Professional Documents
Culture Documents
Edisi Kedua
A.
TEMA :
Keterampilan Komunikasi Anamnesis Penyakit Hematoimunologi
B.
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Tujuan instruksional umum
Mahasiswa mampu melakukan anamnesis penyakit hematoimunologi dengan
baik dan benar
2. Tujuan instruksional khusus
Mahasiswa dapat mengawali dan mengakhiri anamnesis secara urut
Mahasiswa mengucapkan salam pembuka di awal dan penutup di akhir
Mahasiswa dapat menggali informasi dengan detail, namun relevan dengan
permasalahan terutama masalah penyakit hematoimunologi
Mahasiswa dapat menunjukkan penampilan yang baik
Mahasiswa dapat menjaga suasana proses anamnesis yang baik
Mahasiswa dapat memahami dan menggunakan bahasa yang dipahami
responden
Mahasiswa dapat menghindari sikap interogasi
Mahasiswa dapat melakukan cross check
Mahasiswa dapat bersikap netral
Mahasiswa dapat melaksanakan umpan balik
Mahasiswa
dapat
mencatat
hasil
anamnesis
dengan
jelas
serta
C.
CSL Semester 4
D.
Edisi Kedua
Pasien Simulasi
SKENARIO
Seorang pasien perempuan berumur 15 tahun, datang ke praktek anda dengan
keluhan badan lemah, lesu, cepat lelah serta mata berkunang-kunang sejak 2
minggu yang lalu. Lakukan anamnesis pada pasien tersebut.
E.
DASAR TEORI
Anamnesis
adalah
pemeriksaan
yang
dilakukan
dengan
wawancara.
CSL Semester 4
Edisi Kedua
Berikut akan kita bahas beberapa keluhan yang disebabkan oleh penyakit
hematoimunologi, sehingga diharapkan dengan teknik anamnesis yang baik dapat
membantu dalam menegakkan diagnosis penyakit hematoimunologi:
1. Gejala sistemik, berupa:
- Berat badan menurun 10% dalam waktu 6 bulan
- Demam tinggi 380C selama 1minggu tanpa sebab yang jelas
- Keringat malam
- Pembesaran kelenjar getah bening
2. Anemia. Gejala anemia dapat digolongkan menjadi tiga jenis gejala, yaitu:
Gejala umum anemia.
Gejala umum anemia, disebut juga sebagai sindrom anemia terdiri dari rasa
lemah, lesu, cepat lelah, telinga mendenging (tinitus), mata berkunangkunang, kaki terasa dingin sesak napas, dan dispepsia.
Gejala khas masing-masing anemia. Gejala ini khas untuk masing-masing
jenis anemia. Sebagai contoh:
CSL Semester 4
Edisi Kedua
F.
PROSEDUR
Anamnesis yang baik akan terdiri dari identitas, keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang, riwayat penyakit dahulu, anamnesis sistem, riwayat penyakit dalam
keluarga, dan riwayat pribadi.
1. Identitas Pasien
Identitas pasien merupakan bagian yang paling penting dalam anamnesis.
Kesalahan identifikasi pasien dapat berakibat fatal, baik secara medis, etika,
maupun hukum. Identitas diperlukan untuk memastikan bahwa pasien yang
dihadapi adalah memang benar pasien yang dimaksud, selain itu juga
diperlukan untuk data penelitian , asuransi, dan lain sebagainya.
Identitas meliputi:
Jenis kelamin
Golongan darah
Alamat
Pendidikan
Pekerjaan
Suku bangsa
Agama.
CSL Semester 4
Edisi Kedua
2. Keluhan Utama
Keluhan utama yaitu keluhan atau gejala yang dirasakan pasien yang
membawanya pergi ke dokter untuk berobat. Keluhan utama sangat dibutuhkan
dalam mengumpulan informasi masalah. Bahkan untuk pasien yang datang
hanya untuk sekedar pemeriksaan rutin. Perlu diketahui bahwa keluhan utama
tidak selalu keluhan yang pertama disampaikan oleh orangtua pasien; hal ini
terutama pada orangtua yang pendidikannya rendah, yang kurang dapat
mengemukakan esensi masalah.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat perjalan penyakit merupakan cerita yang kronologis, terinci dan jelas
mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhan utama, sampai
pasien datang berobat. Pasien diminta menceritakan gejala-gejala yang muncul
dengan kata-katanya sendiri. Informasi tambahan tentang keluhan pasien dapat
diperoleh dengan mengajukan pertanyaan yang spesifik. Riwayat perjalanan
penyakit disusun dalam bahasa Indonesia yang baik sesuai dengan apa yang
diceritakan pasien, tidak boleh menggunakan bahasa kedokteran, apalagi
melakukan interpretasi dari apa yang dikatakan oleh pasien. Dalam
mewawancarai pasien gunakanlah kalimat terbuka (kata tanya apa, mengapa,
bagaimana, bilamana), bukan kalimat tertutup/ kata tanya yang mendesak
sehingga pasien hanya dapat ya dan tidak, kecuali bila akan memperjelas
sesuatu yang kurang jelas.
Dalam melakukan anamnesis , harus diusahakan mendapatkan data-data
sebagai berikut:
1.
2.
Sifat dan beratnya serangan, misalnya mendadak, perlahan-lahan, terusmenerus, hilang timbul, cenderung bertambah berat atau berkurang
3.
CSL Semester 4
4.
Edisi Kedua
Hubungan dengan waktu, misalnya pagi lebih sakit daripada siang dan
sore, atau terus-menerus tidak mengenal waktu
5.
6.
7.
8.
CSL Semester 4
9.
Edisi Kedua
CSL Semester 4
Edisi Kedua
G.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2001. Buku Panduan Skill Lab FK UGM. Yogyakarta
Sudoyo, Aru W, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I dan Jilid II.
Ilmu Penyakit Dalam FKUI: Jakarta
H.
TUGAS MAHASISWA
1) Masing-masing mahasiswa membuat anamnesis pasien dengan keluhan
penyakit yang berhubungan dengan sistem hematoimunologi seperti
anemia, alergi obat, reaksi hipersensitivitas, kejadian ikutan paska
imunisasi (KIPI), dll.
I.
Umpan Balik
CSL Semester 4
7
8
10
11
12
Edisi Kedua
Informed
CSL Semester 4
13
14
15
16
17
18
Edisi Kedua
10
CSL Semester 4
Edisi Kedua
1.
2.
3.
Tema Pembelajaran
Keterampilan pemeriksaan limfe/ kelenjar getah bening (KGB)
Tujuan
1. Mahasiswa mampu melakukan persiapan pemeriksaan kelenjar getah bening
2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan kelenjar getah bening
Level Kompetensi
Keterampilan
Palpasi kelenjar limfe
4.
5.
Seorang anak usia 7 tahun datang dengan keluhan lemas dan pucat. Keluahan
sudah dirasakan sejak 2 bulan yang lalu. Keluhan disertai dengan demam yang
tidak teralu tinggi, nafsu makan berkurang yang menyebabkan berat badan
berkurang. Keluhan mual dirasakan dan merasa perut terdapat benjolan. Pasien
juga mengeluhkan sering memar bila terbentur sesuatu. Bial menggosok gigi
pasien mengeluhkan gusi sering berdarah. Pasien juga mersakan ada benjolan d
leher, ketiak, dan selangkangan. Pasien belum pernah berobat. Keluhan serupa
tidak ada pada keluarga pasien
11
CSL Semester 4
6.
Edisi Kedua
kita memiliki kurang lebih sekitar 600 kelenjar getah bening, namun hanya didaerah
submandibular (bagian bawah rahang bawah; sub: bawah;mandibula:rahang bawah),
ketiak atau lipat paha yang teraba normal pada orang sehat. Terbungkus kapsul fibrosa
yang berisi kumpulan sel-sel pembentuk pertahanan tubuh dan merupakan tempat
penyaringan antigen (protein asing) dari pembuluh-pembuluh getah bening yang
melewatinya. Pembuluh-pembuluh limfe akan mengalir ke KGB sehingga dari lokasi
KGB akan diketahui aliran pembuluh limfe yang melewatinya.
Oleh karena dilewati oleh aliran pembuluh getah bening yang dapat membawa
antigen (mikroba, zat asing) dan memiliki sel pertahanan tubuh maka apabila ada
antigen yang menginfeksi maka kelenjar getah bening dapat menghasilkan sel-sel
pertahanan tubuh yang lebih banyak untuk mengatasi antigen tersebut sehingga kelenjar
getah bening membesar. Pembesaran kelenjar getah bening dapat berasal dari
penambahan sel-sel pertahanan tubuh yang berasal dari KBG itu sendiri seperti limfosit,
12
CSL Semester 4
Edisi Kedua
sel plasma, monosit dan histiosit,atau karena datangnya sel-sel peradangan (neutrofil)
untuk mengatasi infeksi di kelenjar getah bening (limfadenitis), infiltrasi (masuknya)
sel-sel ganas atau timbunan dari penyakit metabolit makrofag (gaucher disease).
Dengan mengetahui lokasi pembesaran KGB maka kita dapat mengerahkan kepada
lokasi kemungkinan terjadinya infeksi atau penyebab pembesaran KGB.
Saluran Limfe
Terdapat dua batang saluran limfe utama, ductus thoracicus dan batang saluran
kanan. Ductus thoracicus bermula sebagai reseptakulum khili atau sisterna khili di
depan vertebra lumbalis. Kemudian berjalan ke atas melalui abdomen dan thorax
menyimpang ke sebelah kiri kolumna vertebralis, kemudian bersatu dengan vena-vena
besar di sebelah bawah kiri leher dan menuangkan isinya ke dalam vena-vena itu.
Ductus thoracicus mengumpulkan limfe dari semua bagian tubuh, kecuali dari bagian
yang menyalurkan limfenya ke ductus limfe kanan (batang saluran kanan).
Ductus limfe kanan ialah saluran yang jauh lebih kecil dan mengumpulkan limfe dari
sebelah kanan kepala dan leher, lengan kanan dan dada sebelah kanan, dan menuangkan
isinya
ke
dalam
vena
yang
berada
di
sebelah
bawah
kanan
leher.
Sewaktu suatu infeksi pembuluh limfe dan kelenjar dapat meradang, yang tampak pada
pembengkakan kelenjar yang sakit atau lipat paha dalam hal sebuah jari tangan atau jari
kaki terkena infeksi.
13
CSL Semester 4
Edisi Kedua
Fungsi
1.
2.
3.
Untuk membawa lemak yang sudah dibuat emulsi dari usus ke sirkulasi darah.
Saluran limfe yang melaksanakan fungsi ini ialah saluran lakteal.
4.
Kelenjar
limfe
menyaring
dan
menghancurkan
mikroorganisme
untuk
14
CSL Semester 4
5.
Edisi Kedua
Apabila ada infeksi, kelenjar limfe menghasilkan zat anti (antibodi) untuk
melindungi tubuh terhadap kelanjutan infeksi.
7. Prosedur
Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening :
1.
2.
KGB dan daerah sekitarnya harus diperhatikan. Kelenjar getah bening harus
diukur untuk perbandingan berikutnya. Harus dicatat ada tidaknya nyeri tekan,
kemerahan, hangat pada perabaan, dapat bebas digerakkan atau tidak dapat
digerakkan, apakah ada fluktuasi, konsistensi apakah keras atau kenyal.
Ukuran : normal bila diameter <1cm (pada epitroclear >0,5cm dan lipat
paha >1,5cm dikatakan abnormal)
Nyeri tekan : umumnya diakibatkan peradangan atau proses perdarahan
Konsistensi : keras seperti batu mengarahkan kepada keganasan, padat
seperti karet mengarahkan kepada limfoma; lunak mengarahkan kepada
proses infeksi; fluktuatif mengarahkan telah terjadinya abses/pernanahan
Penempelan/bergerombol : beberapa KGB yang menempel dan bergerak
bersamaan bila digerakkan. Dapat akibat tuberkulosis, sarkoidosis,
keganasan.
3.
15
CSL Semester 4
Edisi Kedua
8. Daftar Pustaka
Anonim. 2007. Skills Lab Jilid 8 Tahun Akademik 2007/2008. Clinical Skills
Laboratory. Universitas Padjadjaran. Bandung.
Szilagy, Peter G. 2002. Bates guide to phsycal examination. McGraw-Hill.
Lymphatic Drainage in Body. Akses from :
http://www.australiancolonhealth.com.2Fmanual-lymphatic-drainage.
9. Evaluasi
CHECK LIST PEMERIKSAAN KELENJAR GETAH BENING
N
o
1
2
3
4
5
7
8
9
10
11
12
Umpan Balik
16
CSL Semester 4
13
14
15
16
Edisi Kedua
17
CSL Semester 4
Edisi Kedua
TEMA :
Keterampilan Komunikasi Anamnesis Penyakit Genitourinaria
B.
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Tujuan instruksional umum
Mahasiswa mampu melakukan anamnesis penyakit genitourinaria dengan baik
dan benar
2. Tujuan instruksional khusus
Mahasiswa dapat mengawali dan mengakhiri anamnesis secara urut
Mahasiswa mengucapkan salam pembuka di awal dan penutup di akhir
Mahasiswa dapat menggali informasi dengan detail, namun relevan dengan
permasalahan terutama masalah penyakit hematoimunologi
Mahasiswa dapat menunjukkan penampilan yang baik
Mahasiswa dapat menjaga suasana proses anamnesis yang baik
Mahasiswa dapat memahami dan menggunakan bahasa yang dipahami
responden
Mahasiswa dapat menghindari sikap interogasi
Mahasiswa dapat melakukan cross check
Mahasiswa dapat bersikap netral
Mahasiswa dapat melaksanakan umpan balik
Mahasiswa dapat mencatat hasil anamnesis dengan jelas serta
menyimpulkan hasil anamnesis.
C.
D.
SKENARIO
Seorang pasien laki - laki berumur 67 tahun, datang ke praktek anda dengan susah
buang air kecil sejak 1 bulan terakhir. Lakukan anamnesis pada pasien tersebut.
18
CSL Semester 4
E.
Edisi Kedua
DASAR TEORI
19
CSL Semester 4
Edisi Kedua
20
CSL Semester 4
Edisi Kedua
b. Keluhan miksi
Keluhan yang dirasakan oleh pasien pada saat miksi meliputi Lower urinary
tract symptoms (LUTS) dan inkontinentia urine. LUTS menjadi keluhan kirakira 40 % orang tua. Gejalanya dibagi menjadi 2 yaitu gejala iritatif dan gejala
obstruksi. Gejala LUTS dapat kita jumpai pada penyakit Benign Prostattic
Hyperplasia (BPH), kelemahan otot detrusor, infeksi saluran kencing (ISK),
prostatitis, batu pada saluran kencing, keganasan prostat atau keganasan bulubuli, penyakit neurologik (multiple sklerosis, spinal cord injury, cauda equina
syndrome).
Berikut akan dijelaskan keluhan yang dirasakan pasien pada saat miksi, yaitu:
Keluhan iritasi meliputi:
Urgensi: rasa sangat ingin kencing sehingga terasa sakit. Akibat
hiperititabilitas dan hiperaktivitas buli karena inflamasi, terdapat benda
asing di dalam buli, adanya obstruksi intravesika atau karena kelainan
buli nerogen.
Frekuensi atau polakisuria : frekuensi berkemih lebih dari normal. Setiap
hari orang normal rata rata berkemih sebanyak 5 hingga 6 kali dengan
volume kurang lebih 300 ml setiap miksi. Akibat poliuria atau karena
kapasitas buli yang menurun sehingga sewaktu buli terisi pada volume
yang belum mencapai kapasitasnya, rangsangan miksi sudah terjadi.
Nokturia : polakisuria yang terjadi pada malam hari. Pada pasien usia tua
tidak jarang terjadi peningkatan produksi urine pada malam hari karena
kegagalan ginjal melakukan konsentrasi (pemekatan urine).
Disuria : nyeri saat miksi dan terutama disebabkan karena inflamasi pada
buli-buli atau uretra. Sering nyeri dirasakan paling sakit di sekitar meatus
uretra eksternus. Disuria yang terjadi di awal miksi biasanya berasal dari
kelainan utetra dan jika terjadi pada akhir miksi adalah kelainan pada
buli-buli.
Keluhan obstruksi meliputi:
Hesitansi : awal keluarnya urine menjadi lebih lama dan seringkali pasien
harus mengejan untuk memulai miksi.
Pancaran keluarnya urine lemah, tidak jauh dan kecil (bahkan urine jatuh
di dekat kaki pasien)
Intermitensi : di pertengahan miksi seringkali miksi berhenti kemudian
memancar lagi / miksi terputus-putus
21
CSL Semester 4
Edisi Kedua
Terminal dribbling : miksi diakhiri dengan perasaan masih terasa ada sisa
urine di dalam buli (BAK tidak puas) dengan masih keluar tetesan
tetesan urine
Enuresis : ketidakmampuan menahan miksi
Inkontinensia urine
Inkontinensia urine adalah ketidakmampuan seseorang untuk menahan miksi
yang keluar dari buli buli baik disadari maupun tidak disadari.
c. Keluhan perubahan warna urine
Hematuria
Hematuria adalah didapatkannya darah atau sel darah merah di dalam
urine. Hal ini perlu dibedakan dengan bloody urethral discharge atau
perdarahan uretra yaitu keluar darah dari meatus uretra eksterna tanpa
melalui proses miksi. Porsi hematuria yang keluar perlu diperhatikan
apakah terjadi pada saat awal miksi (hematuria inisial), seluruh proses
miksi (hematuria total) atau akhir miksi (hematuria terminal). Dengan
memperhatikan porsi hematuria yang keluar dapat diperkirakan asal
perdarahan. Hematuri dapat disebabkan oleh berbagai kelainan pada
saluran kemih tetapi mulai dari infeksi hingga keganasan saluran kemih.
Pneumaturia
Pneumaturia adalah berkemih tercampur dengan udara. Keadaan ini dapat
terjadi karena terdapat fistula antara buli dengan usus, atau terdapat
proses fermentasi glukosa menjadi gas CO2 di dalam urine seperti pada
pasien diabetes melitus.
Hematospermia/hemospermia : didapatkannya darah di dalam cairan
ejakulat (semen). Biasanya dialami oleh pasien pubertas dan paling
banyak usia 30-40 tahun.
Cloudy urine : urine berwarna keruh dan berbau busuk akibat akibat dari
suatu infeksi saluran kemih. Keluarnya cairan dari uretra pada laki-laki
adalah yang paling banyak menimbulkan keluhan urologi. Oranisme
penyebab yang paling sering adalah Neisseria gonorrhoeaea atau
Chlamydia trachomatis. Cairan yang keluar disertai rasa terbakar saat
miksi atau rasa gatal pada uretra.
Selain akibat infeksi, pasien juga sering mengeluhkan urine yang
berwarna keruh, tetapi ini lebih sering terjadi karena alkalin, yang
22
CSL Semester 4
Edisi Kedua
PROSEDUR
Anamnesis yang baik akan terdiri dari identitas, keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang, riwayat penyakit dahulu, anamnesis sistem, riwayat penyakit dalam
keluarga, dan riwayat pribadi.
1. Identitas Pasien
Identitas pasien merupakan bagian yang paling penting dalam anamnesis.
Identitas diperlukan untuk memastikan bahwa pasien yang dihadapi adalah
23
CSL Semester 4
Edisi Kedua
memang benar pasien yang dimaksud, selain itu juga diperlukan untuk data
penelitian , asuransi, dan lain sebagainya.
Identitas meliputi:
Jenis kelamin
Alamat
Pendidikan
Pekerjaan
Suku bangsa
Agama.
Usia dan jenis kelamin penting ditanyakan untuk kerentanan penyakit yang
berkaitan dengan usia dan jenis kelamin tertentu, contohnya BPH. Riwayat
pekerjaan juga penting untuk menganalisis risiko penyakit. Misalnya supir,
mempunyai risiko terkena penyakit batu karena duduk secara statis dan dalam
waktu yang lama.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama yaitu keluhan atau gejala yang dirasakan pasien yang
membawanya pergi ke dokter untuk berobat. Keluhan utama sangat dibutuhkan
dalam mengumpulan informasi masalah. Bahkan untuk pasien yang datang
hanya untuk sekedar pemeriksaan rutin. Perlu diketahui bahwa keluhan utama
tidak selalu keluhan yang pertama disampaikan oleh orangtua pasien; hal ini
terutama pada orangtua yang pendidikannya rendah, yang kurang dapat
mengemukakan esensi masalah.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat perjalan penyakit merupakan cerita yang kronologis, terinci dan jelas
mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhan utama, sampai
pasien datang berobat. Pasien diminta menceritakan gejala-gejala yang muncul
dengan kata-katanya sendiri. Informasi tambahan tentang keluhan pasien dapat
diperoleh dengan mengajukan pertanyaan yang spesifik. Riwayat perjalanan
penyakit disusun dalam bahasa Indonesia yang baik sesuai dengan apa yang
diceritakan pasien, tidak boleh menggunakan bahasa kedokteran, apalagi
melakukan interpretasi dari apa yang dikatakan oleh pasien. Dalam
mewawancarai pasien gunakanlah kalimat terbuka (kata tanya apa, mengapa,
24
CSL Semester 4
Edisi Kedua
25
CSL Semester 4
Edisi Kedua
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2001. Buku Panduan skill Lab FK UGM. Yogyakarta
Anonim.2007.Buku Panduan Skill Lab FK Unpad.Bandung
Datta, Mirpuri.2003.Crassh Course Renal and Urinary Systems.London
Purnomo, Basuki B. 2007. Dasar- Dasar Urologi Edisi Kedua. CV.Sagung
seto : Jakarta
Sudoyo, Aru W, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I dan Jilid II.
Ilmu Penyakit Dalam FKUI: Jakarta
H.
TUGAS MAHASISWA
1) Masing-masing mahasiswa membuat anamnesis pasien dengan keluhan
penyakit yang berhubungan dengan sistem genitourinaria misalnya BPH,
26
CSL Semester 4
Edisi Kedua
infeksi saluran kemih, GNAPS, batu saluran kemih, gonorhoe, tumor buli-buli,
ca prostat, dll.
2) Anamnesis yang telah dibuat akan menjadi sumber latihan anamnesis pada
pertemuan kedua
I.
7
8
YANG
Umpan
Balik
27
CSL Semester 4
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Edisi Kedua
28
CSL Semester 4
Edisi Kedua
A.
Tema Pembelajaran
Keterampilan pemeriksaan fisik sistem urogenital pria, pemeriksaan colok dubur
dan pengambilan spesimen uretra
B.
Tujuan
Setelah mempelajari CSL ini, diharapkan mahasiswa mampu melakukan:
persiapan sebelum melakukan pemeriksaan fisik urogenital pria
pemeriksaan fisik ginjal
pemeriksaan fisik suprapubik
pemeriksaan fisik penis
fisik skrotum dan isinya
pemeriksaan colok dubur
pengambilan spesimen uretra
C.
Level Kompetensi
No
1
2
3
4
Jenis Kompetensi
Inspection of penis
Inspection and palpation of scrotum
Palpation of penis, testes, epididymis spermatic duct
Transillumination of scrotum
Level Kompetensi
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
6
7
Rectal Examination
Palpation Of Prostate
1
1
2
2
3
3
4
4
Milking urethra
29
CSL Semester 4
D.
Edisi Kedua
Handscoen
2.
3.
Senter
4.
Handscoen
5.
Jelly
6.
Manekin Prostat
7.
Sabun cair
8.
Air mengalir
9.
Larutan antiseptik
E.
Skenario
Saat Anda sedang jaga di klinik Unila, datanglah pasien untuk berobat
dengan anda. Pasien pertama, laki-laki, 70 tahun, mengeluh susah BAB sejak 1
minggu yang lalu. Anda lalu melakukan pemeriksaan fisik sistem urogenita pria
dan colok dubur untuk menegakkan diagnosa pada pasien ini. Pasien kedua, lakilaki berusia 35 tahun datang dengan keluhan BAK bernanah sejak 2 hari yang lalu.
Anda lalu melakukakan prosedur pengambilan spesimen uretra dengan metode
milking untuk menegakkan diagnosa.
30
CSL Semester 4
F.
Edisi Kedua
Dasar Teori
Pemeriksaan ginjal
Adanya pembesaran pada daerah pinggang atau abdomen sebelah atas harus
diperhatikan pada saat melakukan inspeksi pada daerah ini. Pembesaran itu
mungkin disebabkan oleh karena hidronefrosis atau tumor pada daerah
retroperitonium.
Palpasi pada ginjal dilakukan secara bimanual yaitu dengan memakai dua
tangan. Tangan kiri diletakkan di sudut kostovertebra untuk mengangkat ginjal ke
atas sedangkan tangan kanan meraba ginjal dari depan.
31
CSL Semester 4
Edisi Kedua
2. Pemeriksaan buli-buli
Pada pemeriksaan buli-buli diperhatikan adanya benjolan/massa atau
jaringan parut bekas irisan operasi di suprasimfisis. Massa di daerah
suprasimfisis mungkin merupakan tumor ganas buli-buli yang terisi penuh dari
suatu retensi urune. Dengan palpasi dan perkusi dapat ditentukan batas atas
buli-buli.
4.
saat diraba, atau ada hipoplasi kulit skrotum yang sering dijumpai pada
kriptokosmus. Untuk membedakan antara massa padat dan massa kistus yang
terdapat pada isi skrotum, dilakukan pada tempat yang gelap dan menyinari
32
CSL Semester 4
Edisi Kedua
skrotum dengan cahaya terang. Jika isi skrotum tampak menerawang berarti
cairan kistus dikatakan sebagai transluminasi positif atau diafanoskopi positif.
5.
Pemeriksaan neurologi
Pemeriksaan neurologi ditujukan untu mencari kemungkinan adanya
kelainan neurologik yang mengakibatkan kelainan pada sistem urogenitalia.
Seperti pada lesi motor neuron atau lesi saraf perifer yang merupakan
penyebab buli-buli nerogen.
b.
c.
Menilai prostat.
33
CSL Semester 4
Edisi Kedua
Gambar 2. Posisi pemeriksaan colok dubur : a. Posisi litotomi, b. Posisi left lateral
decubitus, c & d. Posisi knee chest, e & f posisi membeungkuk
Pada wanita yang sudah berkeluarga selain pemeriksaan colok dubur, perlu
juga diperiksa colok vagina guna melihat kemungkinan adanya kelainan di dalam alat
kelamin wanita, antara lain : massa di serviks, darah di vagina, atau massa di buli-buli.
Indikasi dilakukannya colok dubur antara lain
a.
Retentio urine
b.
c.
34
CSL Semester 4
Edisi Kedua
tampak duh tubuh agar dilakukan teknik milking. Teknik milking merupakan suatu cara
pengambilan spesimen/ sekret uretra dengan cara melakukan pengurutan uretra mulai
dari pangkal penis ke arah muara uretra. Setelah itu baru dilakukan pengolesan duh
tubuh pada objek glass untuk dilakukan pemeriksaan. Bila duh tubuh masih belum
terlihat setelah dilakukan teknik milking, maka pasien dianjurkan untuk tidak kencing
sekurang-kurangnya 3 jam sebelum diperiksa. Dalam pelaksanaan prosedur milking
sebaiknya pemeriksa didampingi oleh seorang tenaga kesehatan lain. Sebelum
melakukan pengambilan spesimen duh tubuh uretra, lakukan dahulu pemeriksaan fisik
terhadap pasien. Kemudian beri penjelasan lebih dulu kepada pasien mengenai tindakan
yang akan dilakukan.
Pada saat melakukan pemeriksaan fisik genitalia dan sekitarnya, pemeriksa harus
selalu menggunakan sarung tangan. Jangan lupa mencuci tangan sebelum dan
sesudah memeriksa.
Pasien harus membuka pakaian dalamnya agar dapat dilakukan pemeriksaan
genitalia (pada keadaan tertentu, kadangkadang pasien harus membuka seluruh
pakaiannya secara bertahap).
Pemeriksaan pasien laki-laki dapat dilakukan sambil duduk/ berdiri.
Hal hal yang harus dilakukan pada pemeriksaan fisik yaitu:
Perhatikan daerah penis, dari pangkal sampai ujung, serta daerah skrotum
Perhatikan adakah duh tubuh, pembengkakan, luka/lecet atau lesi lain
Lakukan inspeksi dan palpasi pada daerah genitalia, perineum, anus dan
sekitarnya.
Jangan lupa memeriksa daerah inguinal untuk mengetahui pembesaran kelenjar
getah bening setempat (regional)
Bilamana tersedia fasilitas laboratorium, sekaligus dilakukan pengambilan bahan
pemeriksaan.
Pada pasien pria dengan gejala duh tubuh genitalia disarankan untuk tidak berkemih
selama 1 jam (3 jam lebih baik) sebelum pemeriksaan.
G.
PROSEDUR
1.
2.
35
CSL Semester 4
Edisi Kedua
fisik yang dilakukan. Jelaskan pada pasien tentang hak pasien atau keluarganya
misalnya tentang hak untuk menolak pemeriksaan fisik.
3.
4.
5.
Pemeriksaan Perut
A. Pemeriksaan regio costo-vertebralis
Pemeriksaan dapat dengan duduk, tapi yang paling baik dan biasa
dilakukan adalah dalam posisi baring terlentang (Supine position), dilihat
dari depan dan belakang
Inspeksi :
Perhatikan tanda radang hebat, trauma (luka lecet/gores), benjolan di
RCV/lateral abdomen yg ikut gerak nafas(tumor).
Palpasi :
a. Pemeriksaan posisi baring, 1 tangan di costo-vertebralis dan satu tangan
didepan
36
CSL Semester 4
Edisi Kedua
Auskultasi
Pemeriksaan dengan steteskop : terdengar suara bising (systolic bruit) bila
ada stenosis atau aneurysma arteri renalis
Transilluminasi
Terutama anak< 1thn dgn massa besar di supra pubis atau RCV Gunakan
senter pada sisi massa di kamar gelap.
Tes transluminasi (+) kista ginjal atau hydronefrosis dgn cairan
transparant. Transluminasi tes (+) seperti pada hydrocele
b.
Palpasi
a. Nyeri tekan supra pubis sistitis
b.Tumor buli-buli, uterus, ovarium yg besar dan seminoma teraba di supra
pubis
c. Urin sisa yg banyak teraba dengan colok dubur
bimanual
Perkusi
a. Buli-buli kosong tidak dapat diidentifikasi dgn perkusi.
b. Pekak (dullness) di supra pubis isi buli-buli > 150 cc atau atau kista
ovarium pada wanita
37
CSL Semester 4
Edisi Kedua
38
CSL Semester 4
Edisi Kedua
https://online.epocrates.com
c. Bila sudah disirkumsisi, perhatikan ;
Glans penis
Periksa apakah ada Herpes progenitalis (Virus Herpes tipe 2), Radang
glans penis : balanitis
Meatus uretra
o
Sulcus coronarius
Chancroid ( infeksi basil Ducrey ), scar ( sifilis primer),
tumor (ca. penis), Condylomata acuminata
39
CSL Semester 4
Edisi Kedua
Epispadia:
urethra
meatus
terletak
di
dorsum penis.
Fistel urethra akibat peri urethritis atau trauma.
Hypoplasia of the penis (micro penis) adalah penis yang tidak
berkembang (tetap kecil)
Curvatura penis : hypospadia penis akan bengkok kearah ventral
(chordae)
Palpasi :
Diraba seluruh penis mulai dari preputium,glans dan batang penis serta
urethra.
o Phymosis teraba massa lunak atau keras dibawah preputium pada glans
penis atau sulcus caronarius.
o Uretra spt tali dan pancaran kencing kurang striktur uretra.
o Teraba batu pada fossa navicularis glandis dan peno-scrotalis
40
CSL Semester 4
Edisi Kedua
b.
c.
Palpasi
a.
41
CSL Semester 4
Edisi Kedua
Vas deferens teraba seperti benang besar dan keras dalam skrotum.
Tidak teraba agenesis vas deferens
Transluminasi
Jika isi skrotum tampak menerawang berarti cairan kistus dikatakan
sebagai transluminasi positif atau diafanoskopi positif.
Persiapan
i. Mintalah pasien untuk buang air kecil, bila tidak dapat, lakukan
ii. Kateterisasi. Atur posisi penderita dengan posisi lithotomi, kemudian
pasang sarung tangan dan oleskan jari telunjuk yang bersarung tangan
dengan lubricant.
B.
C.
42
CSL Semester 4
Edisi Kedua
D.
Doronglah telunjuk menuju jam 12, dan rasakan alur median yang
memisahkan 2 kelenjar prostat, teruskan sampai mencapai bagian
teratas prostat (pole atas) saat alur median menghilang. Bila telunjuk
diteruskan ke atas, maka di tiap sisi midline dapat dicapai vesica
seminalis yang dalam keadaan normal tidak teraba.
E.
F.
43
CSL Semester 4
Edisi Kedua
13) Bila tidak tampak duh tubuh, dapat dilakukan teknik milking terlebih
dahulu dengan cara melakukan pengurutan uretra mulai dari pangkal
penis ke arah muara uretra sampai keluar cairan sekretnya. Bila masih
belum terlihat, dianjurkan untuk tidak kencing sekurang-kurangnya 3 jam
sebelum diperiksa.
14) Minta pasien untuk memakai celananya kembali.
15) Sampel siap diperiksa.
16) Lepas handschoen, buang pada tempat sampah medis, cuci tangan WHO
kembali.
H.
Daftar Pustaka
a. Purnomo B, Basuki. 2007. Dasar-Dasar Urologi. FK Unibraw : CV Sagung
Seto.
b. Emil A, Tanagho et all. Smiths General Urology 16th Edition. Mc Graw-Hill,
2004
c. Degown RL and Brown DD : DeGowins Diagnostic Examination, 7th
edition.McGraw-Hill, 2000
d. Swartz MH : Textbook of Physical Diagnosis, Hystory and Examination, 5th
edition, Elsevier, 2006
e. https://online.epocrates.com/data_dx/reg/765/img/765-2-iline.gif
Ceklist Pemeriksaan
No
I
1
2
II
3
A
A.1
4
5
6
7
8
A.2
9
10
11
Aspek Penilaian
Umpan
Balik
INTERPERSONAL
Senyum, salam dan sapa
Informed consent
PROSEDURAL
Persiapan alat, cuci tangan WHO, pasang handscoen
PEMERIKSAAN PERUT
Pemeriksaan regio costovertebralis
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Transluminasi
Pemeriksaan Suprapubis
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
44
CSL Semester 4
Edisi Kedua
B.1
Pemeriksaan Penis
13
Inspeksi
14
Palpasi
B.2
15
Inspeksi
16
Palpasi
17
Transluminasi
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
D
45
CSL Semester 4
29
30
Buat lingkaran pada objek glass dengan spidol lalu beri label
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
43
44
45
42
III
Edisi Kedua
46
CSL Semester 4
Edisi Kedua
Tema Pembelajaran
a.Keterampilan pemasangan dan pelepasan kateter uretra menetap dengan
menggunakan kateter Foley
b. Keterampilan prosedur punksi suprapubik
2.
Level Kompetensi
No
1
2
3
4
3.
Jenis Kompetensi
Urethral catheterization in male
Urethral catheterization in female
Clean intermitten chatheterization (Neuropathic blader)
Suprapubic punction
1
1
1
1
Level Kompetensi
2
3
2
3
2
3
2
3
4
4
4
4
Tujuan
Mahasiswa mampu melepas kateter uretra melalui prosedur yang baik dan
benar
4.
47
CSL Semester 4
Edisi Kedua
5.
Skenario
Retensio Urine
Seorang kakek usia 65 tahun, datang ke UGD dengan keluhan Retensio
Urine. Dari anamnesis didapatkan gejala Obstruktif {hesitancy, intermittency,
pancaran urine kecil dan melemah, perasaan tidak puas (tersisa) setelah kencing,
double voiding (terasa ingin kencing lagi dalam waktu < 2 jam setelah kencing
sebelumnya), straining dan post-void dribbling} dan gejala Irritative (urgency,
frequency, dan nocturia). Pada pemeriksaan didapatkan bulging dan nyeri tekan
pada region suprapubik. Anda memikirkan kemungkinan retensio urine e.c Benign
Prostatic Hyperplasia (BPH)/Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS) kemudian
melakukan prosedur pemasangan kateter uretra dan Skoring IPSS untuk
tatalaksana lebih lanjut serta merencakan prosedur punksi suprapubik apabila
prosedur pertama gagal.
6.
Dasar Teori
KATETER URETRA
Kateter uretra merupakan suatu alat kesehatan berbentuk pipa terbuat dari
bahan lunak (lateks, silicon) maupun bahan keras (logam) yang digunakan untuk
mengeluarkan air kencing dari kandung kencing untuk berbagai tujuan.
48
CSL Semester 4
Edisi Kedua
Gentle
Sterilitas
49
CSL Semester 4
Edisi Kedua
Ukuran Kateter
Skala yang dipakai adalah Franch (F) dimana 1 Fr = 0,33 mm atau 1 mm = 3
Fr. Pada dewasa yang sering dipakai adalah 16 F atau 18 F. Kateter 18 Fr artinya
diameter luarnya 6 mm
50
CSL Semester 4
Edisi Kedua
diperhatikan seperti halnya membuang sampah medis, sampah tajam ataupun sampah
biasa baik itu sisa plastic kateter, kasa, sarung tanagn, urin, dll harus pada tempatnya
yang sesuai untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial.
2. Lubrikasi
Lubrikasi yang adekuat merupakan salah satu prinsip dalam pemasangan
kateter uretra. Lubrikasi sangat diperlukan, selain untuk mempermudah tindakan,
mencegah terjadinya cedera mukosa yang kemudian dapat menyebabkan stricture uretra
juga dapat mengembangkan uretra itu sendiri khususnya pada laki-laki. Untuk laki-laki,
digunakan jeli 5-10 cc yang dimasukkan kedalam uretra dengan spuit tanpa jarum.
Sedangkan untuk wanita karena uretranya pendek, lubrikasi cukup dioleskan pada
kateter saja. Untuk saat ini dipasaran sudah tersedia jeli yang juga mengandung bahan
anestetika local yang dapat mengurangi rasa nyeri saat pemasangan kateter.
3. Keamanan
Keamanan harus diperhatikan baik pada pemasangan maupun pelepasan
kateter. Kateter uretra dianjurkan dipasang oleh dokter atau tenaga medis terlatih
dibawah pengawasan dokter. Memasukkan kateter juga harus perlahan-lahan untuk
mencegah cedera pada mukosa uretra. Mengembangkan balon keteter harus tepat
setelah kateter masuk kandung kencing. Tidak dibenarkan mengembangkan balon
sebelum ujung kateter masuk ke kandung kencing karena hal ini dapat menyebabkan
rupture uretra. Begitu juga sebaliknya, melepas kateterpun harus dipastikan balon
kateter sudah benar-benar kemps/ dikosongkan dari air atau udara. Pemasangan kateter
logam masih seringa dilakukan pada wanita di bagian kebidanan, namun pada laki-laki
sudah jarang sekali digunakan dan akan sangat berbeda cara pemasangannya dengan
kateter lunak seperti Foley kateter.
51
CSL Semester 4
Edisi Kedua
4. Anatomi Urethra
a. Uretra laki-laki
52
CSL Semester 4
Edisi Kedua
53
CSL Semester 4
Edisi Kedua
Striktur uretra
Bakterial Shock
Ruptur uretra
Pendarahan
Perforasi buli-buli
dikempeskan
PUNKSI SUPRAPUBIK
Punksi supra pubis biasanya dilakukan untuk pengambilan contoh urine agar
tidak terkontaminasi, disamping itu dapat juga digunakan sebagai diversi urine
sementara waktu bila pasien retensi dan pemasangan kateter uretra gagal sedang kan
sarana maupun prasarana untuk melakukan sistostomi terbuka atau dengan trokar tidak
ada apalagi tersedianya set perkutan sistostomi..Walaupun tidak begitu menyakitkan
tetapi tidak menyenangkan bagi pasien. Sebelum melakukan punksi pasien harus
banyak minum dulu agar buli-bulinya penuh.Biasanya pada laki-laki teraba puncak bulibulinya yang penuh karena tonus ototnya relatif lebih kuat, sedangkan pada wanita
kadang walaupun sudah penuh buli-bulinya masih tidak teraba. Punksi supra pubis
biasanya dilakukan pada garis tengah diantara umbilikus dan simpisis pubis, punksinya
kira-kira 2 inci diatas simpisis. Punksi buli tidak dilakukan pada tumor buli, kontracted
bladder dan hematuri yang belum jelas sebabnya.
54
CSL Semester 4
7.
Edisi Kedua
Prosedur
TUGAS : mahasiswa diberikan tugas untuk mencari dan melihat video cara
pemasangan kateter uretra pada wanita, dan diberikan kepada PJ blok CSL pada
pertemuan ke-2.
b. Persiapan Pasien
Posisikan pasien tidur terlentang dan rileks (posisi litotomi untuk pasien
wanita)
Kassa steril
55
CSL Semester 4
Edisi Kedua
Kateter yang telah dipilih jenis dan ukuran sesuai dengan diameter
urethra, dikeluarkan dari bungkusnya secara steril dan diletakkan
ditempat alat steril
Bukalah plastic Urinal bag steril dan jatuhkan pada meja perlatan
Cek apakah balon kateter masih berfungsi dengan baik dan tidak bocor dengan
menggunakan spuit yang diisi aquadest kemudian dihisap kembali
Tangan kiri memegang penis (sesuai posisi anatomis) atau membuka vulva
pada wanita
56
CSL Semester 4
Edisi Kedua
e. Pemasangan
Pastikan kateter sudah terfiksasi dengan baik dengan cara setelah balon
dikembangkan, tarik pelan-pelan kateter sampai terasa tahanan agar balon
fiksasi tepat berada dileher kandung kencing
Penis dan kateter diarahkan ke lateral dan difiksasi dengan plester didaerah
inguinal agar posisi kateter lebih cocok dengan bentuk anatomi uretra, untuk
menghindari nekrosis akibat tekanan lengkung kateter pada sisi uretra
Ujung kateter (lubang yang lurus) dihubungkan dengan urinal bag steril lalu
ditempatkan sedemikian rupa sehingga posisi selalu lebih rendah dari penderita
serta salurannya tidak tertekuk.
57
CSL Semester 4
Edisi Kedua
Jumlah urin
Melepaskan sambungan kateter dengan pipa urinal bag dan menampung sisa
urin yang keluar dari kateter pada bengkok
Menyedot cairan dalam balon kateter dengan spuit dan dipastikan benar-benar
telah habis
58
CSL Semester 4
Edisi Kedua
3. PUNKSI SUPRAPUBIK
a) Operator mencuci tangan dengan sabun terlebih dahulu pada air kran mengalir
b) Operator memakai hand schoen secara aseptik.
c) Lakukan desinfeksi secukupnya dengan memakai bahan anti septik yang
tidakmenimbulkan iritasi pada kulit antara simpisis dengan umbilikus.
d) Lalu daerah yang akan dipunksi ditutupi dengan doek steril.
e) Pada garis tengah , anatesi kulit sekitar 5cm, pada anak tidak lebih dari
setengahnya di atas simpisis pubis. Langkah ini merupakan pilihan pada pasien
anak, mengingat langkah berikutnya akan menimbulkan rasa nyeri
f) Dilakukan punksi dg spuit atau spinal needle( garis tengah antara simpisis
pubis dan umbilikus,biasanya 2 inci diatas simpisis pubis) tegak lurus dengan
daerah punksi terus didorong masuk kebuli-buli ditandai dengan keluarnya
urine dari lubang jarum. Biasanya jarum akan menyentuh veika setelah
terdorong sepanjang 5 cm pada orang dewasa
g) Kemudian dilakukan aspirasi melalui jarum. Jika belum didapatka urin ,
dorong lagi jarum, sambil mengaspirasi .
8.
Daftar Pustaka
59
CSL Semester 4
Edisi Kedua
Check List Pemasangan Kateter Uretra (Foley Catheter) Menetap dan Punksi
Suprapubik
No
Aspek Penilaian
1
2
3
INTERPERSONAL
Senyum, salam, sapa dan membina sambung rasa dengan pasien
Tanyakan dan pastikan indikasi/kontraindikasi pemasangan kateter
Lakukan Informed consent dengan lengkap, baik dan benar
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Umpan Balik
60
CSL Semester 4
25
26
27
28
29
38
39
40
41
42
43
44
45
PROFESIONALISME
Percaya diri
Minimal error dan bekerja dengan memperhatikan kaidah sterilitas
30
31
32
33
34
35
36
37
Edisi Kedua
61
CSL Semester 4
Edisi Kedua
SIRKUMSISI
dr. Oktadoni Saputra
1) Tema Pembelajaran
Keterampilan prosedural Sirkumsisi
2) Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa mampu melakukan prosedur sirkumsisi dengan baik dan benar
meliputi :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Dorsumsisi
7.
Sirkumsisi
8.
Frenuloplasty
9.
3) Level Kompetensi
No
1
2
Jenis Kompetensi
Circumcision
Dorsumcircumcision
1
1
Level Kompetensi
2
4
3
2
4
3
62
CSL Semester 4
Edisi Kedua
Spuit 3 cc
Jarum ukuran 23 G/ 27 G
Com betadine
Larutan antiseptic (povidone iodine 10% dan alcohol 70%) dan lar.
sublimat
Alat & bahan habis pakai untuk penjahitan & dressing luka
o
Kassa steril
5) Skenario
Seorang anak laki-laki kelas 5 SD diantar oleh kedua orang tuanya ke
puskesmas tempat saudara bekerja karena ingin disunat. Sang anak malu sering
diejek teman-temannya karena belum sunat. Sang ibu juga menceritakan
bahwa sang anak sering mengalami bengkak dan sakit di ujung kemaluannya.
Dari pemeriksaan anda mendapatkan phimosis tanpa disertai adanya tandatanda balanitis. Anda menanyakan hal-hal menyangkut kontraindikasi
sirkumsisi dan merencanakan prosedur sirkumsisi pada sang anak.
63
CSL Semester 4
Edisi Kedua
6) Dasar Teori
a.
Pengertian
Sirkumsisi adalah tindakan bedah untuk membuang sebagian atau
seluruh preputium penis yaitu bagian kulit yang menutupi glans penis untuk
tujuan tertentu.
b.
c.
Indikasi
Kepercayaan/agama
Medis :
Fimosis
Parafimosis
Kontra indikasi
Absolute :
Hypospadias, epispadias
Micropenis
Webbed penis
Ambiguous genitalia
Relatif :
64
CSL Semester 4
d.
Edisi Kedua
Keuntungan
sirkumsisi
adalah
terjaganya
hygiene
penis
serta
e.
Teknik Aseptic
Hemostasis
Kosmetik
Beberapa alat yang dikembangkan dan dipakai untuk keperluan sirkumsisi diantaranya
adalah Gomco Clamp, kelebihan alat ini bisa dipakai untuk sirkumsisi pada bayi yang
baru lahir sekalipun tetapi kekurangannya diperlukan alat khusus yang belum tentu
tersedia
secara
bebas
di
pasaran .
Alat terbaru yang sedang banyak diapakai di pasaran adalah Smart klamp.
Alat ini diapakai untuk sirkumsisi dengan tetap memperhatikan prosedur-prosedur
65
CSL Semester 4
Edisi Kedua
sirkumsisi yang lain seperti : A dan antisepsis, anestesi, memaparkan glans, memasang
tube diatas glans, mengembalikan prputium, mengklamp preputium, memotong
preputium dan meninggalkan klamp selama beberapa hari sampai terjadi penyembuhan.
Kelebihan alat ini adalah meminimalisasi perdarahan serta estetika yang baik namun
memerlukan alat khusus dan harganya masih cukup mahal.
66
CSL Semester 4
Edisi Kedua
67
CSL Semester 4
Edisi Kedua
bagian frenulum ini daerah yang persarafannya yang banyak dan diyakini mempunyai
peranan dalam proses orgasme saat kopulasi). Kelebihan teknik ini sebagai berikut :
Visualisasi baik
Presisi tepat
Kosmetik baik
Walaupun demikian, kekurangan teknik ini adalah membutuhkan waktu
tindakan yang lebih lama. Adapun prosedur tindakan sirkumsisi ini dapat dilihat pada
bagian prosedur.
7) Prosedur
a) Evaluasi indikasi dan kontraindikasi
Jelaskan prosedur sirkumsisi yang akan dilakukan, pilihan teknik dan yang
akan dilakukan, tujuan, manfaat, resiko dan efek samping tindakan/prosedur
sirkumsisi
Binalah sambung rasa dengan anak yang akan disunat. Dalam hal ini, penting
dilakukan hubungan dr-pasien yang baik dengan anak serta menciptakan
kondisi yang menguatkan mental sang anak dan tidak membuat anak takut.
Ajarkan hal-hal yang perlu dilakukan atau dihindari oleh sang anak dan berikan
support yang baik.
68
CSL Semester 4
c)
Edisi Kedua
Persiapan
Mulailah dengan mencuci tangan dengan sabun dan antiseptic secara WHO
kemudian keringkan dengan handuk/lap pribadi
Cek dan persiapkan kelengkapan alat dan bahan yang diperlukan. Patahkan
obat anestetika local, bukalah plastic spuit, jarum dan benang jahit yang akan
dipakai dan jatuhkan ketempat alat bedah minor yang steril. Persiapkan plester
dan kassa yang diperlukan, serta tuangkan betadine/ bahan antiseptic pada kom
yang akan dipakai.
Pasanglah sarung tangan steril secara aseptic pada tangan dominan, masukkan
bahan obat kedalam spuit dengan metode steril (sarung tangan sebelah) dan
lanjutkan memasang handschoen steril yang sebelahnya. Gantilah jarum spuit
dengan jarum dengan ukuran yang lebih kecil missal 27 Gaus.
e)
69
CSL Semester 4
Edisi Kedua
Lakukan anestesi blok (ring block) pada nervus dorsalis penis tepat pada
pangkal penis atas dengan menginjeksikan jarum pada garis medial dibawah
smphysis pubis secara tegak lurus sampai menembus fascia buck (seperti
menembus kertas), yakinkan dan beri support anak untuk lebih kooperatif.
f)
70
CSL Semester 4
Edisi Kedua
g) Dorsumsisi
Dengan klem arteri lurus tentukan dosal preputium (jam 12) dengan menarik
arah yang berlawanan dari frenulum. Pasangkan klem arteri sampai 2 mm
didepan corona penis.
Guntinglah dengan gunting jaringan tepat pada alur yang terbentuk tersebut
Gambar 6. Dorsumsisi
h) Sirkumsisi
Klem dengan klem arteri lurus pada tempat dorsumsisi (jam 12) sebagai
jepitan kendali
Identifikasi daerah frenulum dan klem dengan klem arteri lurus (sekitar
30 detik) pada daerah frenulum salah satu sisi membentuk huruf V
kemudian gunting dengan gunting jaringan
Pastikan
dilakukan
pengkleman
terlebih
dahulu
sebelum
melakukan
pengguntingan
71
CSL Semester 4
i)
Edisi Kedua
Frenuloplasty
Jepit bagian frenulum (jam 6) yang tersisa tadi sesuai dengan ukuran yang
cukup untuk frenuloplasty
Potong sisa frenulum yang berlebih, pastikan sisa mukosa di daerah frenulum
0,5 cm dan seimbang
j)
Wound closure
Jika dirasakan jahitan sudah cukup, bersihkan daerah operasi dengan povidone
iodine
Balut dengan kassa mengarah ke atas seperti pita sebagaimana terlihat pada
gambar :
8) Daftar Pustaka
72
CSL Semester 4
Edisi Kedua
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Aspek Penilaian
Umpan Balik
INTERPERSONAL
Senyum, Salam, Sapa
Membina Sambung Rasa, Hub. Dr-Pasien dan mensupport anak
Mengevaluasi indikasi dan kontraindikasi
Informed (prosedur sirkumsisi, pilihan teknik dan yang akan dilakukan,
tujuan, manfaat, resiko dan efek samping tindakan/ prosedur sirkumsisi)
Consent
PROSEDURAL
Persiapan
Mencuci tangan dengan sabun dan antiseptic secara WHO
Cek kelengkapan alat
Patahkan obat anestetika local, bukalah plastic spuit, jarum dan benang
jahit yang akan dipakai dan jatuhkan ketempat alat bedah minor yang
steril. Persiapkan plester dan kassa yang diperlukan, serta tuangkan
betadine/ bahan antiseptic pada kom yang akan dipakai.
Pasanglah sarung tangan steril secara aseptic
Masukkan bahan obat kedalam spuit secara aseptic dan mengganti jarum
spuit
Asepsis dan Antisepsis
Lakukan sterilisasi medan operasi secara sentral perifer
Pasang Duk Steril
Anesthesia
Injeksikan jarum pada garis medial dibawah smphysis pubis secara tegak
lurus sampai menembus fascia buck
Aspirasi sebelum melakukan suntikan, jika tidak teraspirasi darah,
injeksikan lidokain sekitar 1-2 cc
Tarik jarum tanpa mengeluarkannya kemudian arahkan ke kanan dan
kekiri secara bergantian, aspirasi dan injeksikan masing-masing 0,5 cc
untuk setiap sisi
Tambahkan anestesi infiltrasi di lapisan subkutis ventral penis masingmasing 0,5 cc untuk setiap sisi
Preputium release dan pembersihan smegma
Cek apakah anestesi sudah optimal dengan melakukan jepitan di daerah
73
CSL Semester 4
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
Edisi Kedua
frenulum
Buka secara tumpul glans penis sampai sulcus corona penis terpapar.
Jika banayak terdapat smegma, bersihkan dengan larutan sublimat
Dorsumsisi
Jepit dorsal preputium (jam 12) dengan klem arteri lurus sampai 2 mm
didepan corona penis.
Jepit/klem sesaat 30 detik untuk mengurangi perdarahan dan sebagai
penanda dorsumsisi
Guntinglah dengan gunting jaringan tepat pada alur yang terbentuk
tersebut
Sirkumsisi
Jepit (30 detik) daerah frenulum satu sisi membentuk huruf V lanjutkan
dengan pemotongan
Teruskan penjepitan melingkar ke arah jam 12 dengan klem arteri
bengkok lanjutkan dengan pemotongan
Lakukan kedua tindakan di atas untuk sisi sebelahnya
Frenuloplasty
Jepit bagian frenulum (arah jam 6)
Lakukan penjahitan daerah frenulum dengan jahitan angka 8 atau angka
0
Potong sisa frenulum yang berlebih, pastikan sisa mukosa di daerah
frenulum 0,5 cm dan seimbang
Hecting dan Penjahitan Luka
Lakukan control perdarahan dengan melakukan ligasi pada vena.
Lakukan penjahitan mukosa dengan kulit satu persatu untuk setiap sisi
sampai seluruh bagian tertutup
Bersihkan daerah operasi dengan povidone iodine
Dressing dan Pembalutan Luka
Berikan salep antibiotic/kloramfenikol atau dibalut dengan supratule
pada tempat jahitan
Tutup luka dengan kassa steril seperti pita dan diplester/fiksasi
PROFESIONALISME
Percaya diri, Minimal error
Bekerja dengan memperhatikan kaidah sterilitas
74
CSL Semester 4
Edisi Kedua
ANAMNESIS GINEKOLOGI
Oleh : dr. Dian Isti Angraini, M.P.H
A. TEMA
Keterampilan anamnesis ginekologi (kandungan)
B. TUJUAN
Tujuan Instruksional Umum
Setelah melakukan latihan keterampilan anamnesis ginekologi mahasiswa mampu
melaksanakan anamnesa pada wanita dengan keluhan ginekologi
Tujuan Instruksional Khusus :
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan ginekologi secara umum,
terutama melakukan anamnesis ginekologi dengan baik.
Mahasiswa mampu membuat kesimpulan hasil anamnesis/ diagnosis.
Mahasiswa mampu membuat prognosis dan rencana
D. SKENARIO
Nn. A berusia 22 tahun, datang dengan keluhan perdarahan haid yang berlangsung
selama 20 hari dengan jumlah darah haid 2x lipat dari biasanya. Hal ini telah dialami
selama 3 bulan terakhir. Lakukanlah anamnesis ginekologi kepada pasien.
75
CSL Semester 4
Edisi Kedua
E. DASAR TEORI
Ginekologi (secara harfiah berarti "ilmu mengenai wanita") adalah cabang
ilmu kedokteran yang khusus mempelajari penyakit-penyakit sistem reproduksi wanita
(rahim, vagina dan ovarium). Gangguan ginekologi meliputi gangguan haid, perdarahan
uterus abnormal, keputihan, endometriosis, penyakit radang panggul, bartolinitis,
mioma uteri, tumor ovarium neoplastik jinak, infertilitas, menopause dan lain
sebagainya.
Masalah ginekologis bisa timbul dengan berbagai gejala, di antaranya:
Sekret vagina
Nyeri suprapubik
Masalah kontrasepsi
76
CSL Semester 4
Edisi Kedua
F. PROSEDUR
1) Identitas Pasien
Identitas pasien merupakan bagian yang paling penting dalam anamnesis. Kesalahan
identifikasi pasien dapat berakibat fatal, baik secara medis, etika, maupun hukum.
Unsur-unsur yang terdapat pada identitas pasien adalah:
2) Keluhan Utama
Keluhan utama yaitu keluhan atau gejala yang menyebabkan pasien dibawa berobat.
Keluhan utama sangat dibutuhkan dalam mengumpulan informasi masalah.Bahkan
untuk pasien yang datang hanya untuk sekedar pemeriksaan rutin.
Keadaan pasien pada saat keluhan terjadi, termasuk kegiatan pasien, gangguan
kesehatan yang dialami, dan setiap obat yang dia minum pada dan atau sekitar
saat itu.
77
CSL Semester 4
b.
Edisi Kedua
Tanyakan apakah keluhan yang dialami pasien ini bersifat sementara, kronis,
berulang, atau terus-menerus.Tanyakan pula apakah keluhan tersebut terkait
dengan siklus menstruasi.
c.
Galilah informasi, apakah keluhan ini pertama kali terjadi atau sudah pernah
dialami sebelumnya.
d.
Tanyakan karakteristik masalah, dan gejala yang terkait. Untuk kasus nyeri,
gali informasi tentang lokasi, tingkat keparahan nyeri, dan sifatnya (misalnya,
tajam, tumpul, seperti keram), faktor yang memperburuk, faktor yang
meringankan, dan apakah rasa sakit menjalar ke lokasi lain. Untuk kasus
perdarahan, gali informasi mencakup frekuensi, intensitas, dan durasi aliran,
dan apakah pasien mengalami kelelahan atau perasaan kepala yang melayang
e.
f.
Jika
pernah,
tanyakan
kepada
pasien
untuk
meminta
4. Riwayat Menstruasi
a.
Kapan haid pertama (menarche). Pubertas pada wanita merupakan tanda awal
matangnya organ reproduksi dan mencakup serangkaian peristiwa yang terjadi
selama 2-4 tahun termasuk peningkatan tinggi badan, perkembangan payudara,
tumbuhnya rambut kemaluan (pubarche atau adrenarche), dan onset menstruasi
pertama kali (menarche). Umur rata-rata menarche adalah 12-13 tahun, dengan
rentang 9-17 tahun. Awalnya, siklus menstruasi biasanya anovulasi dan
menstruasi terjadi pada interval yang tidak teratur.
78
CSL Semester 4
Edisi Kedua
b.
c.
5. Perimenopuse/menopause
a)
79
CSL Semester 4
Edisi Kedua
adanya menstruasi selama 1 tahun. Pendarahan yang terjadi setelah fase ini
biasanya merupakan pendarahan yang abnormal. Usia rata-rata pada
penghentian menstruasi adalah 51 tahun, dengan kisaran dari 40 tahun ke 50an.
b) Gejala yang berhubungan. Beberapa gejala yang muncul berhubungan dengan
perubahan hormonal yang terjadi sekitar waktu menopause. Gejala vasomotor,
termasuk hot flushes dan berkeringat di malam hari, sering dilaporkan. Ingatan
yang melemah, gangguan tidur, dan sakit di leher, bahu, dan punggung
memiliki prevalensi yang sama. Vagina yang kering dan kesulitan
mendapatkan gairah seksual.
c)
6. Kontrasepsi
a)
Metode kontrasepsi saat ini. Jika pasien premenopause dan aktif secara seksual
dengan laki-laki, penting untuk bertanya tentang metode kontrasepsi saat ini,
apakah ia puas dengan metode ini atau ada keinginan untuk menggantinya
80
CSL Semester 4
Edisi Kedua
Tanggal dan hasil terbaru pemeriksaan Pap Smear harus ditanyakan. Penting
untuk ditanyakan pada pasien, apakah ia pernah mempunyai riwayat hasil
smear yang abnormal, jika iya, pengobatan apa yang dilakukan dan bagaimana
caranya. Pertanyaan ini juga dapat membantu kita untuk mengetahui sudah
seberapa sering pasien melakukan pemeriksaan sitology cerviks dan vagina.
8. Riwayat Infeksi
Tanyakan
mengenai
riwayat
penyakit
menular
seksual
dan
cara
penanganannya.
Riwayat mengalami vulvo-vaginitis atau bacterial vaginosis
Riwayat salphingo-oophorotis (Pelvic Inflamatory Desease)
9. Riwayat Kesuburan
Penting untuk mengetahui riwayat kesuburan sebelumnya.Tanyakan apakah
ada gangguan fertilitas sebelumnya.Bila ada, tanyakan riwayat kesuburannya,
sebelum dan sesudah terapi.
81
CSL Semester 4
Edisi Kedua
Pasien harus diminta untuk menyebutkan apa saja tindakan bedah yang pernah
ia alami sebelumnya baik dibidang ginekologi ataupun non-ginekologi, tanggal
perlakuan dan komplikasi-komplikasi apa saja yang pernah dirasakan paska
pembedahan.
82
CSL Semester 4
Edisi Kedua
83
CSL Semester 4
Edisi Kedua
dapat mengalami sembelit dan mungkin perlu menekan perineum agar bisa
buang air besar.
4) Vaginal Dicharge. Pasien harus ditanya tentang perubahan atau peningkatan
cairan vagina, dan jika ada, apakah disertai gatal di sekitar vulvo-vagina, rasa
terbakar dan bau tidak wajar.
5) Vagina kering. Kekeringan atau penurunan lubrikasi vagina dapat dikeluhkan
ketika tingkat estrogen rendah seperti pada saat postpartum danpada saat
menopause. Atau difiirkan adanya kemungkinan sindrom Sjgren.
6) Lesi vulva. Karakteristik lesi harus ditanyakan mulai dari perjalanan
pertumbuhan lesi, hingga besar dan dalam lesi. Dan apakah sudah menjadi
suatu lesi yang ulseratif.
7) Vulva terasa gatal atau terbakar. Pasien harus ditanya tentang gejala gatal di
vulva dan rasa terbakar, yang mungkin menjadi gejala vulvo-vaginitis,
dermatitis kontak, atau vestibulitis. Gejala ini juga dapat berhubungan dengan
kondisi seperti lichen simpleks, lichen sclerosus et atrophicus, neoplasia
intraepitel vulva, dan karsinoma vulva.
8) Disfungsi seksual. Gejala disfungsi seksual pada organ ginekologidapat dibagi
menjadi beberapa kategori seperti :kelainan gairah (libido menurun), nyeri
dengan hubungan seksual (dispareunia), dan ketidakmampuan untuk mencapai
orgasme (anorgasmia).
ii. Gejala-Gejala Saluran Kencing.
a)
84
CSL Semester 4
Edisi Kedua
(terus menerus, dengan kegiatan seperti batuk, bersin, atau berjalan, dalam
perjalanan ke kamar mandi, atau dengan rangsangan seperti menyalakan air
atau mendengar gemerincing kunci).
d) Retensi Urin. Ketidakmampuan untuk mengeluarkan urin mungkin disebabkan
oleh kompresi uretra (misalnya, oleh leiomyoma atau edema periurethral) atau
terjadi setelah prosedur bedah panggul. Pengosongan kandung kemih yang
tidak lengkap juga dapat terjadi pada pasien dengan sistokel.
iii. Gejala-Gejala Gastrointestinal
Pasien harus ditanya tentang gejala mual,muntah, konstipasi, diare berdarah,
dengan atau tanpa tinja, nyeri buang air besar dengan, dan inkontinensia tinja atau
flatus. Pasien dengan Irritable Bowel Syndromesering mengeluhkan konstipasi
atau bahkan diare yang berhubungan dengan kram perut.Inkontinensia tinja atau
flatus dapat dikeluhkan setelah luka pada sfingter anal selama persalinan, atau
pada fistula anal atau rektovaginal.
b. Payudara.
Pasien harus ditanya tentang adanya massa pada payudara, nyeri, dan riwayat
biopsi payudara. Ketika diketahui terdapat massa, tanyakan sudah berapa lama
munculnya, dan apakah ukurannya berubah sesuai siklus menstruasi. Discharge
payudara harus ditanyakan apakah pada satu sisi atau dua sisi, dan juga warna dischare
payudaranya. Galaktorea (keluarnya airsusu) dapat unilateral atau bilateral, dan
kemungkinan terjadi pada hiperprolaktinemia, hipotiroidisme, dan dengan penggunaan
obat-obatan tertentu, termasuk kontrasepsi oral. Discharge berdarah unilateral biasanya
terjadi pada intraductal papilloma. Sebuah Discharge kehijauan unilateral dapat terjadi
pada ektasia duktal.Nyeri ringan pada saat menstruasi adalah hal yang wajar, hal ini
terkait dengan proses hormonal. Nyeri lebih lama atau berat dapat dikaitkan dengan
adanya perubahan fibrokistik pada payudara.
85
CSL Semester 4
Edisi Kedua
G.
DAFTAR PUSTAKA
H.
TUGAS MAHASISWA
1) Masing-masing mahasiswa membuat anamnesis pasien dengan keluhan
ginekologi seperti keputihan (fluor albus),
dismenorea, menorhagia,
I.
Umpan
Balik
86
CSL Semester 4
5
6
Edisi Kedua
10
Menanyakan riwayat Infeksi Ginekologis
11
Menanyakan riwayat Sitologi Cerviks dan Vagina (Pap Smear)
12
13
14
87
CSL Semester 4
15
Edisi Kedua
16
17
18
19
20
21
22
23
aksin HPV)
Menggali informasi mengenai aspek sosial pasien dan keluarganya.
ITEM PENALARAN KLINIS
Melakukan cross check (paraphrase atau pengulangan terhadap apa
yang dikatakan pasien)
Melakukan umpan balik (menanyakan hal-hal yang kurang jelas, atau
pertanyaan yang kurang jelas).
Mencatat semua hasil anamnesis
Menyimpulkan dan menginterpretasikan hasil anamnesis
ITEM PROFESIONALISME
Percaya diri, bersikap empati, tidak menginterogasi
Mengakhiri anamnesis dengan sikap yang baik
88
CSL Semester 4
Edisi Kedua
Pemeriksaan Ginekologi
Oleh : dr. Oktadoni Saputra, M.Med.Ed; dr. Dian Isti Angraini, M.P.H; dr. Fajriani D
1. Tema Pembelajaran
Keterampilan pemeriksaan ginekologi
2. Tujuan
1) Mahasiswa mampu melakukan inspeksi dan palpasi genitalia eksterna wanita
2) Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan spekulum yaitu inspeksi vagina
dan serviks
3) Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan bimanual yaitu palpasi vagina,
serviks, korpus uteri dan ovarium
4) Mahasiswa mampu melakukan (di bawah supervisi) pemeriksaan rektal wanita,
palpasi kantung douglas, uterus dan adneksa
5) Mahasiswa mampu melakukan (di bawah supervisi) pemeriksaan rekto-vaginal
3.Level Kompetensi
Keterampilan
Inspeksi dan palpasi genitalia eksterna wanita
Pemeriksaan spekulum : inspeksi vagina dan serviks
Pemeriksaan bimanual : palpasi vagina, serviks, korpus
uteri dan ovarium
Pemeriksaan rektal wanita : palpasi kantung douglas,
uterus dan adneksa
Pemeriksaan rektovaginal
Level Kompetensi
-1- -2- -3- -4-1- -2- -3- -4-1- -2- -3- -4-1- -2- -3- -4-1- -2- -3- -4-
89
CSL Semester 4
Edisi Kedua
5.Skenario
Keputihan
Seorang wanita, berusia 42 tahun, datang ke praktek dokter kandungan
dengan keluhan keputihan sejak 10 hari yang lalu. Keputihan yang dirasakan agak
encer, tidak gatal dan berbau amis. Keluhan ini sering dirasakan sejak 3 bulan
belakangan. Riwayat dan siklus haid normal, pemakaian kontrasepsi disangkal,
pemakaian sabun pembersih daerah kewanitaan (sabun sirih) (+) sejak beberapa bulan
terakhir. Pasien mengeluhkan nyeri saat berhubungan dan kadang-kadang flek-flek
darah di luar siklus haid. Dokter kemudian melakukan pemeriksaan
ginekologi/inspekulo,bimanual, vaginal swab untuk Pemeriksaan. Mikrobiologi dan
Ispeksi Visual Asetat (IVA) serta menyarankan pasien melakukan Pap Smear.
6.Dasar teori / Rujukan
Seperti pemeriksaan fisik lainnya, maka pengamatan dilakukan sejak pasien
masuk ke ruang periksa. Keadaan umum, sikap, dan kesadaran pasien harus diamati
dengan cermat. Kemudian dilakukan pemeriksaan lainnya termasuk thorax dan
abdomen. Pada kasus obgyn biasanya juga dilakukan pemeriksaan payudara sebagai
berikut :
Secara inspeksi, pada pengamatan payudara harus diperhatikan bentuknya,
besarnya, simetrik atau tidaknya, permukaan kulitnya (hiperpigmentasi atau peau
dorange), gambaran venosa, adanya ulkus dan keadaan aerola serta papilla mama
(hiperpigmentasu, retraksi). Palpasi payudara dengan cara berikut:
Pasien berada dalam posisi duduk dan lengan ada di samping badan. Pasien
diminta mengangkat salah satu lengannya dan diamati secara visual sekali lagi.
Dilakukan palpasi payudara dengan posisi tangan pemeriksa :
a. Tangan pemeriksa menyangga payudara pada aksila (ibu jari kearah bawah),
dilakukan perabaan bagian payudara diantara ibu jari dan jari tangan yang lain
kearah medial.
b. Tangan pemeriksa di antara dua payudara dan digerakkan melingkar menekan
tulang iga
c. Perabaan lebih tinggi kearah aksila dan dan meraba ke bawah kea rah iga. Tangan
pemeriksa menyangga bagian bawah payudara, diraba bagian payudara di antara
ibu jari dan jari yang lain.
Pada palpasi diperhatikan adanya nodul atau masa pada payudara, dan dicatat
ukurannya, konsistensinya, mudah digerakkan atau tidak, apakah ada sakit tekan atau
sakit pergerakan, dan apakah terfiksasi dengan jaringan sekitarnya.
Pemeriksaan Pelvik
Pemeriksaan pelvic biasanya menimbulkan ketegangan pada pasien. Sebelum
dilakukan pemeriksaan harus dilakukan pendekatan yang baik pada pasien, agar pasien
bisa bekerja sama pada waktu diperiksa.
90
CSL Semester 4
Edisi Kedua
Pemeriksaan pelvic dikerjakan pada pasien yang berada dalam posisi litotomi.
Pasien diminta merebahkan sepenuhnya punggungnya secara santai (agar dinding perut
kendor), dan meletakkan dua kaki pada penyangga kaki (foot-rest) secara santai (agar
otot-otot daerah pelvic kendor), sedemikian rupa sehingga perineum ada tepat ditepi
meja periksa.
Pemeriksa menggunakan sarung tangan steril dengan ukuran yang sesuai. Cara
memakai sarung tangan harus mengikuti prosedur aseptik. Sebelum melakukan
pemeriksaan harus dilakukan toilet vulva dan vagina. Prosedur antiseptik ini dilakukan
dengan kasa atau kapas steril yang direndam dalam desinfektan yang tidak mengiritasi
(misalnya : larutan Lysol). Kapas steril tersebut disapukan pada vulva sampai sekitar
perineum dari arah medial ke lateral atau sentral ke perifer, dan penyapuan daerah anus
harus dilakukan paling akhir.
7.Prosedur
A. ANAMNESIS GINEKOLOGI (dibahas pada materi sebelumnya)
B. PEMERIKSAAN PELVIK
1. Inspeksi
Pengamatan dilakukan pada alat genital bagian luar (eksterna), khususnya
daerah vulva, dimulai dengan pengamatan secara keseluruhan tentang keadaan
atau hygiene daerah genital secara umum atau adanya kelainan yang mencolok.
Secara sistematik hal-hal yang diamati adalah :
1. Pertumbuhan dan pola pertumbuhan rambut pada pubes (maskulin atau
feminin) dan kelainan pada folikel rambut pubes
2. Keadaan kulit didaerah vulva (perlukaan, vesikel atau nodul, pruritus,
leukoplakia, tumor)
3. Keadaan klitoris (apakah ada pembesaran klitoris atau tidak)
4. Keadaan muara urethra (infeksi, karunkula, tumor)
5. Keadaan labium majus dan minus (simetrik atau tidak, perlukaan,
pembengkakan, atau penonjolan)
6. Keadaan perineum (pembengkakan, sikatriks atau bekas episiotomi,
pemendekan karena sisa persalinan atau adanya tumor) dan komisura posterior
(utuh atau sudah rupture)
7. Keadaan introitus vagina (apakah ada discharge yang mengalir dari liang
vagina)
91
CSL Semester 4
Edisi Kedua
Spekulum
Sims
Spekulum
Graves
Gambar 4.
Spekulum Graves
& Sims
92
CSL Semester 4
Edisi Kedua
93
CSL Semester 4
Edisi Kedua
94
CSL Semester 4
Edisi Kedua
Pemasangan speculum sudah dianggap benar jika serviks uteri terlihat dengan
jelas. Apabila visualisasi serviks uteri dan fornices vagina terhalang oleh akumulasi
discharge, maka vagina dibersihkan dengan larutan desinfektan atau salin. Sebelumnya
discharge harus diamati lebih jelas dan dicatat perihal banyaknya, jenis atau
konsistensinya, warna dan berbau atau tidak. Sesudah berhasil tampak dengan jelas,
serviks uteri dinilai secara cermat warna mukosanya (hipermis, anemis, livid) dan
adanya kelainan seperti erosi, ektropion, laserasi, sikatriks, granulasi, teleangiektasi,
pertumbuhan polips serta tumor.
Spekulum ditarik dan dilepas dengan perlahan-lahan sambil mengamati
dinding vagina. Keadaan vagina diamati dengan seksama, dan dicat warnanya, adanya
ptekie, varises, granulasi, ulserasi, perlukaan, fistula, penonjolan akibat kendornya
dinding vagina (kistokel, rektokel) dan adanya tumor.
C. Pemeriksaan Bimanual
Pemeriksaan bimanual (vaginal toucher, colok vagina) dikerjakan dengan cara:
1. Mengoles telunjuk dan jari tengah yang akan digunakan untuk memeriksa
dengan lubrikan atau desinfektan
2. Memasukkan jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan ke vagina (Tangan
pemeriksa masuk ke vagina sesuai dengan aksis vagina dan dikerjakan secara
perlahan-lahan dan sehalus mungkin)
3. Telapak tangan kiri berada di daerah suprapubik
4. Tangan yang ada di abdomen dimanfaatkan sepenuhnya untuk mengarahkan
organ mana yang diperiksa. (Posisi tangan kanan dan kiri pemeriksa ini bisa
terbalik tergantung kebiasaan pemeriksa)
5. Perabaan dilakukan mulai dari vagina hingga fornises, serviks uteri, uterus,
adneksa atau parametrium, dan keseluruhan rongga panggul.
6. Sesudah tangan pemeriksa ditarik dari vagina dilakukan perabaan pada daerah
luar genital (vulva dan sekitarnya).
7. Pemeriksaan harus dilakukan secara siatematik, untuk itu perabaan harus urut
dan tidak boleh ada yang terlewatkan.
Hal-hal yang harus dicatat dan diperhatikan pada pemeriksaan bimanual antara lain:
Vagina
Ada tidaknya kelainan di daerah introitus Vagina (Kista/ Abses Bartholini)
Ketegangan (kuatnya) dinding vagina
Ada tidaknya sistokel atau rektokel
Permukaan dan keadaan rugae (ulkus, tumor, fistula)
Penonjolan fornix & cavum Douglasi
Ada tidaknya kelainan kongenital ( atresia, stenosis, septum)
95
CSL Semester 4
Edisi Kedua
96
CSL Semester 4
Edisi Kedua
Uterus retroversio fleksio, perabaan uterus agak sulit oleh karena pencekapan
uterus tak dapat berlangsung secara baik.
Pasien obese, evaluasi uterus secara palpasi sulit dilakukan.
Vesika urinaria yang terlampau penuh.
Tuba falopii dan ovarium hanya dapat diraba dari luar pada pasien kurus atau
pada tumor ovarium / kelainan tuba ( hidrosalphynx) yang cukup besar.
Virgin
seseorang untuk mengetahui apakah seorang wanita memang masih virgin atau tidak.
Pada pemeriksaan RT wanita, posisi yang dianjurkan adalah berbaring miring atau
posisi Sims dan posisi litotomi. Caranya: jari telunjuk dimasukkan ke dalam rektal,
tangan luar diletakkan di atas sympisis. Pada pemeriksaan RT wanita ini dilakukan untu
menilai sfingter ani, mukosa usus, massa hemoroid, uterus, dan himen. Palpasi serviks
97
CSL Semester 4
Edisi Kedua
uterus melalui dinding rektal anterior. Normalnya, teraba licin, melingkar, tegas, dan
dapat digerakkan.
98
CSL Semester 4
Edisi Kedua
Masukkan secara perlahan jari tengah ke dalam rektum dan jari telunjuk ke
dalam vagina, minta pasien untuk menarik nafas dalam untuk merelaksasikan
otot anus
Nilai septum rektovagina, permukaan posterior uterus, adanya massa dan nyeri
pada daerah permukaan uterus dan rektum
Pemeriksaan
rectovaginal
rectovaginalis. Penebalan dinding vagina dan infiltrasi karsiona rektum lebih mudah
ditentukan dengan pemeriksaan rectovaginal. Pada pemeriksaan ini, kita dapat memilih
posisi pasien sbb:
a. Left lateral prone position Letak miring memudahkan pemeriksaan inspeksi dan
palpasi anal kanal dan rektum. Tetapi posisi ini kurang sesuai untuk pemeriksaan
peritoneum.
b. Litothomy position
Posisi litotomi biasanya dilakukan pada pemeriksaan rutin yang tidak memerlukan
pemeriksaan anus secara detail. Dianjurkan dalam pemeriksaan prostate dan vesika
seminalis karena memudahkan akses pada cavum peritoneal.
c. Knee-chest position
99
CSL Semester 4
Edisi Kedua
Pemeriksaan
tambahan
yang
kadang
dilakukan
beserta
pemeriksaan
IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) untuk deteksi dini keganasan serviks
Perasat Acosta-Scizon
Kolposkopi
Histeroskopi
8.Daftar Pustaka
Anonim. 2008 : Buku Panduan Peserta Pelatihan Klinik : Asuhan Persalinan Normal;
Asuhan Esensial, Pencegahan dan Penanggulangan Segera Komplikasi
Persalinan dan Bayi Baru lahir. Jaringan Nasional Pelatihan Klinik-Kesehatan
Reproduksi (JNPK-KR). Depkes RI. Indonesia
Anonim. 2005. Skills Lab Jilid 8 Tahun Akademik 2004/2005. Laboratorim
Keterampilan Medik. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
F. Gary Cunningham. Et al. 2001. Williams Obstetrics, 21st edition. McGraw-Hill
Professional.
Jonathan S. Berek .2002. Novaks Gynecology, 13th edition. Lippincott Williams &
Wilikns.
Mansjoer, Arif. Et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Penerbit Media
Aesculapius. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Moerdijat, Tonny S. dr. Sp.OG. et al. 2008. Menggulirkan Sistem Terbuka Pencegahan
Kanker Serviks di Indonesia. Disampaikan dalam Pertemuan Ilmiah Tahunan I
100
CSL Semester 4
Edisi Kedua
9.Evaluasi
Check List Penilaian Keterampilan Pemeriksaan Ginekologi
No
I
1
2
3
II
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Umpan Balik
101
CSL Semester 4
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
Edisi Kedua
Nilai dinding vagina, fornises, serviks (tidak ada nyeri goyang pada serviks),
keadaan uterus (ukuran), adneksa dan parametrium (tidak teraba tumor dan
parametrium tidak kaku/keras)
PEMERIKSAAN REKTAL WANITA
Posisikan pasien dalam posisi berbaring miring (sims) atau litotomi, dengan
sudah membuka celana dalam
Oleskan jari telunjuk yang bersarung tangan dengan lubricant
Masukkan jari telunjuk ke dalam rektal, tangan luar diletakkan di atas sympisis
Nilailah sfingter ani, mukosa usus, massa hemoroid, uterus, dan himen
Setelah selesai keluarkan jari secara perlahan-lahan, lihat di sarung tangan
apakah ada darah, feses, lendir dll
PEMERIKSAAN REKTOVAGINAL
Posisikan pasien dalam posisi berbaring miring (sims) atau litotomi, dengan
sudah membuka celana dalam
Lakukan tindakan asepsis pada vulva
Oleskan jari tengah yang bersarung tangan dengan lubricant
Buka labia mayor, masukkan secara perlahan jari tengah ke dalam rektum dan
jari telunjuk ke dalam vagina, minta pasien untuk menarik nafas dalam untuk
merelaksasikan otot anus
Nilai septum rektovagina, permukaan posterior uterus, adanya massa dan nyeri
pada daerah permukaan uterus dan rektum
Setelah selesai keluarkan jari secara perlahan-lahan
III. Item Penalaran Klinis
Laporkan keadaan serviks uteri (setelah menampilkan serviks uteri pada
pemeriksan inspekulo)
Laporkan penilaian keseluruhan dinding panggul
Laporkan hasil pemeriksaan IVA (positif/negatif) dan interpretasi klinisnya
Laporkan hasil pemeriksaan rektal wanita
Laporkan hasil pemeriksaan rektovaginal
IV. Item Profesionalisme
Percaya diri
Bersihkan alat-alat dan menyimpannya
102
CSL Semester 4
Edisi Kedua
103
CSL Semester 4
Edisi Kedua
5.Skenario
Keputihan
Seorang wanita, berusia 42 tahun, datang ke praktek dokter kandungan
dengan keluhan keputihan sejak 10 hari yang lalu. Keputihan yang dirasakan agak
encer, tidak gatal dan berbau amis. Keluhan ini sering dirasakan sejak 3 bulan
belakangan. Riwayat dan siklus haid normal, pemakaian kontrasepsi disangkal,
pemakaian sabun pembersih daerah kewanitaan (sabun sirih) (+) sejak beberapa bulan
terakhir. Pasien mengeluhkan nyeri saat berhubungan dan kadang-kadang flek-flek
darah di luar siklus haid. Dokter kemudian melakukan pemeriksaan
ginekologi/inspekulo,bimanual, vaginal swab untuk Pemeriksaan. Mikrobiologi dan
Ispeksi Visual Asetat (IVA) serta menyarankan pasien melakukan Pap Smear.
6.Dasar teori / Rujukan
A.SWAB VAGINA
Swab vagina atau pemeriksaan apus vagina artinya mengambil sediaan seperti
lendir yang terdapat pada daerah vagina untuk diperiksa sel-sel yang terkandung di
dalamnya dengan menggunakan bantuan bawah mikroskop. Tujuan dilakukan swab
vagina :
1) Untuk mengambil High Vagina Swab yaitu contoh spesimen jika seseorang itu
mengalami discharge (keputihan) yang banyak/ abnormal dari vagina.
2) Untuk memeriksa kuman-kuman apakah yang ada didalam vagina dengan
menggunakan bantuan bawah mikroskop.
Swab vagina dilakukan pada :
1. Wanita yang mengalami infeksi berulang. Misalnya, keputihan yang berulang.
2. Wanita yang mengalami radang panggul yang tak kunjung sembuh.
3. Pemeriksaan ini juga dilakukan pada ibu yang sedang hamil, terutama yang
kerapkali mengalami kontraksi.
Contoh penyakit yang merupakan indikasi dilakukan swab vagina yaitu :
1) Fluor Albus
Fluor albus adalah keluarnya cairan atau lendir putih kekuningan pada
permukaan vulva. Gejala ini menyebabkan keluhan yang sering dijumpai pada
wanita, yaitu rasa gatal, panas dan lecet di daerah vulva vaginalis, kadang-kadang
sampai terjadi edema. Penyebab gejala ini adalah protozoa, biasanya Trichomonas
vaginalis. Di samping itu dapat disebabkan oleh jamur, umumnya Candida albicans.
Fluor albus fisiologik pada perempuan normalnya hanya ditemukan pada daerah
portio vagina. Sekret patologik biasanya terdapat pada dinding lateral dan anterior
vagina. Fluor albus fisiologik ditemukan pada:
a. Bayi baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari. Di sini sebabnya ialah
pengaruh estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.
104
CSL Semester 4
Edisi Kedua
105
CSL Semester 4
Edisi Kedua
106
CSL Semester 4
Edisi Kedua
B.PAP SMEAR
1. Definisi
Pada tahun 1924, George N Papanicolaou seorang ahli anatomi secara tidak
sengaja mengamati tingginya sel-sel abnormal pada sediaan yang diambil dari pasien
kanker serviks. Penggunaan materi seluler dari serviks dan vagina untuk diagnosis
kanker serviks ini kemudian dipublikasikan pada tahun 1928 dan selanjutnya tehnik
pengumpulan sel-sel dari vagina mengalami perbaikan dari penghapusan vagina,
spatula ayre, dan cytobrush. Apabila hasil pap smear abnormal, perlu dipastikan
melalui pemeriksaan histopatologi dengan melakukan biopsi.
Pap smear merupakan prosedur atau pemeriksaan sitologis yang dilakukan
untuk skrining perubahan sel, lesi pre kanker atau kanker pada leher rahim dengan
metode usapan (smear) lendir leher rahim pada objek gelas yang kemudian diperiksa
secara mikroskopik
2. Alat dan Bahan
Alat-alat pemeriksaan Ginekologi
Spatula ayre {suatu alat yang terbuat dari kayu atau plastik dengan ujung
tertentu untuk mengusap lendir serviks (ektoserviks dan endoservik)}
Cytobrush
Objek gelas (kaca preparat)
3. Prosedur
1. Langkah pertama sama dengan langkah pada pemeriksaan ginekologi sampai
ke pemasangan spekulum. Pada pemeriksaan pap smear, spekulum tidak
diolesi dengan jelly maupun antiseptik.
107
CSL Semester 4
Edisi Kedua
2.
108
CSL Semester 4
Edisi Kedua
Sitologi
Sistem
Papanicolaou
Klas I
Klas II
Klas III
Klas III
Klas III
Klas IV
Histologi
Sistem WHO
Sistem Bethesda
Klasifikasi NIS
Normal
Atipik
Displasia ringan
NIS-1
Displasia sedang
NIS-2
Displasia berat
NIS-3
Karsinoma in situ
NIS-3
Karsinoma sel
Karsinoma sel
Klas V
Karsinoma sel skuamosa
skuamosa invasif
skuamosa
Klas V
Adenokarsinoma
Adenokarsinoma
Adenokarsinoma
a
= Termasuk perubahan yang disebabkan oleh infeksi HPV
ASCUS = Atypical Squamous Cells of Undetermined Significance
SIL = Squamous Intraepithelial Lesion; NIS = Neoplasia Intraepithelial
Tabel 1. Klasifikasi Lesi Pre Kanker (hasil pap smear)
109
CSL Semester 4
Edisi Kedua
Gambar 16. Hasil Pemeriksaan PAP SMEAR (staging derajat lesi prekanker)
110
CSL Semester 4
Edisi Kedua
111
CSL Semester 4
Edisi Kedua
(Negatif)
(Positif)
Dicurigai Kanker
112
CSL Semester 4
Edisi Kedua
Daftar Pustaka
Anonim. 2008 : Buku Panduan Peserta Pelatihan Klinik : Asuhan Persalinan Normal;
Asuhan Esensial, Pencegahan dan Penanggulangan Segera Komplikasi
Persalinan dan Bayi Baru lahir. Jaringan Nasional Pelatihan Klinik-Kesehatan
Reproduksi (JNPK-KR). Depkes RI. Indonesia
Anonim. 2005. Skills Lab Jilid 8 Tahun Akademik 2004/2005. Laboratorim
Keterampilan Medik. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
F. Gary Cunningham. Et al. 2001. Williams Obstetrics, 21st edition. McGraw-Hill
Professional.
Jonathan S. Berek .2002. Novaks Gynecology, 13th edition. Lippincott Williams &
Wilikns.
Mansjoer, Arif. Et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Penerbit Media
Aesculapius. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Moerdijat, Tonny S. dr. Sp.OG. et al. 2008. Menggulirkan Sistem Terbuka Pencegahan
Kanker Serviks di Indonesia. Disampaikan dalam Pertemuan Ilmiah Tahunan I
Himpunan Obstetri & Ginekologi Sosial Indonesia. Malang, April 2008.
Didownload
dari
:
http://www.rotaryd3400.org/campur/Pencegahan%20Kanker%20Serviks%20d
i%20Indonesia.pdf
Szilagy, Peter G. 2002. Bates guide to phsycal examination. McGraw-Hill.
Wilopo, Siswanto A. 2010. Epidemiologi dan Pencegahan Kanker Leher Rahim. Center
for Reproductive Health, Department of Public Health, Faculty of Medicince
Gadjah Mada University. Didownload dari : http://chnrl.net/mkiakr/files/CaCervic-texfinal.pdf
Evaluasi
Check List Penilaian Keterampilan Pemeriksaan Pap Smear dan IVA
No
I
1
2
3
II
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Umpan Balik
113
CSL Semester 4
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
Edisi Kedua
114
CSL Semester 4
Edisi Kedua
KONSELING KONTRASEPSI
Oleh : dr.Dian Isti Angraini, M.P.H.
A. Tema
Keterampilan komunikasi interpersonal (KIP) atau konseling kontrasepsi.
B. Tujuan
C. Level Kompetensi
Keterampilan/ Skills
Konseling kontrasepsi
Leaflet kontrasepsi
E. Skenario
Ketika anda sedang bertugas di poliklinik FK Unila, datanglah Ny. S,
35 tahun, didampingi oleh suaminya. Pasangan suami istri ini telah memiliki
anak 3 dan anak ke-3 berumur 2 bulan. Ny. S berkeinginan untuk
menggunakan alat kontrasepsi. Tetapi masih bingung mau memakai apa. Anda
sebagai dokter lalu melakukan konseling kontrasepsi.
F.
1.
Dasar Teori
Definisi
Konseling adalah proses pemberian informasi objektif dan lengkap,
115
CSL Semester 4
Edisi Kedua
mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi dan menentukan
jalan keluar atau upaya untuk mengatasi masalah tersebut. Konseling merupakan
proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli (konselor) kepada
individu yang mengalami sesuatu masalah yang berakhir pada teratasinya masalah
yang dihadapi klien. Bantuan yang diberikan kepada individu yang sedang
mengalami hambatan, memecahkan sesuatu melalui pemahaman terhadap fakta,
harapan, kebutuhan dan perasaan-perasaan klien.
Kontrasepsi merupakan suatu cara atau metode yang bertujuan untuk
mencegah pembuahan sehingga tidak terjadi kehamilan. Negara berkembang
seperti Indonesia yang memiliki jumlah penduduk besar mendukung program
kontraspesi untuk mengendalikan pertumbuhan jumlah penduduk dan untuk
meningkatkan kesejahteraaan keluarga. Dalam hal ini pemerintah Indonesia
menyelenggarakan program Keluarga Berencana atau KB melalui pengaturan
kelahiran. Menurut BKKBN, konseling ber-KB merupakan proses pertukaran
informasi tentang KB dan interaksi positif antara klien-petugas untuk membantu
klien mengenali kebutuhannya, memilih solusi terbaik dan membuat keputusan
yang paling sesuai dengan kondisi yang sedang dihadapi klien.
2. Tujuan Konseling kontrasepsi
Konseling KB bertujuan membantu klien dalam hal:
a. Menyampaikan informasi dan pilihan pola reproduksi
b. Memilih metode KB yang diyakini
c. Menggunakan metode KB yang dipilih secara aman dan efektif
d. Memulai dan melanjutkan KB
e. Mempelajari tujuan, ketidakjelasan informasi tentang metode KB yang tersedia.
3. Fungsi Konseling
o Konseling dengan fungsi pencegahan merupakan upaya mencegah timbulnya
masalah kesehatan.
116
CSL Semester 4
Edisi Kedua
o Konseling dengan fungsi penyesuaian dalam hal ini merupakan upaya untuk
membantu klien mengalami perubahan biologis, psikologis, social, cultural,
dan lingkungan yang berkaitan dengan kesehatan.
o Konseling dengan fungsi perbaikan dilaksanakan ketika terjadi penyimpangan
perilaku klien atau pelayanan kesehatan dan lingkungan yang menyebabkan
terjadi masalah kesehatan sehingga diperlukan upaya perbaikan dengan
konseling.
o Konseling dengan fungsi pengembangan ditujukan untuk meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan serta peningkatan derajat kesehatan masyarakat
dengan upaya peningkatan peran serta masyarakat.
4.
Prinsip Konseling KB
Keuntungan Konseling KB
Konseling KB yang diberikan pada klien memberikan keuntungan kepada
Klien
dapat
memilih
metode
kontrasepsi
yang
sesuai
dengan
kebutuhannya.
117
CSL Semester 4
Edisi Kedua
Hak Pasien
Pasien sebagai calon maupun akseptor KB mempunyai hak sebagai berikut :
Terjaga harga diri dan martabatnya.
Dilayani secara pribadi (privasi) dan terpeliharanya kerahasiaan.
Memperoleh informasi tentang kondisi dan tindakan yang akan
dilaksanakan.
Mendapat kenyamanan dan pelayanan terbaik.
Menerima atau menolak pelayanan atau tindakan yang akan dilakukan.
Kebebasan dalam memilih metode yang akan digunakan.
6.
Motivasi
Motivasi pada pasien KB meliputi:
b) Edukasi / pendidikan
Pelayanan KB yang diberikan pada pasien mengandung unsur pendidikan
sebagai berikut :
Menyediakan seluruh informasi metode yang tersedia
Menyediakan informasi terkini dan isu
Menggunakan komunikasi satu arah atau dua arah
Dapat melalui komunikasi individu, kelompok atau massa
Menghilangkan rumor dan konsep yang salah.
c)
Konseling
Konseling KB antara lain:
118
CSL Semester 4
7.
Edisi Kedua
Peran Konselor KB
Proses konseling dalam praktik pelayanan kebidanan terutama pada pelayanan
keluarga berencana, tidak terlepas dari peran konselor. Tugas seorang konselor
adalah sebagai berikut:
119
CSL Semester 4
Edisi Kedua
120
CSL Semester 4
Edisi Kedua
Alat bantu visual untuk pelatihan provider (tenaga kesehatan) yang baru
bertugas
121
CSL Semester 4
Edisi Kedua
G.Prosedur
1.
2.
3.
4.
5.
6.
122
CSL Semester 4
Edisi Kedua
H.Daftar Pustaka
Depkes RI. 2009. Buku Saku Pencegahan Kanker Leher Rahim & Kanker
Payudara. Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular Direktorat
Jendreal PP & PL. Jakarta.
Google photo search. www.google.com.
Ceklis Latihan Konseling KB/ kontrasepsi
No
I
1
2
II
3
Aspek Penilaian
INTERPERSONAL
Senyum, salam dan sapa
Informed consent
PROSEDURAL
Persiapan alat bantu
24
KONSELING KONTRASEPSI
Tanyakan kepada pasien mengenai kontrasepsi yang diketahuinya
Tanyakan kepada pasien mengenai pengalaman menggunakan kontrasepsi
Tanyakan kepada pasien mengenai kontrasepsi yang diinginkannya
Jelaskan mengenai jenis-jenis kontrasepsi (keuntungan dan kerugian)
Jelaskan jenis kontrasepsi yang sesuai dengan keadaan dan kebutuhan pasien
Mendorong pasien untuk memilih kontrasepsi yang sesuai dengan keadaan dan
keinginan pasien
Memberi kesempatan kepada pasien untuk mengemukakan keinginannya dan
mengajukan pertanyaan
Meminta pasien menentukan jenis kontrasepsi pilihannya
Memberikan penjelasan bagaimana cara menggunakan, melakukan atau
memasang jenis kontrasepsi yang sudah dipilih
Rencanakan kunjungan ulang untuk pemeriksaan lebih lanjut, pemasangan atau
pemberian informasi lainnya ATAU pemilihan jenis kontrasepsi lagi apabila
pada kunjungan pertama ini belum ditentukan pilihan kontrasepsinya.
PROFESIONALISME
Tunjukkan sikap percaya diri
25
26
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
III
Umpan Balik
123
CSL Semester 4
Edisi Kedua
C. Tujuan
1. Mahasiswa mampu melakukan pemasangan IUD
2. Mahasiswa mampu melakukan pencabutan IUD
D.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
124
CSL Semester 4
Edisi Kedua
E. Skenario
AKDR
Ny. Ayudi, usia 28 tahun, P4A0 datang ke praktek saudara untuk berkonsultasi
tentang metode KB. Ny. Ayudi ingin menggunakan KB AKDR dikarenakan belum
ingin punya anak lagi untuk beberapa tahun kedepan tetapi belum mau di tubektomi.
Anda kemudian melakukan konseling KB serta menjelaskan jenis-jenis AKDR yang
mungkin dapat dipergunakan dan melakukan pemasangan AKDR pada Ny. Ayudi
F. Dasar Teori/ Rujukan
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR, IUD, Intra-Uterine Devices) adalah
suatu alat yang dimasukkan ke dalam rongga rahim dengan tujuan untuk mencegah
terjadinya kehamilan. Jenis AKDR, antara lain :
(1) AKDR Copper-Releasing (Copper T 380A, Nova T, Multiload 375)
(2) AKDR Progestin-Releasing (Progestasert, LevoBova/LNG-20, Mirena)
Pemilihan AKDR yang akan digunakan tergantung hal berikut ini:
1. AKDR yang dipasang harus mempunyai efektivitas kontraseptif yang tinggi
dan angka kegagalan serta efek samping yang rendah
2. Prinsip yang penting adalah AKDR harus yang mudah dipasang, tetapi tidak
bisa lepas sendiri (ekspulsi).
3. Ukuran AKDR harus sesuai dengan besarnya rahim.
4. Riwayat pemakaian AKDR jenis tertentu sebelumnya
Menurunkan motilitas
sperma melalui
kavum uteri
Kelebihan :
125
CSL Semester 4
Edisi Kedua
Efektivitasnya tinggi: 0,6-0,81 kehamilan per 100 wanita dalam tahun pertama
penggunaan (Copper T 380A)
Segera efektif dan efek sampingnya sedikit
Metode jangka-panjang (perlindungan sampai 10 tahun jika menggunakan
Copper T 380A)
Tidak mengganggu proses sanggama
Kesuburan cepat pulih setelah AKDR dilepas
Tidak mengganggu produksi ASI
Bila tak ada masalah setelah kunjungan ulang awal, tidak perlu kembali ke
klinik jika tak ada masalah
Dapat disediakan oleh petugas kesehatan terlatih
Tidak mahal (CuT380A)
Mengurangi kram akibat menstruasi (hanya yang mengandung progestin)
Mengurangi darah menstruasi (hanya yang mengandung progestin)
Mengurangi insidensi kehamilan ektopik (kecuali Progestasert)
Keterbatasan:
Perlu pemeriksaan ginekologi dan penapisan PMS sebelum pakai
Insersi dan pencabutan dilakukan oleh petugas terlatih
Perlu deteksi benang AKDR (setelah menstruasi) jika terjadi kram, perdarahan
bercak atau nyeri
Meningkatkan jumlah perdarahan dan kram menstruasi dalam beberapa bulan
pertama (terutama CuT)
Kemungkinan terjadi ekspulsi spontan
Walaupun jarang (< 1/1000 kasus), dapat terjadi perforasi saat insersi AKDR
Tidak mencegah semua kehamilan ektopik (khususnya Progestasert)
Dapat meningkatkan risiko PRP/PID dan yang berlanjut dengan infertilitas bila
pasangannya risiko tinggi PMS (misalnya: HBV, HIV/ AIDS)
AKDR sesuai untuk wanita usia reproduksi yang:
Ingin kontrasepsi efektifitas dan jangka panjang
Sedang memberikan ASI
Pascapersalinan dan tidak memberikan ASI
Pascakeguguran
Risiko rendah terhadap PMS
Pelupa/tidak ingat untuk minum pil setiap hari
Tidak suka/tidak boleh pakai kontrasepsi hormon
Membutuhkan kontrasepsi darurat
126
CSL Semester 4
Edisi Kedua
127
CSL Semester 4
G.
Edisi Kedua
1. PEMASANGAN AKDR:
Konseling Pra Pemasangan
1. Senyum, salam dan sapa
2. Tanyakan tujuan reproduksi dan alasan penggunaan AKDR
3. Pastikan klien memahami efek samping, alasan memilih dan kekhawatiran terkait
dengan AKDR
4. Lakukan seleksi klien (anamnesis) secara cermat untuk memastikan tidak ada
masalah kesehatan untuk menggunakan AKDR
Riwayat kesehatan reproduksi:
Riwayat Infeksi Sistem Genitalia (ISG), Penyakit Menular Seksual (PMS) atau
infeksi panggul
Kanker serviks
5. Jelaskan bahwa perlu dilakukan pemeriksaan fisik dan panggul dan jelaskan apa
yang akan dilakukan dan persilahkan klien untuk mengajukan pertanyaan.
6. Informed consent dan berikan jaminan akan kerahasiaan yang diperlukan klien
Pemeriksaan panggul
7. Pastikan klien sudah mengosongkan kandung kemihnya dan mencuci area genitalia
dengan menggunakan sabun dan air.
8. Cuci tangan dengan air bersih mengalir dan sabun, keringkan dengan kain bersih.
128
CSL Semester 4
Edisi Kedua
129
CSL Semester 4
Edisi Kedua
130
CSL Semester 4
Edisi Kedua
131
CSL Semester 4
Edisi Kedua
51. Yakinkan klien bahwa ia dapat datang ke klinik setiap saat bila memerlukan
konsultasi, pemeriksaan medik atau bila menginginkan AKDR tersebut dicabut
52. Minta klien untuk mengulangi kembali penjelasan yang telah diberikan
53. Lengkapi rekam medik dan kartu AKDR untuk klien
2. PENCABUTAN AKDR:
Konseling pra pencabutan
1. Sapa klien dengan ramah dan perkenalkan diri Anda
2. Tanyakan tujuan dari kunjungannya
3. Tanyakan apa alasannya ingin mencabut AKDR tersebut dan jawab semua
pertanyaannya
4. Tanyakan tujuan reproduksi (KB) selanjutnya (apakah klien ingin mengatur jarak
kelahiran atau ingin membatasi jumlah anaknya)
5. Jelaskan proses pencabutan AKDR dan apa yang akan klien rasakan pada saat
proses pencabutan dan setelah pencabutan
Tindakan pra pencabutan
6. Pastikan klien sudah mengosongkan kandung kencingnya dan mencuci area
genitalia dengan menggunakan sabun dan air
7. Bantu klien naik ke meja pemeriksaan
8. Cuci tangan dengan air dan sabun, keringkan dengan kain bersih
9. Pakai sarung tangan DTT yang baru
10. Atur penempatan peralatan dan bahan-bahan yang akan dipakai dalam wadah steril
atau DTT
Prosedur pencabutan
11. Lakukan pemeriksaan bimanual:
Pastikan gerakan serviks bebas
Tentukan besar dan posisi uterus
Pastikan tidak ada infeksi atau tumor pada adneksa
12. Pasang spekulum vagina untuk melihat serviks
13. Usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptik 2 sampai 3 kali
14. Jepit benang yang dekat serviks dengan klem
15. Tarik keluar benang secara mantap tetapi hati-hati untuk mengeluarkan AKDR
16. Tunjukkan AKDR tersebut pada klien, kemudian rendam dalam klorin 0,5%
17. Keluarkan spekulum dengan hati-hati
Tindakan pasca pencabutan
18. Rendam semua peralatan yang sudah dipakai dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit untuk dekontaminasi
19. Buang bahan-bahan yang sudah tidak dipakai lagi (kasa, sarung tangan sekali pakai)
ke tempat yang sudah disediakan.
132
CSL Semester 4
Edisi Kedua
20. Celupkan kedua tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin
0,5%, kemudian lepaskan dalam keadaan terbalik dan rendam dalam larutan klorin
tersebut.
21. Cuci tangan dengan air dan sabun
22. Amati selama 5 menit sebelum memperbolehkan klien pulang
Konseling pasca pencabutan
23. Diskusikan apa yang harus dilakukan bila klien mengalami masalah (misalnya
perdarahan yang lama atau rasa nyeri pada perut/panggul)
24. Minta klien untuk mengulangi kembali penjelasan yang telahdiberikan
25. Jawab semua pertanyaan klien
26. Ulangi kembali keterangan tentang pilihan kontrasepsi yang tersedia dan risiko
keuntungan dari masing-masing alat kontrasepsi bila klien ingin tetap mengatur
jarak kelahiran atau ingin membatasi jumlah anaknya
27. Bantu klien untuk menentukan alat kontrasepsi sementara sampai dapat
memutuskan alat kontrasepsi baru yang akan dipakai
28. Buat rekam medik tentang pencabutan AKDR
H. Daftar Pustaka
Adriaansz, George et al. 2011. Pelatihan Klinik Teknologi Kontrasepsi Terkini
(Contraception Technology Update). BKKBN Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia
Anonim, 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. JNPKKR/POGI,
BKKBN, DEPKES dan JHPIEGO/STARH PROGRAM. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo-Bagian Obstetri Ginekologi FKUI. Jakarta
Anonim, 2002. Buku Panduan Asuhan kesehatan Maternal. JNPKKR/POGI, BKKBN,
DEPKES dan JHPIEGO/STARH PROGRAM. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo-Bagian Obstetri Ginekologi FKUI. Jakarta.
I. Evaluasi
Cek List Latihan Pemasangan AKDR/IUD pada Model Uterus
No
Umpan
Balik
I
Item Interaksi Dokter Pasien
Konseling Pra Pemasangan
1
Senyum, salam dan sapa
2
Tanyakan tujuan reproduksi dan alasan penggunaan AKDR
Pastikan klien memahami efek samping, alasan memilih dan kekhawatiran terkait
3
dengan AKDR
Lakukan seleksi klien (anamnesis) secara cermat untuk memastikan tidak ada masalah
4
kesehatan untuk menggunakan AKDR
133
CSL Semester 4
Edisi Kedua
134
CSL Semester 4
Edisi Kedua
Pegang kedua ujung lengan AKDR dan dorong tabung inserter sampai ke pangkal
lengan sehingga lengan akan melipat
Setelah lengan melipat sampai menyentuh tabung inserter, tarik tabung inserter
dari bawah lipatan lengan
Angkat sedikit tabung inserter, dorong dan putar untuk memasukkan lengan
AKDR
II
Item Prosedural
25
Pakai sarung tangan DTT yang baru
26
Pasang spekulum vagina untuk melihat serviks
27
Usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptik 2 sampai 3 kali
28
Jepit serviks dengan tenakulum secara hati-hati (takik pertama)
29
Masukkan sonde uterus dengan teknik tidak menyentuh (no touch technique)
30
Tentukan posisi dan kedalaman kavum uteri dan keluarkan sonde
Ukur kedalaman kavum uteri pada tabung inserter yang masih berada di dalam
31
kemasan sterilnya dengan menggeser leher biru pada tabung inserter, kemudian buka
seluruh plastik penutup kemasan
Angkat tabung AKDR dari kemasannya tanpa menyentuh permukaan yang tidak steril,
32
hati-hati jangan sampai pendorongnya terdorong.
Pegang tabung AKDR dengan leher biru dalam posisi horizontal (sejajar lengan
AKDR). Sementara melakukan tarikan hati-hati pada tenakulum, masukkan tabung
33
inserter ke dalam uterus sampai leher biru menyentuh serviks atau sampai terasa
adanya tahanan.
34
Pegang serta tahan tenakulum dan pendorong dengan satu tangan
Lepaskan lengan AKDR dengan menggunakan teknik withdrawal yaitu menarik
35
keluar tabung inserter sampai pangkal pendorong dengan tetap menahan pendorong
Keluarkan pendorong, kemudian tabung inserter didorong kembali ke serviks sampai
36
leher biru menyentuh serviks atau terasa adanya tahanan
Keluarkan sebagian dari tabung inserter dan gunting benang AKDR kurang lebih 3-4
37
cm
38
Keluarkan seluruh tabung inserter, buang ke tempat sampah terkontaminasi
39
Lepaskan tenakulum dengan hati-hati, rendam dalam larutan klorin 0,5%
Periksa serviks dan bila ada perdarahan dari tempat bekas jepitan tenakulum, tekan
40
dengan kasa selama 30-60 detik
41
Keluarkan spekulum dengan hati-hati, rendam dalam larutan klorin 0,5%
Tindakan Pasca Pemasangan
Rendam seluruh peralatan yang sudah dipakai dalam larutan klorin 0,5% selama 10
42
menit untuk dekontaminasi
Buang bahan-bahan yang sudah tidak dipakai lagi (kasa, sarung tangan sekali pakai) ke
43
tempat yang sudah disediakan
Celupkan kedua tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin
44
0,5%, bersihkan cemaran pada sarung tangan, buka secara terbalik dan rendam dalam
klorin 0,5%
45
Cuci tangan dengan air dan sabun
III
Item Profesionalisme
Pastikan klien tidak mengalami kram hebat dan amati selama 15 menit sebelum
46
memperbolehkan klien pulang
Ajarkan klien bagaimana cara memeriksa sendiri benang AKDR dan kapan harus
47
dilakukan
48
Jelaskan pada klien apa yang harus dilakukan bila mengalami efek samping
49
Beritahu kapan klien harus datang kembali ke klinik untuk kontrol
50
Ingatkan kembali masa pemakaian AKDR Cu T 380A adalah 10 tahun
135
CSL Semester 4
51
52
53
54
Edisi Kedua
Yakinkan klien bahwa ia dapat datang ke klinik setiap saat bila memerlukan
konsultasi, pemeriksaan medik atau bila menginginkan AKDR tersebut dicabut
Minta klien untuk mengulangi kembali penjelasan yang telah diberikan kavum uteri)
Lengkapi rekam medik dan kartu AKDR untuk klien
Percaya diri, minimal error
Umpan Balik
136
CSL Semester 4
22
23
24
III
27
28
Edisi Kedua
Diskusikan apa yang harus dilakukan bila klien mengalami masalah (misalnya perdarahan
yang lama atau rasa nyeri pada perut/panggul)
Ulangi kembali keterangan tentang pilihan kontrasepsi yang tersedia dan risiko
keuntungan dari masing-masing alat kontrasepsi bila klien ingin tetap mengatur jarak
kelahiran atau ingin membatasi jumlah anaknya
Bantu klien untuk menentukan alat kontrasepsi sementara sampai dapat memutuskan alat
kontrasepsi baru yang akan dipakai
Item Profesionalisme
Percaya diri
Buat rekam medik tentang pencabutan AKDR
137
CSL Semester 4
Edisi Kedua
Kompetensi
Pemasangan dan Pencabutan Implan
Level Kompetensi
SKDI
Target Capaian
4
4
138
CSL Semester 4
Edisi Kedua
139
CSL Semester 4
Edisi Kedua
(BKKBN) sedang menggalakkan pemasangan implan 2 plus dan implant 2 fin yang
terdiri dari satu paket alat pemasangan implant dan sudah tersedia di pasaran atau
di sarana kesehatan milik pemerintah.
Indikasi kontra pemasangan susuk KB adalah seperti indikasi kontra
kontrasepsi progestrogen lainnya, yaitu didapatkan atau dicurigai ada kehamilan,
penyakit hati yang akut, ikterus, perdarahan uterus abnormal yang tidak diketahui
penyebabnya, penyakit tromboembolik atau tromboflebitis, penyakit vaskuler otak
atau kelainan pembuluh darah koroner jantung, dan keganasan payudara. Indikasi
kontra yang lain adalah menyangkut adanya kelainan-kelainan pada kulit yang
dipasangi misalnya adanya peradangan (abses) dan sikatriks.
Saat pemasangan yang terbaik dilakukan pada saat menstruasi dan dapat
juga dilakukan 5-7 hari sesudah menstruasi selesai, agar terhindar dari resiko
kehamilan. Pascapersalinan (3-4 minggu), bila tidak menyusukan bayinya,
Pascakeguguran (segera atau dalam 7 hari pertama), atau yang sedang menyusukan
bayinya secara eksklusif ( di pasang lebih dari 6 minggu pascapersalinan dan
sebelum 6 bulan pascapersalinan).
Alat yang digunakan adalah Trokar dan set bedah minor yang lain. Alat
yang digunakan harus steril dan dengan prosedur yang aseptik. Trokar adalah
piranti utama untuk pemasangan susuk KB, yaitu suatu alat yang berbentuk seperti
jarum dengan diameter sedikit lebih besar dari diameter tabung silastik dan
didalamnya dilengkapi dengan suatu pendorong. Adapun prosedur pemasangan dan
pencabutan dapat dilihat pada item prosedural berikut.
140
CSL Semester 4
G.
Edisi Kedua
Prosedur
1. Pemasangan Implan
Ketrampilan Klinik Dan Konseling Memasang Implan-2
Konseling Pra Pemasangan
5. Sapa klien dengan ramah dan hangat
6. Tanyakan tujuan reproduksi dan alasan penggunaan Implan 2
7. Pastikan klien calon pengguna yang sesuai untuk Implan 2
8. Pastikan klien memahami efek samping, alasan memilih dan kekhawatiran
terkait dengan Implan 2
9. Jelaskan proses dan apa yang dirasakan klien selama dan setelah pemasangan
Implan 2
Pemasangan Kapsul Implan-2
Persiapan
10. Pastikan klien telah mencuci lengan atasnya sebersih mungkin
11. Tentukan tempat pemasangan implan di lengan atas
12. Beri tanda pada tempat pemasangan
13. Pastikan ketersediaan instrumen steril/DTT dan Implan-2
Tindakan pra pemasangan
14. Cuci dan keringkan tangan petugas
15. Pakai sarung tangan steril/DTT
16. Usap tempat pemasangan dengan larutan antiseptik
17. Pasang kain penutup steril/DTT di tempat pemasangan Implan-2
Pemasangan kapsul Implan-2
18. Suntikkan anestesi lokal secara intrakutan
19. Lanjutkan dengan anestesi subdermal di tempat insisi dan alur pemasangan
implan-2 (masing-masing 1 cc)
20. Uji efek anestesi sebelum melakukan insisi pada kulit
21. Buat insisi 2 mm dengan ujung bisturi/skalpel hingga subdermal
22. Masukkan ujung trokar melalui luka insisi hingga mencapai subdermal
kemudian ungkit dan dorong sejajar kulit hingga tanda 1 (trokar) berada di
luka insisi
23. Keluarkan pendorong dan masukkan kapsul ke dalam trokar
24. Masukkan pendorong, dorong kapsul ke ujung trokar
25. Tahan pendorong di tempatnya, kemudian tarik trokar ke arah pangkal
pendorong untuk menempatkan kapsul 1 di subdermal
26. Tahan kapsul pada tempatnya, tarik trokar dan pendorong (bersamaan) hingga
tanda 2 mencapai luka insisi
27. Arahkan ujung trokar ke samping kapsul pertama, kemudian dorong trokar
(mengikuti alur kaki segitiga terbalik) hingga tanda 1 mencapai luka insisi
141
CSL Semester 4
Edisi Kedua
28. Tarik pendorong keluar, masukkan kapsul kedua dan dorong dengan
pendorong ke ujung trokar hingga terasa tahanan
29. Tarik trokar ke arah pangkal pendorong untuk menempatkan kapsul 2 di
subdermal
30. Tahan kapsul pada tempatnya, tarik trokar dan pendorong (bersamaan) hingga
keluar seluruhnya melalui luka
31. Periksa kembali kedua kapsul telah terpasang di subdermal pada posisi yang
telah direncanakan
Tindakan pasca pemasangan
32. Dekatkan ujung-ujung insisi, kemudian tutup dengan band-aid
33. Beri balutan tekan pada tempat insisi dan pemasangan Implan-2
34. Lakukan dekontaminasi peralatan dan sampah medik
35. Buang peralatan dan bahan habis pakai ke tempatnya
36. Lepaskan sarung tangan dan rendam dalam larutan klorin
37. Cuci dan keringkan tangan petugas
Konseling pasca pemasangan
38. Gambar posisi kapsul dan buat catatan khusus di rekam medik
39. Jelaskan pada klien cara merawat luka dan kondisi yang membuat klien harus
datang ke klinik
40. Jelaskan bahwa klien dapat datang ke klinik untuk konsultasi, kontrol dan
mencabut Implan-2
41. Observasi klien selama 5 menit sebelum ia pulang
2. Pencabutan Implan
Ketrampilan Klinik Dan Konseling Pencabutan Implan-2
Konseling Pra Pencabutan
1. Sapa klien dengan ramah dan hangat
2. Tanyakan alasan klien untuk mencabut Implan-2 dan rencana KB selanjutnya
3. Jelaskan proses pencabutan Implan-2 dan rencana pasang ulang atau kondisi
setelah pencabutan
Tindakan pencabutan implan-2
Persiapan
4. Pastikan klien telah mencuci lengannya sebersih mungkin
5. Atur posisi lengan, tentukan lokasi kapsul dan tempat insisi
6. Pastikan ketersediaan instrumen steril atau DTT
Tindakan pra pencabutan
7. Cuci dan keringkan tangan
8. Pakai sarung tangan steril atau DTT
9. Usapkan larutan antiseptik di area insisi dan pasang doek steril
142
CSL Semester 4
Edisi Kedua
143
CSL Semester 4
Edisi Kedua
H. Daftar Pustaka
Adriaansz, George et al. 2011. Pelatihan Klinik Teknologi Kontrasepsi Terkini
(Contraception Technology Update). BKKBN Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia
Anonim, 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. JNPKKR/POGI,
BKKBN, DEPKES dan JHPIEGO/STARH PROGRAM. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo-Bagian Obstetri Ginekologi FKUI. Jakarta
Anonim, 2002. Buku Panduan Asuhan kesehatan Maternal. JNPKKR/POGI, BKKBN,
DEPKES dan JHPIEGO/STARH PROGRAM. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo-Bagian Obstetri Ginekologi FKUI. Jakarta.
Anonim. 2005. Skills Lab Jilid 8 Tahun Akademik 2004/2005. Laboratorim
Keterampilan Medik. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
F. Gary Cunningham. Et al. 2001. Williams Obstetrics, 21st edition. McGraw-Hill
Professional.
Jonathan S. Berek .2002. Novaks Gynecology, 13th edition. Lippincott Williams &
Wilikns.
Mansjoer, Arif. Et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Penerbit Media
Aesculapius. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Szilagy, Peter G. 2002. Bates guide to phsycal examination. McGraw-Hill.
Moerdijat, Tonny S. dr. Sp.OG. et al. 2008. Menggulirkan Sistem Terbuka Pencegahan
Kanker Serviks di Indonesia. Disampaikan dalam Pertemuan Ilmiah Tahunan I
Himpunan Obstetri & Ginekologi Sosial Indonesia. Malang, April 2008.
Didownload dari :
http://www.rotaryd3400.org/campur/Pencegahan%20Kanker%20Serviks%20d
i%20Indonesia.pdf
144
CSL Semester 4
Edisi Kedua
Evaluasi
a. Check List Penilaian Keterampilan Pemasangan Implan pada Model
No
I
1
2
3
II
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Umpan
Balik
145
CSL Semester 4
Edisi Kedua
peralatan
Item Penalaran Klinis
Pastikan kapsul telah terpasang dengan benar serta mampu menghentikan
perdarahan (hemostasis)
Item Profesionalisme
Terangkan obat-obatan yang harus diminum, ingatkan kembali akseptor tentang
metode implan ( masa kerja, efek samping dll)
Berikan nasehat untuk perawatan luka setelah pemasangan implan
Lakukan pencatatan pada kartu yang telah disediakan
III
25
IV
26
27
28
Umpan
Balik
146
CSL Semester 4
IV
25
26
27
28
Edisi Kedua
Item Profesionalisme
Tunjukkan semua kapsul yang telah terangkat kepada akseptor
Tuliskan resep dan menerangkan obat-obatan yang harus diminum
Berikan nasehat untuk perawatan luka
Lakukan pencatatan pada kartu yang telah disediakan
147
CSL Semester 4
Edisi Kedua
A.Tema
- Pemeriksaan Fisik Payudara
- Keterampilan melatih pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)
B.Tujuan
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik payudara : inspeksi, palpasi,
dan pemeriksaan ketiak
Mahasiswa mampu melatih pemeriksaan SADARI
C.Level Kompetensi
Keterampilan/ Skills
Pemeriksaan Fisik Payudara
Melatih Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
Selimut
Cermin dinding
148
CSL Semester 4
Edisi Kedua
E.Skenario
Nn. Sadariana berusia 41 tahun, datang ke praktek Anda dengan keluhan
benjolan di payudara kanan sebesar kelereng. Dari anamnesis didapatkan bahwa kakak
kandungnya 1 tahun yang lalu meninggal dunia karena penyakit kanker payudara.
Setelah melakukan anamnesis secara lengkap, Anda lalu meminta ijin untuk melakukan
pemeriksaan fisik payudara dan merencakan untuk memperagakan serta melatih cara
pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).
F.Dasar Teori
149
CSL Semester 4
Edisi Kedua
150
CSL Semester 4
Edisi Kedua
Ekor aksillar (the axillary tail) dari jaringan payudara terletak sampai lipatan aksilla
anterior. Alternatif lainnya, temuan dapat dilokasikan berpedoman dengan arah jarum
jam (misalnya arah jam 3), dan jaraknya dinyatakan dalam satuan sentimeter dari puting
susu.
151
CSL Semester 4
Edisi Kedua
152
CSL Semester 4
Edisi Kedua
Palpasi payudara dilakukan secara menyeluruh, meliputi area segi empat yang
membentang mulai dari klavikula sampai lipatan inframammary (bra line), dari linea
midsternalis sampai linea aksilaris posterior, serta daerah ekor dari payudara (tail of
153
CSL Semester 4
Edisi Kedua
breast), dan ketiak (aksila). Pemeriksaan palpasi payudara dapat memakan waktu 5-10
menit untuk masing-masing payudara. Ketika melakukan palpasi payudara, gunakan
bagian volar distal dari jari kedua, tiga dan empat pemeriksa. Palpasi dilakukan secara
sistematik, dan menyeluruh, terutama pada daerah lateral atas dan subareola, yang
merupakan tempat tersering ditemukannya lesi. Palpasi dimulai dari payudara yang
sehat terlebih dahulu.
Gambar 7. Titik dan Garis Pedoman Palpasi dan Jari yang Digunakan Untuk
Palpasi Payudara
Pola seperti jari-jari roda (radier pattern), dengan puting susu sebagai
pusatnya.
Palpasi dilakukan dengan melakukan penekanan ringan, medium, sampai
dalam, atau melakukan putaran yang kecil dan konsentris pada setiap titik pemeriksaan.
Terkadang diperlukan penekanan yang lebih kuat agar dapat mencapai jaringan yang
154
CSL Semester 4
Edisi Kedua
jauh lebih dalam pada payudara yang besar. Pemeriksaan palpasi haruslah meliputi
keseluruhan payudara, termasuk bagian perifer, ekor (tail), maupun aksila.
155
CSL Semester 4
Edisi Kedua
Payudara yang berukuran besar, konsistensi akan terasa lebih lunak, sebaliknya
pada payudara yang kecil, konsistensinya umumnya lebih kenyal.
b) Pelembekan
c) Nodul.
Palpasi secara hati-hati terhadap adanya benjolan ataupun massa yang secara
kualitatif berbeda, atau lebih besar daripada jaringan payudara, dan tidak
ditemukan pada palpasi payudara yang normal.
1.
Lokasi : dapat dengan sistem kuadran atau arah jarum jam, atau dinyatakan
dalam satuan jarak (dalam sentimeter) dari puting susu.
2.
3.
4.
5.
6.
156
CSL Semester 4
7.
Edisi Kedua
Nyeri tekan, dan permukaan kulit payudara yang teraba hangat pada palpasi,
menandakan adanya proses inflamasi, atau infeksi pada payudara (mastitis).
9.
Fluktuasi. Lakukan palpasi pada nodul yang dicurigai sebagai abses, dengan
menggunakan jari telunjuk dan jari tengah kanan pemeriksa. Bila terdapat
abses, akan terasa adanya fluktuasi.
157
CSL Semester 4
Edisi Kedua
Untuk mempalpasi daerah aksila (contoh sebelah kiri), mintalah pasien untuk
rileks, kemudian lengan kiri diabduksikan, dengan posisi tangan ke arah
bawah. Pemeriksa menyangga pergelangan tangan kiri pasien dengan tangan
kiri pemeriksa.
Catatlah ada tidaknya nodus yang dapat teraba beserta konsistensi serta
ukurannya.
158
CSL Semester 4
Edisi Kedua
159
CSL Semester 4
Edisi Kedua
160
CSL Semester 4
Edisi Kedua
b.
161
CSL Semester 4
Edisi Kedua
d.
Berdiri tegak di depan cermin dengan tangan disamping kanan dan kiri.
Miringkan badan ke kanan dan kiri untuk melihat perubahan pada
payudara.
162
CSL Semester 4
Edisi Kedua
163
CSL Semester 4
Edisi Kedua
164
CSL Semester 4
Edisi Kedua
Letakkan tangan kanan ke samping dan merasakan ketiak dengan teliti, apakah
teraba benjolan abnormal atau tidak.
165
CSL Semester 4
Edisi Kedua
166
CSL Semester 4
Edisi Kedua
G.Prosedur
1.
2.
3.
4.
5.
167
CSL Semester 4
Edisi Kedua
Pemeriksaan Aksila
a) Inspeksi
Melihat ada tidaknya rash, infeksi, adanya pigmentasi yang tidak biasa,
atau pembengkakan kelenjar getah bening
b) Palpasi
168
CSL Semester 4
Edisi Kedua
7.
169
CSL Semester 4
Edisi Kedua
170
CSL Semester 4
Edisi Kedua
F.
Memeriksa Ketiak.
Letakkan tangan kanan ke samping dan merasakan ketiak dengan teliti,
apakah teraba benjolan abnormal atau tidak.
H.Daftar Pustaka
Depkes RI. 2009. Buku Saku Pencegahan Kanker Leher Rahim & Kanker
Payudara. Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular Direktorat Jendreal
PP & PL. Jakarta.
Google photo search. www.google.com.
G.
No
I
1
2
II
3
Aspek Penilaian
Umpan Balik
INTERPERSONAL
Senyum, salam dan sapa
Informed consent
PROSEDURAL
Persiapan alat, pai\sien dan cuci tangan WHO
PEMERIKSAAN FISIK PAYUDARA
A. INSPEKSI
171
CSL Semester 4
10
11
12
13
14
15
16
17
Edisi Kedua
172
CSL Semester 4
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Edisi Kedua
173
CSL Semester 4
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
Edisi Kedua
174
CSL Semester 4
51
52
53
47
48
49
50
III
Edisi Kedua
175
CSL Semester 4
Edisi Kedua
ANAMNESIS OBSTETRI
Oleh : dr. Dian Isti Angraini, M.P.H
A. TEMA
Keterampilan anamnesis obstetri
B. TUJUAN
Tujuan Instruksional Umum
Setelah melakukan pelatihan ketrampilan Anamnesis Obstetrik mahasiswa
mampu melaksanakan anamnesa pada ibu hamil .
Tujuan Instruksional Khusus :
Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan dilakukannya anamnesis obstetri
yang merupakan bagian dari antenatal care
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan antenatal secara umum,
terutama melakukan anamnesis obstetri dengan baik.
Mahasiswa mampu membuat kesimpulan hasil anamnesis/ diagnosis.
Mahasiswa mampu membuat prognosis dan rencana
D. SKENARIO
Ny. S berusia 25 tahun, G1P0A0 hamil 28 minggu datang ke klinik Anda
dengan tujuan ingin memeriksa kehamilan. Anda lalu merencanakan
melakukan anamnesis dan akan dilanjutkan dengan pemeriksaan antenatal
care.
176
CSL Semester 4
Edisi Kedua
E. DASAR TEORI
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil
normal adalah 280 hari (40 minggu) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan
dibagi dalam 3 triwulan, yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan,
triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh
sampai 9 bulan.
Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emosional dari ibu serta
perubahan sosial di dalam keluarga. Jarang seorang ahli medik terlatih yang begitu
terlibat dalam kondisi yang biasanya sehat dan normal. Mereka menghadapi suatu tugas
yang tidak biasa dalam memberikan dukungan pada ibu dan keluarganya dalam rencana
menyambut anggota keluarga baru, memantau perubahan-perubahan fisik yang normal
yang dialami ibu serta tumbuh kembang janin, juga mendeteksi serta menatalaksana
setiap kondisi yang tidak normal. Pada umumnya kehamilan berkembang dengan
normal dan menghasilkan kelahiran.
Bayi sehat cukup bulan melalui jalan lahir namun kadang-kadang tidak sesuai
dengan yang diharapkan. Sulit diketahui sebelumnya bahwa kehamilan akan menjadi
masalah. Sistem penilaian risiko tidak dapat memprediksi apakah ibu hamil akan
bermasalah selama kehamilannya. Oleh karena itu, pelayanan/ asuhan antenatal
merupakan cara penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal
dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal. Ibu hamil sebaiknya dianjurkan untuk
mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk
mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal.
177
CSL Semester 4
Edisi Kedua
Mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi yang mungkin
terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan
pembedahan
Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun
bayinya dengan trauma seminimal mungkin
Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian asi eksklusif
Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat
tumbuh kembang secara normal
Kebijakan program
Kunjungan antenatal sebaikr.ya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan
Satu kali pada triwulan pertama
Satu kali pada triwulan kedua
Dua kali pada triwulan ketiga
Pelayanan asuhan standar minimal termasuk "7T"
(Timbang) berat badan
Ukur (Tekanan) darah
Ukur (Tinggi) fundus uteri
Pemberian imunisasi (Tetanus Toksoid) TT lengkap
Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan
Tes terhadap Penyakit Menular Seksual
Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan
WHO:
Birth Planning
Danger Signs
Emergency Preparedness
Social Support
178
CSL Semester 4
Edisi Kedua
Kebijakan teknis
Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap
saat. Itu sebabnya mengapa ibu hamil memerlukan pemantauan selama kehamilannya.
Penatalaksanaan ibu hamil secara keseluruhan meliputi komponen-komponen sebagai
berikut:
Mengupayakan kehamilan yang sehat
Melakukan deteksi dini kompikasi, melakukan penatalaksanaan awal serta rujukan
bila diperlukan
Persiapan persalinan yang bersih dan aman
Perencanaan antisipatif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi
komplikasi
Imunisasi TT
Antigen
TT1
TT2
TT3
TT4
TT5
Interval
(selang waktu minimal)
Pada kunjungan antenatal
pertama
4 minggu setelah TT1
6 bulan setelah TT2
1 tahun setelah TT3
1 tahun setelah TT4
Lama perlindungan
3 tahun*
5 tahun
10 tahun
25 tahun/ seumur hidup
%
perlindungan
80
95
99
99
179
CSL Semester 4
Edisi Kedua
Keterangan : * artinya apabila dalam waktu 3 tahun WUS(Wanita Usia Subur) tersebut
melahirkan, maka bayi yang dilahirkan akan terlindung dari TN (Tetanus Neonatorum).
Keluhan Obstetri
Keluhan obstetri yang menyebabkan pasien datang ke pusat kesehatan berupa:
a)
Perdarahan
Pecahnya ketuban
f)
PENILAIAN KLINIK
Penilaian klinik merupakan proses berkelanjutan yang dimulai pada kontak
pertama antara petugas kesehatan dengan ibu hamil dan secara optimal berakhir pada
pemeriksaan 6 minggu setelah persalinan. Pada setiap kunjungan antenatal, petugas
mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan
pemeriksaan fisik, untuk mendapatkan diagnosis kehamilan intrauterin, serta ada
tidaknya masalah atau komplikasi.
Penentuan usia kehamilan dapat dilakukan berdasarkan perhitungan dari hari
pertama siklus haid (HPHT) dengan menggunakan rumus Naegele dengan syarat
menstruasi haruslah teratur setiap 28 hari dan tidak menggunakan kontrasepsi hormonal.
Rumus Naegele adalah cara standar perhitungan tanggal jatuh tempo untuk kehamilan.
Hal ini dinamai Franz Karl Naegele (1778-1851), dokter kandungan Jerman yang
merancang aturan ini. Aturan ini memperkirakan tanggal taksiran persalinan (TP),
berdasarkan HPHT dengan cara menambahkan tahun satu, mengurangkan tiga pada
bulan dan menambahkan tujuh pada hari untuk tanggal tersebut . Hal ini mendekati
dengan rata-rata kehamilan manusia normal yang berlangsung selama 40 minggu (280
180
CSL Semester 4
Edisi Kedua
hari) dari HPHT, atau 38 minggu (266 hari) dari tanggal pembuahan. Kriteria tertentu
harus diikuti untuk menerapkan aturan Naegele, yaitu:
1.
2.
Ke-12 siklus sebelumnya tidak boleh dengan menggunakan pil kontrasepsi oral.
3.
Periode menstruasi terakhir harus normal, yaitu perdarahan haid durasi 3-5 hari
dan rata-rata jumlah pad berubah per hari adalah 3
Anamnesis yang harus diperhatikan untuk menilai kondisi kehamilan pada pasien
adalah:
Riwayat kehamilan
ini
Usia ibu hamil
Hari pertama haid
terakhir, siklus haid
Perdarahan
pervaginam
Keputihan
Mual dan muntah
Masalah/kelainan
pada kehamilan
sekarang
Pemakaian obatobat (termasuk
jamu-jamuan)
Riwayat penyakit
Riwayat sosial
ekonomi
- Jantung
- status perkawinan
- tekanan darah tinggi- respon ibu dan
- diabetes melitus
keluarga terhadap
-TBC
kehamilan
-pernah operasi
- jumlah keluarga
- alergi obat/makanan di rumah yang
- ginjal
membantu
- asma
- siapa pembuat
- epilepsi
keputusan dalam
- penyakit hati
keluarga
-pernah kecelakaan - kebiasaan makan
dan minum
-kebiasaan
merokok,
menggunakan
obat-obatan dan
alkohol
- kehidupan seksual
- pekerjaan
dan
aktivitas seharihari
- pilihan tempat
untuk melahirkan
- pendidikan
- penghasilan
181
CSL Semester 4
Edisi Kedua
Wanita hamil bisa melakukan kunjungan rutin untuk pemeriksaan pranatal atau
karena perdarahan per vaginam, persalinan, hipertensi atau nyeri. Hal-hal yang biasanya
ditanyakan dalam anamnesis obstetrik sama saja dengan anamnesis lain pada umumnya.
Hal-hal yang berbeda misalnya adalah adalah:
1) Riwayat kehamilan sekarang
Kapan hari pertama menstruasi terakhir pasien dan berapa lama biasanya siklus
menstruasi berlangsung?
Sudah berapa bulan kehamilannya?
Pernahkah ada perdarahan, diabetes, anemia, hipertensi, infeksi saluran kemih,
atau masalah selama kehamilan?
Gejala apa yang menyertai kehamilan pasien (misalnya mual, muntah, nyeri
tekan payudara, frekuensi dalam berkemih)?
2) Riwayat obstetrik dahulu
Rincian lengkap mengenai kehamilan sebelumnya (paritas = jumlah persalinan bayi
yang potensial untuk lahir hidup; graviditas = jumlah kehamilan) di antaranya
kehamilan, cara persalinan, komplikasi pada ibu atau bayi, kesulitan saat menyusui,
berat lahir, jenis kelamin, nama, keadaan kesehatan anak sekarang, keguguran, dan
riwayat ginekologis dahulu. Tanyakan secara khusus mengenai penyakit jantung,
murmur, diabetes, hipertensi, anemia, epilepsi, dan lakukan penilaian fungsi
kardiorespiratorius.
3) Pemeriksaan obstetrik
Dibahas lebih lanjut dalam pemeriksaan ANC
F. PROSEDUR
1) Identitas
a.
b.
182
CSL Semester 4
Edisi Kedua
b.
c.
5) Riwayat obstetrik
No
Tgl/Bln/Thn
Persalinan
Jenis
Kelamin
Berat
Badan
Usia
Anak
Jenis
Persalinan
Penolong
Keterangan
6) Riwayat Penyakit
a. Penyakit dahulu :
DM, infeksi saluran kemih
Penyakit jantung
Tekanan darah tinggi
Infeksi virus berbahaya
TBC
Ginjal
Asma
Epilepsi
Penyakit hati
Alergi obat atau makanan tertentu
Pernah mendapat transfusi darah dan indikasi tindakan tersebut
Inkompabilitas resus
Paparan sinar X/ rontgen
Pernah kecelakaan
183
CSL Semester 4
Edisi Kedua
G. DAFTAR PUSTAKA
Adriaansz, 2010. Asuhan Anternatal, Ilmu Kebidanan Sarwono
Prawirohardjo. P.T. Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Jakarta.
Gleadle, J. 2007. At a Glance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Penerbit
Erlangga. Jakarta.
Manuaba, IBG. 2004. Panduan Kepaniteraan Klinik Obstetri dan
Ginekologi edisi 2. PT EGC. Jakarta.
H. TUGAS MAHASISWA
1)
Umpan
Balik
184
CSL Semester 4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Edisi Kedua
ITEM PROSEDURAL
Menanyakan Identitas Pasien
Menanyakan keluhan utama dan tambahan
Menanyakan riwayat pasien sekarang
Menanyakan riwayat haid
Menanyakan obstetrik
Menanyakan riwayat penyakit dahulu
Menanyakan riwayat penyakit dalam keluarga
Menanyakan riwayat operasi/ pembedahan
Menanyakan riwayat KB/ kontrasepsi
Menanyakan riwayat ANC
ITEM PENALARAN KLINIS
Melakukan cross check (paraphrase atau pengulangan terhadap apa
yang dikatakan pasien)
Melakukan umpan balik (menanyakan hal-hal yang kurang jelas, atau
pertanyaan yang kurang jelas).
Mencatat semua hasil anamnesis
Menyimpulkan dan menginterpretasikan hasil anamnesis
ITEM PROFESIONALISME
Percaya diri, bersikap empati, tidak menginterogasi
Mengakhiri anamnesis dengan sikap yang baik
185
CSL Semester 4
Edisi Kedua
Keterampilan
Attending pregnant women
Inspection of abdomen of pregnant woman
Palpation : fundal height, Leopolds
manoeuvre, external assessment of position
Assessment of fetal heart rate
Pregnancy test, urine
186
CSL Semester 4
Edisi Kedua
E. Skenario
Amenorheae
Pada tanggal 5 April 2010, Ny. Ame, usia 22 tahun, G 1P0A0 memeriksakan
kehamilannya ke praktek dokter umum. Hari pertama haid terakhir (HPHT) tanggal 29
Juni 2009. Ny. Ame merasa kehamilannya lebih kecil dari bulan sebelumnya. Gerakan
janin dirasakan sama seperti sebelumnya. Kadang-kadang perut Ny.Ame kencang
sebentar tetapi kemudian menghilang lagi. Kencang-kencang teratur belum dirasakan.
Bloody show yang dipesankan oleh dokter saat kontrol sebelumnya juga belum ada. Ny.
Ame takut terjadi apa-apa dengan bayinya. Dokter kemudian melakukan pemeriksaan
Leopold, DJJ dan menyarankan Ny.Ame untuk kontrol setiap minggu.
F. Dasar teori / Rujukan
Definisi Antenatal Care (ANC)/Asuhan antenatal adalah suatu program yang
terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk
memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan. Istilah
lain asuhan antenatal/ pre natal.
Tujuan pemeriksaan antenatal adalah agar setiap kehamilan yang diinginkan
dapat mencapai persalinan dengan bayi dan ibu yang sehat dan selamat. Secara rinci,
tujuan Asuhan Antenatal adalah sebagai berikut :
1) Menjaga agar ibu sehat selama masa kehamilan, persalinan dan nifas serta
mengusahakan bayi yang dilahirkan sehat.
2) Memantau kemungkinan adanya risiko-risiko kehamilan, dan merencanakan
penatalaksanaan yang optimal terhadap kehamilan risiko tinggi.
3) Menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan perinatal.
Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, pemeriksaan harus dilakukan secara
sistematis melalui 4 maneuver yang dibuat oleh Leopold dan Sporlin (1985).
Pemeriksaan Obstetrik Leopold biasa dilakukan pada kunjungan antenatal wanita hamil
terutama pada kehamilan trimester 2 dan 3 ataupun mulai kehamilan 28 minggu.
Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan
a) Satu kali pada triwulan pertama.
b) Satu kali pada triwulan kedua.
c) Dua kali pada triwulan ketiga.
Jadwal pemeriksaan ANC yang baik berdasarkan usia kehamilan dari HPHT :
a) Sampai 28 minggu : 4 minggu sekali
b) 28 - 36 minggu : 2 minggu sekali
c) Di atas 36 minggu : 1 minggu sekali
KECUALI jika ditemukan kelainan / faktor risiko yang memerlukan penatalaksanaan
medik lain, pemeriksaan harus lebih sering dan intensif.
Pelayanan/asuhan standar minimal termasuk "7T" :
a) (Timbang) berat badan.
b) Ukur (Tekanan) darah.
187
CSL Semester 4
Edisi Kedua
188
CSL Semester 4
Edisi Kedua
3)
4)
5)
6)
7)
a) Pemeriksaan Leopold I
Maksud pemeriksaan Leopold I adalah untuk menentukan tinggi fundus uteri
(untuk memperkirakan usia kehamilan) serta menentukan bagian janin yang terletak
pada fundus uteri. Adapun cara pemeriksaan Leopold 1 sebagai berikut:
1. Memposisikan ibu dengan lutut fleksi (kaki ditekuk 450 atau lutut bagian
dalam diganjal bantal) dan pemeriksa menghadap ke arah ibu
2.
3.
189
CSL Semester 4
4.
5.
Edisi Kedua
uterus ke bawah (jika diperlukan, fiksasi uterus bawah dengan meletakkan ibu
jari dan telunjuk tangan kanan di bagian lateral depan kanan dan kiri, setinggi
tepi atas simfisis)
Kemudian dengan meteran gulung ukur jarak dari symphisis pubis ke fundus
uteri (tinggi fundus uteri/ TFU)
Rasakan bagian bayi yang ada pada bagian tersebut dengan jalan menekan
secara lembut dan menggeser telapak tangan kiri dan kanan secara bergantian.
Bokong bayi akan memberikan sensasi besar, tidak begitu bulat dan lunak
sedangkan jika kepala akan teraba keras, bulat lebih mudah digerakkan dan ada
ballotemen.
b) Pemeriksaan Leopold II
Leopold II untuk menentukan bagian janin yang terletak pada bagian lateral
kanan dan kiri (untuk menentukan letak punggung janin sebagai patokan lokasi menilai
DJJ) dan menentukan situs bayi (memanjang, melintang atau oblik). Adapun langkahlangkah pemeriksaan Leopold II adalah sebagai berikut :
1. Posisi ibu masih dengan lutut fleksi (kaki ditekuk) dan pemeriksa menghadap
ibu
2. Letakkan telapak tangan kiri pada dinding perut lateral kanan dan telapak
tangan kanan pada dinding perut lateral kiri ibu secara sejajar dan pada
ketinggian yang sama.
3. Tekan secara bergantian atau bersamaan (simultan) telapak tangan kiri dan
kanan mulai dari bagian atas. Kemudian geser ke arah bawah dan rasakan
adanya bagian-bagian janin.
4. Bagian yang rata dan memanjang adalah punggung janin sedangkan bagianbagian yang kecil adalah ekstremitas janin.
c) Pemeriksaan Leopold III
Tujuan dari pemeriksaan leopold III adalah untuk menentukan bagian
janin yang terletak di bagian terbawah atau dekat simfisis pubis.
1. Posisi ibu masih dengan lutut fleksi (kaki ditekuk) dan pemeriksa menghadap
ibu
2. Letakkan ujung telapak tangan kiri pada dinding lateral kiri bawah, telapak
tangan kanan pada dinding lateral kanan bawah perut ibu.
3. Tekan secara lembut secara bersamaan/bergantian untuk menentukan bagian
terbawah janin.
4. Bagian yang keras, bulat dan hampir homogen adalah kepala, sedangkan
tonjolan yang lunak kurang simetris adalah bokong.
d) Pemeriksaan Leopold IV
Pemeriksaan leopold IV merupakan pemeriksaan lanjutan untuk memastikan
hasil dari pemeriksaan leopold III. Tujuannya adalah apakah bagian terbawah
190
CSL Semester 4
Edisi Kedua
janin sudah memasuki pintu atas panggul atau belum, dan bila sudah masuk PAP,
berapa bagian yang telah masuk atau melewati PAP.
1. Pemeriksa menghadap ke arah kaki ibu, dengan posisi kaki ibu lurus
2. Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada lateral kiri dan kanan
uterus bawah, ujung-ujung jari tangan kiri dan kanan berada pada tepi atas
simfisis.
3. Temukan kedua ibu jari kiri dan kanan kemudian rapatkan semua jari-jari
tangan yang meraba dinding bawah uterus. Perhatikan sudut yang dibentuk.
(Konvergen = V kepala belum masuk PAP, Divergen = >< kepala sudah
masuk PAP)
4. Pindahkan ibu jari dan telunjuk tangan kiri pada bagian terbawah janin (bila
presentasi kepala, upayakan memegang bagian kepala didekat leher dan bila
presentasi bokong upayakan untuk memegang pinggang bayi)
5. Fiksasi bagian terbawah janin, kearah pintu atas panggul kemudian letakkan
jari-jari tangan kanan di antara tangan kiri dan simfisis sehingga bisa
diperkirakan seberapa jauh bagian terbawah janin masuk ke dalam pintu atas
panggul. Bila belum masuk, teraba balotemen kepala.
191
CSL Semester 4
Edisi Kedua
Leopold saat relaksasi uterus (setelah HIS). Normalnya 120-160 kali per menit.
Prosedur pemeriksaan sebagai berikut :
a) Setelah pemeriksaan Leopold, angkat kedua tangan dari dinding perut ibu
kemudian ambil stetoskop monoaural laenec dengan tangan kiri, kemudian
tempelkan ujungnya pada dinding perut ibu yang sesuai dengan posisi punggung
bayi (bagian yang memanjang dan merata)
b) Tempelkan telinga kiri pemeriksa dan dengarkan bunyi jantung bayi
c) Pindahkan titik dengar apabila pada titik pertama bunyi jantung kurang jelas
(upayakan untuk mendapatkan puntum maksimum). Apabila dinding perut cukup
tebal sehingga sulit untuk mendengarkan bunyi jantung bayi, pindahkan ujung
stetoskop pada dinding perut yang relatif tipis yaitu sekitar 3 cm dibawah
umbilikus (sub-umbilikus)
d) Dengarkan dan hitung bunyi jantung bayi selama 5 detik, sebanyak 3 kali
pemeriksaan, dengan interval 5 detik di antara masing-masing perhitungan
e) Jumlahkan hasil pemeriksaan 1,2 dan 3 kemudian dikalikan dengan 4 untuk
mendapatkan frekuensi denyut jantung bayi per menit. (perhatikan perbedaan
jumlah masing-masing perhitungan untuk menilai irama atau keteraturan bunyi
jantung)
9) Penutup
Akhiri kunjungan antenatal dengan memberikan konseling kehamilan berupa
hasil pemeriksaan (keadaan ibu, janin dan kehamilannya), rencana tindak lanjut (apa
yang harus dilakukan ibu hamil) dan terapi jika ada. Jangan lupa mengingatkan kapan
bumil harus control kembali, mencatat semua data pada rekam medik dan mengakhiri
dan menutup pemeriksaan dengan baik.
H. Daftar Pustaka
Berek, Jonathan. S, 2002. Novaks Gynecology. 13 th edition. Lippincott
Williams & Wilkins
Cunningham, F. Gary. Et al. 2001. Williams Obstetric 21st edition. The
McGraw Hill Companies.
Anonim. Catatan Kuliah (CAKUL) Obgyn FKUI - Pemeriksaan Obstetri dan
Asuhan Antenatal
Anonim, 2002. Buku Panduan Asuhan kesehatan Maternal. JNPKKR/POGI,
BKKBN, DEPKES dan JHPIEGO/STARH PROGRAM. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo-Bagian Obstetri Ginekologi FKUI. Jakarta
192
CSL Semester 4
Edisi Kedua
11
12
13
14
15
16
Umpan Balik
Leopold 2:
Menghadap bagian kepala ibu. Letakkan telapak tangan kiri pada dinding
perut lateral kanan dan telapak tangan kanan pada dinding perut lateral kiri
ibu secara sejajar dan pada ketinggian yang sama.
Tekan secara bergantian atau bersamaan (simultan) dari atas ke arah bawah,
rasakan serta sebutkan bagian janin yang dipalpasi. {Bagian yang rata dan
memanjang (punggung) atau bagian-bagian yang kecil (ekstrimitas)}.
Leopold 3:
Melakukan pemeriksaan leopold 3 dengan benar, menentukan dan
menyebutkan bagian terbawah janin (Bagian yang keras, bulat dan hampir
homogen adalah kepala, sedangkan tonjolan yang lunak kurang simetris
adalah bokong)
Leopold 4:
Menghadap ke bagian kaki ibu
Melakukan pemeriksaan leopold 4 secara benar, temukan kedua ibu jari kiri
dan kanan kemudian rapatkan semua jari-jari tangan yang meraba dinding
bawah uterus.
(Perhatikan dan sebut hasilnya sudut yang dibentuk oleh jari-jari kiri dan
kanan, konvergen atau divergen)
Pindahkan ibu jari dan telunjuk tangan kiri pada bagian terbawah janin (bila
presentasi kepala, upayakan memegang bagian kepala didekat leher dan bila
presentasi bokong upayakan untuk memegang pinggang bayi)
Fiksasi bagian terbawah janin kearah pintu atas panggul kemudian letakkan
jari-jari tangan kanan di antara tangan kiri dan simfisis untuk menilai
seberapa jauh bagian terbawah janin telah memasuki pintu atas panggul.
(Sebutkan seberapa jauh bagian terbawah janin telah masuk panggul.)
193
CSL Semester 4
Edisi Kedua
194
CSL Semester 4
Edisi Kedua
Level Kompetensi
-1- -2- -3- -4-1- -2- -3- -4-
195
CSL Semester 4
Edisi Kedua
E. Skenario
MP (Melahirkan Pertama)
Tanggal 1 april 2009, Ny. Ame, 25 tahun, G1P0A0, HPHT 1 juli 2008 datang ke
rumah sakit dengan his yang teratur dan makin sering. Bloody show (+). Dari PL
didapatkan: KU baik, Vital sign( TD 130/80mmhg, nadi 88x/menit, RR 20x/m,T 37 oC),
janin tunggal, denyut jantung janin masih baik. Dilakukan evaluasi servik , didapatkan
pembukaan 4 cm, letak kepala, presentasi belakang kepala. Setelah sekitar 6 jam, sang
ibu terlihat mulai mengejan, perineum terlihat menonjol dan anus terbuka. Dilakukan
PD dengan hasil pembukaan sudah lengkap. Pimpin persalinan dengan prosedur Asuhan
Persalinan Normal.
F. Dasar teori / Rujukan
A. Definisi
Persalinan (partus = labor) adalah proses pengeluaran produk konsepsi yang
viable melalui jalan lahir biasa.
Delivery adalah momentum kelahiran janin sejak kala II
5 benang merah dalam APN : 1) Pengambilan Keputusan Klinik
2) Sayang ibu dan sayang bayi
3) Pencegahan Infeksi
4) Dokumentasi
196
CSL Semester 4
Edisi Kedua
5) Rujukan
B. Kala persalinan
Proses persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu;
1) Kala I : waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap
10cm (Dilatasi servik)
2) Kala II : kala pengeluaran janin, waktu uterus dengan kekuatan his ditambah
kekuatan mengedan mendorong janin keluar hingga lahir (Pengeluaran janin)
3) Kala III: waktu uintuk pelepasan dan pengeluaran plasenta
4) Kala IV: mulai dari lahirnya plasenta selama 1-2 jam
Kala I
In partu (partus mulai) ditandai dengan keluarnya lender bercampur darah
(bloody shows), karena serviks mulai dilatasi dan mendatar. Darah berasal dari
pecahnya pembuluh darah kapiler sekitar kanalis sevikalis karena pergeseran ketika
serviks mendatar dan terbuka. Selainitu juga terjadi His (kontraksi rahim) yang makin
teratur. His yang adekuat saat in partu antara lain :
Lama kontraksi 30-50 menit
Simetri
Dominasi fundus
Relaksasi optimal
Interval 2-4 menit
Intensitas cukup
Kala I dibagi 2 fase;
1. Fase laten, dimana dilatasi serviks berlangsung lambat; sampai pembukaan 3cm.
2. Fase aktif, mulai dari pembukaan 4 cm sampai 10 cm (lengkap).
Kala II
Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama, kirakira 2-3menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadi
tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa
meneran. Karena tekanan pada rectum, ibu merasa seperti mau BAB, dengan tanda
anus terbuka. Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan
perineum meregang. Dengan his meneran yang terpimpin, akan lahirlah kepala, diikuti
oleh seluruh badan janin.
Kala III dan IV
Kala ini akan dibicarakan khusus pada keterampilan CSL selanjutnya.
G. Prosedur
1. Anamnesis
Identifikasi pasien
Keluhan utama pasien datang
197
CSL Semester 4
Edisi Kedua
2. Persiapan ibu
Periksa umum; vital sigan
Kosongkan kandung kemih
Ganti pakaian yang longgar
3. Menolong/ Memimpin persalinan normal
a. Kala I
Periksa Luar:
Tentukan tinggi fundus uteri dan letak janin dengan leopold
Menentukan penurunan bagian terbawah janin dengan bidang Hodge
Memantau denyut jantung janin, normal 120-180x/menit
Menilai kontraksi uterus, frekuensi his dan lamanya
Periksa Dalam
Tentukan konsistensi dan pendataran serviks (termasuk kondisi jalan lahir) dgn
bishop score
Mengukur besarnya pembukaan, 1-10cm atau jari
Menilai selaput ketuban, apakah masih intake atau tidak
Menentukan presentasi janin dan seberapa jauh bagian terbawah telah melalui
jalan lahir
Menentukan denominator
b. Kala II
Apabila pembukaan telah lengkap maka akan terlihat perineum menonjol,
vulva dan sfingter ani membuka, tampak bagian kepala janin di bukaan
introitus vagina
198
CSL Semester 4
Edisi Kedua
Usap muka janin dan periksa kalau ada lilitan tali pusat, kepala kemudian akan
melakukan putaran paksi luar (restitusi) kearah dimana
punggung janin berada.
Pegang kepala janin dengan kedua tangan secara biparietal,
Lahirkan bahu depan dengan menarik kepala kearah anus (bawah)
Lahirkan bahu belakang dengan menarik pelan-pelan kearah simfisis (atas)
Lahirkan badan , bokong dan kaki dengan melakukan Sangga-Susur
Letakkan bayi dengan kepala lebih rendah, hisap lender dengan penghisap
lender
Klem tali pusat pada 2 tempat 5 dan 10 cm dari umbilicus, gunting di
antaranya.
Ujung talipusat bayi di ikat kuat dengan tali atau klem plastic sehingga tidak
ada perdarahan. Metode mengikat = buku ketemu buku
Hangatkan bayi, keringkan, buang popok basah, selimuti dengan popok kering,
pasang topi dan letakkan diantara kedua payudara ibu untuk IMD jika APGAR
baik
Awasi lagi uterus untuk memastikan tidak ada bayi lagi/kembar
Beritahu ibu dan lakukan Injeksi oksitosin 1 ampul , siapkan klem untuk Kala
III
199
CSL Semester 4
Edisi Kedua
H. Daftar Pustaka
Anonim. 2008 : Buku Panduan Peserta Pelatihan Klinik : Asuhan Persalinan
Normal; Asuhan Esensial, Pencegahan dan Penanggulangan Segera
Komplikasi Persalinan dan Bayi Baru lahir. Jaringan Nasional Pelatihan
Klinik-Kesehatan Reproduksi (JNPK-KR). Depkes RI. Indonesia
Anonim, 2002. Buku Panduan Asuhan kesehatan Maternal. JNPKKR/POGI,
BKKBN, DEPKES dan JHPIEGO/STARH PROGRAM. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo-Bagian Obstetri Ginekologi FKUI. Jakarta.
I.
Evaluasi
Umpan Balik
Perineum menonjol.
Menggelar kain diatas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal
bahu bayi
200
CSL Semester 4
Edisi Kedua
201
CSL Semester 4
Edisi Kedua
(multigravida)
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam waktu
60 menit
V. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI
15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika
kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu
17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
VI. MENOLONG KELAHIRAN BAYI
Lahirnya Kepala
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka
lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan
kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi
defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran
perlahan atau bernafas cepat dan dangkal.
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang
sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi.
Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas
kepala bayi
21. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
Lahiran Bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparietal.
Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi, dengan lembut gerakkan
kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus
pubis dan kemudian gerakkan kearah atas dan distal untuk melahirkan
bahu belakang.
Lahirnya Badan dan Tungkai
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah untuk kepala dan bahu.
Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku ke
sebelah atas.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke
punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan
telunjuk di antara kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu
jari dan jari-jari lainnya).
VII. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR
25. Lakukan penilaian (selintas) APGAR Score
202
CSL Semester 4
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
Edisi Kedua
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali
bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan
handuk/kain yang kering
Biarkan bayi diatas perut ibunya
Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus
(hamil tunggal)
Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar terus berkontraksi baik
Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit I.M
(intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi
sebelum menyuntikkan oksitosin)
Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3
cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat kearah distal (ibu) dan jepit
kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
Pemotongan dan pengikatan tali pusat
Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi
perut bayi) dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara dua klem
tersebut
Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan
simpul kunci pada sisi lainnya
203
CSL Semester 4
Edisi Kedua
Manajemen Aktif Kala III, Kala IV, Manual Plasenta dan Kompresi Bimanual
Oleh : dr. Oktadoni Saputra, dr. Exsa Hadibrata
A. Tema
Keterampilan Prosedural Manajemen Aktif Kala III, Manual Plasenta, Kompresi
Bimanual dan Kala IV
B. Tujuan
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Manajemen Aktif Kala III, Manual
Plasenta, Kompresi Bimanual dan Kala IV (tujuan/ kegunaan, manfaat, indikasi
dan komplikasi)
Mahasiswa mampu melakukan procedural Manajemen Aktif Kala III
Mahasiswa mampu melakukan procedural Manual Plasenta
Mahasiswa mampu melakukan procedural Kompresi Bimanual
Mahasiswa mampu melakukan procedural Kala IV
C. Level Kompetensi
Keterampilan/ Skills
Delivery of placenta
Examination of placenta and umbilical cord
Postpartum : examination fundal height, placenta: loose/
retained
Manual removal of placenta
Episiotomy
Clamp cord/separation of placenta
Record APGAR
Measure/estimate loss of blood, after delivery
Level Of Expected
Ability
-1- -2- -3- -4-1- -2- -3- -4-1- -2- -3- -4-1- -2- -3- -4-1- -2- -3- -4-1- -2- -3- -4-1- -2- -3- -4-1- -2- -3- -4-
204
CSL Semester 4
Edisi Kedua
melakukan Manajemen aktif kala III, Peregangan Tali PUsar Terkendali dan dorongan
dorso-kranial uterus setelah diberi dosis ulangan oksitosin 10 unit IM, kateterisasi uretra
dan stimulasi papilla mammae. Karena jaringan yang rapuh, tali pusar putus anda
melakukan manual plasenta. Setelah plasenta lahir, anda melakukan kompresi bimanual
eksternal dan internal karena adanya indikasi atonia uterus.
F.Dasar Teori
Kala III
Setelah bayi lahir, kontraksi uterus istirahat sebentar. Uterus teraba keras
dengan fundus uteri setinggi pusat dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2x
sebelumnya. Kemudian timbul his pelepasan dan pengeluaran plasenta. Dalam waktu 510menit seluruh plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina dan akan lahir spontan
atau dengan sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Pengeluaran palsenta
disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 200cc.
Terjadinya pelepasan plasenta diakibatkan kontraksi rahim. Kontraksi rahim
akan mengurangi area plasenta, karena uterus bertambah kecil dan dindingnya
bertambah tebal beberapa cm. kontraksi akan menyebabkan bagian yang lemah dan
longgar dari plasenta pada dinding uterus terlepas, mula-mula sebagian kemudian
seluruhnya dan tinggal bebas dalam kavum uteri. Pengumpulan darah di belakang
plasenta juga membantu pelepasan plasenta yang dikenal dengan retroplasental
hematoma.
Cara lepasnya plasenta:
1. Menurut schultze: lepasnya seperti kita menutup payung (paling sering sekitar
80%). Yang lepas duluan adalah bagian tengah, lalu terjadi retroplasental
hematoma yang mendorong plasenta mula-mula bagian tengah, kemudian
seluruhnya.
2. Menurut Duncan: lepasnya plasenta mulai dari pinggir. Darah akan mengalir
keluar antara selaput ketuban.
Perasat-perasat untuk mengetahui lepasanya plasenta:
1. Perasat Kustner: letakkan tangan disertai tekanan di atas simfisis; tali pusat
ditegangkan, maka bila tali pusat masuk=belum lepas, diam atau maju+sudah
lepas
2. Perasat Klein: sewaktu ada his, fundus uteri kita dorong sedikit, bila tali pusat
kembali+ belum lepas, diam atau turun+ sudah lepas
3. Perasat Strassman: tegangkan tali pusat an ketok pada fundus uteri, bila tali pusat
bergetar = belum lepas.
Proses persalinan Kala III bisa berjalan secara sendiri/fisiologis, mengingat
kematian akibat perdarahan pasca persalinan akibat atonia uteri dan retensio plasenta
masih cukup tinggi sehingga disarankan dengan Manajemen Aktif Kala III :
Manajemen Aktif Kala III meliputi :
Pemberian uterotonika sebelum plasenta lahir; oksitosin 10 Unit i.m
205
CSL Semester 4
Edisi Kedua
Kala IV
Adalah kala pengawasan selama 1-2 jam setelah bayi dan plasenta lahir untuk
mengamati keadaan ibu terutama terhadap perdarahan postpartum
Manual Plasenta
Suatu tindakan procedural untuk mengeluarkan plasenta secara manual dengan
memasukkan tangan secara manual ke dalam cavum uteri.
Indikasi manual plasenta adalah retensio plasenta yaitu tertahannya atau belum
lahirnya plasenta hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir. (Wiknjosastro,
1999 & Abdul Bari S, 2001:178)
Plasenta normal biasanya menanamkan diri sampai batas atas lapisan
miometrium. Menurut tingkat perlekatannya retensio plasenta dibedakan menjadi :
Plasenta adhesive, yang melekat pada desidua
endometrium lebih dalam.
Kontraksi uterus kurang kuat
untuk melepaskan plasenta.
Plasenta akreta parsial : vili khorialis tumbuh
menembus
desidua
endometrium
sebagian
sampai ke miometrium.
Plasenta akreta, implantasi vili khorialis tumbuh lebih
dalam
dan
menembus
desidua endometrium sampai ke miometrium.
(Gambar 3. Lokasi Implantasi Plasenta dan
manifestasi klinisnya)
Plasenta inkreta, implantasi menembus hingga miometriun
Plasenta perkreta, menembus sampai serosa atau peritoneum dinding rahim
Penyebab Retensio Plasenta antara lain :
His kurang kuat
Plasenta sukar terlepas karena : plasenta adhesive
Kriteria Diagnosis Retensio Plasenta :
Plasenta belum lahir 30 menit setelah bayi lahir
Uterus tdk berkontraksi dengan baik
206
CSL Semester 4
Edisi Kedua
Spesifik :
Kompresi Bimanual Interna
Kompresi Bimanual Eksterna
Kompresi Aorta abdominalis
c)
Di Rumah Sakit :
Pemasangan tampon katether
207
CSL Semester 4
Edisi Kedua
Prosedur pelaksanaan kompresi bimanual pada atonia uteri dapat dilihat pada bagian
prosedur
Membedakan beberapa diagnosis kerja penyebab perdarahan post partum :
Diagnosis
Gejala dan Tanda
Penyulit
Kerja
Pucat
Lemah
Menggigil
Syok
Bekuan darah di
serviks
Tali pusat putus oleh
karena traksi
berlebihan
Anemia
Demam
Syok neurogenik
Pucat dan limbung
Robekan
Jalan Lahir
Atonia Uteri
Retensio
plasenta
Metritis
Inversio uteri
Sisa Plasenta
G.Prosedur
Kala III
Suntikkan oksitosin pada paha ibu
Lahirkan plasenta dengan cara PTT (Peregangan Tali Pusar Terkendali)
Berdiri disamping ibu
Letakkan telapak tangan (alas dengan kain) yang lain, pada segmen bawah
rahim atau dinding uterus di suprasimfisis
208
CSL Semester 4
Edisi Kedua
Pada saat terjadi kontraksi, tegangkan tali pusat sambil tekan uterus ke
dorsokranial
Pindahkan jepitan semula tali pusat ke titik 5-20 cm dari vulva dan pegang
klem penjepit tsb
Ulangi kembali perasat ini bila plasenta belum dapat dilahirkan (jangan lakukan
pemaksaan)
Lahirkan plasenta mengikuti jalan lahir seperti melahirkan bayi
Saat plasenta mulai terlihat di introitus vagina, putar plasenta searah jarum jam
secara perlahan supaya tidak ada bagian plasenta yang terputus
Periksa/cek kelengkapan plasenta sambil tangan kiri melakukan masase uterus
Kala IV
Kontraksi uterus; baik atau tidak dengan palpasi, lakukan massage
Perdarahan: ada atau tidak, banyaknya
Kosongkan kandung kemih
Luka-luka; kalau ada, jahitannya baik atau tidak, ada perdarahan
Periksa kelengkapan plasenta dan selaput ketuban
Keadaan Umum ibu , vital sign tiap 15 menit dalam 1 jam pertama kemudian
tiap 30 menit untuk 1jam berikutnya
Keadaan Umum bayi (Apgar Score)
Manual Plasenta
Jelaskan kepada ibu tindakan yang akan dilakukan (Informed Consent)
Lakukan persiapan alat, persiapan pasien dan penolong
Posisikan pasien pada bed ginekologi dengan posisi litotomi
Pasang Infus pada pasien
Lakukan cuci tangan secara aseptic
Pakai sarung tangan dengan prosedur aseptic
Berikan anestesi pada pasien (analgesia per rectal propenid 1 tube)
Lakukan kateterisasi
Kenakan sarung tangan panjang sampai siku yang steril pada tangan kanan
Jepit tali pusar 5-10 cm dari vulva, tegangkan sejajar lantai (PTT) dengan satu
tangan (kiri). Tidak diperbolehkan menarik tali pusar karena dapat putus.
Masukkan tangan kanan ke dalam vagina secara obstetric menyusuri tepi
bawah tali pusar (lihat gambar diatas) sampai ke pangkal perlekatan tali
pusar.(Jika implantasi plasenta di korpus sebelah kanan/sulit dijangkau dengan
tangan kanan, keluarkann dan ulangi lagi prosedur seperti diatas dengan tangan
yang berkebalikan. Sekali masuk cavum uteri sebisa mungkin harus
mendapatkan plasenta tidak dengan berkali-kali).
209
CSL Semester 4
1. PTT
Menemukan tempat implantasi
Edisi Kedua
3.
210
CSL Semester 4
Edisi Kedua
211
CSL Semester 4
Edisi Kedua
H. Daftar Pustaka
Varney, Helen. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4 vol 2. Jakarta. EGC,
2008; 1170-1171
JNPK-KR. Asuhan Pesalinan Normal Asuhan Esensial Persalinan. Edisi
Revisi. Cetakan ke-3. Jakarta. JNPK-KR, 2007; 128-130
Cunningham, Gary. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta. EGC, 2006; 707-708
Santoso, Budi Iman. Slide Kuliah : Perdarahan Post Partum. Diupload 20 april
2009. Didownload pada 15 maret 2011 pukul 11.08 dari :
http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/b2077c4740ec9d1e8066b09eaab0
9990e2e98506.pdf
Anonim, Materi pelatihan : Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar. Di
download
pada
15
maret
2011
pukul
11.11
dari
:
http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/963c07503f3b5a28b95eabe77806
959c7cf0282a.pdf
I.
Evaluasi
Cek List Latihan Kala III, Kala IV
VIII. PENATALAKSANAAN AKTIF PERSALINAN KALA TIGA
Umpan
Balik
34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
35. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis untuk
mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan
yang lain mendorong uterus ke arah belakang-atas (dorso-kranial) secara hatihati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40
detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi
berikutnya dan ulangi prosedur di atas.
Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota
keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu.
Mengeluarkan plasenta
37. Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas,
minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar
lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan
tekanan dorso-kranial)
Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak 10-15
cm dari vulva dan lahirkan plasenta
Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:
1 Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
2 Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh
3 Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
4 Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
5 Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau bila
212
CSL Semester 4
Edisi Kedua
213
CSL Semester 4
Edisi Kedua
47. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
49. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1
jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua
pascapersalinan
50. Periksa kembali bayi dan pantau setiap 15 menit untuk pastikan bahwa bayi
bernafas dengan baik (40-60 kali / menit) serta suhu tubuh normal (36,5-37,5
C)
Jika bayi sulit bernafas, merintih atau retraksi diresusitasi dan segera
merujuk ke rumah sakit
Jika bayi bernafas terlalu cepat, segera rujuk
Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Kembalikan kulit ke
kulit dengan ibunya dan selimuti ibu dan bayi dengan selimut
Kebersihan dan Keamanan
51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas perlatan setelah didekontaminasi
52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai
53. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban,
lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering
54. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga
untuk member ibu minuman dan makanan yang diinginkannya
55. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%
56. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikkan bagian
dalam ke luar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
57. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir
Dokumentasi
58. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan
asuhan kala IV
Umpan
Balik
214
CSL Semester 4
Edisi Kedua
Umpan
Balik
215
CSL Semester 4
Edisi Kedua
216
CSL Semester 4
Edisi Kedua
PARTOGRAF
dr. Dian Isti Angraini, M.P.H.
A. Tema
Keterampilan mengisi partograf.
B. Tujuan
Mahasiswa mampu mendokumentasikan keadaan persalinan pasien dalam
lembar partograf
C. Level Kompetensi
Keterampilan/ Skills
Partograf
E. Skenario
Pada saat Anda sedang jaga klinik, datanglah pasien, Ny. W, 27 tahun, G1P0A0
hamil 40 minggu datang dengan keluhan keluar darah lendir sejak 4 jam yang lalu.
Ketika Anda melakukan VT, didapatkan pembukaan 2 jari. 4 jam kemudian ternyata
pembukaan sudah 3 cm.
F. Dasar Teori
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan
informasi untuk membuat keputusan klinik. Tujuan utama dari penggunaan partograf
adalah:
217
CSL Semester 4
Edisi Kedua
Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi,
grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan,
pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan atau
tindakan yang diberikan dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status
atau rekam medis ibu bersalin dan bayi baru lahir.
Penggunaan partograf merupakan Indikasi untuk semua ibu dalam fase aktif
kala satu persalinan sebagai elemen penting asuhan persalinan. Secara rutin oleh semua
tenaga penolong persalinan yang memberikan asuhan kepada ibu selama persalinan dan
kelahiran. Kontraindikasi dari partograf tidak boleh digunakan untuk memantau
persalinan yang tidak mungkin berlangsung secara normal seperti; plasenta previa,
panggul sempit, letak lintang dan lain-lain. Untuk mencegah terjadinya partus lama,
APN mengandalkan penggunaan partograf sebagai salah satu praktek pencegahan dan
deteksi dini.
Menurut WHO (1994) pengenalan partograf sebagai protokol dalam manjemen
persalinan terbukti dapat mengurangi persalinan lama dari (6,4%) menjadi (3,4%).
Kegawatan bedah sesaria turun dari (9,9%) menjadi (8,3%), dan lahir mati intrapartum
dari (0,5%) menjadi (0,3%). Kehamilan tunggal tanpa komplikasi mengalami perbaikan,
kejadian bedah sesaria turun dari (6,2%) menjadi (4,5%).
Penggunaan partograf secara rutin dapat memastikan bahwa ibu dan bayinya
mendapatkan asuhan persalinan yang aman, adekuat dan tepat waktu serta membantu
mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka.
Partograf APN dapat digunakan:
a) Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan merupakan elemen
penting dari asuhan persalinan.
218
CSL Semester 4
Edisi Kedua
b) Selama persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat (rumah, puskesmas, klinik
bidan swasta, rumah sakit, dan lain-lain).
c) Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan persalinan
kepada ibu dan proses kelahiran bayinya (dokter spesialis obstetrik, bidan, dokter
umum, PPDS obgin dan mahasiswa kedokteran).
Menurut WHO (2000) dan Depkes (2004) cara pengisian partograf modifikasi
WHO atau yang dikenal dengan partograf APN meliputi :
A.Informasi tentang ibu
Identitas pasien; nama pasien, riwayat kehamilan, riwayat persalinan, nomor register
pasien, tanggal dan waktu kedatangan dalam "jam" mulai dirawat, waktu pecahnya
selaput ketuban. Selain itu juga mencatat waktu terjadinya pecah ketuban, pada
bagian atas partograf secara teliti.
B. Kondisi janin
(1) DJJ.
Hasil pemeriksaan DJJ setiap 30 menit atau lebih sering jika ada tanda-tanda
gawat janin. Setiap kotak menunjukkan waktu 30 menit. Skala angka di
sebelah kolom paling kiri menunjukkan DJJ. DJJ dicatat dengan memberi
tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang menunjukkan DJJ.
Kemudian hubungkan titik yang satu dengan titik lainnya dengan garis tidak
terputus;
(2) Warna dan adanya air ketuban,
Penilaian air ketuban setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, dan nilai
warna air ketuban jika selaput ketuban pecah. Mencatat temuan-temuan ke
dalam kotak yang sesuai di bawah lajur DJJ, menggunakan lambang-lambang
seperti berikut:
(a) U jika ketuban utuh atau belum pecah;
(b) J jika ketuban sudah pecah dan air ketuban jemih;
219
CSL Semester 4
Edisi Kedua
(c) M jika ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium;
(d) D jika ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah;
(e) K jika ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban atau "kering";
(3) Molase atau penyusupan tulang-tulang kepala janin, menggunakan lambanglambang berikut ini:
(a) 0 jika tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat
dipalpasi;
(b) 1 jika tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan;
(c) 2 jika tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi masih dapat
dipisahkan;
(d) 3 jika tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat
dipisahkan. Hasil pemeriksaan dicatat pada kotak yang sesuai di bawah lajur
air ketuban.
C. Kemajuan persalinan
Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan persalinan.
Angka 0-10 yang tertera di tepi kolom paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks.
Setiap angka/kotak menunjukkan besarnya pembukaan serviks. Kotak yang satu
dengan kotak yang lain pada lajur di atasnya, menunjukkan penambahan dilatasi
sebesar 1 cm. Skala angka 1-5 menunjukkan seberapa jauh penurunan kepala janin.
Masing-masing kotak di bagian ini menyatakan waktu 30 menit. Kemajuan
persalinan meliputi:
(1) Pembukaan serviks, penilaian dan pencatatan pembukaan serviks dilakukan
setiap 4 jam atau lebih sering dilakukan jika ada tanda-tanda penyulit. Saat ibu
berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf hasil temuan dari setiap
pemeriksaan dengan simbol "X". Simbol ini harus ditulis di garis waktu yang
sesuai dengan lajur besarnya pembukaan serviks di garis waspada. Hubungkan
tanda "X" dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh atau tidak terputus.
220
CSL Semester 4
Edisi Kedua
(2) Pencatatan penurunan bagian terbawah atau presentasi janin, setiap kali
melakukan pemeriksaan dalam atau setiap 4 jam, atau lebih sering jika ada
tanda-tanda penyulit. Kata-kata "turunnya kepala" dan garis tidak terputus dari 05, tertera di sisi yang sama dengan angka pembukaan serviks. Berikan tanda "--"
pada garis waktu yang sesuai. Hubungkan tanda " " dari setiap pemeriksaan
dengan garis tidak terputus.
(3) Garis waspada dan garis bertindak, garis waspada dimulai pada pembukaan
serviks 4 cm dan berakhir pada titik dimana pembukaan lengkap, diharapkan
terjadi laju pembukaan 1 cm per jam. Pencatatan selama fase aktif persalinan
harus dimulai di garis waspada.
D. Pencatatan jam dan waktu, meliputi:
(1) Waktu mulainya fase aktif persalinan, di bagian bawah pembukaan serviks dan
penurunan, tertera kotak-kotak yang diberi angka 1-16. Setiap kotak menyatakan
waktu satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan;
(2) Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan, dibawah lajur kotak untuk waktu
mulainya fase aktif, tertera kctak-kotak untuk mencatat waktu aktual saat
pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak menyatakan satu jam penuh dan berkaitan
dengan dua kotak waktu tiga puluh menit pada lajur kotak di atasnya atau lajur
kontraksi di bawahnya. Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan, catat
pembukaan serviks di garis waspada. Kemudian catat waktu aktual pemeriksaan
ini di kotak waktu yang sesuai.
E. Kontraksi uterus
(1) Frekuensi kontraksi dalam waktu 10 menit
Kontraksi uterus dicatat pada bawah lajur waktu yaitu ada lima lajur kotak
dengan tulisan "kontraksi per 10 menit" di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap
kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah
kontraksi daiam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik.
(2) lama kontraksi (dalam detik)
221
CSL Semester 4
Edisi Kedua
222
CSL Semester 4
Edisi Kedua
G. Prosedur
i.
ii.
Mencatat data tentang ibu : nama, umur, gravida, para, abortus, no catatan
medik, tanggal dan waktu mulai dirawat, waktu pecahnya selaput ketuban
iii.
Mencatat kondisi janin : DJJ, warna dan air ketuban, serta molase kepala janin
iv.
v.
Mencatat jam dan waktu : waktu mulainya fase aktif persalinan, serta waktu
aktual saat pemeriksaan atau penilaian
vi.
vii.
viii.
Mencatat Kondisi ibu : nadi, tekanan darah dan suhu tubuh, serta urin (volume,
aseton atau protein)
223
CSL Semester 4
ix.
Edisi Kedua
H.Daftar Pustaka
JNPK-KR Depkes RI. 2008. Buku Acuan Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan
Normal. Revisi 5. Depkes RI. Jakarta.
I.TUGAS MAHASISWA
Informed consent
3
4
5
6
7
8
9
10
III
11
Aspek Penilaian
INTERPERSONAL
Umpan Balik
PROSEDURAL
Persiapan alat
224
CSL Semester 4
Edisi Kedua
TEMA :
Keterampilan Komunikasi Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Nifas
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu melakukan anamnesis nifas dengan baik dan benar
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan nifas dengan benar
D. SKENARIO
Seorang pasien perempuan P1A0 berumur 25 tahun, datang ke praktek Anda untuk
kontrol paska melahirkan seminggu yang lalu.
E. Dasar Teori
Masa nifas atau yang juga dikenal sebagai masa puerperium adalah masa
sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang
lamanya 6 minggu. Periode 6 minggu pasca persalinan, disebut juga masa involusi
(periode di mana sistem reproduksi wanita postpartum kembali kepada keadaannya
seperti sebelum hamil). Di masyarakat Indonesia, masa nifas (puerperium) berlangsung
kurang lebih selama 40 hari.
Pada masa nifas (peurperium) akan terjadi perubahan pada tubuh, dia
antaranya adalah :
225
CSL Semester 4
Edisi Kedua
1. Involusi Uterus
Kontraksi
uterus
meningkat
setelah
bayi
keluar.
Hal ini menyebabkan iskemia pada lokasi perlekatan plasenta (placental site)
sehingga jaringan perlekatan antara plasenta dan dinding uterus nekrosis dan lepas.
Setelah placenta lahir, uterus merupakan alat keras karena kontraksi dan retraksi
otot-ototnya.
Pada awal setelah placenta keluar, ukuran uterus sekitar 1 jari di bawah pusat.
Selama 2 hari berikutnya, besarnya tidak seberapa berkurang, tetapi sesudah 2 hari,
uterus mengecil dengan cepat sehingga pada hari ke-10 tidak teraba lagi dari luar.
Setelah 6 minggu tercapai lagi ukurannya yang normal. Involusi terjadi karena
masing-masing sel menjadi lebih kecil yang diakibatkan oleh pengeluaran
sitoplasma yang berlebihan.
2. Involusi Tempat Placenta
Setelah persalinan, tempat placenta merupakan tempat dengan permukaan
kasar, tidak rata, dan kira-kira sebesar telapak tangan. Dengan cepat luka ini
mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2
cm.
3. Perubahan Pembuluh Darah Rahim
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh-pembuluh darah yang
besar, tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang
banyak, maka arteri harus mengecil lagi dalam nifas. Orang menduga bahwa
pembuluh-pembuluh yang besar tersumbat karena perubahan-perubahan pada
dindingnya dan diganti oleh pembuluh-pembuluh yang lebih kecil.
4. Perubahan Pada Cervix dan Vagina
Beberapa hari setelah persalinan, ostium externum dapat dilalui oleh 2 jari,
pinggir-pinggirnya tidak rata tetapi retak-retak karena robekan dalam persalinan.
Pada akhir minggu pertama hanya dapat dilalui oleh 1 jari saja, dan lingkaran
retraksi berhubungan dengan bagian atas dari canalis cervicalis.
226
CSL Semester 4
Edisi Kedua
5. Saluran Kencing
Dinding kandung kencing memperlihatkan edema dan hiperemia. Kadangkadang edema dari trigonum menimbulkan obstruksi dari uretra sehingga terjadi
retensio urine. Kandung kencing dalam puerperium kurang sensitif dan kapasitasnya
bertambah, sehingga kandung kencing penuh atau sesudahnya masih tinggal urine
residual. Sisa urine ini dan trauma pada dinding kandung kencing waktu persalinan
memudahkan terjadinya infeksi. Dilatasi ureter dan pyelum, normal kembali dalam
waktu 2 minggu.
6. Laktasi
Masing-masing buah dada terdiri dari 15-24 lobi yang terletak radial dan
terpisah satu sama lain oleh jaringan lemak. Tiap lobus terdiri dari lobuli yang terdiri
pula dari acini. Acini ini menghasilkan air susu. Tiap lobulus mempunyai saluran
halus untuk mengalirkan air susu. Saluran-saluran halus ini bersatu menjadi satu
saluran untuk tiap lobus. Saluran ini disebut ductus lactiferosus yang memusat
menuju ke puting susu di mana masing-masing bermuara.
Keadaan buah dada pada 2 hari pertama nifas sama dengan keadaan dalam
kehamilan. Pada waktu ini buah dada belum mengandung susu, melainkan
colostrum yang dapat dikeluarkan dengan memijat areola mammae.
Masalah yang dapat timbul pada masa nifas anatar lain demam lebih dari 38oC
pada 2 hari berturut-turut pada 10 hari yang pertama postpartum. Demam ini biasanya
disebabkan infeksi nifas. Nadi yang cepat terdapat pada ibu yang nerveus, yang banyak
kehilangan darah, atau mengalami persalinan yang sulit.
His pengiring (royan) terutama terasa oleh multipara, karena rahimnya
berkontraksi dan berelaksasi, yang menimbulkan perasaan nyeri. His pengiring terutama
terasa waktu menyusukan anaknya. Biasanya setelah 48 jam postpartum tidak seberapa
mengganggu lagi. Primipara kurang diganggu oleh his pengiring, karena uterusnya
dalam kontraksi dan retraksi yang tonis.
227
CSL Semester 4
Edisi Kedua
228
CSL Semester 4
Edisi Kedua
F. PROSEDURAL
Senyum, salam, sapa dan melakukan informed consent
Anamnesis Nifas
1) Menanyakan identitas pasien : Nama, Umur, jenis kelamin, alamat lengkap,
pekerjaan, agama, dan suku bangsa
2) Menanyakan Riwayat Penyakit Sekarang
Menanyakan keluhan utama
3) Menanyakan mengenai riwayat persalinan, waktu, tempat, jenis persalinan,
penolong persalinan, tindakan dalam persalinan, episitomy, paritas
4) Menanyakan keluhan lain/penyerta : demam, pusing, sakit kepala hebat,
penglihatan kabur, kesedihan/depresi, ada gangguan tidur atau tidak
5) Menanyakan frekuensi BAB dan BAK
6) Menanyakan pengeluaran pervaginam (lochia), jenismya, warnanya, baunya,
jumlahnya
7) Menanyakan cara menyusui bayi dan laktasi (apakah bayi mau menyusu,
bagaimana pengeluaran ASI, apakah ada kesulitan menyusui, apakah ada
keluhan pada payudara, apakah puting susu lecet)
8) Bagaimana gizi ibu, makan teratur atau tidak, cukup gizi atau tidak
9) Menanyakan masalah kontrasepsi untuk mengatur jarak kelahiran
Pemeriksaan Nifas
1) Pemeriksaan tanda-tanda vital
2) Pemeriksaan kepala : anemis atau tidak
3) Pemeriksaan payudara : puting (bentuknya, pengeluaran colostrum/ASI),
pembengkakan, luka/lecet, tanda radang atau benjolan.
4) Pemeriksaan abdominal secara umum dan memeriksa tinggi fundus uteri,
kontraksi uterus dan memeriksa apakah kandung kemih kosong/penuh
5) Pemeriksaan genitalia :
Perineum ( apakah ada edema dan hematoma)
Memeriksa luka jahitan episiotomy
229
CSL Semester 4
Edisi Kedua
G.DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, T Gary, Williams Obstetrics 22nd Edition.2005.USA.McGrawHill Companies,Inc
Sastrawinata, et all. editor. Ilmu Kesehatan Reproduksi : Obstetri Patologi
Edisi 2.2003.Jakarta EGC
Anonim.2001. Buku Panduan skill Lab FK UGM. Yogyakarta
Anonim.2006.Buku Panduan Skill Lab FK Unpad.Bandung
6
7
8
9
Prosedur/Aspek Penilaian
Umpan Balik
230
CSL Semester 4
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Edisi Kedua
23
24
25
26
27
28
22
ITEM PROFESIONALISME
231
CSL Semester 4
Edisi Kedua
232
CSL Semester 4
Edisi Kedua
E. Skenario
Ny. Risti G1P0A0 melahirkan anak pertama, ketuban sudah pecah sejak 12
jam SMRS. Bayi lahir di bidan per vaginam, bayi tidak menangis, nafas megap-megap.
Anda dokter jaga yang bertugas di rumah sakit tersebut dimintai bantuan oleh Bidan
tersebut untuk resusitasi bayi baru lahir.
F. Dasar Teori
1. Latar Belakang
Secara global di dunia, penyebab kematian bayi baru lahir antara lain Infeksi
(32%), Asfiksia (29%), Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)/prematuritas (24%),
Cacat Bawaan (10%) serta lain-lain (5%). Asfiksia menjadi penyebab kematian
terbanyak ke 2 didunia. Diperkirakan 3% (3,6 juta) dari 120 juta BBL mengalami
asfiksia dan sekitar 1 juta diantaranya meninggal dunia.
Di Indonesia asfiksia juga menjadi penyebab kematian bayi terbanyak kedua
setelah BBLR. Asfiksia seyogyanya bisa ditekan jika tenaga kesehatan yang membantu
persalinan dapat menatalaksananya dengan tepat dan benar. Resusitasi pada bayi baru
lahir seharusnya sudah harus diketahui oleh tenaga kesehatan yang membantu
persalinan termasuk dokter umum. Bahkan di luar negeri Resusitasi kardiopulmonal
tidak hanya diwajibkan bagi tenaga kesehatan bahkan tenaga non-kesehatanpun yang
bertugas di pelayanan publik harus mengetahuinya.
Asfiksia pada bayi baru lahir merupakan suatu kegawatdaruratan medis.
Kadang kala dapat diprediksi sebelum kelahiran namun tidak jarang ditemukan setelah
kelahiran bayi. Kegagalan sirkulasi dalam waktu 3-4 menit dapat menyebabkan
kerusakan permanen pada otak yang akhirnya berujung pada kematian. Time saving is
life saving, Waktu adalah nyawa. Oleh karena itu, resusitasi yang cepat dan tepat
sangat diperlukan untuk menyelamatkan nyawa sang bayi.
2. Pengertian
Resusitasi merupakan suatu prosedur kegawatdaruratan medis yang dilakukan
untuk mencegah suatu episode henti nafas (respiratory arrest) dan/atau henti jantung
(cardiac arrest) yang dapat menyebabkan kematian biologis untuk mengembalikan
fungsi pernafasan dan/atau sirkulasi tersebut sehingga memungkinkan untuk hidup
normal selanjutnya bila kedua fungsi tersebut bekerja kembali. Istilah lain resusitasi
antara lain : reanimasi, Resusitasi Jantung Paru (RJP), Resusitasi Jantung Paru Otak
(RJPO), Resusitasi kardiopulmonal (RKP).
233
CSL Semester 4
Edisi Kedua
Bayi Baru Lahir (newborn) adalah bayi yang baru dilahirkan sampai dengan
beberapa jam setelah kelahiran, Neonatus (periode neonatal) adalah bayi yang berumur
1-28 hari dan Bayi (Infant) adalah Bayi dari umur 1 bulan (28 hari) sampai dengan 1
tahun.
Resusitasi Bayi Baru Lahir adalah Resusitasi yang dilakukan pada bayi baru
lahir yang mengalami kesulitan/kegagalan bernafas (asfiksia). Istilah lain juga dikenaal
sebagai resusitasi neonatus.
3. Indikasi
A. Ventilasi Tekanan Positif (VTP)
1. Apnea; Grasping Respiration
Pada bayi baru lahir, indikasi tersering resusitasi adalah akibat asfiksia.
Asfiksia merupakan kegagalan untuk memulai & melanjutkan pernafasan pada BBL
sehingga Bayi tidak bernafas secara spontan & teratur. Bayi biasanya tidak menangis,
tidak bergerak aktif dan kulit bayi terlihat kebiruan (sianosis). Pada awal kelahiran
sirkulasi bayi masih mengandung O2 dari sirkulasi maternal, namun dalam beberapa
menit jika bayi tidak bernafas atau bernafas tidak adekuat (megap-megap) maka akan
terjadi terjadi kegagalan sirkulasi. Dalam 3-4 menit kegagalan sirkulasi dapat
menyebabkan kerusakan otak permanen dan akhirnya menyebabkan kematian.
Jika bayi tidak bernafas (apnea)/bernafas megap-megap (grasping respiration)
kenali sebagai suatu gejala asfiksia sehingga memerlukan resusitasi dengan segera.
2. Denyut Jantung < 100 kali per menit
Pada bayi dengan denyut jantung (DJ) < 100 kali per menit juga langsung
dilakukan ventilasi. Yang digunakan adalah Ambu bag/balon-sungkup dengan atau
tanpa reservoir.
3. Sianosis yang menetap setelah pemberian oksigen aliran bebas
Jika bayi bernafas, DJ>100 tetapi sianosis dianjurkan memberikan oksigen aliran bebas.
Tetapi jika masih menetap setelah diobservasi 90 detik maka lakukan VTP.
(Selengkapnya lihat prosedur/tabel skema resusitasi BBL)
B. Kompresi Dada
Kompresi dada tidak selalu dilakukan dalam prosedur resusitasi jika ventilasi
dapat dilakukan dengan baik. Kompresi dada dilakukan jika :
Denyut Jantung Bayi < 60 kali permenit (setelah minimal 30 detik (1 siklus)
ventilasi yang adekuat)
Denyut Jantung Bayi 60-80 kali per menit tetapi tidak ada peningkatan
4.
Tujuan Resusitasi
Tujuan dilakukan resusitasi adalah untuk mencapai ventilasi adekuat, O 2 dan
Curah Jantung yang cukup untuk menyalurkan O2 ke otak, jantung, dan alat vital
lainnya sehingga mencegah kegagalan respirasi dan atau sirkulasi, serta kematian
biologis.
234
CSL Semester 4
5.
Edisi Kedua
Fase-fase Resusitasi
Resusitasi jantung paru otak dibagi menjadi 3 fase diantaranya :
G. PROSEDUR
Prosedur resusitasi meliputi Persiapan, Resusitasi dan Post Resusitasi.
Ventilasi efektif merupakan kunci keberhasilan tindakan resusitasi.
235
CSL Semester 4
Edisi Kedua
236
CSL Semester 4
Edisi Kedua
237
CSL Semester 4
Edisi Kedua
sebelumnya. Untuk itu diperlukan suatu komunikasi yang baik penolong dengan pasien
sangat diperlukan untuk menggali anamnesis riwayat obstetric pasien.
Lakukan Informed-consent pada ibu dan pihak keluarga, Beritahu dan jelaskan
pada ibu dan keluarga bahwa kemungkinan bayi mengalami masalah sehingga perlu
dilakukan tindakan resusitasi, Minta ibu dan keluarga memahami upaya ini dan minta
mereka ikut membantu serta meminta persetujuan lisan.
b. Persiapan tempat resusitasi :
Ruangan yang terang, hangat dan dilengkapi dengan jam dinding
Meja resusitasi yang datar rata dan keras
Pemancar panas atau lampu 60 watt yang berjarak 60 cm dari bayi
Kain bersih, kering, hangat 3 buah :
o 1 untuk mengeringkan bayi kemudian dibuang
o 1 alasnya kemudian untuk menyelimuti bayi
o 1 yang terakhir untuk ganjal bahu saat memposisikan kepala sedikit
ekstensi
238
CSL Semester 4
Edisi Kedua
Sungkup yang efektif disesuaikan dengan ukuran bayi. Jenis sungkup ada 2 ;
sungkup bundar dan anatomis (lihat gambar sebelumnya. Sungkup harus
menutupi mulut, hidung dan dagu serta tidak boleh bocor. Ukuran sungkup
bayi :
o Ukuran 1 = untuk bayi dengan berat normal
o Ukuran 0 = untuk bayi dengan berat < 2500 gram
Alat penghisap lendir bayi; kateter De Lee atau suction kecil
d. Persiapan Penolong
Persiapan diri dimaksudkan untuk melindungi diri dari kemungkinan infeksi
dengan cara : Memakai alat pelindung diri pada persalinan (celemek plastic, sepatu
tertutup); Lepaskan perhiasan, cincin, jam tangan sebelum cuci tangan; Cuci tangan
menurut WHO dengan air mengalir dan sabun atau dengan campuran alcohol dan
gliserin; Keringkan dengan lap bersih; Selanjutnya gunakan sarung tangan DTT/ Steril
sebelum menolong persalinan secara aseptic.
3) Penilaian Sepintas Bayi baru Lahir (Initial Assessment):
Pastikan :
Apakah bayi bernafas?
Apakah bayi menangis?
Apakah tonus baik (bayi bergerak aktif)?
Jika jawaban YA lanjut ke langkah resusitasi pada asfiksia bayi baru lahir
Perawatan Rutin :
Pastikan bayi tetap hangat
Keringkan bayi
Lanjutkan observasi pernafasan, laju denyut jantung, dan tonus otot
Jika jawaban TIDAK lanjut ke langkah resusitasi pada asfiksia bayi baru lahir
Langkah Awal
239
CSL Semester 4
Edisi Kedua
240
CSL Semester 4
Edisi Kedua
Gambar 28. Langkah Awal (initial step) & Stimulasi pada BBL
(Sumber : Textbook of Neonatal Resuscitation 5th ed. 2006)
5. Mereposisikan kepala bayi
6. Nilai bayi : Usaha Nafas, Laju Denyut Jantung (LDJ) dan Tonus Otot
HASIL
Bila bayi BERNAFAS SPONTAN Nilai apakah ada distres pernafasan atau tidak
Bila bayi :
241
CSL Semester 4
Edisi Kedua
5) Ventilasi
Jika setelah penilaian langkah awal bayi memerlukan ventilasi (lihat Indikasi
VTP diatas) maka Ventilasi Tekanan Positif (VTP) dilakukan dengan Ambu-bag jika
bayi tidak bernafas atau Denyut Jantung < 100x/menit, Ventilasi dengan oksigen aliran
bebas jika DJ > 100x/menit tetapi bayi sianosis.
Gambar 30. Frekuensi & Koordinasi (Irama) VTP dan Kompresi dada
(Sumber : Resusitasi Bayi Baru Lahir untuk Bidan. 2009)
Cara memegang dan posisi sungkup pada wajah adalah sebagai berikut :
Gambar 31. Cara Memegang
Sungkup dan posisi pemasangan
sungkup pada wajah bayi
(Sumber : Textbook of Neonatal Resuscitation 5th ed. 2006)
242
CSL Semester 4
Edisi Kedua
6) Evaluasi
Evaluasi yang dilihat pada resusitasi bayi meliputi : Usaha Nafas, Denyut
Jantung dan Warna Kulit. Setelah ventilasi 30 detik maka dilakukan evaluasi terhadap
ketiga hal di atas.
Jika setelah 30 detik pertama ventilasi bayi menangis kuat, tidak sianosis DJ>
100x/menit dan bergerak aktif maka hentikan VTP, selimuti bayi dan serahkan
kepada ibunya untuk IMD dan perawatan observasi.
Jika setelah 30 detik pertama bayi belum bernafas spontan atau megap-megap,
DJ >100x/menit dan sianosis maka lanjutkan tindakan ventilasi
JIKA SETELAH 30 DETIK LDJ TETAP < 100X/MENIT NILAI
PENGEMBANGAN DADA
Bila dada tidak mengembang adekuat evaluasi :
Posisi kepala bayi
243
CSL Semester 4
Edisi Kedua
Teknik pertama dapat dilakukan oleh satu penolong dengan posisi jari
diletakkan dan tidak boleh diangkat dari lokasi kompresi dada, ventilasi diberikan
dengan tiupan ke sungkup. Sedangkan pada anak yang lebih besar teknik kompresi
dapat menggunakan satu tangan dengan menggunakan tumit salah satu telapak tangan
atau dengan dua tangan seperti pada dewasa.
Lokasi 1/3 bawah tulang sternum. Berbeda pada dewasa, posisi ventrikel bayi lebih
tinggi.
Frekuensi dan Irama Kompresi dada harus terkoordinasi dengan VTP sebagai
berikut : Satu siklus terdiri dari 3 kompresi dada dan 1 VTP dilakukan selama 2 detik
(Rasio 3:1). Sehingga dalam satu menit ada 30 kali ventilasi dan 90 kali pijat jantung
244
CSL Semester 4
Edisi Kedua
Irama :
Satu-Dua-Tiga-Pompa-Satu-Dua-Tiga-Pompadst.
Satu Siklus (2 detik)
245
CSL Semester 4
Edisi Kedua
Bila resusitasi tidak berhasil : melakukan konseling pada ibu dan keluarga,
member petunjuk perawatan payudara serta melakukan pencatatan dan
pelaporan kasus
Dekontaminasi seluruh peralatan
H. DAFTAR PUSTAKA
Anonim (Statewide Maternity and Neonatal Clinical Guidelines Program ), 2009.
Neonatal
resuscitation,
Queensland
Government.
URL
http://www.health.qld.gov.au/cpic/documents/mguide_NeonatResv4.pdf
Anonim. 2006. The New NRP Algorithm. NRP 2006 Western Canada Launch.
Vancouver,
BC.
Didownload
dari
:
http://www.rcpals.com/downloads/2007files/march/march18/Neonatal_Resus
citation_update.ppt
Anonim. 2008 : Buku Panduan Peserta Pelatihan Klinik : Asuhan Persalinan Normal;
Asuhan Esensial, Pencegahan dan Penanggulangan Segera Komplikasi
Persalinan dan Bayi Baru lahir. Jaringan Nasional Pelatihan KlinikKesehatan Reproduksi (JNPK-KR). Depkes RI. Indonesia
Kattwinkel, J. 2006. Textbook of Neonatal Resuscitation 5th ed. The American Academy
of Paediatrics. Didownload dari :
http://dc161.4shared.com/download/gB6K5IST/AAP_Neonatal_Resuscitaion
_Text.pdf?tsid=20100817-072042-243637b9
Kosim, M. Sholeh. 2005. Buku Panduan : Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir untuk
Dokter, Perawat, Bidan di Rumah Sakit Rujukan Dasar. MNH-JHPIEGOIDAI UKK Perinatologi-Depkes RI.
Kukreja, Sudeep, M.D. 2005. Neonatal Resuscitation. Associate Director, NICU
Childrens Hospital of Orange County Orange, CA 92868
Lily Rundjan. 2006. Resusitasi Jantung Paru pada Neonatus. Divisi Neonatologi.
Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM. Jakarta. Indonesia
Lutfia Haksari, Ekawaty. 2009. Resusitasi Bayi Baru Lahir untuk Bidan. Bagian
Perinatologi FK-UGM-RSUP Dr. Sardjito. Yogyakarta.
Murphy, Patti MD. FRCPC. 2007. NRP_2006_presentation : Department of
Anesthesiology University of Ottawa. February 14 th, 2007. Didownload dari :
http://www.ottawa-anesthesia.org/rounds/.ppt
Pusponegoro, Hardiono D. et.al. 2004. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak.
Edisi I 2004. : Asfiksia Neonatorum. Badan Penerbit IDAI. Jakarta.
Saugstad, Ola Didrik. 2007. New guidelines for newborn resuscitation. Acta Pdiatrica
2007 96, pp. 333337. Didownload dari :
http://www.nacerlatinoamericano.org/_Archivos/_Menuprincipal/08_Guias/reanimaci%F3n%20neonatal.pdf
Siahaan, Oloan SM. 1992. Resusitasi Jantung, Paru, dan Otak. Cermin Dunia
Kedokteran, Edisi Khusus No. 80, 1992 hal 129-137
246
CSL Semester 4
I.
Edisi Kedua
Evaluasi
Cek List OSCE CSL Resusitasi Neonatus
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Umpan Balik
4
5
8
9
Umpan Balik
247
CSL Semester 4
10
11
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
Edisi Kedua
Menghisap Lendir Bayi dengan alat dan cara yang benar (Mulai dari mulut dulu
baru hidung dengan kedalaman yang benar)
Mengeringkan dan Stimulasi (rangsang taktil ) pada bayi dengan benar
Mereposisikan kembali bayi
Nnilai usaha nafas, warna kulit dan denyut jantung bayi
Ventilasi Tekanan Positif (VTP)
Memberikan ventilasi tekanan positif percobaan (2x pompaan, memakai balon
sungkup (Ambu bag) ukuran sesuai, cara memegang benar, posisi kepala
bayi/model sedikit ekstensi, dada model mengembang saat dipompa)
Mengevaluasi jika terjadi kebocoran pada pompa percobaan
Meneruskan VTP dengan frekuensi 40-60 kali permenit selama 30 detik.
EVALUASI
Melakukan Evaluasi terhadap Usaha nafas, denyut Jantung dan warna kulit
VTP + Kompresi Dada
Bila bayi belum bernafas dan Denyut Jantung < 60x/menit, melanjutkan VTP dan
Kompresi dada secara terkoordinasi dengan frekuensi dan irama yang benar
atau Meneruskan ventilasi dada saja jika DJ>60x/menit
Menilai lagi bayi : usaha nafas, denyut jantung warna kulit & Mengambil
keputusan klinis dengan benar
Epinephrine
Bila DJ masih < 60x/menit berikan epinefrin dan lanjutkan VTP dan
kompresi dada
Bayi tidak bernafas dan telah di ventilasi lebih dari 2 menit siapkan
rujukan sambil tetap lakukan VTP dan kompresi dada, diselingi pemberian
epinefrin setiap 3-5 menit.
Hentikan resusitasi sesudah 10 menit bayi tidak bernafas dan tidak ada
denyut jantung
Tindakan Pasca Resusitasi
Melakukan tindakan pasca resusitasi secara dengan baik dan benar
Bila Resusitasi berhasil (jika bayi sudah bernafas efektif, warna kulit merah
muda, DJ>100x/menit Lakukan perawatan pasca resusitasi
Bila perlu rujukan ; konseling untuk merujuk bayi beserta ibu dan keluarga,
lanjutkan resusitasi, memantau tanda bahaya, mencegah hipotermi,
memberikan Vitamin K, mencegah infeksi, membuat surat rujukan serta
melakukan pencatatan dan pelaporan kasus
Bila resusitasi tidak berhasil : melakukan konseling pada ibu dan keluarga,
member petunjuk perawatan payudara serta melakukan pencatatan dan
pelaporan kasus
Dekontaminasi seluruh peralatan
Melepas handskoon dan cuci tangan menurut WHO
Profesionalisme
Melakukan prosedur resusitasi dengan professional
248
CSL Semester 4
Edisi Kedua
D. SKENARIO
Seorang wanita, berusia 40 tahun datang dengan keluhan nyeri di daerah
kemaluan. Nyeri dirasakan sangat berat dan mengganggu ketika berjalan dan
duduk. Wanita tersebut mengatakan terdapat benjolan bernanah di bibir kiri alat
kelaminnya. Setelah selesai anamnesis, Anda melakukan pemeriksaan fisik dan
Anda mendiagnosa wanita tersebut menderita abses bartolini. Kemudian Anda
merencanakan untuk melakukan tindakan marsupialisasi.
E. DASAR TEORI
Kista adalah kantung yang berisi cairan atau bahan semisolid yang terbentuk di
bawah kulit atau di suatu tempat di dalam tubuh. Kista kelenjar Bartholin terjadi ketika
kelenjar ini menjadi tersumbat. Kelenjar Bartolini bisa tersumbat karena berbagai
alasan, seperti infeksi, peradangan atau iritasi jangka panjang. Apabila saluran kelenjar
ini mengalami infeksi maka saluran kelenjar ini akan melekat satu sama lain dan
249
CSL Semester 4
Edisi Kedua
menyebabkan timbulnya sumbatan. Cairan yang dihasilkan oleh kelenjar ini kemudian
terakumulasi, menyebabkan kelenjar membengkak dan membentuk suatu kista. Suatu
abses terjadi bila kista menjadi terinfeksi. Kelenjar ini mengeluarkan lendir untuk
memberikan pelumasan vagina. kelenjar Bartolini mengeluarkan jumlah lendir yang
relatif sedikit sekitar satu atau dua tetes cairan tepat sebelum seorang wanita orgasme.
Tetesan cairan pernah dipercaya menjadi begitu penting untuk pelumas vagina, tetapi
penelitian dari Masters dan Johnson menunjukkan bahwa pelumas vagina berasal dari
bagian vagina lebih dalam. Cairan mungkin sedikit membasahi permukaan labia vagina,
sehingga kontak dengan daerah sensitif menjadi lebih nyaman bagi wanita.
Kista Bartolini berkembang ketika saluran keluar dari kelenjar Bartolini
tersumbat. Cairan yang dihasilkan oleh kelenjar kemudian terakumulasi, menyebabkan
kelenjar membengkak dan membentuk suatu kista. Suatu abses terjadi bila kista menjadi
terinfeksi. Abses Bartolini dapat disebabkan oleh sejumlah bakteri. Ini termasuk
organisme yang menyebabkan penyakit menular seksual seperti Klamidia dan Gonore
serta bakteri yang biasanya ditemukan di saluran pencernaan, seperti Escherichia coli.
Umumnya abses ini melibatkan lebih dari satu jenis organisme. Obstruksi distal saluran
Bartolini bisa mengakibatkan retensi cairan, dengan dihasilkannya dilatasi dari duktus
dan pembentukan kista. Kista dapat terinfeksi, dan abses dapat berkembang dalam
kelenjar. Kista Bartolini tidak selalu harus terjadi sebelum abses kelenjar. Kelenjar
Bartolini adalah abses polimikrobial. Meskipun Neisseria gonorrhoeae adalah
mikroorganisme aerobik yang dominan mengisolasi, bakteri anaerob adalah patogen
yang paling umum. Chlamydia trachomatis juga mungkin menjadi organisme kausatif.
Namun, kista saluran Bartolini dan abses kelenjar tidak lagi dianggap sebagai bagian
eksklusif dari infeksi menular seksual. Selain itu operasi vulvovaginal adalah penyebab
umum kista dan abses tersebut.
250
CSL Semester 4
Edisi Kedua
Bartholin sangat sering terinfeksi dan dapat membentuk kista atau abses pada wanita
usia reproduksi. Kista dan abses bartholin seringkali dibedakan secara klinis.
Kista Bartholin terbentuk ketika ostium dari duktus tersumbat, sehingga
menyebabkan distensi dari kelenjar dan tuba yang berisi cairan.Sumbatan ini biasanya
merupakan akibat sekunder dari peradangan nonspesifik atau trauma. Kista bartholin
dengan diameter 1-3 cms eringkali asimptomatik. Sedangkan kistayang berukuran lebih
besar, kadang menyebabkan nyeri dan dispareunia. Abses Bartholin merupakan akibat
dari infeksi primer dari kelenjar, atau kista yang terinfeksi. Pasien dengan abses
Bartholin umumnya mengeluhkan nyeri vulva yang akut dan bertambah secara cepat
dan progresif. Abses kelenjar Bartholin disebakan oleh polymicrobial.
Pasien dengan kista dapat memberi gejala berupa pembengkakan labial tanpa
disertai nyeri. Pasien dengan abses dapat memberikan gejala sebagai berikut:
Nyeri yang akut disertai pembengkakan labial unilateral.
Dispareunia
Nyeri pada waktu berjalan dan duduk
Nyeri yang mendadak mereda, diikuti dengan timbulnya discharge ( sangat
mungkin menandakan adanya ruptur spontan dari abses)
Tindakan penatalaksanaan abses bartolini salah satunya dengan melakukan
insisi abses bartolini (marsupialisasi). Marsupialisasi merupakan suatu insisi vertikal
pada bagian tengah kista. Setelah dilakukan persiapan yang steril dan pemberian
anestesi lokal, dinding kista dijepit dengan dua hemostat kecil. Lalu dibuat insisi
vertikal pada vestibular melewati bagian tengah kista dan bagian luar dari hymenal
ring. Insisi dapat dibuat sepanjang 1.5 hingga 3cm, bergantung pada besarnya kista.
Setelah kista diinsisi, isi rongga akan keluar. Rongga ini dapat diirigasi dengan larutan
saline, dan lokulasi dapat dirusak dengan hemostat. Dinding kista ini lalu dieversikan
dan ditempelkan pada dindung vestibular mukosa dengan
jahitan interrupted
menggunakan benang absorbable 2 -0.18 Sitz bath dianjurkan pada hari pertama setelah
prosedur dilakukan. Kekambuhan kista Bartholin setelah prosedur marsupialisasi
adalah sekitar 5-10 %.
F. PROSEDUR
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
251
CSL Semester 4
Edisi Kedua
9) Dinding kista dieversikan dan ditempelkan pada dinding mukosa vestibuler dengan
jahitan interrupted menggunakan benang absorbable 2-0
252
CSL Semester 4
Edisi Kedua
D. SKENARIO
Seorang wanita, berusia 38 tahun G1P0A0 hamil 39 minggu datang ke klinik Unila
dengan keluhan mules-mules dan keluar darah lendir. Dokter melakukan anamnesa
dan pemeriksaan fisik serta segera mempersiapkan proses persalinan. Karena janin
besar dan ibu adalah primigravida, maka Anda merencanakan melakukan
episiotomi.
E. DASAR TEORI
RUPTUR PERINEUM
Perineum adalah wilayah pelvic outlet diujung diafragma pelvic (levator ani).
Batasannya dibentuk oleh pubic rami di depan ligament sacro tuberos di belakang.
Pelvic outletnya dibagi oleh garis melintang yang menghubungkan bagian depan ischial
tuberosities ke dalam segitiga urogenital dan sebuah segitiga belakang anal.
Segitiga urogenital
Otot-otot diwilayah ini dikelompokkan ke dalam kelompok superfisial
(dangkal) dan dalam bergantung pada membran perineal. Bagian bulbospongiosus,
perineal melintang dangkal dan otot ischiocavernosus terletak dalam bagian terpisah
yang superfisial. Otot bulbospongiosus melingkari vagina dan masuk melalui bagian
depan corpora cavernosa clitoridis. Di bagian belakang, sebagian serabutnya mungkin
menyatu dengan otot contralateral superfisial transverse perineal (otot yang melintang
contralateral dipermukaan perineal) juga dengan cincin otot anus (sfingter). Kelenjar
bartholini merupakan struktur berbentuk kacang polong dan bagian duktusnya
253
CSL Semester 4
Edisi Kedua
254
CSL Semester 4
Edisi Kedua
ingan parut
255
CSL Semester 4
Edisi Kedua
256
CSL Semester 4
Edisi Kedua
257
CSL Semester 4
Edisi Kedua
cm. Sayatan disini sengaja dilakukan menjauhi otot sfingter ani untuk mencegah
ruptura perinei tingkat III. Perdarahan luka lebih banyak oleh karena melibatkan
daerah yang banyak pembuluh darahnya. Otot-otot perineum terpotong sehingga
penjahitan luka lebih sukar. Penjahitan dilakukan sedemikian rupa sehingga
setelah penjahitan selesai hasilnya harus simetris.
c. Episiotomi lateralis
Sayatan disini dilakukan ke arah lateral mulai dari kira-kira jam 3 atau 9 menurut
arah jarum jam. Jenis episiotomi ini sekarang tidak dilakukan lagi, oleh karena
banyak menimbulkan komplikasi. Luka sayatan dapat melebar ke arah dimana
terdapat pembuluh darah pudendal interna, sehingga dapat menimbulkan perdarahan
yang banyak. Selain itu parut yang terjadi dapat menimbulkan rasa nyeri yang
mengganggu penderita.
d. Insisi Schuchardt.
Jenis ini merupakan variasi dari episiotomi mediolateralis, tetapi sayatannya
melengkung ke arah bawah lateral, melingkari rektum, serta sayatannya lebih lebar.
258
CSL Semester 4
Edisi Kedua
perluasan luka episiotomi yang tidak terkontrol selama pemasangan cunam. Pada
persalinan letak sungsang, episiotomi sebaiknya dilakukan sebelum bokong lahir,
dengan demikian luasnya episiotomi dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
PENJAHITAN (REPAIR) RUPTUR PERINEUM DAN EPISIOTOMI
Tujuan penjahitan/ repair :
Mendekatkan/merapatkan jaringan.
Menghentikan perdarahan (Hemostasis)
Teknik menjahit robekan perineum
1) Tingkat I : Penjahitan robekan perineum tingkat I dapat dilakukan hanya dengan
memakai catgut yang dijahitkan secara jelujur (continuous suture) atau dengan cara
angka delapan (figure of eight).
2) Tingkat II : Sebelum dilakukan penjahitan pada robekan perineum tingkat II maupun
tingkat III, jika dijumpai pinggir yang tidak rata atau bergerigi, maka pinggir
bergerigi tersebut harus diratakan terlebih dahulu. pinggir robekan sebelah kiri dan
kanan masing-masing diklem terlebih dahulu, kemudian digunting. Setelah pinggir
robekan rata, baru dilakukan penjahitan luka robekan. Mula-mula otot-otot dijahit
dengan catgut. Kemudian selaput lendir vagina dijahit dengan catgut secara
terputus-putus atau jelujur. Penjahitan selaput lendir vagina dimulai dari puncak
robekan, terakhir kulit perineum dijahit dengan benang sutera secara terputus-putus.
3) Tingkat III : Mula-mula dinding depan rectum yang robek dijahit. Kemudian fasia
perektal dan fasia septum rektovaginal dijahit dengan kromik catgut, sehingga
bertemu kembali. Ujung- ujung otot sfingter ani yang terpisah oleh karena robekan
diklem dingan klem pean lurus. Kemudian dijahit dengan 2-3 jahitan kromik catgut
sehingga bertemu kembali. Selanjutnya robekan dijahit lapis demi lapis seperti
menjahit robekan perineum tingkat II.
4) Tingkat IV : Pasien dirujuk ke fasilitas dan tenaga kesehatan yang memadai
Tehnik penjahitan luka episiotomi sangat menentukan hasil penyembuhan luka
episiotomi, bahkan lebih penting dari jenis episiotomi itu sendiri. Penjahitan biasanya
dilakukan setelah plasenta lahir, kecuali bila timbul perdarahan yang banyak dari luka
episiotomi maka dilakukan dahulu hemostasis dengan mengklem atau mengikat
pembuluh darah yang terbuka.
Beberapa prinsip dalam penjahitan luka episiotomi yang harus diperhatikan
adalah sebgai berikut:
1. Penyingkapan luka episiotomi yang adekwat dengan penerangan yang baik, sehingga
restorasi anatomi luka dapat dilakukan dengan baik.
2. Hemostasis yang baik dan mencegah dead space.
3. Penggunaan benang jahitan yang mudah diabsorbsi.
4.Pencegahan penembusan kulit oleh jahitan dan mencegah tegangan yang berlebihan.
259
CSL Semester 4
Edisi Kedua
F.PROSEDUR
1) Persiapan
Bantu ibu mengambil posisi litotomi.
Tempatkan handuk atau kain bersih di bawah bokong ibu.
Hidupkan lampu sorot.
260
CSL Semester 4
Edisi Kedua
261
CSL Semester 4
Edisi Kedua
262
CSL Semester 4
Edisi Kedua
263
CSL Semester 4
Edisi Kedua
a.
b.
USG 3 Dimensi
Dengan alat USG ini maka ada tambahan 1 bidang gambar lagi yang disebut koronal.
Gambar yang tampil mirip seperti aslinya. Permukaan suatu benda (dalam hal ini tubuh
264
CSL Semester 4
Edisi Kedua
janin) dapat dilihat dengan jelas. Begitupun keadaan janin dari posisi yang berbeda. Ini
dimungkinkan karena gambarnya dapat diputar (bukan janinnya yang diputar).
c.
USG 4 Dimensi
Sebetulnya USG 4 Dimensi ini hanya istilah untuk USG 3 dimensi yang dapat bergerak
(live 3D). Kalau gambar yang diambil dari USG 3 Dimensi statis, sementara pada USG
4 Dimensi, gambar janinnya dapat bergerak. Jadi pasien dapat melihat lebih jelas dan
membayangkan keadaan janin di dalam rahim. USG 4D adalah hasil penyempurnaan
dari USG 3D. Menggunakan empat dimensi yakni lebar, panjang, kedalaman plus gerak
(dimensi waktu). Sehingga hasilnya lebih detail dan akurat, karena bisa melihat bentuk
janin secara yang nyata. Bahkan mancung atau peseknya hidung janin pun bisa
diketahui. Alat ini dikembangkan pada tahun 1992 oleh seorang peneliti, Kazunori
Baba dari Institute of Medical Electronics, Universitas Tokyo.
d.
USG Doppler
Pemeriksaan USG yang mengutamakan pengukuran aliran darah terutama aliran tali
pusat. Alat ini digunakan untuk menilai keadaan/kesejahteraan janin. Penilaian
kesejahteraan janin ini meliputi:
1) Gerak napas janin (minimal 2x/10 menit).
2) Tonus (gerak janin).
3) Indeks cairan ketuban (normalnya 10-20 cm).
4) Doppler arteri umbilikalis.
265
CSL Semester 4
Edisi Kedua
266
CSL Semester 4
Edisi Kedua
267
CSL Semester 4
Edisi Kedua
268