Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Anal fistula adalah terbentuknya saluran kecil yang memanjang
dari anus sampai bagian luar kulitanus, atau dari suatu abses sampai anus
atau daerah perianal. Fistula adalah hubungan abnormal antara dua tempat
yang berepitel. Anal fistula adalah fistula yang menghubungkan antara
kanalis anal ke kulit di sekitar anus (ataupun ke organ lain seperti ke
vagina). Pada permukaan kulit bisa terlihat satu atau lebih lubang fistula,
dan dari lubang fistula tersebut dapat keluar nanah ataupun kotoran saat
buang air besar .
Anal fistula sering terjadi pada laki laki berumur 20 40 tahun,
berkisar 1-3 kasus tiap 10.000 orang. Sebagian besar fistula terbentuk dari
sebuah abses (tapi tidak semua abses menjadi fistula). Sekitar 40% pasien
dengan abses akan terbentuk fistula.
1.2
Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi anal fistula?
2. Bagaimana anatomi dan fisiologis sistem eliminasi fekal?
3. Bagaimana manifestasi klinis anal fistula?
4. Bagaimana patofisiologi anal fistula?
5. Bagaimana pemeriksaan diagnostik anal fistula?
6. Bagaimana penatalaksanaan medis anal fistula?
1.3
Tujuan
1.1.1 Tujuan Khusus
1. Menyelesaikan tugas makalah keperawatan Pencernaan 1.
2. Mengetahui konsep dan keperawatan pada anal fistula.
1.1.2 Tujuan Umum
1. Mengetahui definisi anal fistula
2. Mengetahui anatomi dan fisiologid sistem eliminasi fekal
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Fungsi utama dari rektum dan kanalis anal ialah untuk mengeluarkan
massa feses yang terbentuk di tempat yang lebih tinggi dan melakukan hal
tersebut dengan cara yang terkontrol. Rektum dan kanalis anal tidak begitu
berperan dalam proses pencernaan, selain hanya menyerap sedikit cairan.
Selain itu sel-sel Goblet mukosa mengeluarkan mukus yang berfungsi sebagai
pelicin untuk keluarnya massa feses.
Pada hampir setiap waktu rektum tidak berisi feses. Hal ini sebagian
diakibatkan adanya otot sfingter yang tidak begitu kuat yang terdapat pada
rectosimoid junction, kira-kira 20 cm dari anus. Terdapatnya lekukan tajam
dari tempat ini juga memberi tambahan penghalang masuknya feses ke rektum.
Akan tetapi, bila suatu gerakan usus mendorong feses ke arah rektum, secara
normal hasrat defekasi akan timbul, yang ditimbulkan oleh refleks kontraksi
dari rektum dan relaksasi dari otot sfingter. Feses tidak keluar secara terus4
menerus dan sedikit demi sedikit dari anus berkat adanya kontraksi tonik otot
sfingter ani interna dan eksterna (Sobiston, 1994).
2.2
tetapi umumnya dalam kondisi ini fistula merupakan lubang pada permukaan
kutan di dekat anus. (brooker, chris. 2008). Pada anal fistula terbentuk saluran
antara lubang di dalam dubur dan lubang disekitar dubur ataupun ke organ lain
seperti vagina. (budihardjo, christopher. Tth). Pada permukaan kulit bias terlihat
satu atau lebih lubang fistula, dan dari lubang fistula tersebut dapat keluar nanah
ataupun kotoran saat buang air besar.
Anal fistula terjadi karena sebelumnya terdapat anal abses, yaitu
peradangan didalam dubur (tepatnya dari kelenjar anal/krypto glandular) sampai
ke bawah kulit sekitar dubur. Kulit menjadi merah, sakit dan ada benjolan yang
berisi nanah/pus. Jika abses pecah maka setelah nanah keluar dan luka mengering
aka nada dua kemungkinan yaitu sembuh total atau sembuh dengan meninggalkan
lubang kecil yang terus-menerus mengeluarkan cairan nanah terkadang bercampur
darah. Kondisi inilah yang disebut anal fistula.
2.3
Manifestasi Klinis
Pus atau feses dapat bocor secara konstan dari lubang kutaneus.
Gejala lain mungkin pasase flatus atau feses dari vagina atau kandung
kemih, tergantung padasaluran fistula. Fistula bisa terasa sangat nyeri
atau bisa mengeluarkan nanah atau darah. Biasanya ditandai dengan
adanya sejenis bisul dibagian anus yang tidak bisa sembuh-sembuh.
Didalam bisul tersebut adalah terowongan/canal yang menembus ke
saluran pembuangan/ rectum. Bisa ada satu, dua atau lebih lobang.
Fistula juga ditandai dengan demam, batuk serta rasa gatal disekitar anus dan
lubang fistula. Pada pemeriksaan daerah anus, dapat ditemukan satu atau lebih
external opening atau teraba fistula di bawah permukaan. Pada colok dubur
terkadang dapat diraba indurasi fistula dan internal opening (Suraya,2013).
2.4
Patofisiologi
Hipotesis
yang
paling
jelas
adalah
kriptoglandular, yang
menjelaskan bahwa fistula ani merupakan abses anorektal tahap akhir yang telah
terdrainase dan membentuk traktus. Kanalis anal mempunyai 6-14 kelenjar kecil
yang terproyeksi melalui sfingter internal dan mengalir menuju kripta pada linea
dentata. Kelenjar dapat terinfeksi dan menyebabkan penyumbatan. Bersamaan
dengan penyumbatan itu, terperangkap juga feces dan bakteri dalam kelenjar.
Penyumbatan ini juga dapat terjadi setelah trauma, pengeluaran feces yang keras,
atau proses inflamasi. Apabila kripta tidak kembali membuka ke kanalis anal,
maka akan terbentuk abses di dalam rongga intersfingterik. Abses lama kelamaan
akan menghasilkan jalan keluar dengan meninggalkan fistula, dimana fistula
mempunyai satu muara di kripta di perbatasan anus dan rektum, dan lobang lain di
perineum di kulit perianal.
Hampir semua fistel perianal disebabkan oleh perforasi atau penyaliran
Penyumbatan
menimbulkan
stasis dan predisposisi terhadap infeksi. Abses perianal biasanya
nyata, tampak sebagai pembengkakan yang berwarna merah, nyeri, terletak di
pinggir anus. Nyeri diperberat bila duduk atau batuk. Abses sub mukosa atau
penyakit Crohn, karena 75% penderita penyakit Crohn, yang terbatas pada usus
besar, akan mengalami fistula perianal. 25% penderita akan mengalami fistula
Meninggalkan
Tidak
perianal
bila penyakit fitsula
Crohn terbatas pada
usus dapat
halus.
Iritasi mukosa
Nyeri
diatasi
2.5
Inkontinensia
Munculnya inkontinensia berkaitan dengan banyaknya otot sfingter yang
terpotong, khususnya pada pasien dengan fistula kompleks seperti letak
tinggi dan letak posterior. Drainase dari pemanjangan secara tidak sengaja
7
wanita.
Stenosis kanalis
Proses
penyembuhan
menyebabkan
fibrosis
pada
kanalis
Pemeriksaan Diagnostik
crohn.
Fistulografi: injeksi kontras melalui pembukaan internal, diikuti dengan
anteroposterior, lateral dan gambaran x-ray oblik untuk melihat jalur fistula.
Ultrasound endoanal / endorektal: menggunakan transduser 7 atau 10 mhz
ke dalam kanalis ani untuk membantu melihat differensiasi muskulus
intersfingter dari lesi transfingter. Transduser water-filled ballon membantu
memperbaiki rekurensi.
CT-Scan: CT-Scan umumnya diperlukan pada pasien dengan penyakit crohn
atau irritable bowel syndrome yang memerlukan evaluasi perluasan daerah
2.7
Penatalaksanaan Medis
probe melalui fistula (melalui kedua muara), dan kulit yang menutupinya,
jaringan subkutis, dan otot sfingter dipisahkan, oleh sebab itu membuka
salurannya. Kuretasi dilakukan untuk memindahkan jaringan granulasi
pada dasar saluran. Teknik ini dilakukan secara hati-hati untuk
menghindari
terlalu
banyak
menggunting
sfingter
(yang
dapat
anus.
Fistulektomi: Jaringan granulasi harus di eksisi keseluruhannya untuk
menyembuhkan
fistula.
Terapi
terbaik
pada
fistula
ani
adalah
membiarkannya terbuka.
Seton: benang atau karet diikatkan malalui saluran fistula. Terdapat dua
macam Seton, cutting Seton, dimana benang Seton ditarik secara gradual
untuk memotong otot sphincter secara bertahap, dan loose Seton, dimana
benang Seton ditinggalkan supaya terbentuk granulasi dan benang akan
10
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Fistula adalah sambungan abnormal diantara dua permukaan epitel, tetapi
umumnya dalam kondisi ini fistula merupakan lubang pada permukaan kutan di
dekat anus. (brooker, chris. 2008). Pada anal fistula terbentuk saluran antara
lubang di dalam dubur dan lubang disekitar dubur ataupun ke organ lain seperti
vagina. (budihardjo, christopher. Tth). Pada permukaan kulit bias terlihat satu atau
lebih lubang fistula, dan dari lubang fistula tersebut dapat keluar nanah ataupun
kotoran saat buang air besar.
11
DAFTAR PUSTAKA
13