You are on page 1of 2

KASUS POLIS ASURANSI

SUMBER : Detik.com

Jakarta -Sengketa kasus asuransi yang melibatkan Ahmad Dhani dan PT Prudential Indonesia menjadi
pelajaran berharga bagi para pemegang polis. Bagaimanapun klaim asuransi tak akan cair jika
pelanggaran hukum terjadi.
"Pelanggar hukum itu tidak layak bayar klaimnya. Jika perusahaan asuransi membayar klaim maka itu
melanggar hukum," kata Presiden Direktur PT Asuransi Adira Dinamika, Indra Baruna saat berkunjung ke
Kantor detikcom, Jumat (22/11/2013).
Kasus anak Ahmad Dhani yakni Dul dinilai melanggar hukum ketika tidak dapat menunjukkan SIM. Oleh
sebab itu, memicu kontroversi mengenai klaim asuransinya.
Indra menambahkan, klaim asuransi tidak akan cari juga misalkan sang pemegang polis terlibat kasus
pelanggaran lain.
"Seperti menerobos lampu lalu lintas dan menyetir dalam keadaan mabuk. Itu tidak akan dibayar
klaimnya. Ini yang mesti hati-hati," tutur Indra.
"Jadi sebenarnya apa yang dilakukan perusahaan asuransi dengan tidak membayar klaim pemegang polis
yang melanggar hukum ini adalah benar. Dan hal ini menjadi sebuah pelajaran penting bagi para
pemegang polis untuk hati-hati," imbuh Indra.
Pada bagian lain, Indra bercerita tentang kinerja Asuransi Adira. Total klaim yang dibayar Asuransi Adira
telah mencapai Rp 600 miliar sampai akhir Oktober 2013.
"Sementara untuk total premi mencapai Rp 1,4 triliun. Sampai akhir tahun ditargetkan bisa mencapai Rp
2 triliun untuk premi," jelasnya.
Asuransi Adira, sambung Indra memiliki total pemegang polis sampai 7,1 juta. Adapun Risk Base Capital
(RBC) Asuransi Adira masih cukup tinggi dikisaran 216%.
Asuransi Adira memiliki 1.400 agen yang bersertifikat. Saat ini perseroan tengah mengembangkan travel
insurance untuk menggenjot perolehan premi baru.

ANALISIS KASUS
Asuransi bukanlah hal yang buruk, pengalihan resiko pada perusahaan asuransi memang tidak dirasakan
manfaatnya ketika resiko belum terjadi namun ketika resiko itu benar terjadi maka manfaat asuransi akan
sangat dirasakan, namun asuransi terkadang memberikan kekecewaan pada saat proses klaim entah itu
karena ditolak ataupun karena pertanggungaan asuransi tidak sesuai antara realita dan ekspetasinya, hal
ini dapat dihindari bila si Tertanggung paham dan teliti atas Polis sebelum penutupan polis, penolakan
atas klaim pertanggungan dapat didasarkan pada beberapa hal, seperti adanya hal yang penting yang tidak
disampaikan pada masa pengajuan polis atau dikenal dengan asas Utmost Goodfaith (itikat baik yang
teramat baik) misalnya anda memiliki masalah pada paru-paru anda yang bila anda sampaikan pada saat
penutupan asuransi mungkin saja perusahaan asuransi akan menolak polis tersebut, asas ini terdapat
dalam Pasal 251 KUHD, aturan dalam pasal ini begitu karet sehingga mendapat julukan
aturan Darconian atau aturan yang menindas karena sering menjadi dasar penolakan asuransi oleh
penanggung, dalam kasus AQJ penting diketahui apakah Ahmad Dhani pada saat mengasuransikan AQJ
tahu bahwa AQJ mengemudi kendaraan bermotor, karena bila Ahmad Dhani tahu dan tidak
memberitahukan kepada perusahaan asuransi pada saat proses Underwriting maka perjanjian batal demi
hukum. kedua yaitu peril yang terjadi tidak ditanggung dalam polis asuransi dalam hal ini dalam hal

terjadinya perbedaan tafsiran dalam isi polis maka terdapat asas contra proferentem yang menyatakan
bahwa pihak yang tidak ikut dalam pembuatan polis (Tertanggung) penafsirannya lah yang dianggap
benar, dalam kasus AQJ saya rasa bukan perbedaan penafsiran lah yang menjadi penyebab penolakan.
Selain itu penting mengetahui isi Polis asuransi, apakah polis menanggung peril akibat kecelakaan
mengemudi atau tidak, penting mengetahui seberapa luar peril yang ditanggung dalam polis tersebut.
Dan terakhir bisa berdasarkan syarat sahnya perjanjian Asuransi, berdasarkan doktrin Prof. Subekti dalam
bukunya Pokok-pokok hukum perdata, karena syarat sahnya asuransi didasarkan pada syarat sahnya
perjanjian maka syarat sah perjanjian yaitu:
1. Sepakat
: Para pihak Penanggung dan Tertanggung sepakat mengenai syarat-syarat pokok
asuransi dan mengenai objek pertanggungannya serta premi, tertanggung dianggapsepakat ketika
sudah menandatangani polis atau sudah membayar preminya
2. Cakap
: Cakap dalam hal ini mengikuti KUHPerdata diantaranya yang dianggap
tidak cakap adalah anak dibawah umur, orang dibawah pengampuan dan orang yang secara
hukum tidak memiliki kewenangan untuk bertindak
3. Hal tertentu
: Hal yang diperjanjikan dalam asuransi haruslah jelas misalnya asuransi
rumah harus jelas alamat rumah serta naili dari rumah tersebut.
4. Sebab yang halal
: causa dari perjanjian tersebut haruslah sesuai dengan hukum, menurut
prof. Subekti causa itu merupakan tujuan,yaitu apa yang dikehendaki oleh para pihak, causa yang
tidak diperbolehkan yaitu yang bertentangan dengan hukum, kesusilaan dan ketertiban umum.
5. Serta syarat khusus.
AQJ sebagai anak dibawah umur yang mengendarai kendaraan bermotor jelas sudah melanggar undangundang lalu lintas jelas dalam UU No.22/2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Dimana anak
dibawah usia 17 tahun belum diperbolehkan memiliki Surat Izin
Mengemudi (SIM) sesuai Pasal 81 ayat 1 dan 2, maka Perusahaan Asuransi bisa menolak klaim
berdasarkan sebab yang tidak halal, sederhananya ketika peril yang terjadi melanggar undang-undang
maka kerusakan yang timbul dari sebab yang tidak halal dan berdasarkan doktrin hukum perdata maka
perjanjiannya batal demi hukum yang berarti atas nama hukum perjanjian itu dianggap tidak pernah ada.
Jadi penolakan klaim pertanggungan oleh Perusahaan Asuransi adalah wajar menurut pendapat saya,
namun masih banyak hal yang dapat diperdebatkan seperti apakah causa dalam doktrin hukum perdata
tersebut merupakan causasebelum perjanjian asuransi ditutup atau setelahnya selain itu fakta penting
yang menentukan adalah apakah Ahmad Dhani tahu AQJ mengemudi atau tidak karena hal itu sangat
menentukan.

You might also like