You are on page 1of 3

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada kasus ini pasien datang dengan keluhan utama ingin melanjutkan pengobatan
kanker leher rahim. Dari anamnesis didapatkan 9 bulan sebelum masuk rumah sakit,
penderita mengeluh keputihan terus menerus. Warna putih kental , keputihan berbau amis (+).
Bercak darah setelah berhubungan seksual (+). Karena keluhan tidak menganggu aktivitas,
maka pasien tidak memeriksakan diri ke dokter. 3 bulan sebelum masuk rumah sakit,
keputihan tidak berkurang dan mulai disertai nyeri pinggang hingga menembus punggung,
pegel-pegel (+), keluar darah dari jalan lahir (+) kadang disertai darah mrongkol, ganti
pembalut 3x sehari. Sudah dilakukan kuret dan sudah tidak mengalami perdarahan. Nafsu
makan pasien berkurang dan berat badan turun. BAK dan BAB tidak ada keluhan. Saat ini
pasien datang hendak melanjutkan pengobatan.
Keluhan yang sering dijumpai penderita sesuai dengan gejala yang biasa ditemukan
pada pasien karsinoma cervix yaitu terdapat perdarahan abnormal, contact bleeding, fluor
abnormal, dan nyeri perut di bagian bawah. Fluor yang keluar dari vagina, makin lama akan
berbau busuk karena infeksi dari nekrosis jaringan, sehingga pertumbuhan kanker menjadi
ulseratif. Perdarahan timbul akibat terbukanya pembuluh darah, makin lama makin sering
terjadi, bahkan terjadi perdarahan spontan. Perdarahan spontan umumnya terjadi pada tingkat
klinik yang lebih lanjut, terutama pada kanker yang bersifat eksofitik dan dapat menyebabkan
anemia. Perdarahan yang muncul sebagai akibat dari neovaskularisasi dari tumor yang rapuh.
Rasa nyeri pada perut terjadi akibat infiltrasi sel kanker ke serabut saraf. Pada pasien
karsinoma cervix biasanya juga disertai gangguan kencing (disuria) dikarenakan adanya
infiltrasi kanker ke ureter sehingga

menyebabkan obstruksi total dan terjadi gangguan

kencing. Pada pasien ini didapatkan gangguan dalam berkemih sehingga didapatkan
kemungkinan infiltrasi sel kanker ke ureter.
Dari pemeriksaan fisik dengan vaginal toucher ditemukan fluxus, pada vagina terdapat
infiltrat +/+ 1/3 proximal, pada portio teraba masa berbenjol-benjol, mudah berdarah, Corpus
uteri sebesar telur bebek.
Terabanya massa pada pasien ini di daerah tersebut menunjukkan lokasi tumor
terletak di portio serviks uteri dan adanya infiltrat menunjukkan invasi tumor ke dinding
pelvis dan adneksa parametrium. Tanda keganasan yang muncul yaitu adanya masa

berbenjol benjol serta infiltrat yang muncul pada vagina sampai ke adneksa parametrium
menunjukan ada nya respon radang yang menyebar sampai ke sana.
Pada pemeriksaan penunjang yaitu hematologi klinik pada tanggal 16 Maret
didapatkan Hb: 10 gr/dl(anemia ringan). Pada pemeriksaan radiologis yaitu x-foto thorax AP
cor tak tampak membesar dan pada paru tidak tampak gambaran opasitas yang dicurigai
metastase. Dari hasil USG abdomen ditemukan adanya massa solid heterogen dengan
kalsifikasi coarse pada cervix uteri disertai fluid collection intracaviter uteri, curiga meluas ke
corpus uteri dan menginfiltrasi dinding posterior vesica urinaria, hidronefrosis ( kanan mild,
kiri moderate ) disertai hidroureter proksimal kiri, limfadenopati paraaorta, Lesi kistik pada
regio adnexa kanan ( uk + 1,48 cm ) curiga functional cyst, tak tampak nodule pada hepar
maupun lien. Sedangkan dari biopsi & pemeriksaan PA yang merupakan diagnosis pasti
carsinoma cerviks uteri didapatkan hasil yaitu keratinizing epidermoid carcinoma cervix
uteri, moderately differentiated. Diagnosis pada pasien ini adalah Karsinoma Epidermoid
Serviks Uteri stadium IIIB karena ditemukan invasi ke parametrium.
Berdasarkan data-data di atas dapat ditegakkan diagnosis Karsinoma epidermoid
serviks uteri stadium IIIB. Oleh karena itu, maka penatalaksanaan penderita ini dimulai
dengan pemberian kemoterapi platosin adjuvant sebanyak 7 kali dan dilanjutkan dengan
kemoterapi concomitant (bersamaan) dengan eksternal radiasi dengan dosis 5000cGy selama
5 minggu, masing-masing 1000cGy tiap minggunya dan diberikan 5x per minggu, dengan
fraksinasi 200cGy tiap kali penyinaran. 1-2 minggu setelah seluruh rangkaian radiasi
eksternal selama 25 kali selesai, maka akan dilanjutkan brakhiterapi dengan dosis 2x850 cGy
bila applicator brakhiterapi dapat dimasukkan ke uterus. Bila tidak maka dilanjutkan box
system dengan dosis 10x200 cGy. Diharapkan dari terapi yang telah dilakukan dapat
menunjukan perbaikan pada pasien.

BAB V
KESIMPULAN
Karsinoma cervix uteri merupakan penyakit kanker perempuan yang menimbulkan
kematian terbanyak akibat kanker terutama di Negara berkembang. K eganasan ini terjadi
dimana terjadi perubahan sel skuamosa endoserviks di daerah squamo-columner junction
yang salah satu penyebabnya adalah dipicu oleh human papilloma virus (HPV). Tanda-tanda
dini karsinoma serviks tidak spesifik seperti timbulnya flour albus yang berlebihan dan
kadang disertai dengan bercak perdarahan. Gejala umum yang dapat timbul adalah contact
bleeding,

Pada

stadium

lanjut,

keluhan

yang

timbul

berupa

keluar

cairan

pervaginam(keputihan) berbau busuk, nyeri panggul, bahkan terjadi perdarahan spontan dan
dapat menyebabkan anemia. Infiltrasi kanker pada rongga pelvis dapat menyebar sampai ke
ureter menyebabkan obstruksi total, sehingga terjadi gangguan kencing.
Penegakan diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang yang
mengarah kepada diagnosis karsinoma epidermoid serviks uteri dan penentuan stadium.
Setelah dilakukan penegakkan diagnosis, maka dilakukan terapi yang sesuai dengan
stadiumnya berupa pemberian rangkaian terapi kemoradiasi.
Pada pasien ini didapatkan diagnosis pasti dari hasil pemeriksaan histopatolgis.
Penegakan diagnosis penting untuk menentukan terapi atau tindakan selanjutnya. Terapi
yang dipilih pada kasus ini adalah kemoterapi dan dilanjutkan dengan kemoradiasi. Radiasi
eksternal diberikan dengan dosis 5000cGy selama 5 minggu, masing-masing 1000cGy tiap
minggunya dan diberikan 5x per minggu, dengan fraksinasi 200cGy tiap kali penyinaran. 1-2
minggu setelah seluruh rangkaian radiasi eksternal selama 25 kali selesai, maka akan
dilanjutkan brakhiterapi dengan dosis 2x850 cGy bila applicator brakhiterapi dapat
dimasukkan ke uterus. Bila tidak maka dilanjutkan box system dengan dosis 10x200 cGy.
Diharapkan dari terapi yang telah dilakukan dapat menunjukan perbaikan pada pasien.

You might also like