Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
I-1
I-2
Ada beberapa macam konfigurasi aliran pada sistem double pipe heat
exchanger yaitu:
1. Counter-current flow
Fluida A mengalir pada bagian anulus dan fluida B masuk ke pipa yang
lebih kecil diameternya dari arah yang berlawanan dengan arah fluida A.
Sistem ini disebut aliran counter (counter flow).
Th,1
Th,2
Tc,2
Tc,1
L
.
Th,1 Gambar
Th,2
Tc,1
I-4
L
Tc,2
(1)
dengan,
U = Koefisien perpindahan panas overall berdasarkan luas permukaan pipa
dalam sebelah luar
A = Luas permukaan pipa dalam sebelah luar
t = Log Mean Temperature Difference (LMTD)
Q = Laju perpindahan panas
Persamaan (1) merupakan persamaan dasar dalam perpindahan panas yang
menitikberatkan pada koefisien perpindahan panasnya, akan tetapi persamaan
ini tidak dapat digunakan untuk perancangan heat exchanger karena nilai U
dan t berubah dan bervarisasi terhadap panjang pipa, jadi digunakan
persamaan:
q
driving force
t
total resistance R
(2)
I-5
hi Ai 2Lk m ho Ao
ln(
(3)
Dari persamaan (1), (2), (3) dapat diketahui koefisien perpindahan panas
overall :
do
di
ln
1
1
1
1
U o Ao U i Ai hi Ai 2Lk m ho Ao
1
1
U i hi
do
di
Ai ln
Ai
2Lk m
ho Ao
A
1
o
U o hi Ai
do
di
Ao ln
2Lk m
(4)
1
ho
(5)
Persamaan (4) dan (5) inilah yang akan dipergunakan dalam perhitungan
desain. Tahanan tambahan dapat terjadi pada proses perpindahan panas saat
dua benda padat dikontakkan yang karena kontak tidak sempurna harga
tahanan totalnya menjadi lebih besar.
Pada bagian inner pipe dan outer pipe mempunyai luas permukaan per
feet panjang yang berbeda-beda, sehingga hi dan ho harus dinyatakan terhadap
luas perpindahan panas yang sama. Pada sistem DPHE yang menjadi referensi
adalah pipa bagian luar sehingga harga hi harus dikalikan dengan Ai/Ao untuk
mendapatkan harga hi yang mengacu pada luas permukaan pipa bagian luar
(outer pipe). Dengan mengasumsikan bahwa ketebalan inner pipe sangat tipis
maka besarnya konduksi yang terjadi pada pipa dapat diabaikan sehingga
persamaan (5) akan menjadi:
1
1
1
Uo hio ho
dimana hio hi
(6)
Ai
ID
hi
Ao
OD
(7)
I-6
dengan hio = koefisien perpindahan panas inner pipe yang dikoreksi terhadap
outer pipe
Log Mean Temperature Difference (LMTD)
Pada fluida yang mengalir dalam suatu double pipe heat exchanger,
perbedaan termperatur sepanjang pipa tidak selalu membentuk garis linier
akan tetapi bervariasi membentuk profil seperti pada gambar 1.3. Dalam aliran
yang melewati pipa konsentris seperti pada DPHE, arah relatif antara kedua
fluida juga ikut mempengaruhi perbedaan temperatur yang terjadi sepanjang
pipa. Sehingga untuk mempermudah dalam menentukan perbedaan temperatur
aliran counter current, maka ada beberapa asumsi yang dipakai yaitu:
1. Koefisien perpindahan panas overall (U) konstan sepanjang pipa.
2. Debit air yang masuk ke dalam pipa konstan terhadap waktu.
3. Kapasitas panas (Cp) konstan.
4. Tidak ada perubahan fasa selama proses, misalnya vaporizer atau
evaporation.
5. Tidak ada panas yang hilang selama proses.
Berdasarkan kondisi steady state, dari persamaan Fourier akan didapatkan
persamaan diferensial:
dQ = U.(T-t).a.dL
(8)
dimana a adalah luas penampang pipa (ft2) per feet panjang pipa.
Dari neraca energi didapatkan persamaan diferensial:
dQ = W.C.dT = w.c.dt
(9)
Dalam setiap titik sepanjang pipa, panas yang diterima oleh fluida dingin sama
besarnya dengan panas yang dilepaskan oleh fluida panas. Berdasarkan neraca
panas dari L=0 sampai L=X maka didapatkan persamaan:
W.C.(T-T2) = w.c.(t-t1)
(10)
sehingga didapatkan:
T T2
w.c
(t t 2 )
W.C
(11)
I-7
dQ = w.c.dt = U. T2
Ua dL
wc
wc
( t t 1 ) t .a.dL
WC
dt
wc wc
T2
t1
1 t
WC WC
(12)
(13)
t1
1
WC
In
wc
wc
1
T2
t1
WC
WC
UA
wc
T2
wc
1 t 2
WC
wc
1 t 1
WC
(14)
In 1 2
wc ( wc / WC) 1 T2 t 1
(15)
In 1 2 =
In 1 2 (16)
wc (T1 T2 ) /( t 2 t 1 ) 1 T2 t 1
(T1 t 2 ) (T2 t1 ) T2 t1
(17)
t = LMTD =
In(t 2 / t1 )
(18)
Faktor Kotoran
Pemakaian heat exchanger selama beberapa waktu akan menyebabkan
adanya penumpukan kotoran pada permukaan alat tersebut selama operasi
karena adanya korosi atau deposisi (endapan) kontaminan pada permukaan HE
tersebut. Pengotor (Rd) paling banyak ada pada bagian masuk. Air yang masuk
ke dalam pipa mengandung ion-ion logam berat seperti Ca 2+, Mg2+, dan yang
I-8
lain. Pada suhu tinggi ion-ion tersebut tidak larut di dalam air dan akan
mengendap.
1
1 1
R
hi , f Ai hi Ai 2Lk m ho Ao h0, f A0
1
ln
(19)
dimana hi,f dan ho,f adalah koefisien fouling film, biasanya hi.f dan ho,f pada
range 17005700 W m-2 K-1. Fouling factor tidak dapat dikalkulasikan secara
teori tetapi secara experimental.
Adanya kotoran yang terdeposit pada permukaan HE akan
meyebabkan harga koefisien perpindahan panas overall menjadi turun.
Akibatnya T2 yaitu temperatur outlet fluida panas akan naik dan t2 yaitu
temperatur outlet fluida dingin akan lebih rendah dari keadaan normalnya.
Untuk menghindari adanya penumpukan kotoran yang berlebihan,
maka dalam mendesain suatu heat exchanger maka perlu mengetahui besarnya
harga fouling factor (Rd). Besarnya Rd meliputi Rdi yaitu fouling factor yang
terdapat pada permukaan inner pipe bagian dalam dan Rdo yaitu fouling factor
pada permukaan outer pipe bagian dalam.
I-9
disebut dengan design or dirty overall coefficient heat transfer (UD). Harga UC
dapat dicari dengan menggunakan persamaan (6).
Hubungan antara UC dan UD dinyatakan dengan persamaan berikut:
1
1
Rdi Rdo
U D UC
(20)
1
1
Rd
UD UC
(21)
hD
1.86
k
.D.v Cp. D
k L
0.14
(22)
Persamaan ini berlaku untuk (NRe.NPr.D/L) > 100. Jika digunakan untuk
(NRe.NPr.D/L) > 10, tingkat kebenarannya + 20%.
2. Untuk aliran turbulen (NRe>10000)
0.8
D.G
hi.D
0.027
k
c.
1/ 3
0.14
(23)
Persamaan tersebut berlaku untuk nilai NPr antara 0,7 sampai 16000 dan
harga L/D > 60.
Kedua persamaan diatas dapat dicari dengan menggunakan persamaan lain,
yaitu :
k Cp
D k
h jH
1/ 3
0.14
(24)
I - 10
4 Di d o
4 * flowarea
De 4rH
wetted perimeter
4Di
2
do
Di
(25)
4 Di d o
4 * flowarea
De ' 4rH
Di d o
frictional wetted perimeter 4 Di d o
(26)
I.4 Hipotesis
1. Koefisien perpindahan panas overall terdiri dari UD (memperhitungkan
adanya faktor kotoran) dan UC (dianggap bersih). Harga UC selalu lebih
besar daripada harga UD.
2. Semakin besar laju alir fluida, semakin besar pula koefisien perpindahan
panas overall.
3. Koefisien perpindahan panas overall pada aliran counter-current lebih
besar dari koefisien perpindahan panas overall pada aliran co-current.
I - 11