You are on page 1of 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Industrialisasi akan selalu diikuti oleh penerapan teknologi tinggi, penggunaan bahan
serta peralatan yang lebih kompleks, namun seringkali berakibat buruk terhadap manusia
maupun lingkungan. Ditempat kerja terdapat beberapa bahaya yang mempengaruhi lingkungan
kerja seperti faktor fisika, kimia, biologi, ergonomic serta psikologi.

Kebisingan merupakan

sumber bahaya dari faktor fisika ditempat kerja, yang sumber bahaya tersebut perlu
dikembalikan agar tercipta lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan produktif bagi
tenaga kerja.

Gangguan pendengaran akibat bising ( noise induced hearing loss / NIHL adalah
tuli akibat terpapar oleh bising yang cukup keras dalam jangka waktu yang cukup lama
dan biasanya diakibatkan oleh bising di lingkungan kerja, yang salah satu faktor
penyebabnya adalah kemalasan dari tenaga kerja memakai alat pelindung telinga dari
bising. Secara umum bising adalah bunyi yang tidak diinginkan. Bising yang
intensitasnya 85 desibel ( dB ) atau lebih dapat menyebabkan kerusakan reseptor
pendengaran Corti pada telinga dalam. Sifat ketuliannya adalah tuli saraf koklea dan
biasanya terjadi pada kedua telinga.
Banyak hal yang mempermudah seseorang menjadi tuli akibat terpapar bising
antara lain intensitas bising yang lebih tinggi, berfrekwensi tinggi, lebih lama terpapar
bising, kepekaan individu dan faktor lain yang dapat menimbulkan ketulian. Bising
industri sudah lama merupakan masalah yang sampai sekarang belum bisa
ditanggulangi secara baik sehingga dapat menjadi ancaman serius bagi pendengaran
para pekerja, karena dapat menyebabkan kehilangan pendengaran yang sifatnya
permanen. Sedangkan bagi pihak industri, bising dapat menyebabkan kerugian
ekonomi karena biaya ganti rugi. Oleh karena itu untuk mencegahnya diperlukan
pengawasan terhadap pabrik dan pemeriksaan terhadap pendengaran para pekerja
secara berkala.
Di Indonesia penelitian tentang gangguan pendengaran akibat bising telah
banyak dilakukan sejak lama. Survai yang dilakukan oleh Hendarmin dalam tahun yang
sama pada Manufacturing Plant Pertamina dan dua pabrik es di Jakarta mendapatkan
1

hasil terdapat gangguan pendengaran pada 50% jumlah karyawan disertai peningkatan
ambang dengar sementara sebesar 5-10 dB pada karyawan yang telah bekerja terusmenerus selama 5-10 tahun karena kurang penggunaan APT.
Sundari pada penelitiannya di pabrik peleburan besi baja di Jakarta,
mendapatkan 31,55 % pekerja menderita tuli akibat bising, dengan intensitas bising
antara

85-105

DB

dengan

masa

kerja

rata-rata

8,99

tahun.

Lusianawaty mendapatkan 7 dari 22 pekerja ( 31,8%) di perusahaan kayu lapis Jawa


Barat mengalami tuli akibat bising, dengan intensitas bising lingkungan antara 84,9
108,2 dB.
Sehubungan dengan adanya hubungan antara prilaku pekerja yang malas
memakai Alat Pelindung Telinga (APT) dengan kejadian penyakit tuli akibat bising,
maka dibuatlah makalah Transtheoretical Model Perubahan Prilaku Pemakaian Alat
Pelindung Telinga Pada Pekerja Pabrik.
1.2 Tujuan
Tujuan pembuatan malakah ini adalah:
a. Untuk mengetahui Dampak akibat prilaku yang tidak menggunakan Alat
Pelindung Telinga (APT) pada pekerja.
b. Untuk mengetahui beberapa alasan para pekerja yang bersikap malas
menggunakan Alat Pelindung Telinga (APT) pada pekerja.
c. Untuk Mengetahui Transtheoretical Model Perubahan Prilaku Penggunaan Alat
Pelindung Telinga (APT) pada pekerja.

BAB II
ISI
2.1 Pengertian Alat Pelindung Telinga (APT)
Alat pelindung telinga adalah alat untuk menyumbat telinga atau penutup telinga
yang digunakan atau dipakai dengan tujuan melindungi, mengurangi paparan
kebisingan masuk kedalam telinga. Fungsinya adalah menurunkan intensitas
kebisingan yang mencapai alat pendengaran.
2.2 Jenis Alat Pelindung Telinga (APT)
a. Sumbat Telinga (Ear Plug)
Ukuran, bentuk, dan posisi saluran telinga untuk tiap-tiap individu berbeda-beda
dan bahkan antar kedua telinga dari individu yang sama berlainan. Oleh karena itu
sumbat telinga harus dipilih sesuai dengan ukuran, bentuk, posisi saluran telinga
pemakainya. Diameter saluran telinga berkisar antara 3-14 mm, tetapi paling banyak 511 mm. Umumnya bentuk saluran telinga manusia tidak lurus, walaupun sebagian kecil
ada yang lurus. Sumbat telinga dapat mengurangi bising sampai dengan 30 dB.

Sumbat telinga dapat terbuat dari kapas (wax), plastik karet alamai dan sintetik,
menurut cara penggunannya, di bedakan menjadi disposible ear plug, yaitu sumbat
telinga yang digunkan untuk sekali pakai saja kemudian dibuang, misalnya sumbat
telinga dari kapas, kemudian cara pengguanan yang lain yaitu, non dispossible ear
plug yang digunakan waktu yang lama terbuat dari karet atau plastik cetak.
Dalam

pemakaiannya

sumbat

telinga

mempunyai

keuntungan

dan

kerugian.

Keuntungan dari pemakaian sumbat telinga yaitu :


3

a. Mudah dibawa karena ukurannya yang kecil


b. Relatif lebih nyaman dipakai ditempat kerja yang panas
c. Tidak membatasi gerak kepala
d. Harga relative murah daripada tutup telinga (earmuff)
e. Dapat dipakai dengan efektif tanpa dipengaruhi oleh pemakaian kacamata, tutup
kelapa, anting-anting dan rambut
Sedangkan Kerugiannya antara lain:
a. Memerlukan waktu yang lebih lama dari tutup telinga untuk pemasangan yang
tepat.
b. Tingkat proteksinya lebih kecil dari tutup telinga
c. Sulit untuk memonitor tenaga kerja apakah memakai APT karena sukar dilihat
oleh pengawas
d. Hanya dapat dipakai oleh saluran telingan yang sehat
e. Bila tangan yang digunakan untuk memasang sumbat telinga kotor, maka saluran
telinga akan mudah terkena infeksi karena iritasi.
2. Tutup telinga (ear muff)
Tutup telinga terdiri dari dua buah tudung untuk tutup telinga, dapat berupa
cairan atau busa yang berfungsi untuk menyerap suara frekuensi tinggi. Pada
pemakaian yang lama, sering ditemukan efektifitas telinga menurun yang disebabkan
oleh bantalan mengeras dan mengerut akibat reaksi bahan bantalan dengan minyak
kulit dan keringat. Tutup telinga digunakan untuk mengurangi bising s/d 40-50 dB
dengan frekuensi 100-8000Hz. Keuntungan dari tutup telinga (earmuff) adalah :
a. Satu ukuran tutup telinga dapat digunakan oleh beberapa orang dengan ukuran
telingan yang berbeda.
b. Mudah dimonitor pemakaiannya oleh pengawas.
c. Dapat dipakai yang terkena infeksi (ringan)
d. Tidak mudah hilang
Kerugian dari tutup telinga adalah :
a. Tidak nyaman dipakai ditempat kerja yang panas
4

b. Efektifitas dan kenyamanan pemakaiannya, dipengaruhi oleh pemakaian


kacamata, tutup kepala, anting-anting, rambut yang menutupi telinga
c. Tidak mudah dibawa atau disimpan
d. Dapat membatasi gerakan kepala pada ruang kerja yang agak sempit.
e. Harganya relative lebih mahal dari sumbat telinga
3. Helmet/enclosure
Menutupi seluruh kepala dan digunakan untuk mengurangi intensitas bising maksimum
35 dBA pada 250 Hz sampai 50 dBA pada frekuensi tinggi.
2.3 Dampak Kesehatan Akibat Tidak Memakai Alat Pelindung Telinga (APT)
Perubahan ambang dengar akibat paparan bising tergantung pada frekwensi bunyi,
intensitas dan lama waktu paparan, dapat berupa :
a. Adaptasi
Bila telinga terpapar oleh kebisingan mula-mula telinga akan merasa terganggu
oleh kebisingan tersebut, tetapi lama-kelamaan telinga tidak merasa terganggu
lagi karena suara terasa tidak begitu keras seperti pada awal pemaparan.
b. Peningkatan ambang dengar sementara
Terjadi kenaikan ambang pendengaran sementara yang secara perlahanlahan
akan kembali seperti semula. Keadaan ini berlangsung beberapa menit sampai
beberapa jam bahkan sampai beberapa minggu setelah pemaparan. Kenaikan
ambang pendengaran sementara ini mula-mula terjadi pada frekwensi 4000 Hz,
tetapi bila pemeparan berlangsung lama maka kenaikan nilai ambang
pendengaran sementara akan menyebar pada frekwensi sekitarnya. Makin tinggi
intensitas dan lama waktu pemaparan makin besar perubahan nilai ambang
pendengarannya. Respon tiap individu terhadap kebisingan tidak sama
tergantung dari sensitivitas masing-masing individu.
c. Peningkatan ambang dengar menetap
Kenaikan terjadi setelah seseorang cukup lama terpapar kebisingan, terutama
5

terjadi pada frekwensi 4000 Hz. Gangguan ini paling banyak ditemukan dan
bersifatpermanen, tidak dapat disembuhkan . Kenaikan ambang pendengaran
yang menetap dapat terjadi setelah 3,5 sampai 20 tahun terjadi pemaparan, ada
yang mengatakan baru setelah 10-15 tahun setelah terjadi pemaparan.
Penderita mungkin tidak menyadari bahwa pendengarannya telah berkurang dan
baru

diketahui

setelah

dilakukan

pemeriksaan

audiogram.Hilangnya

pendengaran sementara akibat pemaparan bising biasanya sembuh setelah


istirahat beberapa jam ( 1 2 jam ). Bising dengan intensitas tinggi dalam waktu
yang cukup lama ( 10 15 tahun ) akan menyebabkan robeknya sel-sel rambut
organ Corti sampai terjadi destruksi total organ Corti. Proses ini belum jelas
terjadinya, tetapi mungkin karena rangsangan bunyi yang berlebihan dalam
waktu lama dapat mengakibatkan perubahan metabolisme dan vaskuler
sehingga terjadi kerusakan degeneratif pada struktur sel-sel rambut organ Corti.
Akibatnya terjadi kehilangan pendengaran yang permanen. Umumnya frekwensi
pendengaran yang mengalami penurunan intensitas adalah antara 3000 6000
Hz dan kerusakan alat Intensitas bising Corti untuk reseptor bunyi yang terberat
terjadi pada frekwensi 4000 Hz (4 Knotch). Ini merupakan proses yang lambat
dan tersembunyi, sehingga pada tahap awal tidak disadari oleh para pekerja. Hal
ini hanya dapat dibuktikan dengan pemeriksaan audiometri. Apabila bising
dengan intensitas tinggi tersebut terus berlangsung dalam waktu yang cukup
lama, akhirnya pengaruh penurunan pendengaran akan menyebar ke frekwensi
percakapan ( 500 2000 Hz ). Pada saat itu pekerja mulai merasakan ketulian
karena tidak dapat mendengar pembicaraan sekitarnya.

Pengaruh kebisingan terhadap tenaga kerja adalah:


1. Gangguan fisiologis

Gangguan ini berupa peningkatan tekanan darah, nadi dan dapat menyebabkan
pucat dan gangguan sensoris.
2. Gangguan psikologis
Gangguan psikologis berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, emosi, dll.
3. Gangguan komunikasi
Gangguan komunikasi dapat menyebabkan terganggunya pekerjaan, bahkan
bisa berakibat kepada kecelakaan karena tidak dapat mendengar isyarat
ataupun tanda bahaya.
4. Gangguan pada pendengaran (ketulian)
Merupakan

gangguan

yang

paling

serius

karena

pengaruhnya

dapat

menyebabkan berkurangnya fungsi pendengaran. Gangguan pendengaran ini


bersifat progresif namun apabila tidak dikendalikan dapat menyebabkan ketulian
permanen.
Gangguan Pendengaran Akibat Bising/GPAB (Noise Induced hearing Loss/NIHL)
Gangguan pendengaran akibat bising (GPAB) adalah penurunan pendengaran
sensorineural yang pada awalnya tidak disadari, karena belum mengganggu
percakapan sehari-hari. Penurunan pendengaran sensorineural tipe koklea pada kedua
telinga. Faktor lama pajanan, intensitas kebisingan, umur serta faktor lain akan
berpengaruh terhadap penurunan pendengaran tersebut. Faktor yang mempercepat
GPAB/NIHL adalah pajanan intensitas kebisingan melebihi NAB (>85 dbA selama 8
jam).

2.4 Alasan Pekerja Tidak Memakai Alat Pelindung Telinga (APT)


Berdasarkan hasil survey ada 5 alasan yang paling sering di kemukakan bagi
pekerja yang tidak menggunakan APT (tanpa APT 2010), sebagai berikut :

a. Lupa karena terburu-buru


Alasan tersebut bisa disebabkan karena :

Pekerja datang terlambat saat bekerja.

Pekerja lupa peralatan safety apa saja yang harus akan dipakainya pada kondisi
lingkungan kerja yang akan dihadapinya.

b. Tidak nyaman untuk di pakai


Alasan tersebut bisa disebabkan karena :

Merasa risih karena tidak terbiasa memakainya.

Merasa malu karena bentuk dari APD terkesan aneh bagi pekerja yang belum
pernah melihat dan memakai sebelumnya.

Ukurannya tidak sesuai dengan ukuran tubuh tiap pekerja.

c. Kurang paham kapan saat memakainya


Alasan tersebut bisa disebabkan karena :

Tidak ada training yang dilakukan oleh perusahaan tentang pemahaman kapan
pekerja harus menggunakannya.

Pekerja sudah dapat materi training, tetapi belum memahaminya.

d. Tidak ada/ tidak punya waktu untuk memakai


Alasan tersebut bisa disebabkan karena :

Jarak antara waktu kedatangan pekerja dengan waktu di mulainya pekerjaan


sangat sedikit. Jadi, pekerja datang langsung melakukan aktifitas pekerjaan
sehingga tidak sempat menggunakan APT.

Tidak ada jeda waktu saat pekejaan di area lingkungan yang satu dengan
berlanjut ke area yang lain. Misalnya pekerja mula-mula bekerja diarea yang
mengharuskan menggunakan safety belt dan tali pengaman kemudian dia
langsung

melanjutkan

pekerjaan

yang

lain

di

area

yang

diharuskan

menggunakan safety helmet dan ear plugs tanpa ada waktu jeda sehingga
pekerja tidak menyempatkan diri untuk memakainya.
e. Merasa Tidak akan celaka
Alasan tersebut bisa disebabkan karena :

Pekerja merasa sangat yakin bahwa tanpa APT akan tetap aman. Hal tersebut
karena beranggapan bahwa apa yang akan dilakukannya aman dan tidak
menimbulkan resiko kecelakaan da bahaya bagi kesehatan.

Akibat perilaku sebelumnya, dimana saat tidak menggunakan APT ternyata


aman. Jadi, hal tersebut membuat pekerja berasumsi bahwa saat ini juga pasti
aman seperti sebelumnya.

2.5. Contoh Kasus Prilaku Pekerja yang Tidak Menggunakan Alat Pelindung
Telinga.
Sundari melakukan penelitian pada pabrik peleburan besi baja di Jakarta,
mendapatkan 31,55 % pekerja menderita tuli akibat bising, dengan intensitas bising
antara

85-105

DB

dengan

masa

kerja

rata-rata

8,99

tahun.

Lusianawaty mendapatkan 7 dari 22 pekerja ( 31,8%) di perusahaan kayu lapis Jawa


Barat mengalami tuli akibat bising, dengan intensitas bising lingkungan antara 84,9
108,2 dB.
Pada penelitian tersebut disebutkan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan
ketulian tersebut adalah paparan bising yang terlalu lama dan berulang, padahal pihak
perusahaan sudah menyiapkan alat pelindung telinga bagi pekerja untuk mencegah
bising, namun para pekerja malas menggunakannya dengan alasan:
Alat pelindung telinga tidak nyaman untuk di pakai, merasa risih karena tidak terbiasa
memakainya, merasa malu karena bentuk dari APT terkesan aneh bagi pekerja yang
belum pernah melihat dan memakai sebelumnya. Disamping itu juga disebabkan
karena merasa tidak akan pernah celaka atau tuli ketika tidak memakai alat pelindung
telinga.

2.6 Transtheoretical Model (Stage of Change) Prochaska dalam Perubahan Prilaku


Penggunaan Alat Pelidung Telinga (APT)
The Transtheoretical Model menurut Prochaska dan Diclement, 1983 adalah
suatu model yang integratif tentang perubahan perilaku. Kunci pembangun dari teori
lain yang terintegrasi. Model ini menguraikan bagaimana orang-orang memodifikasi
perilaku masalah atau memperoleh suatu perilaku yang positif dari perubahan perilaku
tersebut. Model ini adalah suatu perubahan yang disengaja untuk mengambil suatu
keputusan dariindividu tersebut. Model melibatkan emosi, pengamatan dan perilaku,
melibatkan pula suatu kepercayaan diri.
Dalam hal perubahan prilaku kemalasan para pekerja memakai Alat Pelindung
Telinga dapat diubah dengan Transteoetichal model. Beberapa individu pekerja
berusaha memakai Alat Pelindung Diri (APT) melalui Menurut teori ini, individu yang
paling mungkin sukses mengubah perilaku adalah individu yang melakukan usaha
berdasarkanstrategi yang sesuai dengan tahap kesiapan untuk berubah. Dasar teori
model transteoritik adalah perubahan perilaku merupakan suatu proses dan setiap
orang berada pada tingkat yang berlainan berhubungan dengan motivasi dan kesiapan
untuk berubah. Sehubungan dengan perilaku pekerja yang tidak memakai Alat
Pelindung Telinga, model ini mengidentifikasi lima tahapan kesiapan yang dapat
diterapkan pada semua jenis perubahan perilaku.

10

Gambar 1
Transteoretical Model Kasus Pemakaian Alat Pelindung Telinga (APT)

Maintenance
(Mempertahank
an prilaku
selalu memakai
APT)

Action (Memakai
APT saat bekerja)

Preparation
(berniat untuk
memakai APT)

Contemplation
(mulai sadar
Tidak memakai
APT)
Precontemplation
(Tidak sadar Tidak
memakai APT
berbahaya)

Berdasakan gamabar 1 berikut adalah penjelasan mengenai Transheoritical model


perubahan prilaku Pemakaian Alat Pelindung Teliga (APT):
a. Precontemplation
Precontemplation yang dapat didefinisikan sebagai keadaan individu yang tidak
mempunyai keinginan untuk mengubah perilaku. Kebanyakan individu pada tahap ini
bahkan tidak sadar kalau mereka mempunyai masalah perilaku. Dengan demikian,
individu pada tahap ini sangat sulit dimotivasi untuk mengubah perilaku. Sebagai
contoh, seorang pekerja merasa malas untuk memakai Alat Pelindung telinga (APT)
karena ia merasa tidak mempunyai masalah akibat perilakunya tersebut yang ia
11

pertahankan sehingga mereka tidak memiliki pemikiran atau pertimbangan untuk


memakai APT.
b.Contemplation
Contemplation yaitu kondisi seseorang yang sadar atau mulai memikirkan
keberadaan suatu masalah dari perilaku yang dipertahankan, tetapi belum membuat
komitmen untuk bertindak. Pada tahap ini, seorang pekerja mulai memikirkan suatu
saat ia harus mengakhiri perilaku malas menggunakan APT karena berbagai efek
negatif dari tidak memakai APT mulai terasa karena belum dapat membuat suatu
komitmen terhadap perilaku memakai APT, mereka akan mencari saat dan kondisi yang
tepat untuk dapat memotivasi mulai memakai APT. Proses perubahan yang terjadi pada
tahap ini meliputi consciousness raising, yaitu kondisi individu yang menemukan dan
mempelajari fakta baru, ide, dan tips yang mendukung perubahan menuju perilaku
sehat; dramatic relief, yaitu merasakan perasaan negatif, seperti ketakutan atau
kecemasan terhadap risiko pelaksanaan perilaku yang tidak sehat; environmental
reevaluation, yaitu menyadari pengaruh negatif dari perilaku yang tidak sehat atau
pengaruh positif dari perilaku sehat pada lingkungan sekitar individu; dan selfreevaluation, yaitu menyadari bahwa perubahan perilaku penting sebagai bagian dari
identitas diri.
c. Preparation
Preparation yaitu tahap ketika individu berniat mengubah perilaku dalam waktu
dekat. Pada tahap ini pekerja telah siap untuk memakai APT. Proses perubahan yang
terjadi pada tahap ini adalah self-liberation, individu membuat komitmen yang kuat
untuk berubah. Pada beberapa kasus, pekerja mulai membuat rencana untuk memakai
APT. Beberapa individu mulai memikirkan strategi yang dilakukan pada hari dia harus
selalu siap sedia memakai APT.

d. action
12

Action sebagai tahap ketika individu mulai mengubah perilakunya untuk


mengatasi

masalah.

mendukungnya

Tindakan

membutuhkan

mengubah
suatu

perilaku

komitmen

dan

terhadap

faktor-faktor
waktu

dan

yang
energi.

Kebanyakan individu akan membuktikan dirinya bahwa ia mampu mengakhiri perilaku


yang malas/ tidak memakai APT karena mereka telah mempersiapkan dirinya dengan
strategi-strategi untuk memakai APT. Pekerja telah mengambil tindakan untuk merubah
prilaku dengan menggunakan alat pelindung telinga dalam enam bulan pertama. Tahap
ini melibatkan beberapa proses perubahan perilaku, yaitu contingency management,
yaitu meningkatkan penghargaan untuk perilaku baru yang sehat dan mengurangi
penghargaan terhadap perilaku yang tidak sehat; helping relationships, yaitu mencari
dan

menggunakan

dukungan

sosial

untuk

perubahan

perilaku

sehat;

counterconditioning, yaitu mengganti perilaku dan pemikiran yang tidak sehat dengan
perilaku alternatif yang mendukung perubahan peri-laku; dan stimulus control, yaitu
membuang pengingat yang dapat mengarahkan individu untuk terlibat dalam perilaku
yang tidak sehat dan menambahkan pengingat yang mengarahkan pada perilaku sehat.
e. Maintenance
Maintenance yaitu tahap ketika individu menjaga perubahan perilaku dari
kemungkinan relapse (kembali ke perilaku yang telah ditinggalkan). Para pekerja
membandingkan keuntungan-keuntungan yang telah mereka peroleh dari memakai alat
pelindung telinga dengan sebuah keinginan untuk kembali tidak memakai alat pelindung
telinga (APT).

BAB III
13

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a. Dampak dari pekerja yang tidak menggunakan Alat Pelindung Telinga (APT)
adalah : Gangguan fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan
gangguan pada pendengaran (ketulian).
b. Terdapat beberapa alasan pekerja malas menggunakan Alat Pelindung Telinga
adalah: lupa karena terburu-buru, tidak nyaman dipakai, kurang paham dalam
cara memakainya, dan tidak punya waktu untuk memakainya.
c. Transteoritical model merupakan suatu metode perubahan prilaku pekerja dari
yang tidak memakai alat penutup telinga menjadi pekerja yang mau menutup
telinga yang terdiri dari 5 tahapan yaitu precontemplation, contemplation,
preparation, action dan maintenance.
3.2 Saran
a. Diharapkan para manajer suatu industri dapat terus melakukan pengawasan
terhadap pekerja yang tidak menggunakan APT.
b. Diharapkan agar adanya sanksi dari pihak perusahaan kepada para pekerja
yang lalai tidak menggunakan APT.

14

DAFTAR PUSTAKA
1. Abidin, Z. 2002. Analisis Eksistensial Untuk Psikologi dan Psikiatri. Bandung: PT
Refika Aditama.
2. ProchaskaJO, Velicer WF. The transtheoretical model of health behavior change.
American Journal of Health Promotion. 1997; 12: 38-48.
3. Chaplin, J.P. 2002. Kamus Lengkap Psikologi, (Alih Bahasa Kartini Kartono). Jakarta:
Rajawali Pers.
4. Soetirto I, Bashiruddin J. Gangguan pendengaran akibat bising. Disampaikan pada

Simposium Penyakit THT Akibat Hubungan Kerja & Cacat Akibat Kecelakaan
Kerja, Jakarta, 2 Juni, 2001.
5. http// kebisingan://pabrikindustrial/2012

15

16

You might also like