Professional Documents
Culture Documents
Seksio sesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin melalui insisi pada dinding
abdomen dan dinding uterus, dengan syarat dinding uterus harus dalam keadaan utuh serta
berat janin diatas 500 gram.1
Dikenal beberapa jenis seksio sesarea, yakni; 1) seksio sesarea secara klasik (seksio
sesarea corporal): pembedahan secara Sanger, 2) seksio sesarea transperitoneal profunda
(SCTP atau supra cervicalis = lower segmen caesarean section); 3) seksio sesarea diikuti
dengan histerektomi (caesarean hysterectomy = seksio histerektomi), 4) seksio sesarea
ekstraperitoneal, 5) seksio sesarea vaginal.1
Indikasi dilakukan seksio sesarea terbagi atas indikasi ibu, yakni ; Kehamilan risiko
tinggi (KRT) adalah suatu kehamilan dimana jiwa dan kesehatan ibu dan atau bayi dapat
terancam. Setiap kehamilan dengan faktor risiko tinggi akan menghadapi morbiditas atau
mortalitas terhadap ibu dan janin dalam kehamilan, persalinan dan nifas.2
Frekuensi KRT yang dilaporkan oleh beberapa peneliti berbeda-beda, tergantung dari
cara penilaian faktor-faktor yang dimasukkan dalam kehamilan risiko tinggi.2
Beberapa situasi dan kondisi serta keadaan umum seorang ibu selama kehamilan,
persalinan dan nifas akan memberikan ancaman pada kesehatan dan jiwa ibu maupun janin
yang dikandungnya. Keadaan dan kondisi tersebut bisa digolongkan sebagai faktor medis dan
non medis.2
Faktor non medis antara lain adalah: kemiskinan, ketidaktahuan, adat, tradisi,
kepercayaan dan sebagainya. Hal ini banyak terjadi terutama dinegara-negara berkembang,
yang berdasarkan penelitian ternyata sangat mempengaruhi morbiditas dan mortalitas. Selain
itu yang termasuk faktor non medis adalah: status gizi buruk, soaial ekonomi yang rendah,
kebersihan lingkungan, kesadaran untuk memeriksakan kehamilan secara teratur, fasilitas dan
sarana kesehatan yang serba kekurangan.2
Faktor medis antara lain adalah: penyakit-penyakit ibu dan janin, kelainan obstetrik,
gangguan plasenta, gangguan tali pusat, komplikasi persalinan, penyakit neonatus dan
kalainan genetik.2
Berikut ini akan dibahas tentang faktor-faktor risiko tinggi dalam kehamilan dari
pihak ibu, penyakit penyerta dan dari pihak anak.
sesuatu tindakan akan diambil, hal ini dilakukan sedini mungkin tanpa menunggu
terjadinya komplikasi dan persalinan tidak terlantar.3
FAKTOR PENYAKIT PENYERTA
1. Pre-eklamsi/eklamsi4
Pre-eklamsi adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuri dan edema akibat kehamilan,
setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan.
Eklamsi adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau nifas yang
ditandai dengan timbulnya kejang dan atau koma yang sebelumnya menunjukkan gejalagejala pre-eklamsi, dimana kejang-kejang timbul bukan akibat kelainan neurologik
2. Penyakit jantung
Keluhan dan gejala penyakit jantung: mudah lelah, sesak napas, jantung berdebar, nadi
tidak teratur, edema dan sianosis.
Penyakit jantung memberi pengaruh tidak baik kepada kehamilan dan janin dalam
kandungan. Apabila ibu menderita hipoksia dan sianosis, hasil konsepsi dapat menderita
pula dan mati, yang kemudian disusul oleh abortus. Bila janin dapat hidup terus, anak
dapat lahir prematur atau lahir cukup bulan akan tetapi dengan berat badan rendah.6
Jika wanita hamil disangka menderita penyakit jantung, yang paling baik adalah
dikonsultasikan kepada dokter ahli.3
3. Penyakit hati
Prevalensi penyakit hati di Indonesia cukup tinggi sehingga penyakit hati sebagai
komplikasi kehamilan akan lebih sering kita jumpai. Hal ini dapat berakibat buruk
terhadap kehamilan, persalinan dan nifas, bahkan dapat mengancam keselamatan ibu.3
4. Penyakit ginjal
Kehamilan dapat mempengaruhi aliran darah dan aliran plasma efektif ke ginjal dan
saluran kencing. Kecepatan filtrasi glomeruler dan fungsi tubuler meningkat 30-50 %.3
5. Penyakit paru/asma
Pada umumnya, penyakit paru-paru tidak mempengaruhi kehamilan dan persalinan nifas,
kecuali penyakitnya tidak terkontrol, berat dan luas yang disertai sesak napas dan
hipoksia.3
Asma bronkiale merupakan salah satu penyakit saluran napas yang sering dijumpai dalam
kehamilan dan persalinan. Faktor pencetus timbulnya asma antara lain: zat-zat alergi,
infeksi saluran napas, pengaruh udara dan faktor kejiwaan. Penderita selama kehamilan
perlu mendapat pengawasan yang baik, biasanya penderita mengeluh napas pendek,
berbunyi, sesak dan batuk-batuk.
Pengaruh asma pada ibu dan janin sangat tergantung dari sering dan beratnya serangan,
karena ibu dan janin akan kekurangan oksigen atau hipoksia. Keadaan hipoksia bila tidak
segera diatasi akan berpengaruh pada janin dan sering terjadi keguguran, persalinan
prematur atau berat janin tidak sesuai dengan usia kehamilan (gangguan pertumbuhan
janin).6
6. Hipertensi menahun
Merupakan hipertensi yang menetap oleh sebab apapun, yang sudah ditemukan pada
umur kehamilan kuang dari 20 minggu, atau hipertensi yang menetap setelah 6 minggu
setelah persalinan.4
7. Infeksi toksoplasma
Penyebabnya adalah Toxoplasma gondii, yang hidup pada tubuh anjing, kucing, tikus dan
binatang lainnya yang dapat ditularkan kepada manusia. Penularan melalui makanan
mentah atau kurang masak yang tercemar kotoran kucing yang terinfeksi.5
Gejalanya adalah nyeri pada kelenjar limfe yang membesar, dapat disertai pneumonia,
miokarditis serta limfangitis.3
Infeksi pada kehamilan muda dapat menyebabkan abortus, sedang pada kehamilan lanjut
dapat menyebabkan kelainan kongenital (hidrosefalus).5
8. Kelainan kejiwaan
Seorang wanita memerlukan kematangan fisik, emosional dan psikososial sebelum kawin
dan menjadi hamil. Perasaan cemas, takut dan nyeri akan membuat wanita tidak tenang
menghadapi kehamilan, persalinan dan nifas.3
9. Kencing manis
Penyakit kencing manis dapat merupakan kelainan herediter dengan ciri kekurangan atau
tidak adanya insulin dalam sirkulasi darah , konsentrasi gula darah tinggi dan
berkurangnya glikogenesis. Penyakit gula dalam kehamilan menimbulkan banyak
kesulitan. Penyakit ini akan menyebabkan perubahan-perubahan metabolik dan hormonal
pada penderita yang juga dipengaruhi oleh kehamilan. Sebaliknya, penyakit kencing
manis akan mempengaruhi kehamilan dan persalinan.3
10. Anemia berat
Kadar hemoglobin kurang dari 10 g% (Hb wanita normal 12-15 g%).
Pemeriksaan hemoglobin harus menjadi pemeriksaan darah rutin selama pengawasan
kehamilan.3
2. Letak sungsang
Suatu keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan
bokong berada di bagian bawah kavum uteri.6
3. Kehamilan ganda
Merupakan kehamilan dengan dua janin atau lebih.
Pada kehamilan ganda dapat terjadi persalinan prematur, pre-eklampsi/eklampsi, anemia,
malpresentasi, perdarahan sesudah persalinan.
Bila janin kedua tidak lahir spontan dalam 30 menit setelah janin pertama lahir maka
janin kedua harus dilahirkan dengan tindakan obstetrik karena risiko kehidupan pada
janin kedua akan meningkat sejalan denga waktu.5
4. Hidramnion
Suatu keadaan dimana jumlah air ketuban jauh lebih banyak dari normal, biasanya lebih
dari 2 liter.3
5. Bayi besar
Bila berat badan bayi lebih dari 4000 gram.3
6. Kelainan kongenital kyphoscoliosis
Kelainan bentuk panggul ibu karena penyakit tulang belakang.6
7. Hidrosefalus/anensefalus
Hidrosefalus merupakan suatu keadaan dimana terjadi penimbunan cairan serebrospinal
dalam ventrikel otak sehingga kepala menjadi besar serta ubun-ubun jadi lebar. Jumlah
cairan bisa mencapai 1,5 liter bahkan ada yang sampai 5 liter.3
Anensefalus merupakan suatu keadaan dimana badan anak ada tapi pembentukan otak
dan tengkorak kepala tidak ada atau terkebelakang.3
8. Ketuban pecah dini
Pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu bila pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan
pada multipara kurang dari 5 cm.
Dapat terjadi infeksi yang dapat meningkatkan angka kematian ibu dan anak.2
9. Intrauterine Fetal Death
Merupakan kematian janin dalam rahim yang beratnya kurang lebih 500 gram atau umur
kehamilan lebih dari 20 minggu.4
10. Tali pusat menumbung
Bila teraba tali pusat keluar dan biasanya ketuban sudah pecah.3
11. Gawat janin
Gawat janin terjadi bila janin tidak menerima oksigen cukup, sehingga mengalami
hipoksia.
Janin yang berisiko tinggi mengalami kegawatan: janin yang pertumbuhannya terhambat,
janin dari ibu dengan diabetes, janin prematur dan postmatur, janin dengan kelainan letak,
janin kelainan bawaan atau infeksi.5
12. Inersia uteri
Merupakan his yang sifatnya lebih lemah, lebih singkat dan lebih jarang dibandingkan
dengan his yang normal.
Inersia uteri menyebabkan persalinan berlangsung lama dengan akibat-akibatnya terhadap
ibu dan janin.3
13. Perdarahan antepartum (Hamil tua)
Perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 22 minggu. Biasanya lebih banyak dan lebih
berbahaya daripada sebelum kehamilan 22 minggu. Perdarahan antepartum yang
berbahaya umumnya bersumber pada kelainan plasenta.6
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama
: Ny. MH
Umur
: 28 tahun
Pekerjaan/Pendidikan
: SLTA
Alamat
Bangsa
: Indonesia
Agama
: Islam
Nama Suami
: Mustahid
Umur Suami
: 27 tahun
Pekerjaan/Pendidikan Suami
: Buruh/SLT
Riwayat Penyakit dahulu : penyakit jantung, penyakit paru, hati, ginjal,darah tinggi,
ANAMNESIS KEBIDANAN
Riwayat Kehamilan Sekarang
Nyeri perut bagian bawah belum dirasakan. Perdarahan, keluar darah pada jalan lahir
disangkal.
Pemeriksaan Antenatal
Pemeriksaan antenatal dilakukan sebanyak 6 kali. 3 kali dilakukan di Puskemas
Wenang, dan 3 kali dilakukan di Rumah Sakit Prof. R. D Kandou.
Riwayat Haid
Haid pertama dialami pada usia12 tahun. Haid teratur dengan lamanya haid 7 hari.
Hari pertama haid terakhir 22 Juli 2009 dan taksiran tanggal partus 29 April 2010.
Riwayat Keluarga
Menikah satu kali, pernikahan berlangsung sudah 1 tahun.
Riwayat Keluarga Berencana
Penderita belum pernah ikut KB. Sesudah melahirkan akan mengikuti KB suntik.
Riwayat Kehamilan Terdahulu
: baik
Kesadaran
: compos mentis
Tekanan Darah
: 120/70 mmHg
Nadi
: 88x/menit
Respirasi
: 24x/menit
Suhu Badan
: 36,8
Berat Badan
: 45 kg
Tinggi Badan
: 125 cm
Gizi
: Baik
Kepala
Leher
Dada
Jantung
Paru-paru
Abdomen
Alat kelamin
Anggota gerak
Refleks
Kulit
: Turgor normal.
Pemeriksaan Obstetri
Tinggi fundus uteri
Letak Janin
: -Leopold I
: 13-12-12
PD
: Promontorium
: teraba
Conjugata diagonal : 9 cm
Conjugata vera
: 7,5 cm
Linea innominata
Spina isciadicha
: tidak menonjol
Sacrum
: konkaf
Arcus pubis
: < 90
Side walls
: lurus
Presenting part
: kepala
2
3
2
3
DIAGNOSIS SEMENTARA
G1P0A0, 28 tahun, hamil 38-39 minggu, belum inpartu + panggul sempit + HRP (TB :
125 cm). Janin intrauterin tunggal hidup letak kepala.
SIKAP
Seksio sesarea
Konseling
Sedia donor, setuju operasi
Lapor PO Rencana operasi tgl 20/04/2010
Lapor Konsulen
Advis : Seksio sesarea
RESUME MASUK
Pasien G1P0A0, 28 tahun, MRS tgl 15/04/2010 jam 12.00 dibagian Poliklinik RSU Prof
RD Kandou Manado dengan diagnosa G1P0A0, 28 tahun, hamil 38-39 minggu, belum
inpartu + panggul sempit. Janin intra uterin tunggal hidup letak kepala. Rencana seksio
sesarea elektif. Tanda-tanda inpartu (-). Pelepasan lendir campur darah (-). Pelepasan air
dari jalan lahir (-). Pergerakkan janin (+) dirasakan saat MRS. Riwayat penyakit jantung,
paru-paru, hati, ginjal, kencing manis, darah tinggi disangkal. BAB/BAK biasa. PAN 6x
di puskesmas Wenang, 3x di RSU Prof RD Kandou Manado. HPHT : 22-07-2009, TTP :
29-04-2010.
Status praesent
Status Obstetri
Nadi : 88x/mnt
Respirasi : 24x/mnt
Suhu : 36,8
BB : 45 kg
TB
: TFU
: 125 cm
: 30 cm
BJJ
: 13-12-12
Letak anak
HIS
: (-)
PD
Pemeriksaan panggul
Diagnosis sementara
Sikap
: Seksio sesarea
Konseling
Sedia donor, setuju operasi
Lapor PO Rencana operasi tgl 20/04/2010
Lapor Konsulen
Advis : Seksio sesarea
OBSERVASI
15 April 2010
S : keluhan (-)
O : Status praesent : TD : 120/80 mmHg; N : 88x/mnt; R : 24x/mnt
Pemeriksaan obstetri :
TFU
: 30 cm
BJJ
: 13-12-12
kiri
HIS
: (-)
PD
A : G1P0A0, 28 tahun, hamil 38-39 minggu, belum inpartu + panggul sempit + HRP(TB :
125 cm). Janin intra uterin tunggal hidup letak kepala.
P : Seksio sesarea
Konseling
Sedia donor, setuju operasi
Lapor PO Rencana operasi tgl 20-04-2010
Lapor konsulen
Advis : seksio sesarea
Jam
His
BJJ
13.00-14.00
(-)
12-13-12
14.00-15.00
(-)
12-12-13
15.00-16.00
(-)
12-12-12
16.00-17.00
(-)
12-13-12
17.00-18.00
(-)
13-12-12
18.00-19.00
(-)
12-12-12
19.00-20.00
(-)
13-12-12
20.00-21.00
(-)
12-13-12
21.00-22.00
(-)
16 April 2010
S : keluhan (-)
O : Status praesent : TD : 120/80 mmHg; N : 88x/mnt; R : 24x/mnt
Pemeriksaan obstetri :
TFU
: 30 cm
BJJ
: 12-12-12
PD
kiri
HIS
: (-)
tinggi
A : G1P0A0, 28 tahun, hamil 38-39 minggu, belum inpartu + panggul sempit + HRP(TB :
125 cm). Janin intra uterin tunggal hidup letak kepala.
P : Seksio sesarea
Konseling
Sedia donor, setuju operasi
Lapor PO Rencana operasi tgl 20-04-2010
Lapor konsulen
Advis : seksio sesarea
17 April 2010
S : keluhan (-)
O : Status praesent : TD : 120/80 mmHg; N : 88x/mnt; R : 24x/mnt S : 36,9
Pemeriksaan obstetri :
TFU
: 30 cm
BJJ
: 12-12-13
PD
kiri
HIS
: (-)
tinggi
A : G1P0A0, 28 tahun, hamil 38-39 minggu, belum inpartu + panggul sempit + HRP(TB :
125 cm). Janin intra uterin tunggal hidup letak kepala.
P : observasi HIS, BJJ, Tekanan darah, Nadi, Respirasi, Suhu
Rencana operasi tgl 20/04-2010, bila inpartu SC cito
18 April 2010
S : keluhan (-)
O : Status praesent : TD : 120/80 mmHg; N : 80x/mnt; R : 24x/mnt S : 36,9
Pemeriksaan obstetri :
TFU
: 30 cm
BJJ
: 12-12-13
PD
kiri
HIS
: (-)
tinggi
A : G1P0A0, 28 tahun, hamil 38-39 minggu, belum inpartu + panggul sempit + HRP(TB :
125 cm). Janin intra uterin tunggal hidup letak kepala.
P : observasi HIS, BJJ, Tekanan darah, Nadi, Respirasi, Suhu
Rencana operasi tgl 20/04-2010
19 April 2010
S : keluhan (-)
O : Status praesent : TD : 110/70 mmHg; N : 88x/mnt; R : 24x/mnt S : 36,9
Pemeriksaan obstetri :
TFU
: 30 cm
BJJ
: 12-13-12
PD
kiri
HIS
: (-)
tinggi
A : G1P0A0, 28 tahun, hamil 38-39 minggu, belum inpartu + panggul sempit + HRP(TB :
125 cm). Janin intra uterin tunggal hidup letak kepala.
P : observasi HIS, BJJ, Tekanan darah, Nadi, Respirasi, Suhu
Rencana operasi tgl 20/04-2010
20 April 2010
S : keluhan (-)
O : Status praesent : TD : 110/70 mmHg; N : 80x/mnt; R : 24x/mnt; S : 36, 9
Pemeriksaan obstetri :
TFU
: 30 cm
BJJ
: 12-13-12
PD
kiri
HIS
: (-)
tinggi
A : G1P0A0, 28 tahun, hamil 38-39 minggu, belum inpartu + panggul sempit + HRP(TB :
125 cm). Janin intra uterin tunggal hidup letak kepala.
P : Seksio sesarea elektif hari ini
03.00-04.00
jarang-jarang
13-12-12
04.00-05.00
jarang-jarang
12-13-12
05.00-06.00
jarang-jarang
12-12-13
06.00-07.00
jarang-jarang
13-12-12
07.00-08.00
(-)
12-13-12
Jam
08.30
09.15
09.20
10.15
: Operasi selesai
Kesadaran : CM
T : 120/80 mmHg
N : 82x/mnt
R : 24x/mnt
: 300 cc
Evaluasi Panggul
: Promontorium
: teraba
Conjugata diagonal : 9 cm
Conjugata vera
: 7,5 cm
2
3
Linea innominata
Spina isciadicha
: tidak menonjol
Sacrum
: konkaf
Arcus pubis
: < 90
Side wall
: lurus
Kesan
2
3
: panggul sempit
Laporan Operasi
Penderita dibaringkan terlentang di atas meja operasi, kemudian dilakukan anestesi GA.
Dilakukan tindakan aseptik/antiseptik pada dinding abdomen dan sekitarnya, abdomen
ditutup dengan doek steril kecuali lapangan operasi. Dilakukan insisi linea mediana
inferior dan insisi diperdalam secara tajam sampai fascia. Fascia di insisi kecil, dijepit
dengan 2 klem Kocher. Lalu diperlebar secara tajam dengan gunting ke arah bawah dan
ke atas. Otot disisihkan secara tumpul ke lateral, tampak peritoneum. Peritoneum dijepit
dengan 2 pinset, setelah yakin tidak ada jaringan usus terjepit dibawahnya, peritoneum
digunting kecil dan di perlebar ke atas dan ke bawah secara tumpul. Tampak uterus
gravidarum. Identifikasi plika vesikouterina. Plika dijepit dengan pinset, digunting dan
diperlebar kiri dan kanan. Disisihkan kebawah dan dilindungi dengan hak abdomen.
Identifikasi SBR. Dibuat insisi semilunar pada SBR, hingga menembus kavum uteri,
kemudian ketuban dipecahkan, keluar cairan putih keruh
50 cc , dilakukan eksplorasi
janin letak kepala. Janin dilahirkan dengan meluksir kepala. Jam 09.20, lahir bayi, lakilaki, BBL : 2790 gr, PBL : 47 cm, AS : 7-9. Sementara jalan napas dibersihkan, tali pusat
di klem di dua tempat dengan klem kocher, digunting diantaranya. Bayi diserahkan pada
sejawat neonati untuk perawatan selanjutnya. Tepi luka SBR dijepit dengan beberapa
ringtang. Eksplorasi plasenta, implantasi di fundus. Plasenta dilahirkan secara manual.
BPL 500 gr. Tepi SBR dijahit dengan benang chronic 2 lapis secara simpul dan jelujur,
kontrol perdarahan tidak ada. Dilakukan reperitonelaisasi, kontrol perdarahan tidak ada.
Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis, mula-mula peritoneum dijahit jelujur dengan
plain catgut. Otot dijahit simpul dengan plain catgut. Fascia dijahit jelujur dengan Dexon
1.0. lemak dijahit simpul dengan chromic catgut, kulit dijahit subkutikular dengan
chromic catgut. Luka pada operasi ditutup dengan kasa betadine. Jalan lahir dibersihkan.
Jam 10.15 operasi selesai.
Keadaan umum post operasi :
KU : cukup
Kesadaran : CM
T : 120/80 mmHg
N : 82x/mnt
R : 24x/mnt
: 300 cc
FOLLOW UP
21 April 2010
S : Keluhan : nyeridi daerah luka operasi
O : KU : cukup
Kes : CM
T : 100/70 mmHg
N : 76x/mnt
R : 20x/mnt
Status puerpuralis : laktasi -/-, infeksi -/TFU : setinggi pusat , kontraksi baik
Luka operasi terawat
BAB/BAK : (-)/(+)
BU : (+), peristaltik (+)
A : P1A0, 28 tahun, post SCTP a.i HRP (TB<125 cm) + panggul sempit. Rawat hari I.
Lahir bayi, laki-laki, BBL : 2750 gr, PBL : 47 cm, AS : 7-9
P : Asi on demant
Rawat luka
Cefadroxil 500 mg 3x1
Metronidazole 3x1
SF tab 1x1
22 April 2010
S : Keluhan : nyeridi daerah luka operasi
O : KU : cukup
Kes : CM
T : 100/70 mmHg
N : 80x/mnt
R : 20x/mnt
Status puerpuralis : laktasi -/-, infeksi -/TFU : 1 jari dibawah pusat , kontraksi baik
Luka operasi terawat
BAB/BAK : (+)/(+)
BU : (+), peristaltik (+)
A : P1A0, 28 tahun, post SCTP a.i HRP (TB<125 cm) + panggul sempit. Rawat hari II.
Lahir bayi, laki-laki, BBL : 2750 gr, PBL : 47 cm, AS : 7-9
P : Asi on demant
Rawat luka
Kes : CM
T : 110/70 mmHg
N : 76x/mnt
R : 20x/mnt
Status puerpuralis : laktasi -/-, infeksi -/TFU : setinggi pusat , kontraksi baik
Luka operasi terawat
BAB/BAK : (-)/(+)
BU : (+), peristaltik (+)
A : P1A0, 28 tahun, post SCTP a.i HRP (TB<125 cm) + panggul sempit. Rawat hari III.
Lahir bayi, laki-laki, BBL : 2750 gr, PBL : 47 cm, AS : 7-9
P : Asi on demant
Rawat luka
Cefadroxil 500 mg 3x1
Metronidazole 3x1
SF tab 1x1
24 April 2010
S : Keluhan : nyeridi daerah luka operasi
O : KU : cukup
Kes : CM
T : 110/70 mmHg
N : 84x/mnt
R : 24x/mnt
Status puerpuralis : laktasi -/-, infeksi -/TFU : 2 jari dibawah pusat , kontraksi baik
Luka operasi terawat
BAB/BAK : (+)/(+)
BU : (+), peristaltik (+)
A : P1A0, 28 tahun, post SCTP a.i HRP (TB<125 cm) + panggul sempit. Rawat hari IV.
Lahir bayi, laki-laki, BBL : 2750 gr, PBL : 47 cm, AS : 7-9
P : Asi on demant
Rawat luka
Kes : CM
T : 120/70 mmHg
N : 80x/mnt
R : 20x/mnt
Status puerpuralis : laktasi -/-, infeksi -/TFU : 2 jari dibawah pusat , kontraksi baik
Luka operasi terawat
BAB/BAK : (+)/(+)
BU : (+), peristaltik (+)
A : P1A0, 28 tahun, post SCTP a.i HRP (TB<125 cm) + panggul sempit. Rawat hari V.
Lahir bayi, laki-laki, BBL : 2750 gr, PBL : 47 cm, AS : 7-9
P : Asi on demant
Rawat luka
Cefadroxil 500 mg 3x1
Metronidazole 3x1
SF tab 1x1
DISKUSI
Pada kasus ini akan didiskusikan tentang :
-
Dasar diagnosis
Penanganan Persalinan dengan Tinggi Badan 125 cm
Komplikasi
Prognosis
DASAR DIAGNOSIS
G1P0A0, 28 tahun, hamil 38-39 minggu, belum inpartu + panggul sempit + HRP(TB :
125 cm). Janin intra uterin tunggal hidup letak kepala.
Diagnosis ini berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan obstetri dan
pemeriksaan penunjang.
Panggul sempit, dari pemeriksaan panggul didapatkan
Evaluasi Panggul
: Promontorium
: teraba
Conjugata diagonal : 9 cm
Conjugata vera
: 7,5 cm
Linea innominata
Spina isciadicha
: tidak menonjol
Sacrum
: konkaf
Arcus pubis
: < 90
Side walls
: lurus
2
3
2
3
Bila konjugata vera 11 cm dapat dipastikan partus biasa, dan bila ada kesulitan
persalinan, pasti tidak disebabkan faktor panggul. Untuk CV kurang dari 8,5 cm dan
anak cukup bulan tidak mungkin melewati panggul tersebut.
a) CV = 8,5-10 cm dilakukan Partus percobaan yang kemungkinan berakhir dengan
partus spontan atau dengan ekstraksi vakum-ekstraksi forcep, atau ditolong
dengan seksio sesarea sekunder atas indikasi obstetrik lainnya.
b) CV = 6-8,5 cm dilakukan SC primer
c) CV = 6 cm dilakukan SC primer mutlak
Disamping hal-hal tersebut diatas juga tergantung pada:
-His atau tenaga yang mendorong anak
-Besarnya janin, presentasi, dan posisi janin
-Bentuk panggul
-Umur ibu dan pentingnya anak.
-Penyakit ibu.
Penanganan persalinan pada kasus ini adalah seksio sesarea elektif, bila didapatkan
tanda-tanda inpartu lakukan sectio sesarea cito.
Keputusan terminasi kehamilan dengan cara seksio sesarea pada kasus ini berdasarkan
bahwa kasus ini merupakan kontraindikasi untuk dilakukan terminasi pervaginam. Dari
evaluasi panggul ibu didapatkan kesan panggul sempit absolut.
Berdasarkan indikasi seksio sesarea, panggul sempit absolut merupakan indikasi
absolut untuk dilakukannya seksio sesarea, maka tindakan yang harus diambil adalah
seksio sesarea untuk mencegah resiko pada ibu dan janin.
KOMPLIKASI
Komplikasi pada Kehamilan :
-
Pada kehamilan muda rahim yang bertambah besar dapat tertahan/terhalang keluar
dari true pelvic (inkarserasi), tetapi hal ini jarang dijumpai kecuali pada panggul
sempit absolut.
Pada kehamilan lanjut, inlet yang sempit tidak dapat dimasuki oleh bagian terbawah
janin, menyebabkan fundus uteri tetap tinggi dengan keluhan sesak, sulit bernapas,
KESIMPULAN
Penanganan panggul sempit absolut adalah dengan seksio sesarea.
Tinggi badan kurang dari 145 cm termasuk dalam HRP
Diagnosis sudah tepat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan obstetri dan pemeriksaan penunjang.
SARAN
Seorang ibu dengan tinggi badan < 145 cm, sebaiknya melakukan pemeriksaan antenatal
secara teratur (usia kehamilan dari hari pertama haid terakhir)
Dianjurkan jangan hamil selama + 1 tahun, dengan memakai kontrasepsi.
Kehamilan berikutnya hendaknya diawasi dengan antenatal yang baik.
KECUALI jika ditemukan kelainan / faktor risiko yang memerlukan penatalaksanaan medik
lain, pemeriksaan harus lebih sering dan intensif.
Seorang ibu dengan tinggi badan kurang 145 cm dan kesan panggul sempit absolut,
sebaiknya dilakukan konseling tentang resiko tinggi kehamilan. Sehingga dapat mengatur
jarak kehamilannya.
Mengatur banyaknya anak maksimal 3 orang, karena termasuk dalam resiko tinggi
kehamilan dengan panggul sempit absolut, sehingga terminasi kehamilannya dilakukan
dengan cara seksio sesarea. Dimana seksio sesarea hanya dilakukan sebanyak 3 kali pada
seorang pasien. Untuk itu, ibu perlu melakukan sterilisasi pada saat kehamilan ketiga atau
menggunakan alat kontrasepsi untuk mengatur kehamilannya.
Penanganan kehamilan resiko tinggi sebaiknya dilakukan oleh dokter ahli dan dilakukan di
rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA
1. Angsar M. D, Setjalikusuma L. Seksio Sesarea. Dalam : Winkjosastro H, Saifuddin A.
B, Rachimhadhi T (Ed). Ilmu Bedah Kebidanan, edisi I, cetakan keenam, Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2005; 133-141
2. Widjanarko Bambang. Pendidikan Klinik Obstetri Ginekologi. 2009. Available from
http://obfkumj.blogspot.com/2009/07/distosia-akibat-gangguan-pada-jalan.html
Mochtar R. Kasus-kasus risiko tinggi, organisasi dan ketenagaan, dalam pelayanan
obstetri dan sistim rujukan. Sinopsis Obstetri. Jilid 2. Jakarta: EGC; 1998: 201-6.
3. Mochtar R. Sinopsis Obstetri. Jilid 1. Jakarta: EGC; 1998.
4. Permadi W, Suardi A, Wijayanegara H, Wirakusumah FF, editor. Pedoman Diagnosis
dan Terapi Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr. Hasan Sadikin. Bandung: Bagian/SMF
OBSGIN FK UNPAD RSUP Dr. Hasan Sadikin; 1998.
5. Straight. R. Keperawatan. Ibu Bayi Baru Lahir, Edisi 2. EGC : Jakarta
Laporan Kasus
Oleh :
Reigen E. Mamesah
030111030
Pembimbing :
Pembimbing