You are on page 1of 2

PENDAHULUAN

Penyakit hipertensi dalam kehamilan (HDK) termasuk preeklampsia dan


eklampsia sampai saat ini masih merupakan masalah dalam pelayanan obstetri di
Indonesia. Walaupun sudah jauh menurun, angka morbiditas dan mortalitas
maternal dan perinatal akibat penyakit ini masih tinggi (MMR 33,3% dan
PMR50%) dan merupakan salah satu dari ketiga penyebab utama kematian ibu,
disamping perdarahan dan infeksi. Insiden hipertensi dalam kehamilan umumnya
berkisar 7-12%.1-3
Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan berdasarkan Report on the National High
Blood Pressure Education Program Working Group on High Blood Pressure in pregnancy
(AJOG Vol.183 : S1, July 2000) yaitu:4
1.

Hipertensi Gestasional

Didapatkan desakan darah 140/90 mmHg untuk pertama kalinya pada


kehamilan, tidak disertai dengan proteinuria dan desakan darah kembali normal < 12
minggu pasca persalinan.
2.

Preeklamsi

Kriteria minimum
Desakan darah 140/ 90 mmHg setelah umur kehamilan 20 minggu, disertei
dengan proteinuria 300 mg/24 jam atau dipstick 1+
3.

Eklamsi

Kejang-kejang pada preeklamsi disertai koma


4.

Hipertensi kronik dengan superimposed preeklamsi

Timbulnya proteinuria 300 mg/ 24 jam pada wanita hamil yang sudah
mengalami hipertensi sebelumnya. Proteinuria hanya timbul setelah kehamilan 20 minggu.
5.

Hipertensi kronik

Ditemukannya desakan darah 140/ 90 mmHg, sebelum kehamilan atau sebelum


kehamilan 20 minggu dan tidak menghilang setelah 12 minggu pasca persalinan.

Faktor predisposisi dari terjadinya pre-eklampsia antara lain adalah primigravida,


molahidatidosa, kehamilan ganda, diabetes melitus, hidrops foetalis, bayi besar, umur
lebih dari 35 tahun, penyakit ginjal dan hipertensi sebelum kehamilan serta obesitas.5
Pre-eklampsia dibagi atas dua yaitu pre-eklampsia ringan dan pre-eklampsia berat.
Diagnosis pre-eklampsia berat ditegakkan jika didapatkan satu atau lebih gejala dan tanda:
tekanan darah 160/110 mmHg diukur dalam keadaan rileks, proteinuria 5 gr atau lebih
dalam 24 jam atau plus 3 pada pemeriksaan kualitatif, oliguria yaitu urine < 500 ml/ 24
jam disertai kenaikan kreatinin plasma, gangguan visus dan cerebral, nyeri epigastrium,
edema paru dan sianosis, gangguan pertumbuhan janin dalam uterus atau adanya
HELLP syndrome (Hemolisis, Elevated liver syndrome, Low platelet count).1,6
Penanganan pre-eklampsi berat terbagi dua yaitu perawatan aktif dan pengelolaan
konservatif. Pemilihan penanganan dan tindakan yang dilakukan tergantung pada usia
kehamilan serta keadaan ibu dan janin.6
Gawat janin adalah suatu keadaan dimana terdapat hipoksia pada janin (kadar
oksigen rendah dalam darah). Keadaan tersebut dapat terjadi baik pada antepartum
maupun intrapartum.7
Ada beberapa faktor resiko yang diduga berhubungan dengan kejadian gawat janin
yaitu :8
-

Wanita hamil usia > 35 tahun

Wanita dengan riwayat bayi lahir mati, pertumbuhan janin terhambat,


oligohidramnion atau polihidramnion, kehamilan ganda/gemeli, hipertensi,
diabetes dan penyakit kronis lainnya, berkurangnya gerakan janin, dan kehamilan
seronitus.
Berikut ini akan disajikan sebuah laporan kasus tentang Superimposed

Preeklampsia dengan gawat janin.

You might also like