Professional Documents
Culture Documents
Sistem Neuropsikiatri
2013730143
Nabila Rahmawati
2013730159
2013730160
2013730166
2013730171
2013730174
2013730175
2013730176
2013730177
Shella Arditha
2013730178
Kata Pengantar
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur Alhamdulillah, atas berkat rahmat dan hidayah Allah SWT akhirnya kami
dapat menyelesaikan Modul Lumpuh Anggota Gerak Sistem Neuropskiatri. Laporan ini kami
buat berdasarkan tutorial pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) yang
telah kami laksanakan sebelumnya.
Dalam laporan ini kami membahas mengenai keputihan, mulai dari definisi,
klasifikasi, penyebab sampai pencegahan keputihan. Kami mengucapkan terima kasih kepada
seluruh narasumber dan fasilitator / tutor dr. Rina Nurbani, Mbiomed kami yang telah
membimbing kami dalam diskusi sehingga laporan ini dapat tersusun.
Kami menyadari bahwa kesempurnaan hanya milik Allah SWT, saran dan kritik yang
membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan laporan ini.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Penyusun
Daftar Isi
Kata Pengantar............................................................................................................................i
Daftar Isi....................................................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................................................1
I.I TUJUAN PEMBELAJARAN.........................................................................................1
I.II
SASARAN BELAJAR................................................................................................1
I.III
SKENARIO.................................................................................................................1
I.IV
I.V
KATA/KALIMAT KUNCI:.........................................................................................2
I.VI
Pertanyaan:..................................................................................................................9
BAB 1
LATAR BELAKANG
A. Pendahuluan
Modul
mahasiswa yang
mengambil mata kuliah sistem Neuro-psikiatri di semester keenam. TIU dan TIK modul
ini disajikan pada permulaan buku, agar dapat dimengerti secara menyeluruh tentang
konsep dasar penyakit-penyakit yang memberikan gejala Lumpuh anggota gerak.
Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan tentang patomekanisme, gejala
lumpuh anggota gerak, cara diagnosis, penanganan, dan rehabilitasi dari bermacammacam gangguan kejiwaan yang disertai dengan gangguan lumpuh anggota gerak.
Sebelum menggunakan modul ini, mahasiswa dan tutor diharapkan memahami
TIU dan TIK modul ini sehingga tidak terjadi penyimpangan pada diskusi dan tujuan
serta kompetensi minimal yang diharapkan dapat dicapai. Bahan untuk diskusi dapat
diperoleh dari bacaan yang tercantum pada akhir setiap unit. Kuliah pakar akan diberikan
atas permintaan anda yang berkaitan dengan penyakit ataupun penjelasan dalam
pertemuan konsultasi antara peserta kelompok diskusi anda dengan ahli yang
bersangkutan.
Penyusun mengharapkan modul ini dapat membantu
mahasiswa dalam
yang
disajikan.
B. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah menyelesaikan modul ini mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan
bermacam-macam gejala lumpuh anggota gerak yang kemungkinan disertai dengan
gangguan kejiwaan yang dapat menyertainya, meliputi diagnosis, penanganan, dan
rehabilitasi penderita dengan gangguan lumpuh anggota gerak.
C. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah menyelesaikan modul ini mahasiswa diharapkan dapat:
1. Menyebutkan penyakit-penyakit yang memberikan gejala lumpuh anggota gerak.
2. Menjelaskan tentang
lumpuh anggota gerak:
2.1. Menjelaskan struktur anatomi susunan saraf pusat sehubungan dengan gangguan
lumpuh anggota gerak.
2.1.1. Menguraikan struktur anatomi bagian cerebrum sehubungan dengan
lumpuh anggota gerak.
2.1.2. Menguraikan struktur anatomi
2.3.
Menjelaskan tentang struktur histologi dari susunan saraf perifer, yang ada
hubungannya dengan gangguan lumpuh anggota gerak.
2.3.1. Menguraikan struktur histologis dari sel-sel neuron pada medulaspinalis.
2.3.2. Menguraikan struktur histologis dari sel pada cornu anterior, posterior
maupun lateral.
2.3.3. Menguraikan struktur histologis dari susunan saraf otonom pada spinal.
2.3.4. Menguraikan struktur histologis dari reseptor saraf perifer.
2.4. Menjelaskan fisiologi susunan saraf pusat yang ada hubungannya dengan
gangguan lumpuh anggota gerak
2.4.1. Menjelaskan dasar biolistrik/transmitter dalam tubuh sehubungan dengan
lumpuh anggota gerak.
2.4.2. Menjelaskan proses transmisi sinaptik dan otot dalam kaitannya dengan
lumpuh anggota gerak.
anggota gerak.
2.4.4. Menjelaskan fungsi motorik korteks serebri dan ganglia basalis dalam
kaitannya dengan lumpuh anggota gerak.
2.4.5. Menjelaskan fungsi intelektual otak, memori dan proses belajar dalam
kaitannya dengan lumpuh anggota gerak.
2.4.6. Menjelaskan fungsi sistem limbik dan hipothalamus dalam kaitannya
dengan kecemasan.
2.4.7. Menjelaskan neurofisiologis tidur dan bangun dalam kaitannya dengan
lumpuh anggota gerak.
2.5. Menjelaskan fisiologi susunan saraf perifer yang ada hubungannya dengan
gangguan lumpuh anggota gerak
2.5.1. Menjelaskan dasar biolistrik/transmitter dalam tubuh sehubungan dengan
lumpuh anggota gerak.
2.5.2. Menjelaskan proses transmisi sinaptik dan otot dalam kaitannya dengan
lumpuh anggota gerak.
2.5.3. Menjelaskan sistem saraf
anggota gerak.
3.2.
Menjelaskan tentang pemeriksaan fisik yang dilakukan utnuk diagnosis penyakitpenyakit dengan lumpuh anggota gerak; tanda UMN dan LMN.
3.3.
3.4.
3.4.2.
3.4.3.
4.
Menjelaskan tentang
gerak.
4.1.
4.2.
5.
Menjelaskan tentang cara rehabilitasi yang dilakukan pada penderita penyakit dengan
lumpuh anggota gerak.
5.1.
5.2.
6.2.
6.3.
6.4.
Skenario II
Seorang pria umur 50 tahun mengunjungi dokter dengan keluhan mendadak
lemah tungkai dan lengan kiri. Tungkai lebih lemah dari pada lengannya. Keluhan ini
diikuti dengan nyeri kepala disertai juga dengan muntah yang menyembur. Kedua hal
ini dialaminya pada sore hari setelah melakukan kegiatan cuci mobil. Menurut
keluarganya, penderita adalah pribadi yang mudah marah, memiliki hipertensi dan
diabetes mellitus (DM). Penderita juga mengeluhkan di kantor seringkali timbul
perasaan jantung berdebar, keringat dingin, serta sering miksi. Selain itu, penderita
juga melaporkan sering sulit memusatkan perhatian pada pekerjaanya. Penderita
mengeluh jarang sekali berekreasi dan olah raga; namun hobi makan makanan yang
berlemak. Penderita juga mengatakan bahwa seingatnya, tidak ada masalah/ penyakit
serius yang dialaminya setahun terakhir ini.
A. Kata atau Kalimat sulit
B. Kata atau Kalimat kunci
Pria 50 Tahun
Mendadak lemah tungkai dan lengan kiri tetapi tungkai lebih lemah
Diikuti nyeri kepala dan muntah menyembur, terjadi pada sore hari
Mudah marah, hipertendi dan Diabetes Mellitus
Seringkali timbul perasaan jantung berdebar, berkeringat dingin, serta sering
miksi
Sulit berkonsentrasi
Pasien jarang rekreasi dan olahraga, serta suka makanan yang berlemak
C. Pertanyaan
1. Jelaskan anatomi sistem saraf pusat dan perifer yang berhubungan dengan
lumpuh anggota gerak!
2. Jelaskan fisiologi sistem saraf pusat dan perifer!
3. Jelaskan patofisiologi dari lumpuh anggota gerak!
BAB II PEMBAHASAN
1. ANATOMI SUSUNAN SARAF PUSAT DAN SARAF TEPI
Sistem saraf terbagi menjadi Susunan Saraf Pusat (SSP) dan Susunan Saraf
Tepi(SST).Secara deskriptif, sistem saraf dibagi menjadi dua bagian utama yaitu susunan
saraf pusat (SSP) yang terdiri dari otak dan medulla spinalis, serta susunan saraf tepi yang
terdiri dari saraf-saraf otak dan saraf-saraf spinal.Pada susunan saraf pusat,otak dan
medulla spinalis merupakan pusat utama terjadinya kolerasi dan integrasi informasi
saraf.Otak dan medulla spinalis dibungkus oleh membran yang disebut meningen, dan
dikelilingi oleh liquor cerebrospinalis, kemudian dilindungi oleh tulang-tulang tengkorak
dan columna vertebralis.
SUSUNAN SARAF PUSAT
OTAK
Otak terletak dalam cavum cranii dan bersambung dengan medulla spinalis melalui
foramen magnum.Secara konvensional otak dibagi menjadi tiga bagian utama. Bagianbagian tersebut antara lain prosencephalon, mesencephalon, dan rhombencephalon.
Prosencephalon dapat dibagi menjadi diencephalon dan cerebrum.Rhombencephalon
dibagi menjadi medulla oblongata, pons, dan cerebellum.Snell, 2007).
Gambar Otak
CEREBRUM
Cerebrum merupakan bagian otak terbesar, terdiri atas dua hemispherium cerebri yaitu
hemispherium kiri dan kanan yang dihubungkan oleh massa substansia alba yang disebut
corpus callosum. Setiap hemispherium terdiri dari:
a) Korteks serebrum (subtansia grisea)
Mempunyai fisura dan sulkus. Setiap hemispherium dibagi oleh fisura dan sulkus
yang membagi 4 lobus (frontalis, parietalis, occipitalis, temporal) :
Fissura longitudinal membagi serebrum menjadi hemispherium kiri dan
hemispherium kanan
Fissura transversal membagi hemispheriumcerebral dari cerebellum
Sulcus centralis terbentang diantara lobus frontalis dan lobus parietalis,
temporalis
Sulcus parietooccipitalismemisahkan lobus parietalis dan lobus occipitalis
b) Gyrus
Gyrus pracentral terletak di anterior terhadap sulkus sentralis. Yang memiliki
grissea
yang
terletak
di
yang
menghubungkan
ventriculus
tertius
dengan
ventriculus
quartus.Mesencephalon terdiri dari banyak nuclei dan berkas serabut saraf asenden dan
desenden.
MEDULLA SPINALIS
Medulla spinalis terletak dalam canalis
vertebralis.Ujung caudalnya pada vertebra L1- 2.
Medulla spinalis mempunyai 31 segmen (8
Cervicalis + 12 Thoracalis + 5 Lumbalis + 5
Sacralis + 1 Coccygeus). Terdapat 4 segmen yaitu :
Segmen Cervicalis mulai dari Foramen
occipital sampai Vertebra C7
Segmen Thoracalis Vertebra T1 - T10
Segmen Lumbalis Vertebra T10 T12
Segmen Sacralis + Coccygeus Vertebra L1
L2
Medulla spinalis memiliki serabut-serabut saraf
yang membentuk tractus.Tractus-tractus spinalis
dibagi menjadi tractus ascenden, descenden dan
intersegmentalis.
Saat memasuki medulla spinalis, serabut saraf
sensorik akan dipisahkan menjadi tractus di substansia alba. Beberapa serabut saraf
berperan menghubungkan segmen-segmen medulla spinalis sedangakn serabut yang lain
naik menuju ke otak. Berkas serabut saraf yang berjalan menuju otak inilah yang disebut
tractus ascenden.
Tractus ascenden menghantarkan informasi aferen baik yang disadari maupun tidak.
Informasi ini dapat dibagi menjadi informasi eksteroseptif (input dari luar tubuh
seperti nyeri, suhu dll.) dan proprioreseptif (input dari dalam tubuh seperti dari otot
atau sendi). Berikut nama tractus ascenden dan rangsang yang dibawa:
a) Tractus spinothalamicus lateralis
e) Tractus cuneocerebellaris
f) Tractus spinotectalis
g) Tractus spinoreticularis
: mempengaruhi kesadaran.
Tractus descenden merupakan serabut saraf yang turun di dalam substansia alba dari
berbagai pusat saraf. Berikut nama tractus descenden dan fungsinya:
a) Tractus corticospinalis
d) Tractus rubrospinalis
: antigravitasi
Radix anterior yang terdiri dari berkas-berkas serabut saraf yang membawa impuls
saraf keluar dari susnan saraf pusat. Serabut saraf ini disebut serabut eferen.
Serabut eferen yang menuju ke otot-otot skelet dan menimbulkan kontraksi pada
otot-otot tersebut, disebut serabut motorik. Sel-sel asal terletak di cornu anterior
getar, serabut aferen disebut juga serabut sensorik. Badan sel serabut saraf ini
terletak di benjolan pada radix posterior yang disebut ganglion radix posteroir.
Nosiseptor mendeteksi kerusakan jaringan baik fisik maupun mekanik seperi nyeri
Koordinasi kerja dari berbagai otot untuk membuat gerakan yang tepat dan mulus.
Sel saraf ajustor yaitu menghubungkan sel saraf sensoris dan motoris
Sel saraf konektor yaitu untuk menghubungkan neuron yang satu dengan neuron
yang lainnya.
Astrosit,yang diberi nama demikian karena berbentuk seperti bintang adalah sel glia
yang paling banyak. Berfungsi menyatukan neuron-neuron dalam hubungan ruang
yang benar.
Oligodendrosit, membentuk selubung mielin insulatif di sekitar akson SSP. Memiliki
beberapa juluran memanjang yang masing-masing membungkus sepotong akson
antarneuron untuk membentuk segmen mielin.
Mikroglia, adalah sel pertahanan imun SSP. Berasal dari jaringan sumsum tulang yang
saman dengan yang menghasilkan monosit. Dalam keadaan aktif sel ini mengeluarkan
bahan bahan kimia destruktif untuk menyerang sasaran mereka.
Sel ependim, melapisi bagian dalam rongga-rongga berisi cairan di SSP. Sel ini
berperan sebagai sel punca neuron dengan potensi membentuk tidak saja sel glia lain
tetapi juga neuron.
Merupakan alat tubuh yang sangat vital karena pusat pengatur untuk seluruh alat
tubuh,terletak di dalam rongga tengkorak (Kranium) yang dibungkus oleh selaput otak yang
kuat.Otak terdiri dari 3 bagian besar yaitu:
1.Otak Besar (serebrum)
Merupakan bagian terluas dan terbesar dari otak ,bentuk telur dan mengisi penuh bagian atas
rongga tengkorak. Adapun fungsi serebrum yaitu :untuk pusat pengaturan semua aktivitas
mental yaitu berkenaan dengan kepandaian(Intelegensi),ingatan(memori),kesadaran,pusat
menangis,keinginan buang air besar maupun kecil. Terdiri atas:
Lobus parietal (tengah) untuk pusat pengatur kulit dan otot terhadap panas, dingin,
sentuhan,tekanan.
Antara
bagian
tengah
dan
belakang
kecerdasan,ingatan,kemauan dan sikap
merupakan
Respiratori
di
pusat
antara
perkembangan
serebrum
dan
Memutar
mata
dan
pusat
pergerakan
mata
c. Pons varoli
Terletak antara Medula oblongata dan mesensephalon,Adapun fungsinya
d. Medula oblongata
Merupakan bagian otak paling bawah,menghubungkan pons varoli dengan medula
spinalis,Adapun fungsinya yaitu:
Vasokonstriksi
Pusat pernafasan
Pusat keseimbangan
Talamus
Pusat pengatur sensoris untuk serabut aferen dari medula spinalis ke serebrum
Hipotalamus
Sebagai pusat otak untuk emosi seperti kesenangan, nyeri, kegembiraan dan
kemarahan.
II.
Sumsum Tulang Belakang (Medulla spinalis)
Merupakan bagian SSP yang terletak di dalam canalis cervikalis bersama ganglion radix
pos yang terdapat pada setiap toramen intervertebralis terletak berpasangan kiri dan kanan
Fungsi sumsum tulang belakang adalah :
1
Cairan serebrospinal
Terdapat pd ruang subaraknoid yang mengisi ventrikel dlm otak yg terletak antara
araknoid dan piameter
Fungsinya:
Sebagai bantalan untuk jaringan lunak otak dan medulla spinalis
Sebagai media pertukaran nutrient dan zat buangan antara darah dan otak serta medulla
spinalis.
SISTEM SARAF TEPI
Sistem saraf perifer terdiri dari serat-serat saraf yang membawa informasi antara SSP di
bagian-bagian lain tubuh.Sistem saraf perifer terdiri atas sistem saraf cranial dan sistem saraf
spinal.Sistem saraf cranial terdiri atas 12 saraf yaitu:
Nama
Tipe
Fungsi
Saraf
Olfaktori
Optik
Okulomoto
r
Troklear
Trigeminal
Abdusena
Fasial
Auditori
Glosofaring
Vagus
Aksesori
Hipoglossal
Sensorik
Sensorik
Motorik
Penciuman
Penglihatan
Pergerakan otot bola mata dan kelopak mata
Motorik
Campura
n
Motorik
Campura
n
Sensorik
Campura
n
Campura
n
Motorik
Motorik
ganglion yang tersebar di seluruh tubuh. Sebelum sampai pada organ serabut saraf akan
mempunyai sinaps pada sebuah ganglion seperti pada bagan berikut. Saraf parasimpatik
memiliki serabut pra-ganglion yang panjang dan serabut post-ganglion pendek. Saraf
simpatik dan parasimpatik bekerja pada efektor yang sama tetapi pengaruh kerjanya
berlawanan sehingga keduanya bersifat antagonis.
Parasimpatik
mengecilkan pupil
menstimulasi aliran ludah
memperlambat denyut jantung
membesarkan bronkus
menstimulasi sekresi kelenjar pencernaan
mengerutkan kantung kemih
menuju medulla spinalis. Kelumpuhan yang timbul akibat terputusnya hubungan antara
korteks motorik dan motorneuron yang dikenal sebgai kelumpuhan upper motor neuron.
Sindrom Guillain-Barre
Definisi
SIndrom Guillain-Barre ialah polineuropati yang menyeluruh, dapat berlangsung akut
atau subakut, mungkin terjadi spontan atau sesudah suatu infeksi.Mikroorganisme
penyebab belum pernah ditemukan pada penderita penyakit ini dan pada pemeriksaan
patologis tidak ditemukan tanda radang.
Periode laten antara infeksi dan gejala polyneuritis memberi dugaan bahwa kemungkinan
kelainan yang terdapat disebabkan oleh suatu response terhadap reaksi alergi saraf perifer.
Gejala Klinis
Terbanyak ditemukan antara umur 4-10 tahun. Biasanya didahului oleh demam atau
penyakit traktus respiratorius bagian atas, kemudian terdapat periode laten selama 1-3
minggu. Berlangsung akut atau subakut.
Pada penyakit ini otot proksimal penderita sama beratnya dengan otot distal. Kadangkadang kelumpuhan seolah-olah menjalar ke atas dari otot kaki, tungkai, abdomen,
toraks, lengan dan muka.Keadaan ini disebut paralisis asending Landry, otot-otot yang
terkena bersifat simetris. Gangguan sensibilitas dapat berat, ringan atau tidak terdapat
sama sekali. Kelumpuhan dapat didahului oleh hipestesia, anesthesia dengan rasa nyeri
atau parestesia.
2
Cerebral Palsy
Definisi
Cerebral palsy ialah suatu keadaan kerusakan jaringan otak yang kekal dan tidak progresif,
terjadi pada waktu masih muda (sejak dilahirkan) dan merintangi perkembangan otak normal
dengan gambaran klinis dapat berubah selama hidup menunjukkan kelainan dalam sikap dan
pergerakan, disertai kelainan neurologis berupa kelumpuhan spastis, gangguan ganglia basal
dan serebelum dan kelainan mental.
Etiologi
1
Pranatal
Infeksi terjadi dalam masa kandungan, menyebabkan kelainan pada janin, misalnya
oleh lues, toksoplasmosis, rubella dan penyakit inklusi sitomegalik
Perinatal
a Anoksia/hipoksia
b Perdarahan otak
c Prematuritas
d Icterus
e Meningitis purulenta
Pascanatal
Setiap kerusakan pada jaringan otak yang mengganggu perkembangan dapat
menyebabkan cerebral palsy. Misalnya pada trauma kapitis, meningitis, ensefalitis dan
luka parut pada otak pasca operasi
Gejala Klinis
Gangguan motoric berupa kelainan fungsi dan lokalisasi serta kelainan bukan motoric yang
menyulitkan gambaran klinis cerebral palsy.
Kelainan fungsi motoric terdiri dari:
1
2
3
4
5
6
Spastisitas
Tonus otot yang berubah
Koreo-atetosis
Ataksia
Gangguan pendengaran
Gangguan bicara
Poliomielitis
Definisi
Poliomyelitis ialah penyakit menular akut yang disebabkan oleh virus dengan predileksi pada
sel anterior masa kelabu sumsum tulang belakang dan inti motoric batang otak dan akibat
kerusakan bagian susunan saraf pusat tersebut akan terjadi kelumpuhan dan atrofi otot.
Epidemiologi
Di bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM Jakarta antara tahun 1953-1957, di antara 21
penderita dirawat 2/3 di antaranya berumur 1-5 tahun. Penyakit poliomyelitis jarang terdapat
di bawah 6 bulan, mungkin karena imunitas pasif yang didapat dari ibunya, tetapi
poliomyelitis yang terjadi pada bayi baru lahir pernah dilaporkan dalam kepustakaan.
Etiologi
Virus poliomyelitis tergolong dalam enterovirus yang filtrabel.Dapat diisolasi 3 strain virus
tersebut yaitu tipe 1 (Brunhilde), tipe 2 (Lansing), tipe 3 (Leon).Infeksi dapat terjadi oleh satu
atau lebih tipe tersebut, yang dapat dibuktikan dengan ditemukannya 3 macam zat anti dalam
serum seorang penderita.Epidemi yang luas dan ganas biasanya disebabkan oleh virus tipe 1,
epidemi yang ringan oleh tipe 3 sedangkan tipe 2 kadang-kadang menyebabkan kasus yang
sporadic.
Masa inkubasinya antara 7-10 hari, tetapi kadang-kadang terdapat kasus dengan inkubasi
antara 3-35 hari.
Gejala Klinis
3
Asimtomatis
Stelah masa inkubasi 7-10 hari, karena daya tahan tubuh maka tidak terdapat gejala
klinis sama sekali. Pada suatu epidemic diperkirakan terdapat pada 90-95% penduduk
dan menyebabkan imunitas terhadap virus tersebut.
Poliomielitis abortif
Diduga secara klinis hanya pada daerah yang terserang epidemic, terutama yang
diketahui kontak dengan penderita poliomyelitis yang jelas. Timbul mendadak,
berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari. Gejala berupa infeksi virus, seperti
malaise, anoreksia, nausea, muntah, nyeri kepala, nyeri tenggorok, konstipasi dan
nyeri abdomen. Diagnosis pasti dapat dibuat dengan menemukan virus di biakan
jaringan.
Poliomyelitis non-paralitik
Gejala klinik sama dengan poliomyelitis abortif, hanya nyeri kepala, nausea, dan
muntah lebih berat. Gejala-gejala ini timbul 1-2 hari, kadang-kadang diikuti
penyembuhan sementara untuk kemudian remisi demam atau masuk dalam fase kedua
dengan nyeri otot. Khas untuk penyakit ini ialah adanya nyeri dan kaku otot belakang
leher, tubuh dan tungkai dengan hypertonia, mungkin disebabkan oleh lesi pada
batang otak, ganglion spinal dan kolumna posterior. Bila anak berusaha duduk dari
sikap tidur, maka ia akan menekuk kedua lutut ke atas sedangkan kedua lengan
menunjang ke belakang tempat tidur (tanda Tripod) dan terlihat kekakuan otot spinal
oleh spasme. Kuduk kaku terlihat secara pasif dengan Kernig dan Brudzinsky yang
posotif. Head drop yaitu bila tubuh penderita ditegakkan dengan menarik pada
kedua ketiak akan menyebabkan kepala terjatuh ke belakang. Reflex tendon biasanya
tidak berubah dan bila terdapat perubahan maka kemungkinan akan terdapat
poliomyelitis paralitik.
Poliomyelitis paralitik
Gejala yang terdapat pada poliomyelitis non-paralitik disertai kelemahan satu atau
lebih kumpulan otot skelet atau kranial. Timbul paresis akut. Pada bayi ditemukan
paralisis vesika urinaria dan atonia usus. Secara klinis dibedakan beberapa bentuk
sesuai dengan tingginya lesi pada susunan saraf:
a Bentuk spinal
Dengan gejala kelemahan/paralisis/paresis otot leher, abdomen, tubuh,
pada tungkai bawah otot kuadriseps femoris, pada lengan otot deltoideus.
Sifat paralisis asimetris. Reflex tendon mengurang/menghilang. Tidak
terdapat gangguan sensibilitas.
b Bentuk bulber
c
d
Gangguan motoric satu atau lebihsaraf otak dengan atau tanpa gangguan
pusat vital yakni pernafasan dan sirkulasi
Bentuk bulbospinal
Didapatkan gejala campuran antara bentuk spinal dan bentuk bulbar
Bentuk ensefalitik
Dapat disertai kejang delirium, kesadaran yang menurn, tremor dan
kadang-kadang kejang.
Stroke
Definisi
Stroke adalah sindrom klinis yang berkembang cepat akibat gangguan otak fokal
maupun global dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan
dapat menyebabkan kematiantan pada penyebab lain yang jelas selain kelainan
vascular.
Stroke mengalami peningkatan signifikan pada masyarakat seiring dengan perubahan
pola makan, gaya hidup dan peningkatan stressor yang cukup tinggi. Peningkatan
jumlah penderita tidak saja menjadi isu yang bersifat regional akan tetapi sudah
menjadi isu global.
TandadanGejala
- Hemidefisit motoric
- Hemidefisit sensorik
- Penurunan kesadaran
- Kelumpuhan nervusfasialis (VII) danhipoglosus (XII) yang bersifat sentral
- Gangguan fungsi luhur seperti kesulitan berbahasa (afasia) dan gangguan fungsi
intelektual (demensia)
- Buta separuh lapangan pandang (hemianopsia)
- Defisit batangotak
Reflek-reflek pada tungkai awalnya meningkat, terdapat clonus angkle dan tanda
babinsky timbul tapi semuanya itu pada akhirnya hilang.
Motor nuclei pada medulla rusak
Pusat pernapasan dan kardial juga rusak
Pasien mengalami disfagia dan hiperslivasi sehingga tersedak
Dysartria pembicaraan menjadi tidak jelas atau tidak memungkinkan
Dapat terjadi kematian akibat bulbar palsi atau infeksi yang didapat.
7. Visual inattention
Penurunan daya penglihatan
b. Posterior circulation (vertebrobasilar)
1. Ataxia
Tidak adanya kordinasi otot; ketidakteraturan kerja otot
2. Cranial nerve involvement
Gangguan pada persarafan kranial
3. Hemiparesis
Kehilangan atau gangguan fungsi motoric pada suatu bagian tubuh akibat lesi pada
mekanisme saraf atau otot; juga secara analogy, gangguan fungsi sensorik yang
bersifat ringan atau tidak lengkap yang mengenai satu sisi tubuh (kemungkinan
bilateral).
4. Hemisensory loss
Kehilangan atau gangguan sebagian fungsi sensasi pada suatu bagian tubuh
(kemungkinan bilateral).
5. Hemianopia
Gangguan penglihatan atau kebutaan pada separuh lapangan pandang satu atau kedua
mata; meskipun kurang tepat, bisa juga berarti skotoma pada kurang dari separuh
lapangan pandang satu atau kedua mata.
6. Cortical blindness
Kehilang penglihatan total atau sebagian akibat adanya kerusakan korteks di bagian
oksipital otak.
Pertanyaan:
1. Apakah bapak merasakan adanya gangguan penglihatan pada salah satu mata bapak
secara tiba-tiba dalam beberapa detik atau menit?
2. Apakah bapak mengalami ketidakmampuan atau kelemahan dalam mengerakan satu sisi
bagian tubuh bapak?
3. Apakah bapak mengalami gangguan penglihatan atau seperti ada yang menghalangi
bapak untuk melihat pada salah satu atau kedua bola mata?
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik yang dilakukan antara lain : pemeriksaan fisik umum (yaitu pemeriksaan
tingkat kesadaran, suhu, denyut nadi, anemia, paru dan jantung), pemeriksaan neurologis dan
neurovaskuler.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Darah (first line)
1. FBC dan ESR
2. Ca2+ (hipo- atau hiperkalsemia kemungkinan dikarenakan deficit fokal)
3. U & E creatinine, LFT
4. Glukosa
5. Fungsi tiroid
6. Kolesterol
7. Clotting screen
b. Pemeriksaan darah (second line)
1. Trombofilia skrining:
Protein C, S, dan deficit antitrombin III
FaKtor V leiden mutation 20210GA
Antifosfolipid antibody
Antikoagulan lupus
2. Kultur darah (BE)
3. Homosistein
4. Laktat
5. Enzim jantung
c. Pemeriksaan lainnya
1. Analisa urin (diabetes, haematuria pada BE atau vasculitis, skrening toxicology)
2. ECG (AF, MI)
3. Echocardiogram dan TOE
d. Pencitraan
1. CT-Scan
2. MRI
KETERANGAN TAMBAHAN:
Kebanyakan kasus kelumpuhan dapat dikenal dari anamnesisnya saja. Namun demikian,
diagnosis yang mantap harus ditetapkan setelah hasil pemeriksaan fisik-diagnostik dan
laboratorik dianalisa secara tuntas.
Kelumpuhan dapat dibedakan dalam:
1. Hemiplegia
: kelumpuhan atau kelemahan otot-otot lengan tungkai berikut
wajah pada salah satu sisi pada satu sisi tubuh. Kelumpuhan tersebut biasanya
disebabkan oleh lesi vascular unilateral di kapsula interna atau korteks motorik.
2. Diplegia
: kelumpuhan atau kelemahan otot-otot anggota gerak berikut
wajah kedua belah sisi karena lesi vascular bilateral di kapsula interna atau korteks
motorik.
3. Hemiplegia alternans : kelumpuhan atau kelemahan otot-otot lengan dan tungkai
sisi kontralateral terhadap lesi di batang otak dengan kelumpuhan otot-otot yang
disarafi saraf otak yang terletak di bawah lesi pada sisi kontralateral.
4. Monoplegia
: kelemahan atau kelumpuhan otot-otot salah satu anggota
gerak karena lesi kecil di kapsula interna atau korteks motoric. Istilah monoplegia tidak
5.
6.
7.
8.
9.
digunakan untuk kelumpuhan atau kelemahan sekelompok otot yang disarafi oleh suatu
saraf tepi.
Tetraplegia
: disebut juga kwadriplegia yang merupakan kelumpuhan atau
kelemahan otot-otot keempat anggota gerak yang biasanya terjadi akibat lesi bilateral
atau transversal di medulla spinalis setinggi servikal.
Paraplegia
: kelumpuhan kedua tungkai akibat lesi bila teral atau transversal di
medulla spinalis di bawah tingkat servikal.
Kelumpuhan saraf tepi : kelemahan atau kelumpuhan otot-otot yang tergolong dalam
kawasan suatu saraf tepi.
Paralisis non-neurogenik : kelemahan atau kelumpuhan otot karena lesi di motor end
plate atau lesi structural atau biokimiawi otot.
Paralisis histerik
: kelumpuhan yang timbul akibat terputusnya hubungan antara
korteks motoric dan motoneuron dikenal sebagai kelumpuhan upper motor neuron,
sebagai kebaliknya, kelumpuhan lower motor neuron terjadi karena terputusnya
hubungan antara motorneuron dengan otot atau karena kerusakan pada ototnya sendiri
serta motor end plate.
Lesi yang mendasari hemiplegia adalah sebagaian besar lesi vascular yang berarti bahwa lesi
terjadi karena penyumbatan atau perdarahan suatu arteri serebral. Hemiplegia akibat suatu
lesi vascular serebral dikenal sebagai manifestasi stroke. Stroke dapat dibedakan dalam:
1. Stroke iskemik
2. Stroke hemoragik
Stroke iskemik dapat berkembang sedikit demi sedikit, sesuai dengan perkembangan infark
serebi yang bersifat iskhemik. Dalam hal ini penyumbatan suatu arteri serebral terjadi karena
thrombus setempat menjadi semakin besar sehingga menimbulkan oklusi total. Atau karena
thrombus setempat yang belum total mengurangi jatah darah di kawasannya pada waktu
tekanan darah sistemik menurun.
Stroke hemoragik senantiasa dilengkapi dengan hilangnya kesadaran. Penderita biasanya
hipertensif. Dengan tiba-tiba ia jatuh karena terserang kelumpuhan sesisi secara serentak.
Biasanya terdapat serangan stress atau emosi (marah-marah) yang mendahului serangan
stroke. Orang yang mengidap stroke hemoragik selalu memperlihatkan wajah yang merah,
asimetrik karena salah satu sudut mulut lebih rendah, berkeringat banyak, kedua bola mata
melirik terus menerus ke arah lesi dan nafas yang dalam dan cepat. Dalam beberapa jam
penderita kehilangan kesadaran dan berada dalam keadaan koma. Bilamana terjadi
perembesan darah sedikit demi sedikit dalam waktu beberapa jam sampai hari.
Adapun factor-faktor yang menimbulkan manifestasi stroke adalah
1. Umur, lebih tua lebih mungkin untuk mengidap stroke
2. Hipertensi, merupakan factor risiko baik orang tua maupun orang dewasaa muda
3. Diabetes mellitus, orang-orang yang diobati dengan insulin lebih banyak mempunyai
risiko untuk mengidap penyakit stroke dan pada mereka yang tidak mempergunakan
insulin.
R TP
adalah panjang, yang persamaannya sebagai berikut: Q= 8 L
Dimana:
[?]
: tekanan tetas yang melintasi kapiler dalam dyne percenti meter kuadrat
: konstanta
Pada persamaan tersbut kecepatan aliran darah berbanding lansung dengan pangkat empat
jari-jari pembuluh darah, perbedaan tekanan dan berbanding terbalik dengan viskositas dan
panjang pembuluh darah, dan panjang pembuluh darah dikendalikan maka aliran darah
tergantung/berbanding terbalik dengan viskositas darah. Dari prinsip ini dibuat sebuah alat
yang dapat mengukur viskositas darah yang disebut Mikrokapiler Digital.
Prinsip kerja mikrokapiler adalah:
Mengukur kecepatan aliran darah yang mengisi seluruh tabung mikrokapiler, yang
diukur berdasarkan waktu perdetik.
Waktu yang diukur di motor merupakan nilai viskositas darah dari plasma.
I.
STADIUM HIPERAKUT
Tindakan pada stadium ini dilakukan di Instalasi Rawat Darurat dan merupakan
tindakanresusitasi serebro-kardio-pulmonal bertujuan agar kerusakan jaringan otak tidak
meluas. Pada stadium ini, pasien diberi oksigen 2 L/menit dan cairan kristaloid/koloid;
hindari pemberian cairan dekstrosa atau salin dalam H2O.Dilakukan pemeriksaan CT scan
otak, elektro- kardiografi, foto toraks, darah perifer lengkap dan jumlah trombosit,
protrombin time/INR, APTT, glukosa darah, kimia darah (termasuk elektrolit); jika hipoksia,
dilakukan analisis gas darah. Tindakan lain di Instalasi Rawat Darurat adalah memberikan
dukungan mental kepada pasien serta memberikan penjelasan pada keluarganya agar tetap
tenang.
STADIUM AKUT
Pada stadium ini, dilakukan penanganan faktor-faktor etiologik maupun penyulit. Juga
dilakukan tindakan terapi fisik, okupasi, wicara dan psikologis serta telaah sosial untuk
membantu pemulihan pasien. Penjelasan dan edukasi kepada keluarga pasien perlu,
menyangkut dampak stroke terhadap pasien dan keluarga serta tata cara perawatan pasien
yang dapat dilakukan keluarga.
STADIUM SUBAKUT
Tindakan medis dapat berupa terapi kognitif, tingkah laku, menelan, terapi wicara, dan
bladder training (termasuk terapi fisik). Mengingat perjalanan penyakit yang panjang,
dibutuhkan penatalaksanaan khusus intensif pasca
kemandirian pasien, mengerti, memahami dan melaksanakan program preventif primer dan
sekunder.
Terapi fase subakut:
II.
Terapi Pascastroke
A. Fisioterapi
Penanganan fisioterapi pasca stroke adalah kebutuhan yang mutlak bagi pasien untuk
dapat meningkatkan kemampuan gerak dan fungsinya. Berbagai metode intervensi fisioterapi
seperti pemanfaatan electrotherapy, hidrotherapy, exercise therapy (Bobath method,
Proprioceptive Neuromuscular Facilitation, Neuro Developmental Treatment, Sensory Motor
Integration, dll.) telah terbukti memberikan manfaat yang besar dalam mengembalikan gerak
dan fungsi pada pasien pasca stroke.
Penanganan fisioterapi pasca stroke pada prinsipnya adalah proses pembelajaran
sensomotorik pada pasien dengan metode-metode tersebut diatas. Akan tetapi interaksi antara
pasien dan fisioterapis amat sangat terbatas, lain halnya dengan keluarga pasien yang
memiliki waktu relatif lebih banyak. Dampak lain adalah jika pemahaman anggota keluarga
kurang tentang penanganan pasien stroke maka akan menghasilkan proses pembelajaran
sensomotorik yang salah pula. Hal ini justru akan memperlambat proses perkembangan
gerak.
Beberapa bentuk metode atau tipe latihan yang dapat diaplikasikan oleh pasien pascastroke
adalah :
1. Conservative/Tradisional
Metode latihan ini terkesan umum dan latihan-latihannyapundidasarkan
penekanan pada pencegahan & perawatan kontraktur dengan mempertahankan luas
gerak sendi atau latihan Range Of Motion (ROM exercises).Memperkenalkan
mobilisasi dini kepasien dengan cara pengoptimalan sisi yang sehat untuk
mengkompensasi sisi yang sakit.Tipe jenis latihannya adalah penguatan dengan
menggunakan tahanan.
2. Propioseptive Neuromuscular Fascilitation (Metode PNF)
Metode
latihan
ini
bertujuan
untuk
merangsang
respon
rangsangan
proprioseptif
(streetching/peregangan
otot,
active
Memberikan tahanan pada ekstremitas yang normal, tapping (input sensoris) &
teknik relaksasi.
Tahap 1-3 :: merangsang control volunteer sinergis & memakai gerakan ini untuk aktifitas
stabilisasi obyek /yang bertujuan (ROM bahu, abd volunteer, untuk ADL memegang,
menjinjing, dll)
Tahap 4-5: mengontrol flexor & ekstensor sinergi sehingga penderita dapat melakukan
aktifitas fungsional
Tahap 6: ketrampilan tangan dengan melatih fungsi tangan
4. Neurodevelopmental Technique/Bobath
Tipe latihan ini terdiri dari beberapa teknik, yakni:
Key Point of Control (KPOC) : menghambat spastisitas & pola gerak abnormal
sekaligus memberi fasilitasi pola gerak yang normal
Distal KPOC (tangan & kaki) Tidak menganjurkan pemakaian alat bantujalan,
oleh karena latihan NDT menekankan penggunaan & weight bearing pada sisi
lumpuh.
Stimulasi free nerve ending : Fasilitasi pada kulit di atas otot stabilisator 30 menit
sebelum terapi untuk brushing yang tujuannya memfasilitasi gamma motor neuron
dengan tujuan untuk stabilitas otot proksimal sendi (biasanya menggunakan
electrically powered brush), Aplikasi dengan es (suhu 12-17derajat F) 3-5 menit
memfasilitasi C fiber.
B. Terapi Okupasi
Terapi Okupasi mendesain sebuah aktivitas yang bersifat terapeutik ataubertujuan
memberikan latihan dalam perawatan diri maupun latihan untuk dapat mandiri dan kembali
bekerja. Salah satu intervensi yang penting adalah melatih keluarga atau orang lain yang
merawat penderita tentang beberapa cara mencegah komplikasi, memotivasi penderita untuk
Arousal Pasien dilatih untuk memberikan respon secara konsisten pada sensori
input,misal; membuka mata, gerakan mata mengikuti suatu benda.
Orientasi Pasien dilatih untuk mengidentifikasi orang, tempat dan waktu serta
situasi.
General LearningPasien dilatih untuk dapat menerima informasi, peraturanperaturan, strategi-strategi dalam mempelajari sesuatu dan menerapkannya pada
situasi yang mirip secara tepat.
2. Program Sensorik
Program ini meliputi komponen-komponen, yaitu:
Sensori
awareness
:
pasien
dilatih
unruk
dapat
menerima,
auditory
di
dalam
telinga.GustatoryPasien
dilatih
untuk
suhu
di
kulit.Vibration
(getaran)Pasien
dilatih
dalam
menginterprestasikan, membedakan dan menempatkan rangsangan dari reseptorreseptor getaran di dalam kulit.
Keterampilan sensori, yang meliputi;
Stereognosis
Pasien dilatih untuk dapat mengidentifikasi suatu objek (ukuran, bentuk, tekstur)
melalui sentuhan.GraphestesiaPasien dilatih untuk dapatmengidentifikasi simbolsimbol atau bentuk tulisan melalui sentuhan pada kulit.
Kinesthesia
Pasien dilatih untuk dapat mengidentifikasi arah dan tujuan gerakan sendi.
Body Scheme
Pasien dlatih untuk dapat menghubungkan internal awareness dengan bagian tubuhtubuh lainnya, termasuk membedakan bagian kanan dan kiri serta membedakan
bagian-bagian tubuh.
Form Constancy
Pasien dapat mengenal bentuk-bentuk dan objek pada berbagai jenis, posisi dan
ukuran secara keseluruhan.Spatial RelationshipPasien dilatih untuk dapat menerima
dirinya dalam hubungannya dengan objek lain atau oebjek yang berhubungan dengan
dirinya.
Orientasi Thopografik
Pasien dilatih untuk dapat menentukan lokasi objek melalui rute lokasi yang
diberikan.
Visual ClosurePasien dilatih untuk dapat mengidentifikasi objek atau bentuk yang
tidak lengkap
Figure Ground
Pasien dilatih untuk dapat membedakan bagian depan dan belakang dari suatu objek.
3. Program Motorik
Pelaksanaan program ini meliputi berbagai komponen sebagai berikut;
Muscle tone (tonus otot), kekuatan, dan endurance (daya tahan);Pasien dilatih
untuk dapat memperoleh kembali tonus yang normal, meningkatkan kekuatan
otot, serta meningkatkan durasi ketahanan otot.
4. program psikososial
Pelaksanaan program ini meliputi
yang
baik,
minat,
inisiasi
aktivitas,
terminasi
aktivitas,
stres
5. Terapi Group
Pelaksanaan program terapi group ini adalah melatih pasien, khususnya pada komponenkomponen sebagai berikut:
Sosialisasi dan percakapan: Pasien dilatih untuk dapat menggunakan verbal dan
nonverbal komunikasi dalam berinteraksi di dalam berbagai kegiatan sosial.
Dyadic interaction (hubungan satu satu): Pasien dilatih untuk dapat memelihara
dan berpartisipasi dalam hubungan one to one, berupa kerjasama dengan satu
orang dalam menyelesaikan suatu aktivitas.
Interaksi antar group :Pasien dilatih untuk dapat berinteraksi dengan berbagai
group yang berbeda.
C. Terapi Wicara
Terapi wicara merupakan suatu metode untuk menangani orang-orang
yangmengalami gangguan perilaku komunikasi yang meliputi: gangguan bicara,
bahasa, suara, dan irama kelancaran. Terapi wicara dapat diberikan untuk
beberapa jenis gangguan berikut:Gangguan wicara, yakni:
Disglosia
Gangguan
wicara
karena
ada
kelainan
struktur
organ,
Dispraxia : Gangguan wicara karena lesi di otak bagian programasi urutan gerak
otot-otot bicara.
Gangguan bahasa, yakni afasia perkembangan pada anak-anak, gangguan suara yakni
kehilangan suara sebagian (disfonia) atau tidak bersuara sama sekali (afonia), gangguan
irama kelancaran, yakni klater, latah, gagap.
Pelayanan terapi wicara merupakan tindakan yang diperuntukkan bagi individu yang
mengalami gangguan komunikasi termasuk didalamnya adalah gangguan berbahasa bicara
dan gangguan menelan.Pelayanan terapi wicara ini dilakukan oleh profesional yang telah
memiliki keahlian khusus dan diakui secara nasional serta telah mendapatkan ijin praktek dari
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pelayanan Terapi Wicara di meliputi:
D. Terapi Alternatif
Beberapa terapi alternatif bagi penderita stroke, antara lain :
Akupuntur
Akupuntur berguna untuk menyeimbangkan atau membuka sumbatan aliran chi (energi
vital) dalam tubuh.Selain itu, akupuntur juga dapat mengaktifkan syaraf dan merangsang
otot. Gambar 2.2. Titik akupuntur manusia Sumber.caninews.com, akses 27-09-09
Aromaterapi
Alternatif terapi ini menggunakan minyak esensial yang tepat untuk pijat, berendam,
dihirup, kumur, kompres, dan dioleskan.Pemijatan dilakukan agar minyak esensial
tersebut dapat menembus kulit dan menuju jaringan tubuh yang memerlukan, serta
mempengaruhi kinerja organ dalam tubuh.Terapi ini juga dapat membantu meredakan
stres pada orang yang terkena stroke.
Hidroterapi
Terapi air panas dapat digunakan untuk mengurangi rasa pegal dan kaku pada otot.Uap
panas bermanfaat untuk melebarkan pembuluh darah, merangsang keluarnya keringat,
dan
membuka
pori-pori.Gunakan
air
dingin
untuk
mengurangi
memar
dan
III.
Penanganan Farmakologi
Pemantauan Pasien StrokeAkutRawat Inap
Perawatan
Parameter
Frekuensi
TD,
neurologis,
pendarahan
Aspirin
Pendarahan
Clopidogrel
Pendarahan
Alteplase
Stroke iskemik
fungsi
ERDP/ASA
Warfarin
Sakit
Harian
kepala,
pendarahan
Pendarahan, INR,
Harian
INR harian x 3 hari
INR mingguan hingga stabil
Hb/Hct
INR bulanan
Stroke hemoragik
Nimodipin (untuk
TD,
SAH)
neurologis, ICP
TD,
fungsi
fungsi
neurologis, status
cairan
Temperatur, CBC Temperatur, setiap 8 jam
CBC, harian
Nyeri (betis atau
Setiap 8 jam
dada)
All patients
Elektrolit
ECG
Heparins
untuk
profilaksis DVT
dan
Up to daily
Pendarahan,
Pendarahan, harian
trombosit
IV.
Terapi Nutrisi
Beberapa makanan dapat menurunkan kadar kolesterol, sehingga berguna untuk menurunkan
potensi seseorang terkena stroke. Contohnya saja, bayam, wortel, daun selada, polongpolongan, dan nanas. Suplay makanan yang disarankan bagi penderita stroke adalah vitamin
C, vitamin E, vitamin B6, asam folat, bioflavonoids, dan lechitin. Penderita stroke juga
sebaiknya mengkonsumsi asam lemak esensial yang terdapat pada minyak ikan, borage,
evening prime rose, dan flaxsees oil, sedangkan makanan yang harus dihindari adalah protein
tinggi lemak, produk susu (seperti mentega, dan keju), gula, garam, goreng-gorengan
hipertensi, diabetes melitus, kadar kolesterol atau lemak darah yang berlebih, kelainan
jantung (terutama gangguan irama jantung dan kelainan katup) dan merokok. Tekanan darah
tinggi merupakan penyebab utama stroke. Sekitar 70 persen dari penyebab stroke, terutama
jenis stroke sumbatan adalah hipertensi. Jika Anda memiliki salah satu atau beberapa faktor
risiko tersebut, berarti anda memiliki risiko untuk terkena stroke, maka segeralah lakukan
upaya pencegahan primer. Yang pertama-tama harus anda lakukan adalah menegenali dan
menemukan semua faktor risiko yang ada, dengan cara melakukan medical check up secara
rutin. Bila ditemukan faktor-faktor risiko seperti yang disebutkan tadi, maka harus ditangani
atau dikelola dengan tepat melalui konsultasi dengan dokter ahli. Dan yang tidak kalah
pentingnya adalah memperbaiki gaya hidup, dengan mengelola stess secara baik, pola makan
yang sehat, istirahat cukup dan olah raga yang teratur. Sebelum sampai di RS jangan jangan
memberikan makan dan minum kepada penderita, karena seringkali terjadi kelumpuhan pada
saraf menelan sehingga berisiko tersedak sehingga makanan atau minuman dapat masuk ke
saluran nafas. Apabila seseorang telah terkena stroke, disamping diberikan obat-obatan untuk
mencegah berulangnya stroke, maka juga diperlukan fisioterapi untuk pemulihan dari gejala
sisa atau kecacatan akibat stroke.
EDUKASI
PERUBAHAN GAYA HIDUP TERAPEUTIK
Modifikasi Diet
Diet tinggi buah buahan dan sayuran hijau berbunga terbukti memberikan perlindungan
terhadap stroke iskemik pada studi framingham (JAMA 1995;273;1113) dan stud Nurses
Health (JAMA 1999;282;1233); setiap peningkatan konsumsi perkali perhari mengurangi
risiko stroke iskemik sebesar 6%. Diet lemak trans dan jenuh serta tinggi lemak omega-3 juga
direkomendasikan. Konsumsi alkohol ringan sedang (i kali perminggu hingga 1 kali
perhari) dapat mengurangi resiko stroke iskemik pada laki laki hingga 20% dalam 12 tahun
(N Engl J Med 1999;341;1557), namun konsumsi alkohol berat (>5 kali/hari) meningkatkan
resiko stroke.
Penelitian Lyon Heart. Bukti bukti yang bertambah kuat menyatakan bahwa diet tipe
mediteranian menekankan konsumsi asam lemak tidak jenuh tunggal dan omega 3 dapat
memegang peranan penting dalam pencegahan penyakit vaskular aterotrombosit.
Aktifitas Fisik
Inaktivitas fisik meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke setara dengan merokok dan
lebih dari 70% orang dewasa hanya melakukan sedikit latihan fisik atau bahkan tidak sama
sekali. Semua pasien harus diberitahu untuk melakukan aktifitas fisik aerobik sekitar 30 45
menit setiap hari. Latihan fisik rutin yangmeningkatkan irama jantung hingga 60-80% irama
jantung maksimal selama 30 menit hampir setiap hari dapat meningkatkan kadal kolestrol
HDL hingga 30% dan dapat mencegah atau memperbaiki hipertensi, resistensi insulin dan
diabetes tipe 2, obesitas, ansietas dan depresi.
Diperkirakan sekitar 65% orang dewasa amerika serikat (127 juta) mengalami berat badan
berlebih atau obesitas. Berat badan berlebih dan obesitas meningkatkan resiko mortalitas oleh
berbagai penyebab dan juga meningkatkan morbiditas akibat stroke, hipertensi, dislipidemia,
diabetes tipe 2, PJK, Penyakit kandung empedu, Osteoatritis, apnea saat tidur, masalah
respirasi dan kanker.
Berhenti Merokok.
Penggunaan tembakau merupakan faktor resiko terpenting stroke dan PJK dan merupakan
penyebab kematian yang paling dapat dicegah di AS. Setiap tahun 40000 kematian
disebabkan oleh penggunaan tembakau, melebihi penyalahgunaan alkohol. Perokok yang
merokok 1 bungkus perhari 14 kali lipat berisiko mengalami kematian akibat kanker paru,
tenggorokkan atau mulut; 4 kali lipat mengalami kematian akibat kanker esophagus; dua kali
lipat mengalami MI atau Stroke; dua kali lipat mengalami kematian akibat Penyakit jantung
atau kandung kemih.
REHABILITASI
Rehabilitasi adalah sebuah kegiatan ataupun proses untuk membantu para penderita yang
mempunyai penyakit serius atau cacat yang memerlukan pengobatan medis untuk mencapai
kemampuan fisik psikologis, dan sosial yang maksimal.
Rehabilitasi paska stroke merupakan bagian penting dari proses pemulihan penderita stroke.
Tujuan dari rehabilitasi paska stroke adalah membantu penderita mempelajari kembali fungsi
tubuh yang terganggu.
Dalam masa rehabilitasi, penderita stroke akan belajar bergerak, berpikir, dan merawat diri
sendiri. Rehabilitasi tidak dapat menyembuhkan efek-efek yang ditimbulkan stroke, namun
dapat membantu penderita stroke untuk mengoptimalkan fungsi tubuhnya.
Rehabilitasi akan memberikan hasil yang optimal bila dilakukan dalam 3 bulan pertama
paska stroke. Meskipun perkembangan pemulihan yang optimal didapatkan dalam jangka
waktu tersebut, proses pemulihan berlangsung seumur hidup. Oleh karena itu, sangatlah
penting untuk memulai rehabilitasi sedini mungkin dan secara berkesinambungan.
Rehabilitasi dimulai sejak penderita dirawat di rumah sakit dan dapat dilanjutkan secara
rawat jalan, atau di rumah dengan perawatan tim rehabilitasihome care.
Pemilihan jenis terapi yang diperlukan akan disesuaikan dengan kondisi penderita stroke dan
apa yang dibutuhkan supaya penderita stroke dapat mandiri. Tim rehabilitasi medis, yang
terdiri dari dokter spesialis rehabilitasi medis, perawat, fisioterapis, terapis wicara, terapis
okupasi, dokter spesialis gizi, dan psikiater, akan melakukan pengkajian dan menentukan
perencanaan terapi yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan penderita stroke, antara
lain:
Ketrampilan perawatan diri, seperti makan, mandi, berpakaian, dan lain-lain
Ketrampilan pergerakan, seperti berjalan, menggunakan kursi roda, dan lain-lain
Ketrampilan berbicara dan berbahasa untuk meningkatan komunikasi
Ketrampilan sosial untuk berinteraksi dengan orang lain
Satu hal yang harus kita tekankan, kesuksesan terapi rehabilitasi paska stroke sangat
tergantung sari dedikasi dan motivasi pasien serta keluarga sepanjang proses rehabilitasi
Intervensi Rehabilitasi Medis pada Stroke
Secara umum rehabilitasi pada stroke dibedakan dalam beberapa fase. Pembagian ini dalam
rehabilitasi medis dipakai sebagai acuan untuk menentukan tujuan (goal) dan jenis intervensi
rehabilitasi yang akan diberikan, yaitu:
1. Stroke fase akut: 2 minggu pertama pasca serangan stroke
2. Stroke fase subakut: antara 2 minggu-6 bulan pasca stroke
3. Stroke fase kronis: diatas 6 bulan pasca stroke
terbentuk dengan sendirinya dan pasien secara otomatis bisa bergerak kembali. Sebenarnya
sirkuit hanya akan terbentuk bila ada kebutuhan akan gerak tersebut. Bila ekstremitas yang
sakit tidak pernah digerakkan sama sekali, presentasinya di otak akan mengecil dan
terlupakan.
2. Terapi latihan gerak yang diberikan sebaiknya adalah gerak fungsional daripada gerak
tanpa ada tujuan tertentu. Gerak fungsional misalnya gerakan meraih, memegang dan
membawa gelas ke mulut. Gerak fungsional mengikutsertakan dan mengaktifkan bagian
bagian dari otak, baik area lesi maupun area otak normal lainnya, menstimulasi sirkuit baru
yang dibutuhkan.Melatih gerak seperti menekuk dan meluruskan (fleksiekstensi) siku lengan
yang lemah menstimulasi area lesi saja. Apabila akhirnya lengan tersebut bergerak, tidak
begitu saja bisa digunakan untuk gerak fungsional, namun tetap memerlukan terapi latihan
agar terbentuk sirkuit yang baru.
3. Sedapat mungkin bantu dan arahkan pasien untuk melakukan gerak fungsional yang
normal, jangan biarkan menggunakan gerak abnormal. Gerak normal artinya sama dengan
gerak pada sisi sehat. Bila sisi yang terkena masih terlalu lemah, berikan bantuan tenaga
secukupnya dimana pasien masih menggunakan ototnya secara aktif. Bantuan yang
berlebihan membuat pasien tidak menggunakan otot yang akan dilatih (otot bergerak pasif).
Bantuan tenaga yang kurang menyebabkan pasien mengerahkan tenaga secara berlebihan dan
mengikutsertakan otot-otot lain. Ini akan memperkuat gerakan ikutan ataupun pola sinergis
yang memang sudah adadan seharusnya dihindari. Besarnya bantuan tenagayang diberikan
harus disesuaikan dengan kemajuan pemulihan pasien.
4. Gerak fungsional dapat dilatih apabila stabilitas batang tubuh sudah tercapai, yaitu dalam
posisi duduk dan berdiri. Stabilitas duduk dibedakan dalam stabilitas duduk statik dan
dinamik. Stabilitas duduk statik tercapai apabila pasien telah mampu mempertahankan duduk
tegak tidak bersandar tanpa berpegangan dalam kurun waktu tertentu tanpa jatuh/miring ke
salah satu sisi. Stabilitas duduk dinamik tercapai apabila pasien dapat mempertahankan posisi
duduk sementara batang tubuh.
Stroke hemoragik merupakan 15% sampai 20% dari semua stroke, dapat terjadi apabila lesi
vascular intraserebrum mengalami rupture sehingga terjadi perdarahan ke dalam ruang
subaraknoid atau langsung ke dalam jaringan otak.Sebagian dari lesi vascular yang dapat
menyebabkan perdarahan subaraknoid (PSA) adalah aneurisma sakular dan malformasi
arteriovena (MAV).
Klasifikasi
o Menurut Waktu
Menurut WHO (2005), stroke menjadi penyebab kematian dari 5,7 juta jiwa
diseluruh dunia dan diperkirakan meningkat menjadi 6,5 juta penderita pada tahun
2015 dan 7,8 juta penderita pada tahun 2030.
Berdasarkan penelitian Wiwid di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukit Tinggi
Tahun 2005-2007, menunjukkan bahwa jumlah penderita stroke hemoragik tahun
2005 sebanyak 66 0rang, tahun 2006 sebanyak 54 orang, tahun 2007 sebanyak 59
orang.
Faktor Risiko
Faktor risiko stroke adalah faktor yang menyebabkan seseorang menjadi lebih rentan atau
mudah terkena stroke, antara lain :
a
Usia
Usia merupakan faktor risiko yang paling penting bagi semua stroke. Insiden
stroke meningkat secara eksponsial dengan bertambahnya usia. Setelah umur 55
tahun risiko stroke iskemik meningkat 2 kali lipat setiap 10 tahun (risiko relatif ).
Di Oxfordshire, selama tahun 19811986, tingkat insiden stroke pada kelompok
usia 45- 54 tahun ialah 57 kasus per 100.000 penduduk dan pada kelompok usia 85
tahun keatas terdapat 1.987 kasus per 100.000 penduduk.
Tahun 1998 di Aucland, Selandia Baru, insiden stroke pada kelompok usia 55-64
tahun ialah 2 per 100.000 penduduk dan di Soderham, Swedia, insiden stroke pada
kelompok usia yang sama 3,2 per 100.000 penduduk. Pada kelompok usia diatas 85
tahun dijumpai insiden stoke dari 18,4 per 100.000 di Rochester, Minnesota, dan
Menurut data dari 28 Rumah Sakit di Indonesia pada tahun 2000, ternyata bahwa
kaum pria lebih banyak menderita stroke dibandingkan kaum wanita. Risiko relatif
c
GejalaKlinis
o Perdarahan Sub Dural
Gejala-gejala perdarahan sub dural adalah nyeri kepala progresif, ketajaman
penglihatan mundur akibat edema papil yang terjadi, tanda-tanda defisiensi
neorologik daerah otak yang tertekan.
o Perdarahan Sub Araknoid
Gejala prodormal : nyeri kepala hebat dan akut hanya 10%, 90% tanpa
keluhan sakit kepala.
Hemisfer serebri
Hemisfer serebri dibagi menjadi dua belahan, yaitu hemisfer serebri sinistra (kiri) dan
hemisfer serebri dextra (kanan). Hemisfer serebri kiri mengendalikan kemampuan
memahami dan mengendalikan bahasa serta berkaitan dengan berpikir matematis
atau logis, sedangkan hemisfer serebri dextra berkaitan dengan ketrampilan, perasaan
dan kemampuan seni.
Ganglion Basalis
Kerusakan pada ganglion basalis akan mengakibatkan penderita mengalami kesukaran
untuk memulai gerak yang diingini.
Batang Otak
Kerusakan pada batang otak akan mengakibatkan gangguan berupa nyeri, suhu, rasa
kecap, pendengaran, rasa raba, raba diskriminatif, dan apresiasi bentuk, berat dan
tekstur.
Serebelum
neoserebelum
akan
mengakibatkan
dysmetria, intenton
tremor
dan
yang
mempunyai
blocking (misalnya
Alur Diagnosis
Konsensus Nasional Pengelolaan Stroke di Indonesia 1999 mengemukakan bahwa diagnosis
dapat ditegakkan dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang.
o Anamnesis
Anamnesis dapat dilakukan pada penderita sendiri, keluarga yang mengerti tentang
penyakit yang diderita. Anamnesis dilakukan dengan mengetahui riwayat perjalanan
penyakit, misalnya waktu kejadian, penyakit lain yang diderita, faktor- faktor risiko yang
menyertai stroke.
o Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan antara lain : pemeriksaan fisik umum (yaitu
pemeriksaan tingkat kesadaran, suhu, denyut nadi, anemia, paru dan jantung),
pemeriksaan neurologis dan neurovaskuler.
o Pemeriksaan Penunjang
Kemajuan teknologi kedokteran memberi kemudahan untuk membedakan antara stroke
hemoragik dan stroke iskemik diantaranya : Computerized Tomograph scanning (CT
Scan), Cerebral
angiografi,
Elektroensefalografi(EEG), Magnetic
Resonance
Letak Kelumpuhan
tahap
secara
visual.Dalam
komunikasi
kita
harus
lebih
banyak
Pencegahan
a
Pencegahan Premordial
Tujuan pencegahan premordial adalah mencegah timbulnya faktor risiko bagi individu
yang belum mempunyai faktor risiko. Pencegahan premordial dapat dilakukan dengan
cara melakukan promosi kesehatan, seperti berkampanye tentang bahaya rokok
terhadap stroke dengan membuat selebaran atau poster yang dapat menarik perhatian
masyarakat.Selain itu, promosi kesehatan lain yang dapat dilakukan adalah program
pendidikan kesehatan masyarakat, dengan memberikan informasi tentang penyakit
stroke hemoragik melalui ceramah, media cetak, media elektronik.
Pencegahan Primer
Tujuan pencegahan primer adalah mengurangi timbulnya faktor risiko stroke bagi
individu yang mempunyai faktor risiko tetapi belum menderita stroke dengan cara
melaksanakan gaya hidup sehat bebas stroke, antara lain:
1
Mengatur pola makan yang sehat seperti kacang-kacangan, susu dan kalsium, ikan,
serat, vitamin yang diperoleh dari makanan dan bukan suplemen (vit C, E, B6, B12
dan beta karoten), teh hijau dan teh hitam serta buah-buahan dan sayur-sayuran.
Pencegahan Sekunder
Untuk pencegahan sekunder, bagi mereka yang pernah mendapat stroke, dianjurkan :
1
Berhenti merokok
Polisitemia
Antikoagulan oral diberikan pada penderita dengan faktor risiko penyakit jantung
dan kondisi koagulopati yang lain
Pencegahan Tertier
Meliputi program rehabilitasi penderita stroke yang diberikan setelah terjadi stroke.
Rehabilitasi meningkatkan kembali kemampuan fisik dan mental dengan berbagai cara.
Tujuan program rehabilitasi adalah memulihkan independensi atau mengurangi
ketergantungan sebanyak mungkin. Cakupan program rehabilitasi stroke dan jumlah
spesialis yang terlibat tergantung pada dampak stroke atas pasien dan orang yang
merawat.
Hipertensi
DM
Merokok
Alkohol
Dislipidemia
Kurang olahraga
sitoskeletal yang akan mengakibatkan pemecahan plasma membran dan elemen sitoskeletal
yang akan berakibat pada kematian sel. Urutan kejaian tersebut dikenal dengan istilah
excitotoxicity karena peran excitatory asam amino seperti glutamate.
Jika iskemia yang terjadi belum luas maka akan mengakibatkan pertahanan kehidupan sel
yang lebih lama, seperti yang terdapat pada perbatasan atau penumbra yang mengelilingi
pusat iskemik pada otak. Proses biokimia ini melibatkan ekspresi protein yang terlibat dalam
apoptosis sel, seperti Bcl (B-cell Lymphoma)-2-family protein dan caspases (protenzim
cystein protease).
Tekanan darah: tekanan darah harus segera diukur untuk melihat ada tidaknya
hipertensi (yang merupakan salah satu faktor risiko)
Pemeriksaan Opthalmoscope
Pemeriksaan pada leher
Pemeriksaan jantung
Palpasi pada arteri temporalis berguna untuk mendiagnosis giant cell arteritis
dimana pembuluh darah tersebut akan terasa keras, nodular dan tanpa pulsus.
Pemeriksaan neurologi
Tujuan pemeriksaan neurologis adalah untuk mencari defisit neurologi dan menentukan
lokasi anatomis infark.
Pemeriksaan meliputi:
-
Pemeriksaan kesadaran
Pemeriksaan fungsi luhur : afasia, gangguan memori, dan lain-lain
Pemeriksaan meningeal sign
Pemeriksaan nervus kranialis
Pemeriksaan motorik
Pemeriksaan sensorik
Pemeriksaan otonom
Pemeriksaan cerebellum
Pemeriksaan refleks fisiologis
Manajemen sebelum masuk rumah sakit dapat dilakukan dengan memfokuskan pada
deteksi gejala stroke dan notifikasi RS yang dituju. Deteksi dini dapat menggunakan alat
bantu ceklis Cinnati Stroke Scale yang menilai secara cepat ada tidaknya kelainan pada
wajah, ekstremitas dan gangguan bicara atau fungsi bahasa. Dengan skala tersebut, apabila
skor 0 maka pasien bukanlah pasien stroke, sementara jika angka skor 1 apalagi >1 maka
harus dianggap sebagai stroke.
Manajemen dirumah sakit dimulai dari memperbaiki triage diruang emergensi agar
dapat menatalaksana stroke secara cepat, serta memperbaiki kerjasama dengan tim penunjang
diagnostik sehingga periode emas stroke dapat diselamatkan. Rekomendasi dari AHA/ASA
Guideline mendorong agar waktu dari mulai pasien masuk RS hingga mendapatkan
trombolisis (door to needle time) dapat dicapai dalam kurang dari sama dengan 60 menit.
Dalam kurun waktu tersebut, diharapkan evaluasi klinis dan lab untuk menyingkirkan kriteria
inklusi dan ekslusi trombolisis yang cukup banyak, pemeriksaan CT Scan otak dan
penyediaan serta pemberian obat trombolisis dapat diselesaikan.
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah: darah lengkap, LED, kolesterol
b. Elektrokardiografi: untuk melihat ada tidaknya infark miokard, aritmia, atrial fibrilasi
yang menjadi faktor predisposisi stroke,
c. CT Scan atau MRI: untuk membedakan apakah stroke disebabkan oleh suatu infark
ataupun perdarahan, dan untuk menyingkirkan lesi akibat tumor maupun abses yang
dapat memiliki gejala mirip stroke.
d. Cerebral angiografi: intracranial angiografi digunakan untuk mengidentifikasi lesi
carotid ekstrakranial yang dapat dioperasi.
e. Ultrasonografi: untuk mendeteksi adanya stenosis atau oklusi pada arteri carotid
interna.
f. Echocardiografi: untuk melihat ada tidaknya kelainan jantung yang dapat
menyebabkan stroke emboli.
Diagnosis
Didasarkan atas:
1. Penemuan klinis:
a. Anamnesis: terjadinya keluhan atau gejala defisit neurologik yang mendadak,
tanpa trauma kepala dan adanya faktor risiko stroke.
b. Pemeriksaan fisik: adanya defisit neurologik fokal, ditemukan faktor risiko seperti
hipertensi, kelainan jantung dan kelainan pembuluh darah lainnya.
2. Pemeriksaan tambahan/laboratorium
a. Pemeriksaan neuro-radiologik: CT-Scan sangat membantu diagnosis dan
membedakannya dengan perdarahan terutama pada fase akut, Angiografi serebral
(karotis atau vertebra) untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang pembuluh
darah yang terganggu.
b. Pemeriksaan lain-lain: pemeriksaan untuk menemukan faktor risiko, seperti:
pemeriksaan darah rutin, EKG.
Penatalaksanaan Medikamentosa
Prinsip terapi stroke infrak:
1. Antithrombus
a. Trombolitik: rekombinan aktivator sel plasminogen (rt-PA); diberikan pada fase
akut, yaitu <3 jam setelah timbul gejala, dosis 0,9-90mg/kgBB, 10% dari dosis
diberikan IV bolus selama satu menit dan sisanya dilanjutkan dengan drip selama
1 jam.
b. Antiplatelet: aspirin 160-325mg/hari; clopidogrel (plavix) 75mg/hari.
Sakit kepala secara bertahap menjadi makin sering dan makin parah
Sulit berbicara
Masalah pendengaran
Astrocytoma, juga dikenal dengan nama glioma, yang terdiri dari anaplastic
astrocytoma dan glioblastoma
Ependymoma
Ependymoblastoma
Medulloblastoma
Meningioma
Neuroblastoma
Oligodendroglioma
Pineoblastoma
Kanker payudara
Kanker ginjal
Kanker paru-paru
Melanoma
Faktor risiko
Faktor risiko tumor otak antara lain:
Ras. Tumor otak terjadi paling sering pada orang yang berkulit putih, kecuali
meningioma.
Jangan sampai kepala Anda terbentur atau mengalami trauma. Hindari aktivitas yang
berisiko tinggi seperti tinju. Selalu gunakan helm saat naik sepeda motor.
Jangan merokok.
Jauhi benda dengan kadar radiasi tinggi karena paparan radiasi dalam level tertentu
dapat memicu perkembangan sel abnormal. Jika menelepon menggunakan
handphone, gunakan handsfree agar ada jarak antara ponsel dengan kepala (otak)
sehingga mengurangi kadar panas dan radiasi.
Gaya hidup sehat. Tidur yang cukup. Rutin olahraga agar ada sirkulasi darah ke otak.
Daftar Pustaka
Snell,Richard S. Neurolanatomi Klinik.Jakarta: EGC
https://www.scribd.com/doc/128120918/Farmakoterapi-Stroke
http://e-journal.uajy.ac.id/1945/3/2TA12575.pdf
Setyopranoto, Ismail. 2011. Stroke: Gejala dan Penatalaksanaan. Yogyakarta: Kepala Unit
Stroke RSUP Dr Sardjito/ Bagian Ilmu Penyakit Saraf, Fakultas Kedokteran Universitas
Gadjah Mada
Frotscher M, Baehr M. 2015. Diagnosis Topik Neuologi DUUS. Jakarta: EGC.
Munir, Badrul, dr. 2015. Neurologi Dasar. Jakarta: Sagung Seto.
Price, Sylvia A. 2014. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta: EGC
Prof. Lucas Meliala, dkk. 2015. Jaknews 2015: Multidisciplinary Approach in Neurology.
Jakarta: BPFKUI.