan
Faktor predisposisi ( Menurut Ermawati, s.kp 2009 hal 24 )
1) Biologis
Abnormalitas yang menyebabkan respon neoro biologi yang maladaptip termaksud
hal-hal berikut
a) Penelitian pencitraan otak yang menunjukan keterlibatan otak yang lebih luas dalam
perkembangan skizofrenia, lesi pada area frontal, temporal dan limbic
b)
Beberapa kimia otak dikaitkan dengan skizoprenia seperti

dopamine,

neorotransmiter yang berlebihan dan masalah pada respon dopamine.


2) Psikologis
Teori psikodinamika yang menggambarkan bahwa halusinasi terjadi karena adanya
isi alam tidak sadar yang masuk alam sadar sebagai suatu respon terhadap komplik
psikologis dan kebutuhan yang tidak terpenuhi, sehingga halusinasi merupakan
gambaran dan rangsangan keinginan dan ketakutan yang di alami oleh klien,
3) Sosial budaya
Stress yang menumpuk dapat menunjang terhadap awitan skizofrenia dan gangguan
psikotik klien tetapi di yakini sebagai penyebab utama gangguan.

b. Faktor presipitasi
1) Biologis

2) Proyeksi

Stressor

biologi

yang

berhubungan

dengan

respon

neurobiology yang mal adaptif , termasuk gangguam dalam putaran umpan balik otak
yang mengatur proses impormasi dan abnormalisasi pada mekanisme pintu masuk
dalam otak yang mengakibatkan ketidak mampuan untuk selektip menghadapi
rangsangan.
2) Stres lingkungan
Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stress
yang berintraksi terhapap sressor lingkungna untuk menentukan terjadinya perilaku.
3)

Pemicu gejala

Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neorobiolagi yang maladaptif


berhubungan

dengan

kesehatan

(gizi

buruk,

infeksi)

lingkungan

yang

bermusuhan/lingkungan yang penuh kritik, gangguan dalam hubungan interpersonal,


sikap dan perilaku (keputusan, kegagalan.
c. Manipestasi klinis
Manifestasi klinis yang biasanya terjadi pada klien dengan halusinasi adalah :
1) Bicara, senyum dan tertawa sendiri.
2) Menarik diri dan menghindar dari orang lain.
3) Tidak dapat membedakan nyata/tidak nayta.
4) Tidak dapat memusatkan perhatian atau konsentrasi.
5) Curiga, bermusuhan, merusak diri.
6) Ekpresi wajah tegang, sedih, mudah tersinggung
d. Mekanisme koping
Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi sendiri dari pengalaman yang
menakutkan berhubungan dengan respon neurobiology termasuk :
1) Regresi
Menghindari sress, kecemasan dan menampilkan perilaku kembali seperti pada
perilaku anak, perilaku yang mengalami kemunduran, merupakan upaya untuk
menanggulangi ansietas.

Keinginan yang tidak dapat di toleransi, mencurahkan emosi pada orang lain karena
kesalahan yang di lakukan diri sendiri.

3) Menarik diri
Perilaku untuk menghindari interaksi dengan orang lain, klien lebih menyukai
e.

berdiam diri/menyendiri.
Sumber koping
Sumber koping individual harus di kaji dengan pemahaman
tentang pengaruh: gangguan otak pada perilaku, kekuatan dapat meliput modal,
seperti intelegensiatau kreativitas yangtinggi. Orang tua secara aktif mendidik anakanak dengan dewasa muda tentang keterampilankoping karena mereka biasanya tidak
hanya belajar dari pengamatan sumber keluarga dapat berupa pengetahuan tentang
penyakit, pinansial yang cukup, kesediaan waktu dan tenaga, dab kemampuan untuk
memberikan dukungan secara keseimbangan ( Gail W Stuart 2006 ) hal 249.
f.
Pemeriksaan diagnostik
Menurut ( Ann Isaacs 2004 ) Pemeriksaan diagnostik yang dapat di lakukan pada
klien dengan halusinasi adalah :
1) A
Pada pemeriksaan ini di dapatkan abnormalitas seperti : pembesaran ventrikel,
penurunan darah kortikal, terutama di kortek prefrontal, penurunan aktivitas

metabolik di bagian-bagian otak tertentu dan atropi serabri


2) Teskromosom
Pemeriksaan ini di lakukan jika salah satu anggota keluarga ada yang mempunyai
riwayat dengan gangguan jiwa. Pada tes ini di fokuskan pada kromosom 6, 13,
18,dan 24. Di sebutkan oleh ( Ann Isaacs ) jika ada yang punya riwayat gangguan
jiwa kemungkinan keturunannya mengalamigangguan jiwa adalah : suatu orang yang
kena : resiko 12-15 %, kedua orangtuanya yang terkena : resiko 35-39%, saudara
sekandung terkena : resiko 8-10%, kembar dizigotik yang terkena : resiko 50 %.
3) Test psikologi atau psikotes

Pada tes ini di temukan adanya kurang identitas diri, salah interprestasi terhadap
realita dan menarik diri.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon aktual atau
potensial dari individu, keluarga, atau masyarakat terhapat masalah kesehatan atau
proses kehidupan. Rumusan diagnosa dapat berupa PE, yaitu permasalahan (P) yang
berhubungan dengan etiologi (E) dan keduanya berhubungan sebab akibat secara
ilmiah. Rumusan PES sam dengan PE hanya di tambah singtom (S) kegiatan atau
perilaku perawat yang di butuhkan dalam merumuskan diagnosis adalah
mengidentifikasi pola data, membandingkan data dengan keadaan adaptif
menganalisis dan mensintesis data, mengidentipikasi kebutuhan atau masalah klien,
mempalidasi dan menyusun masalah dengan klien, membuat pohon masalah,
merumuskan diagnosis keperawatan.
Adapun diagnosa keperawtan pada klien dengan Gangguan Sensori Persepsi :
Halusinasi Pendengaran yaitu :
a. Gangguan sensori persepsi : Halusinasi
b. Isolasi sosial
c. Reiko perilaku kekerasan

3. Perencanaan keperawatan
Perencanaan keperawatan terdiri dari tiga aspek, yaitu tujuan umum, tujuan
khusus dan rencana tindakan keperawatan. Tujuan umumberfokus pada penyelesaian
permasalahan (P) dari diagnosa tertentu.
Tujuan khusus berfokus pada penyelesaian etiologi (E) dari diagnose tertentu.
Tujuan khusus merupakan rumusan kemampuan yang perlu di capai dan di miliki
klien. Rencana tindakan keperawatan merupakan serangkai tindakan yang dapat
mencapai setiap tujuan khusus. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri

perawat, kerjasa dengan klien, kerja sama dengan keluarga, kerja sama dengan

a.

1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)

kelompok dan kolaborasi dengan tim kesehatan jiwa lain.


Rencana tindakan keperawatan:
Diagnosa : Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi
TUM : Klien dapat mengontrol halusinasi yang di alaminya
TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya
Kriteria Evaluasi
Setelah 2 kali interaksi, klien menunjukan tanda-tanda percaya kepada perawat :
Ekspresi wajah bersahabat
Menunjukan rasa senang
Ada kontak mata
Mau berjabat tangan
Mau menyebutkan nama
Mau menjawab salam
Mau duduk berdampingan dengan perawat
Bersedia mengungkapkan masalah yang di hadapi
Intervensi

1)
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)

Bina hubungan saling percaya


Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
Perkenalkan nama, nama panggilan dan tujuan perawat berkenalan
Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan di sukai klien
Buat kontrak yang jelas
Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali interaksi
Tunjukan sikap empati dan menerima apa adanya
Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
Tanyakan perasaan klien dan masalah yang di hadapi klien
Dengarkan dengan penuh perhatian akspresi perasaan klien

TUK 2 : Klien dapat mengenal halusinasinya


Kriteria Evaluasi
Setelah 2 kali interaksi klien menyebutkan :
Isi, waktu, frekuensi, situasi dan kondisi yang menimbulkan halusinasi
Intervensi
1) Adakan kontak sering singkat secara bertahap

2)

Observasi tingkah laku klien terkait tingkah laku klien (Bicara dan tertawa tanpa

stimulus, memandang ke kiri atau kenan, kedepan seolah-olah ada teman bicara).
a) Tanyakan apakah klien mengalami sesuatu, jika klien menjawab ya, tanyakan apa
yang sedang di alaminya, katakana bahwa perawat percayaklien mengalami hal
tersebut, namun perawat tidak mengalaminya, katakana perawat akan membantu
b)

klien.
Diskusikan dengan klien apa yang di rasakan jika terjadi halusinasi dan beri

kesempatan mengungkapkan perasaan klien.


c) Diskusikan dengan klien apa yang di lakukan untuk mengatasi perasaan tersebut.
d) Diskusikan tentang dampak yang akan di alaminya bila klien menikmatinya.

TUK 3 : Klien dapat mengonrtol halusinasi


Kreteri Evaluasi
Setelah 4 kali klien menyebutkan tindakan yang biasanya di lakukan untuk
mengendalikan halusinasi, klien dapat menyebutkan cara baru mengontrol halusinasi,
klien dapat melaksanakan cara yang telah di pilih untuk mengen dalikan halusinasi,
klien dapat mengikut terapi aktivitas kelompok.
Intervensi
1)

Mengidentifikasi bersama klien cara atu tindakan yang di lakukan jika terjadi

halusinasi
2) Diskusi kan manpaat cara yang di gunakan klien, jika bermanpaat berikan pujian
3) Diskusikan cara baru untuk memutuskan atau mengontrol timbulnya halusinasi,
katakana pada diri sendiri bahwa ini tidak nyata, menemui orang lain untuk
menceritakan yang membuatnya halusinasi, melaksanakan jadwal kegiatan seharihari, meminta teman, perawat, keluarga menyapa jika sedang berhalusinasi.
4) Bantu klien memilih dan melatih cara memutuskan halusinasi yang sudah yang
sudah di anjurkan dan di latih.

5) Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah di latih


6) Pantau pelaksanaan yang telah di pilih, jika berhasil beri pujian
7) Anjurkan klien mengikuti terapi aktivitas kelompok,orientasi realita, stimulus
persepsi.

TUK 4 : Klien dapat dapat dukungan darikeluarga dalam mengontrol halusinasinya.


Kriteria Evalusi
Setelah 2 kali pertemuan keluarga, keluarga menyatakan setuju untuk mengikuti
pertemuan dengan perawat, keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan
tindakannya dalam mengendalikan halusinasinya.
Intervensi
1)
2)
a)
b)
c)
d)
e)
f)

Buat kontrak dengan keluarga untuk pertemuan (wakru, tempat dan topi)
Diskusikan dengan keluarga (pada saat pertemuan keluarga /kunjungan rumah)
Pengertian halusinasi
Tanda dan gejala halusinasi
Proses terjadi halusinasi
Cara yang dapat di lakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasi
Obat-obat halusinasi
Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi di rumah (beri kegiatan, jangan
biarkan sendirian, maka bersama, berpergian bersama, memantau obat-obatan dan

g)

cara pemberiannya untuk mengatasi halusinasi).


Beri informasi waktu control kerumah sakit dan bagai man cara mencari bantuan
jika halusinasi tidak dapat di atasi di rumah.

TUK 5 : klien dapat memanpaatkan obat dengan baik


Kriteria Evaluasi
Setelah 2 Kali interaksi klien dapat menyebutkan manfaat minum obat, kerugian
tidak minum obat, nama,warna, dosis, efek terapi dan efek samping penggunaan

obat, klien dapat mendemontrasikan penggunaan obat dengan benar, klien dapat
menyebutkan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dokter.
Intevensi
1)

Diskusikan dengan klien tentang manpaat minum obat dan kerugian tidak minum

2)
3)
4)
5)

obat, nama, warna, dosis, cara, efek terapi dan samping penggunaan minumobat.
Pantau klien saat penggunaan obat
Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar
Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter
Anjurkan klien untuk konsultasi kepada dokter atau perawat, jika terjadi hal-hal
yang tidak di inginkan.

3.

Penatalaksanaan medik
a. Psikoparmakologi (Dep. Kes RI. 1999)
1)

Risperidone
a) Indikasi
Hendaya berat dalam fingsi-fungsi mental, bermanifestasi dalam gejala POSITIP :
Gangguan asosiasi pikiran, waham, halusinasi, perilaku yang tidak terkendali, dan
gejala NEGATIF : Gangguan perasaan, gangguan berhubungn sosial, gangguan
proses piker, tidak ada inisiatif, peri terbatas dan cenderung menyendiri
b)
Kontra indikasi
Penyakit hati,epilepsy, kelainan jantung, ketergantungan alkohol, Parkinson dan

gangguan kesadaran.
c) Efek samping
Kemampuan koknitif menurun, hipotensi, mulut kering, kesulitan miksi & defekasi,
hidung tersumbat, mata kabur, ganguan irama jantung, Parkinson.
2) Clorpromazine
a) Indikasi

Skizoprenia dan kondisi yang berhubungan dengan psikosis.


b)

Kontra indikasi
Hipersensitivitas, depresi berat, kegagalan hati atau ginjal berat.
c)
Efek samping
Efek anti koligernik (mulut kering, pandangan kabur, konstipasi, gangguan
gastrointestinal, ruam kulit, efek hormonal, penurunan libido, amenore, penambahan
berat badan, reduksi ambang kejang, agronulositosis, sindrom neuroleptik malignant
( SNM ).
3) Trihexypenidil
a) Indikasi
Parkinson, gangguan ekstrapiramidal yang di sebabkan oleh susunan saraf pusat
(SSP)
b) Kontra indikasi
Hipersensitivitas terhadap trihexypenidil, glaukoma angle closure, ileus paralitik,
hipertropi prostat.
c) Efek samping
Mulut kering, penglihatan kabur, mual, pusing, konstipasi, retensi urin, takikardi,
tekanan darah meningkat.
b. Penata laksanaan Keperawatan
1) TAK (Terapik Aktivitas Kelompok)
Terapi aktivitas kelompok merupakan kumpulan individu yang memiliki hungungan
satu dengan yang lain, yang di satukan dalam satu kelompok, dngan demikian
individu mengerti bahwa adanya hubungan timbak balik antara individu dengan
orang lain.
Tujuan dari TAK: (Menurut Wahyu Purwaningsih tahun 2009 hal 39)
a)

Membantu anggotanya berhubungan dengan orang lain, serta mengubah perilaku

yang disktiptif dan mal adaptif.


b) Setiap anggota dapat bertukar pengalaman
c) Merupakan proses menerima umpan balik
Terapi aktivitas kelompok pada halusinasi

a)

Terapi aktivitas kelompok stimilasi kognitif yaitu klien di latih mempersepsikan

stimulus yang di sediakan atau stimulus yang pernah dialami.


b) Terapi aktivitas kelompok orientasi realitas yaitu klien di orientasikan pada
kenyataan yang ada di sekitar klien, yaitu diri sendiri, orang lain yang ada di
sekeliling klien dan lingkungan yang berhubungan dengan klien.
3. Prinsip tindakan keperawatan klien halusinasi ( Stuart and sundeen 1998 )
a. Tetapkan hubungan saling percaya
b. Kaji gejala halusinasi
c. Fokus pada gejala dan minta klien menjelaskan apa yang terjadi
d. Identifikasi apakah klien sebelumnya telah minum obat atau alcohol
e. Jika klien bertanya nyatakan secara sederhana bahwa anda tidak mengalami stimulus
yang sama
f. Bantu klien menjelaskan dan membandingkan halusinasi saat ini dan baru saja yang
di alami
g. Dorong klien mengobservasi dan menjelaskan pikiran, perasaan dan tindakan yang
berhubungan dengan halusinasinya (saat ini maupun yang lalu)
h. Bantu klien menjelaskan kebutuhan yang mungkin di refleksikan
i. Sarankan dan kuatkan penggunaan hubungan meinterpersonal dalam memenuhi
kebutuhan.
4. Pelaksanaan keperawatan
Perencanaan meliputi pengembangan strategi disain untuk mencegah,
mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang di identifikasi pada diagnose
keperawatan.tahap ini di mulai setelah menentukan diagnosa keperawatan dan
menyempulkan rencana.
Secara tradisional, rencana keperawatan di artikan sebagai suatu dokumen
tulisan tangan dalam menyelesaikan masalah, tujuan dan intervensi. Rencana
keperawatan merupakan metode komunikasi tentang asuhan keperawatan kepada
klien. ( Nursalam 2001 hal 51 )
f. Strategi pelaksanaan halusinasi

SP I : Mengidentifikasi isi, waktu, frekuensi, situasi, respon yang menimbulkan


halusinasi

klien, mengajarkan klien cara menghardik halusinasi, menganjurkan

memasukkan ke dalam jadwal.


SP II : Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien, melatih klien mengendalikan
halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain, menganjurkan klien
memasukkan ke jadwal hariaan.
SP III : Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien, melatih klien mengendalikan
halusinasi dengan melakukan kegiatan (kegiatan yang biasa di lakukan klien)
menganjurkan klien memasukkan kedalam jadwal harian.
SP IV : Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien, memberikan penyuluhan tentang
penggunaan obat secara teratur, menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal
harian.
5. Evaluasi keperawatan
Evalusi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaan
sudah berhasil di capai. Melalaui evaluasi memmungkinkan perawat untuk
memonitir

kealpaan

yang

terjadi

selama

tahap

pengkajian,

analisa,

perencanaan,dan pelaksanaan tindakan. ( Nursalam 2001 hal 71 )


Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Hal
ini bias di lakukan dengan mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan respon
klien terhadap tindakan keperawatanyang di berikan. Pada tahap evaluasi ini terdiri
dari dua komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan keperawatan yaiitu :
a. Evaluasi proses formatif :
Aktifitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas pelayanan tindakan keperawatan.
Evaluasi proses harus di laksanakan segera setelah perencanaan keperawatan di
laksanakan untuk membantu ke efektipan terhadap tindakan. Evaluasi formatif terus
menerus di laksanakan sampai tujuan yang telah di tentukan tercapai.

b. Evaliasi hasil sumatif :


Fokul evaluasi hasil adalah perubahan atau perilaku atau status kesehatan klien [ada
akhir tindakan keperawatan klien. Tipe evaluasi ini di laksanakan pada akhir tindakan
secara paripurna. Adapun metode pelaksanaan evaluasi sumatif terdiri dari :
interview akhir pelayanan, pertemuan akhir pelayanan, dan pertanyaan kepada klien
dan keluarga. Evaluasi sumatif bias menjadi suatu metode dalam memonitor kualitas
dan efisiensitindakaan yang telah di berikan.
Evaluasi askep adalah penilaian respon klien semem tara/setelah tindakan
keperawatan di laksanakan metode evaluasi adalah mengidentifikasi data subjek dan
objek. Sebagai hasil respon klien setelah tindakan keperawatan di lakukan.
Untuk mengevaluasi intervensi keperawatan pada klien dengan neurobiologis yang
maladaptif.
a. Klien mampu menguraikan perilaku yang menunjukan kekambuhan
b. Klien mampu mengidentipikasi dan menguraikan program penyembuhan atau terapi
c.

yang di berikan dan efek samping yang mungkin terjadi


Klien berperan serta dalam hubungan dengan orang lain yang dapat membuatnya

merasa senang
d. Klien dan keluarga dapat menggunakan sistem pendukung yang ada di masyarakat
e. Keluarga dapat menguraikan karakteristik penyakit dan mampu berperan serta dalam
program penyembuhan klien. ( Dep. Kes RI. 2000 hal 143)
Evaluasi dapat di lakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP, sebagai pola
piker.
S : Respon subjek klien terhadap tindakan keperawatan yang telah di lakukan
O : Respon objek klien terhadap tindakan keperawatan yang telah di lakukan
A : Analisa terhadap data subjek dan objek untuk menyimpulkan apakah masalah masih
ada/telah teratasi atau muncul masalah baru
P : Perencanaan tindak lanjut berdasarkan analisa respon klien

You might also like